Anda di halaman 1dari 36

HIDROLOGI TAMBANG

FELICE DEGLARDINI.WOPARI,S T.MT

S1- TEKNIK PER TAMBANG AN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Topografi / Kemiringan
Daerah Curah Hujan
Resapan
Jenis Tanah / Topsoil
Vegetasi
Iklim
Porositas
Media Sifat Fisik Litologi Proses Pembentukan Tipologi Aquifer
Pembawa Permeabilitas
(Aquifer)
Sifat Kimia Mineral Geokimia Umur Air Tanah & Perjalanan Air Tanah

Head, Pressure
Fenomena Kontur Muka Airtanah Flow Net: Equipotential Line & Arah Aliran
Transport Sebaran Lateral Aquifer
Isotrop? Infinite?
Stratigrafi (perlapisan vertikal)
Konduktifitas Hidraulik
DAERAH RESAPAN
1. Topografi/Kemiringan
Elevasi dan kemiringan tanah suatu daerah pengaliran (catchment area) sangat besar
pengaruhnyaterhadap waktu mengalirnya air permukaan, waktu konsentrasi dan besarnya
debit banjir. Banyaknya danau atau cekungan di daerah pengaliran akan mengurangi
besarnya debit banjir.

2. Curah Hujan
Uap air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh ke bumi secara umum di sebut presipitasi
yang dapat berbentuk hujan, salju, es dan embun Satuan curah hujan mm, yang berarti
jumlah air hujan yang jatuh pada suatu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1
m2 jumlah air yang jatuh sebanyak 1 liter. Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan
per satuan waktu disebut sebgai intensitas hujan, yang menyatakan ukuran hujan.
DAERAH RESAPAN
3. Jenis Tanah/Soil
Secara umum tanah dapat didefinisikan sebagai berikut:
▪Tanah sebagai suatu tubuh alam dipermukaan bumi yang terjadi akibat bekerjanya gaya-gaya
alami terhadap bahan alami (Wisley,1977)
▪Tanah sebagai bahan mineral hasil evolusi yang dipengaruhi oleh faktor genesis (proses
pemebentukkanya) dan lingkungan seperti batuan induk,iklim, makro dan mikroorganisme, serta
kondisi topografi.
Tanah sangat beragam dalam komposisi maupun sifatnya, sehingga secara umum dapat tersusun
atas tiga kompenen utama yaitu Komponen padat, komponen cair dan komponen gas.
Porositas Tanah/Batuan
Porositas dari suatu tanah atau sedimen adalah volume kosong (void space)
antara komponen padatan tanah. Komponen yang berada dalam suatu masa
tanah, terdiri dari:
▪ komponen padat (solid matix),
▪ komponen cair (larutan tanah/ air) dan
▪komponen ruang kosong yang mungkin didalamnya terdapat gas dan uap air.
Secara matematis porositas dapat didefinisikan sebagai berikut (Fetter, 1988):

n= (Vv/Vt)x 100 atau n= (100Vv)/V


Dimana: n = Porositas tanah dalam persen
Vv = Volume void dalam satuan volume tanah
Vt = Volume tanah, termasuk void dan komponen padatan tanah
Porositas Tanah/Batuan
• Porositas absolut:
porositas, di mana antara
rongga-rongganya tidak
saling berhubungan
• Porositas efektif:
porositas, yang rongga-
rongganya saling
berhubungan
Pengukuran Porositas
Porositas ditentukan didalam laboratorium dilakukan dengan mengambil contoh tanah dengan
alat yang telah diketahui volumenya (V). Alat tersebut dapat berupa bor hidrolis ataupun pipa
logam tipis. Secara sederhana bisanya tahap yang dilakkan adalah:
1. Bor hidrolis atau pipa logam tipis dimasukkan ke dalam tanah yang akan di ambil contoh
tanah
2. Tanah tersebut dikeringkan didalam oven hingga beratnya tidak mengalami perubahan,
sebesar Ws,
3. Contoh tanah yang telah dikeringkan, kemudian dimasukkan kedalam botol piknometer yang
telah diisi air penuh dan telah diketahui volumnya, sampai benar-benar jenuh.
4. Penambahan air ke dalam piknometer akan mendesak air keluar botol piknometer, dengan
air yang sama besarnya dengan volume tanah tersebut. Volume air merupakan volume dari
padatan tanah (Vs).
Pengukuran Porositas
Berdasarkan proses tersebut maka didapatkan persamaan berikut:

