Anda di halaman 1dari 30

2.3.1.1.

Akuifer
Akuifer merupakan lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air.
Beberapa jenis batuan dapat berfungsi sebagai akuifer. Akuifer yang umum dijumpai di lapangan
adalah endapan pasir, kerikil, kerakal dan bernagkal yang belum terlitifikasi lanjut. Selain itu,
yang cukup baik berfungsi sebagai akuifer adalah batupasir, juga batugamping. Batuan sedimen
yang lain misalnya serpih (shale), batugamping pejal tak berongga bukan merupakan
akuifer yang baik.
Kemampuan akuifer untuk menyimpan dan menglirkan air dipengaruhi oleh porositas
dan permeabilitas.
Porositas merupakan persentase dari pori-pori batuan yang dapat terisi oleh fluida.
Porositas secara tidak langsung berhubungan dengan konduktivitas hidrolik. Akuifer dengan
porositas yang tinggi akan memiliki nilai konduktivitas hidrolik yang tinggi pula.
Porositas dapat terbentuk secara primer dan sekunder. Proses pembentukan porositas
primer terjadi selama proses pengendapan berlangsung (syngenetic), yaitu terbentuknya ruang
antar butiran komponen penyusun batuan sedimen. Sedangkan porositas sekunder terbentuk
setelah litifikasi (postgenetic), baik melalui pelarutan (contoh: batugamping) dan atau
pengkekaran (joint) akibat tekanan-tekanan oleh gejala tektonik). Oleh karena itu, baik batuan
beku maupun metamorf, sepanjang memiliki porositas yang tinggi (baik primer maupun
sekunder) akan mampu berfungsi sebagai akuifer.
Hal penting lainnya yang menunjang sifat kelulusan air dari akuifer adalah
permeabilitas. Permeabilitas adalah kemamapuan batuan untuk mengalirkan air. Untuk itu
diperlukan syarat adanya pori-pori yang saling berhubungan (interconnected pores).
Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar ada 2 jenis media penyusun akuifer,
yaitu sistem media pori dan sistem media rekahan. Kedua sistem ini memiliki karakter
airtanah yang berbeda satu sama lain. Pada sistem media berpori, airtanah mengalir melalui
rongga antar butir yang terdapat dalam suatu batuan misalnya batupasir dan batuan aluvial. Pada
sistem media rekahan, air mengalir melalui rekahan-rekahan yang terdapat pada batuan yang
terkena tektonik kuat, pada batugamping, batuan metamorf, dan lava. Rekahan terjadi
selain akibat proses tektonik, juga akibat proses pelarutan pada batu gamping.
Gambar 2.6. Model akuifer media pori ruang antar butir dan media Rekahan
(Sumber : S. Mandel, 1981)

Pembagian sistem Akuifer dan Airtanah di Alam menurut Santosa dan Adji, 2004, yaitu :
1. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Merupakan suatu jenis akuifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan bersifat kedap air akifug atau akiklud.

2. Akuifer bebas (Unconfined Aquifer)


Merupakan suatu jenis akuifer yang dibatasi oleh 1 lapisan impermeabel di bagian
bawahnya dan pada bagian atasnya tidak ada lapisan penutup/impermeabel layer.

3. Akuifer semi (Semi-confined Aquifer)


Merupakan suatu jenis akuifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel /lapisan akitard
(di atas dan atau di bawahnya).

4. Akuifer melayang (Perched Aquifer)


Merupakan suatu jenis akuifer berupa bentuk lensa-lensa batuan yang dibatasi oleh
lapisan impermeable (di atas dan di bawahnya).
Gambar 2.7. tipe-tipe akuifer santosa dan adji (2004).

5. Akuifer Bocor (Leaky Aquifer)


Akuifer Semi Tertekan, Tidak seluruh akuifer tertekan atau bebas, karena adanya
kebocoran.Akuifer ini sering di jumpai di daerah lembah alluvial dan daratan, yang air tanahnya
terletak di bawah lapisan yang setengah kedap air atau akuitard.

2.3.1.1.1. Karakteristik Akuifer


Kuantitas air bawah tanah yang dapat disimpan atau diteruskan oleh akifer tergantung pada
karakteristik akuifer tersebut. Karateristik akuifer meliputi porositas, konduktifitas hidrolik,
transmisivitas, storativitas, specific yield (porositas efektif),dan kapasitas jenis.Berikut penjelasan
mengenai karakteristik akuifer tersebut.

