Anda di halaman 1dari 4

Porositas pada arus dua fase

Dalam arus dua fase gas dan cairan, fraksi kekosongan diberikan definisi sebagai fraksi dari volume arus
yang ditempati oleh gas.[1] Porositas umumnya bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya dalam
perpipaan dan berfluktuasi terhadap waktu. Pada arus non-homogen, porositas terkait dengan laju arus
volumetrik dari fase gas dan cairan, dan terkait dengan kecepatan relatif selang dua fase (disebut dengan
slip ratio).

Porositas dalam pengetahuan bumi dan konstruksi

Porositas yang dipakai dalam geologi, hidrogeologi, pengetahuan tanah, dan pengetahuan bangunan,
merupakan bahan padat yang ruangnya dimasukkan cairan dan udara, diberikan definisi dengan:

phi = frac{V_mathrm{V}}{V_mathrm{T}}

dengan VV merupakan volume dari ruang kosong yang dimasukkan cairan dan udara dan VT merupakan
total volume dari bahan.

Porositas merupakan fraksi selang 0 dan 1. Seperti contoh batu granit yang memiliki porositas 0.01, dan
gambut serta tanah liat yang memiliki porositas lebih kurang 0.5.

Dalam geologi pertambangan, porositas bebatuan atau lapisan sedimen penting sebagai rujukan ketika
mengevaluasi volume potensial cairan dan hidrokarbon yang mungkin terkandung di dalamnya. Porositas
sedimen merupakan fungsi yang berlibat dari bermacam faktor, mencakup laju pengebumian,
kedalaman pengebumian, sifat fluida, sifat sedimen di atasnya, dsb. Persamaan yang umum dipakai
merupakan persamaan Athy (1930):[2]

phi(z) = phi_0 e^{-kz},

i mana phi_0 merupakan porositas permukaan, k merupakan koefisien pemadatan (m−1) dan z
merupakan kedalaman (m).

Nilai dari porositas mampu dihitung dari massa macam bahan curah ho_{ext{bulk}} dan massa macam
partikel ho_{ext{particle}}:

phi = 1-frac{ho_{ext{bulk}}}{ho_{ext{particle}}}

Massa macam partikel normal dianggap lebih kurang 2.65 g/cm3, meski persangkaan terbaik didapatkan
dari pengukuran dan analisis sifat partikel.

Porositas dan konduktivitas hidrolik

Porositas sebanding dengan konduktivitas hidrolik. Pada kasus dua akuifer berpasir, salah satu yang
memiliki porositas tinggi akan memiliki konduktivitas hidrolik yang bertambah tinggi, yang berarti akan
bertambah jumlah area bagi cairan bagi mengalir, namun memiliki jumlah kerumitan dalam menjelaskan
hubungan ini. Kerumitan utama merupakan bahwa porositas dan konduktivitas hidrolik tidak sebanding
secara proporsional, namun konduktivitas hidrolik sebanding dengan radius pori-pori. Seperti contoh
tanah liat umumnya memiliki porositas tinggi dan dapat menyimpan cairan dalam jumlah luhur, namun
memiliki konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak dapat mengalirkan maupun melepaskan
cairan. Hal ini diakibatkan ruang di selang partikel luhur pada tanah liat terisi oleh partikel kecil yang
bersifat "lengket" terhadap cairan.

Porositas bebatuan

Bebatuan terkonsolidasi seperti batu pasir, shale, granit, atau batu kapur umumnya memiliki dua sifat
porositas jika dibandingkand engan sedimen aluvial. Sifat porositas tersebut merupakan porositas
terhubung dan porositas tidak terhubung. Porositas terhubung mampu diukur dengan memakai gas atau
cairan yang mengalir ke dalam bebatuan, namun tidak mampu melewati porositas yang tidak terhubung.