ρp = Ws/Vs
ρb= Ws/V
Dimana: ρp = kerapatan partikel tanah (particle density) satuan g/cm3
ρb =kerapatan tanah (bulk density) satuan g/cm3
Vs = volume air merupakan volume dari padatan tanah
V = Volume tanah
Dari persamaan diatas dapat diturunkan persamaan porositas berikut:

n=100 (1-(ρp/ ρb))


Kisaran Harga Porositas Beberapa Jenis Tanah (Fetter,1988, Todd, 1979)
Jenis/ Material Tanah Kisaran Porositas
Pasir dan kerikil seragam 0,25-0,50
Campuran pasir dan kerikil 0,20-0,35
Pasir Kasar 0,25-0,35
Pasir sedang (medium) 0,35-0,40 Selain porositas (nilai rasio void)
Pasir halus 0,40-0,50 juga sering digunakan dan
Gracial Till 0,10-0,20 didefinisikan rasio antara volume
void terhadap volume partikel
Shale 0,01-0,10
antara tanah, atau dapat ditulis:
Dolomite, retakan (fractured) 0,07-0,11
Pasir Lanauan 0,39 e= volume void/volume partikel
Lanau 0,35-0,50 tanah
Lanau berliat 0,34
Batu granite, retakan
Batupasir
0,02-0,08
0,14- 0,49
e=n/(1-n)
Liat endapan danau 0,40-0,44
Liat 0,33-0,60
Tanah Padat Umum 0.50-0,60
PERBEDAAN POROSITAS DAN PERMEABILITAS AKIBAT PERBEDAAN
SISTEM PACKING DAN UKURAN BUTIR

K> Ukuran butir


n> Cubic packing sama

Rhombohedral Ukuran butir


packing K< beragam
n<
POROSITAS
Porosity Porositas tergantung pada
kebundaran, sorting dan
varies with kompaksi. Batuan dengan butir
yang semakin membundar dan
% Cement sorting yang baik menyebabkan
porositas yang besar, sedang
kompaksi akan memperkecil
porositas.
Sorting

Fracturing
Porositas dan Permeabilitas yang terganggu
Porositas ter-reduksi
Porositas ter-reduksi oleh semen +
Porositas asli oleh semen konsolidasi

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-011 12


Air dapat mengisi ruang pori, baik sampai memenuhi seluruh
rongga atau sebagian. Bila air memenuhi seluruh rongga maka
disebut jenuh (saturated) sedangkan bila hanya sebagian
disebut kondisi tidak jenuh (unsaturated)
Nilai Kelembaban volume (Ɵv)
Ɵv = volume air/ volume total
Sedangkan nilai kelebababan gravimetri atau kadar air
gavimetri (Ɵg) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ɵg = berat air/ berat tanah kering
Tingkat Kejenuhan (degree of saturation) Ɵs, menunjukkan
tingkat pengisian ruang pori oleh air, secara matematis :
Unconfined Aquifer
Ɵs= volume air/ volume rongga
POROSITAS VS PERMEABILITAS
Porositas:
▪ Kapabilitas media untuk menyimpan fluida tidak harus mempunyai permeabilitas tinggi.
Contoh: lempung; porositas dapat mencapai 70% permeability:
poor
Permeabel:
▪ Kapabilitas media untuk menghantarkan fluida
▪ Harus mempunyai porositas tinggi.
Contoh: pasir, batupasir
PERMEABILITAS TANAH
Permeabilitas tanah merupakan sifat penting dalam kaitannya dengan mobilitas airtanah.
Konsep permeabilitas didasarkan pada konsep aliran air yang dirumuskan oleh Henry Darcy
(1856). Darcy dalam eksperimennya menemukan hubungan antara debit aliran air (Q) yang
melalui pasir (homogen) dengan luas penampang aliran air (A) dan kehilangan energi (graidien
hidrolis) J = hA-hB/L yang dapat
Percobaan Darcy

▪ Q ~ (hA-hB)
▪ Q ~ 1/ L

Hukum Darcy: Q = - KA {(hA-hB) / L}

K = - Q/ A(dh/dL)
atau
Q = - KA (dh/ dL) K = -(L3/T)/ (L2)(L/ L = L/ T

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-2011 16


Hukum Darcy: Q = - KA {(hA-hB) / L}
atau
Q = - KA (dh/ dL)
Konduktivitas Hiraulik:
K = - Q/ A(dh/dL)
K = -(L3/T)/ (L2)(L/ L) = L/ T
Debit (Q) alira air ➔ tergantung pada:
Q ~ d2
Diameter butiran (Ǿ)
Q~γ
Berat jenis (γ) dan
Q~μ
Viskositas (μ)
Darcy’s Law