1 . Porositas adalah semua lubang yang tidakterbatas ukurannya pada suatu masa batuan
yang kemungkinan bisa terisi oleh air (Todd, D.K., 1980). Faktor porositas meliputi ukuran
butir, bentuk butir, susunan butir dan sementasi. Besarannya dinyatakan sebagai perbandingan
antara seluruh lubang pori-pori batuan dengan isi batuan dalam prosentase (%). Porositas dari
beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Porositas beberapa macam batuan (Todd, D.K., 1980)

Batuan Porositas

Tanah 50 – 60

Lempung 45 – 55

Lanau 40 – 50

Campurankerikil kasar dan menengah 35 – 40

Pasir seragam 30 – 40

Campuran pasir halus dan menengah 30 – 35

Kerikil 30 – 40

Kerikil dan pasir 20 – 35

Batupasir 10 – 20

Serpih 1 – 10

Batugamping 1 – 10

2. Konduktivitas hidrolika (K) atau sering disebut juga dengan permeabilitas


Merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air
(Todd, D.K., 1980). Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu porositas,
ukuran butir, susunan butir, bentuk butir, dan distribusinya.
Nilai konduktivitas hidrolika dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Nilai konduktivitashidrolika (K) beberapa macam batuan (Todd, D.K., 1980)

Batuan K (m/hari) Batuan K (m/hari)

Kerikil kasar 150 Lempung 0,0002

Kerikil menengah 270 Batugamping 0,94

Kerikil 450 Dolomit 0,001

Pasir kasar 45 Sekis 0,2

Pasir menengah 12 Batusabak 0,00008

Pasir halus 2,5 Tuff 0,2

Batupasir menengah 3,1 Basalt 0,01

Batupasir halus 0,2 Gabro lapuk 0,2

Lanau 0,08 Granit lapuk 1,4

3. Transmisibilitas atau Transimisivitas (T)


Transmisivitas adalah banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal
setebal akuifer, selebar satu satuan panjang dengan landaian hidrolika 100%. Dimana satuannya
adalah m2/jam atau m2/hari. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

T = K b …………………………………………….......……………… ............. (3.6)


Dimana :
T = Transmissivitas (m2/s)

K = Konduktivitas Hidrolik (m/s)

b = Tebal Akuifer (m)


Pemompaan air tanah dari akuifer yang mempunyai nilai T besa menyebabkan sifat
depresi air tanah dangkal tetapi rediusnya luas sedangka sebaliknya apabila T kecil maka depresi
air tanah relatif lebih dalam namun radiusny sempit. Kemampuan akuifer untuk meneruskan
air melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer dengan lebar satu satuan panjang dan satu unit
landaian hidrolika (Todd, D.K., 1980). Potensi air bawah tanah berdasarkan nilai transmisivitas
dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Potensi air bawah tanah berdasarkan nilai transmisivitas dan penggunaannya
(US.Dept. Of The Interior, 1977)

Transmisivitas (m2/hari) Domestik Irigasi


<1 Jelek Sangat Jelek
1–8 Sedang Sangat Jelek
8 – 50 Baik Sangat Jelek
50 – 300 Sangat Baik Jelek
300 – 1000 Sangat Baik Sedang
1000 – 10.000 Sangat Baik Baik
> 10.000 Sangat Baik Sangat Baik

4. Storativitas (S) adalah nilai koefisien yang menunjukkan besarnya volume air yang dapat
dikeluarkan atau disimpan oleh akuifer setiap satu satuan luas per unit perubahan kedudukan
muka air bawah tanah atau bidang pisometrik (Todd, D.K., 1980). Nilai storativitas pada
akuifer bebas berkisar antara 0,01 hingga 0,35, sedangkan pada akuifer tertekan berkisar antara
0,00005 hingga 0,005 (Todd, D.K., 1980). Storativity (S) Storativity adalah volum air yang dapat
disimpan atau dapat dilepaskan ole suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan
perubahan keduduka muka air tanah atau bidang piezometrik. Nilai kisaran storativity antara 10-5
- 10-3. Nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan nilai pada akuifer tertekan sedangkan pada
leakage akuifer tidak mempunyai dimensi. Pada akuifer bebas batasan hasil jenis, (Specific
yield) sama dengan koefisien simpanan. Untuk akuifer tidak tertekan storativity dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
S = Sy + h Ss ……………………………………………………………... (3.7)
Dimana :
S = Storativity
h = Ketebalan Akuifer yang Penuh dengan Air (m)
Ss = Specific Storage (m-1)
Sy = Specific Yield