Porositas tanah

Porositas tanah permukaan umumnya susut dengan dengan meningkatnya ukurna partikel. Hal ini
diakibatkan pembentukan agregat tanah pada permukaan tanah yang bertekstur ketika berhadapan
dengan ronde biologi tanah. Pembentukan agregat melibatkan adhesi partikulat dan memiliki ketahanan
yang bertambah tinggi terhadap pemadatan. Massa macam dari tanah berpasir pada umumnya selang
1.5 hingga 1.7 g/cm³, dengan porositas selang 0.43 hingga 0.36. Massa macam tanah liat selang 1.1
hingga 1.3 g/cm³ dengan porositas anyara 0.58 hingga 0.51. Meski tanah liat dikata dengan "tanah
berat", namun sesungguhnya pada massa yang sama, tanah liat memiliki porositas yang bertambah
jumlah. Dikata "tanah berat" karena kandungan cairan di dalamnya bertambah jumlah dari tanah biasa,
dan kandungan cairan tersebut menyumbang berat yang bertambah jumlah dari cairan yang terkandung
pada tanah biasa. Selain itu, kadar cairan yang terkandung dalam tanah liat membuat bajak singkal sulit
membajak tanah liat sehingga membutuhkan gaya yang bertambah luhur.

Tipe porositas geologis

Porositas primer

Porositas utama atau permulaan dari sistem porositas di dalam bebatuan atau deposit aluvial.

Porositas sekunder

Porositas lanjutan atau terpisah dari sistem porositas di dalam bebatuan, umumnya meningkatkan
porositas total bebatuan. Porositas ini mampu dihasilkan dari pelapukan kimiawi atau rekahan. Porositas
sekunder mampu menggantikan porositas primer sepenuhnya atau mendampingi.

Porositas rekahan: Porositas ini terkait dengan sistem rekahan atau patahan yang membentuk porositas
sekunder yang mampu menjadi tempat penyimpanan reservoir.

Porositas vuggy
Porositas sekunder yang dihasilkan dari pelarutan komponen luhur yang terdapat di dalam bebatuan
(seperti fosil dan material organik) dan meninggalkan lubang kecil hingga terciptanya gua.

Porositas efektif (disebut juga porositas terbuka)

Fraksi dari volume total di mana arus fluida dinamis mampu menempati ruang walau terdapat
perlintasan buntu di dalamnya. Fluida mampu tetap mengalir karena variasi kondisi termal di dalamnya
yang mengakibatkan perubahan tekanan dan volume[3] di dalam pori-pori yang terhubung.

Porositas inefektif (disebut juga porositas tertutup)

Merupakan fraksi volume total di mana fluida atau gas berlaku di dalam namun tidak mampu mengalir.

Porositas ganda

Merupakan ide konseptual di mana dua reservoir yang saling berhimpitan saling berinteraksi. Dalam
akuifer bebatuan yang memiliki rekahan, massa bebatuan dan rekahan seringkali disimulasikan
berhimpitan namun merupakan badan yang terpisah.

Porositas makro

Merujuk pada pori-pori yang berdiameter bertambah luhur dari 50 nm.

Porositas menengah

Pori-pori yang berukuran selang 2 nm hingga 50 nm.

Porositas mikro

Pori-pori yang berukuran bertambah kecil dari 2 nm.

Porositas tekstil atau porositas aerodinamik

Merupakan rasio lubang yang mampu "dilalui oleh angin".

Pengukuran porositas

Cara optis dalah mengukur porositas bebatuan eolianite zaman Pleistocene dari pulau San Salvador,
Bahamas.

Sebagian cara mampu dipakai bagi mengukur porositas:

Cara langsung dengan mengukur volume bahan curah dan lalu mengukur volume komponen per bidang.
Hanya dapat dimainkan pada benda berukuran cukup luhur dengan komponen individu tidak memiliki
pori-pori.
Cara optis dengan memakai mikroskop.

Cara tomografi komputer, memakai pemindaian CT bagi membuat pencitraan tiga dimensi dari geometri
eksternal dan internal, termasuk ruang kosong di dalamnya.

Imbibisi merupakan menenggelamkan bahan berpori ke dalam fluida yang dimainkan di dalam ruang
vakum.[4] Fluida yang dipilih merupakan fluida yang dapat membasahi bahan secara mendalam dan
tidak bereaksi dengan bahan.

Cara pengurapan cairan

Intrusi raksa

Cara ekspansi gas.

Anda mungkin juga menyukai