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-2011 19


Persamaan Darcy juga dapat ditulis:
Q = - (Cd2γA)/ μ (dh/ dL)
Konduktivitas intrinsic:
▪Ki = Cd2 (L2)
Konduktivitas hidraulik:
▪K = Ki (γ/ μ)
▪K = Ki (ρg/ μ)

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-2011 20


Konversi Harga Konduktivitas Hidraulik

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-2011 21


Sebaran Harga Permeabilitas Intrinsic (k) dan Konduktivitas Hidraulik
(K)

SN SD AIRTANAH SEM II 2010-2011 22


Gambar Ukuran Butir dan permeabilitas
PERMEABILITAS
Parameter Permeabilitas ada dua :
❑ Konduktivitas Hidrolik (K), satuan cm/s atau m/s. Nilai K tidak konstan,
tergantung pada media dan fluida (viskositas dan densitas fluida yang
tergantung pada tekanan dan temperatur)

❑ Permeabilitas Intrinsik (k), satuannya cm2 atau m2. Nilai k hanya


tergantung pada sifat fisik batuan/tanah.
HUBUNGAN ANTARA PERMEABILITAS DAN
KONDUKTIVIS
Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik (K) dengan
Permeabilitas Intrinsik (k) adalah :

kg
K=
μ
K = konduktivitas hidrolik (L/T)
k = permeabilitas intrinsik (L2)
 = densitas (M/L3)
g = percepatan gravitasi (L/T2)
 = viskositas dinamik fluida (M/LT)
Konduktivitas Hidrolik (K)
Seberapa mudah fluida dapat melewati pori batuan?
Tergantung dari jenis fluida dan medianya
Ukuran Media Pori Batuan
Unconsolidated Max Median Min
Deposits (m/s) (m/s) (m/s)
Gravel 3 x 10-2 3 x 10-3 3 x 10-4
Sand 6 x 10-3 3 x 10-5 2 x 10-7
Silt / Loess 2 x 10-5 2 x 10-7 2 x 10-9
Lacustrine Clay 5 x 10-9 7 x 10-10 1 x 10-12
Marine Clay 2 x 10-9 4 x 10-11 8 x 10-13
Hukum Darcy
q (flux) dapat disebut juga laju aliran dibagi luas potongan melintang dan
mempunyai dimensi sama dengan kecepatan. Oleh karena itu kadang-kadang
dikenal sebagai Kecepatan Darcy atau Darcy flux.
Dari hasil percobaan Darcy seperti pada gambar disebutkan bahwa (Kodoatie,
1996; Toth, 1990):

Sehingga dapat ditulis


Hukum Darcy
Q = v.A
Q = K.i.A
Q = K.dh .A
dl
Q =debit air (L3.T-1)
K =konduktivitas hidrolik (L.T-1)
dh/dl =gradien hidrolik (vertikal banding lateral)
A =luas penampang akifer (L2)
TRANSMISSIVITAS (T)
Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan
kemampuan akifer untuk membawa air secara kuantitatif, yang
dapat digembarkan dengan persamaan berikut:

T=K.d
dimana :
T = Transmissivitas
K = Konduktivitas Hidrolik
d = Tebal akifer
STORATIVITAS (S)
Storativitas didefinisikan sebagai volume air yang dilepaskan atau
diambil dalam tampungan tiap unit permukaan area aquifer tiap
unit perubahan dalam komponen dari tinggi hidrolik sampai pada
permukaan tersebut (U.S. Department of The Interior, 1977).
Dengan mengalikan Persamaan berikut:
Storativitas

S = ρgb(α + nβ)
Dimana:
S = Storativitas
b = tebal akuifer (m)
g = Gravitasi (m/detik 2)
α =kompresibilitas akuifer (m2/ N atau Pascal-1)
β = kompresibilitas akuifer (m2/ N atau Pascal-1)
n = porositas
STORATIVITAS (S)
Akifer Tertekan, S : 0,001 – 0,00001
Akifer Bebas, S : 0,3 - 0,01
Rendahnya nilai S untuk akifer tertekan menggambarkan bahwa
akifer tersebut mempunyai kemiringan permukaan potensial
airtanah yang cukup terjal sekalipun akibat sedikit saja
menurunnya muka airtanah.
2.1 HETEROGENITAS KONDUKTIVITAS
HIDROLIK
Homogen: K tidak tergantung dari ruang dari suatu sistem

Heterogen: K tergantung dari ruang dari suatu sistem


Unit A
Unit B Formasi X

Unit C

Unit: homogen
Formasi: heterogen
KONDISI GEOLOGI DARI HETEROGENITAS

Anda mungkin juga menyukai