5. Specific yield (Sy) atau porositas efektif merupakan perbandingan dalam persen (%) air
yang dapat diambil dari tanah atau batuan yang jenuh air dibandingkan dengan volume total batuan
atau tanah (Todd, D.K.,1980). Specific storage adalah volume air dan formasi yang penuh dengan air
yan tersimpan atau keluar dari penyimpanan karena adanya gaya tekan dan akuifer da gaya tekan dari air
untuk setiap unit perubahan muka air tanah. Specific storage dapa dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Ss = ρw g ( ɑ + nβ …………………………………………………… (3.8) Dimana
:
Ss = Specific Storage (m-1)

ρw = Massa Jenis Air (kg/m3)

g = Percepatan Gravitasi (m/s2)

ɑ = Kompresibilitas Akuifer (m3/N)

β = Kompresibilitas Air (m2/N)

n = Porositas

Specific yield (Sy) adalah rasio dari volume air yang keluar dari batu yan penuh air
akibat gaya gravitasi terhadap volume total dari batuan (Meinzer, 1923) Satuan dari specific
yield adalah persen. Specific yield dapat dihitung denga menggunakan rumus sebagai berikut:
S= ∆V ......……………………………………………………………… (3.9)
y
∆h A

Dimana:
Sy = Specific Yield

∆V = Perubahan Volume Air dalam Storage (m3)

∆h = Perubahan head (m)

Nilai specific yield dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Nilai specific yield (Sy) dari beberapa macam batuan (Todd, D.K., 1980)

Batuan Sy (%) Batuan Sy (%)


Kerakal kasar 23 Lempung 3
Kerakal 24 Batupasir halus 21
Kerikil 25 Batupasir sedang 27
Pasir kasar 27 Batugamping 14
Pasir sedang 28 Sand dune 38
Pasir halus 23 Batulanau 12
Lanau 8 Tuff 21

6. Kapasitas jenis (Sc) merupakan besarnya debit air yang diperoleh pada setiap penurunan
muka air bawah tanah atau bidang pisometrik sepanjang satu satuan panjang dalam suatu sumur
pompa pada akhir periode pemompaan (Kruseman & de Ridder, 1991).

2.3.1.1.2. Tipologi Sistem Akifer


Pengertian mengenai geometri keterdapatan airtanah di bawah permukaan, merupakan hal
yang mutlak diketahui. Dengan memahami geometri akuifer, maka permasalahan mengenai
karakteristrik dan sifat airtanah akan lebih mudah untuk dijelaskan. Pendekatan yang digunakan
meliputi berbagai aspek kimia fisik di alam.Kondisi dan distribusi sistem akuifer dalam sistem
geologi dikontrol oleh faktor litologi, stratigrafi dan struktur dari endapan-endapan geologi.
Litologi adalah penyusun secara fisik meliputi komposisi mineral, ukuran butir dan kemas
dari endapan-endapan atau batuan yang membentuk sistem geologi.Stratigrafi menggambarkan
kondisi geometri dan hubungan umur antar lapisan, atau satuan batuan dalam sistem
geologi.Sedangkan struktur merupakan bentuk/sifat geometri dari sistem geologi yang
diakibatkan deformasi yang terjadi setelah batuan terbentuk.Pada sedimen yang belum
terkonsolidasi/kompak, kontrol yang berperan adalah litologi dan stratigrafi.
Pengetahuan akan ketiga faktor di atas memberikan arahan kepada pemahaman
karakteristik dan distribusi sistem akuifer (Freeze dan Cherry, 1979).
Kesamaan iklim dan kondisi geologi di suatu daerah akan memberikan kesamaan sistem
airtanah. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap karakter fisika dan kimia serta kualitas
airtanah dalam sistem tersebut. Berdasarkan karakter tersebut, serta mengacu pada klasifikasi
Mandel (1981) dan kondisi geografis serta morfologis keberadaan dan penyebaran airtanah di
Indonesia, maka Puradimadja (1993) mengajukan 5 (lima) tipologi sistem akuifer untuk wilayah
Indonesia, yaitu :
1. Tipologi Sistem Akuifer Endapan Gunungapi.
2. Tipologi Sistem Akuifer Endapan Aluvial.
3. Tipologi Sistem Akuifer Batuan Sedimen.
4. Tipologi Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf.
5. Tipologi Sistem Akuifer Endapan Glasial.
 Uji pompa Aquifer
Uji akuifer (atau uji pompa) dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik akuifer dengan
menstimulasi akuifer melalui pemompaan dan observasi terhadap respon aquifer berupa
penurunan MAT. Pengujian ini juga umum dilakukan oleh hidrogeolog untuk mengkarakterisasi
sistem akuifer, akuitar, pola aliran, dan batas aliran (flow system boundaries) bila ada.
Uji pemompaan yang biasa dilaksanakan dalam uji akuifer menggunakan debit konstan pada
periode minimum satu hari (atau 24 jam), dengan mengukur MAT pada sumur pantau. Saat air
dipompa ke permukaan, maka tekanan dalam akuifer akan menurun. Penurunan ini ditandai
dengan penurunan MAT (atau hydraulic head) pada sumur pantau (Gambar 2). Besarnya
penurunan ini akan berkurang dalam radius tertentu dari titik sumur pemompaan, radius ini
dinamakan radius pengaruh.
Uji sumur,
Uji sumur, istilah ini sering disamakan dengan uji akuifer. Sebenarnya keduanya tidaklah sama.
Bila uji akuifer dilaksanakan untuk menguji karakteristik akuifer, uji sumur dipakai untuk
mengetahui karakteristik sumur. Pertanyaannya adalah, apakah karakter akuifer akan sama dengan
karakter sumur? Jawabnya adalah tidak, karena sumur hanyalah satu titik yang mengeksploitasi
air tanah yang mengalir pada suatu lapisan akuifer yang berdimensi panjang, lebar dan tebal.

Disain konstruksi sumur yang buruk akan menyebabkan aliran air dari akuifer ke dalam sumur
menjadi tidak lancar, dinyatakan sebagai efisiensi sumur (well efficiency). Gambar 4 memperlihatkan
tipikal truck mounted drilling rig.

Slug test
slug test adalah variasi uji akuifer yang mengamati perubahan MAT secara instan (baik
peningkatan maupun penurunan) pada sumur yang sama (sumur produksi). Pengujian ini
seringkali dilakukan dalam kegiatan pemetaan geoteknik untuk mendapatkan perkiraan cepat nilai
hidrolik dalam skala waktu menit, bukan jam atau hari. Benda yang disebut slug sendiri adalah
sebatang besi yang dijatuhkan ke dalam sumur agar muka air tanah berubah, naik untuk kemudian
turun kembali ke posisi semula. Perubahan tersebut diukur, sehingga didapatkan kondisi seperti
ada pompa di dalam sumur tersebut (Gambar 3).

Beberapa pengujian di atas diintepretasi dengan model analitis aliran air tanah (the Theis
solution). Pada kondisi yang lebih kompleks model numerik bisa dipakai (Lebbe 1995), namun
perlu diingat bahwa model yang lebih rumit tidak menjamin hasil yang lebih baik (Johnson
2001)(Rushton 1976)(Rathod 1984)(Numerical Well Testin...)(Lebbe 1999)(Lebbe 1999).

Slug tests biasanya dilaksanakan di daerah dengan nilai K rendah dan tidak sesuai untuk daerah
yang tersusun oleh akuifer rekahan dengan nilai T lebih besar dari 250 m2 (Kruseman 1994). Sangat
disarankan pengukuran MAT menggunakan alat pressure transducer dan data logger.

Uji infiltrasi
Uji infiltrasi merupakan salah satu uji sederhana untuk mengetahui sejauh mana lapisan
permukaan tanah mampu menyerap air. Sangat sederhana karena yang diperlukan hanyalah pipa
dengan diameter 10 cm dan panjang 20 cm yang ditancapkan ke permukaan tanah. Ke dalam pipa
dimasukkan air hingga ketinggian tertentu yang kemudian diukur penurunannya terhadap waktu.
Untuk memudahkan mengukur ketinggian permukaan air dan penurununnya, mistar platik
lentur dapat ditempelkan di dalam pipa tersebut. Kurang lebih prinsip kerjanya akan sama dengan
uji pemompaan.

Beberapa kekurangan uji akuifer


Alih-alih menyebutkan kelebihannya di awal, kami justru akan menyampaikan kekurangannya
agar para analis dapat berhati-hati dalam menginterpretasi hasil uji akuifer. Kekurangan yang jelas
terlihat adalah ia memerlukan banyak asumsi, seperti dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

Satu kekurangan yang terlihat adalah bahwa perhitungan uji pompa saat ini lebih menonjolkan
aliran horizontal. Aliran vertikal tidak mendapatkan porsi yang cukup. Oleh karenanya bila ada
distribusi nilai K yang berpotensi menyebabkan aliran vertikal, maka tidak akan muncul dalam
hasil pengujian, walaupun dapat menganggu nilainya. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa ada korelasi yang cukup baik antara Kh (K horizontal) dengan Kv (K vertikal) pada sampel
batuan tak terganggu (undisturbed sample)(De Ridder 1965) (Gambar 5).

Hal lainnya adalah uji akuifer dengan cara uji pompa adalah hasilnya akan sangat bergantung
kepada kostruksi sumur. Hal yang paling sensitif adalah konstruksi saringan sumur (screen)
dan gravel pack.

1. Asumsi dasar
Asumsi dasar Persamaan Theis untuk menganalisis data penurunan MAT:


Aliran air dalam akuifer memiliki karakteristik sebagaimana dijelaskan dalam Hukum Darcy,
misal: aliran homogeneous dan laminar,


Akuifer bersifat homogen, isotropik, tertekan, lapisan akuifer yang dipompa memiliki
pelamparan lateral yang tidak terbatas, horizontal (tidak memiliki kemiringan), dibatasi oleh
lapisan impermeabel pada bagian atas dan bawah akuifer,


Sumur menembus akuifer sepenuhnya (full penetration), memiliki diameter 0 atau diasumsikan
sebagai satu garis vertikal yang tidak memiliki diameter, sehingga tidak ada air yang tersimpan
di dalamnya,


Debit pemompaan konstan sebesar Q ,


Perbedaan muka air (head loss) di area sekitar saringan sumur (well screen) dianggap tidak ada,


Tidak ada sumur lain yang berada di sekitar lokasi yang dapat mempengaruhi posisi MAT, serta
tidak ada obyek lainnya di permukaan tanah yang dapat mempengaruhi pengukuran posisi air
tanah, misal: rel kereta api, jalan raya, dll.

Disadari bahwa walaupun asumsi-asumsi di atas jarang dapat dijumpai, pendekatan ini diharapkan
dapat mengestimasi nilai properti hidrolik dengan baik.

Fig. 2 Tipikal skema uji akuifer ((Aitchison-Earl 2008)(Moench 1994))


Fig. 3 Tipikal skema slug test (Dipinjam dari: UT Dallas)

Fig. 4 Tipikal alat bor yang dimuat di atas truk khusus (truck mounted drilling equipments)
(Courtesy: PT. Supraindo Drill)

0
Fig. 5 Korelasi antara K horizontal (Kh) vs K vertikal (Kv)

Fig. 6 Tipikal layout ideal uji akuifer yang memerlukan sumur pemompaan dan sumur pantau

2.3.1.1.3 Isi Ulang Air Tanah (Groundwater Recharger)


Pengisian ulang air tanah tergantung pada beberapa faktor seperti kapasitas infiltrasi,
karakteristik stokastik curah hujan, dan faktor iklim. Distribusi spasial dan temporal curah hujan
terutama mengendalikan pengisian air tanah alami. Di daerah kering, resapan terjadi melalui aliran
ephemeral, yang mengalir melalui jalur wadi tetapi sebagian besar air diserap di zona tak jenuh
sebelum mencapai akuifer. Di daerah semi kering, pengisian ulang tidak teratur dan hanya terjadi
pada periode hujan lebat. Di daerah lembab, pengisian ulang terutama di periode musim dingin.
Pada periode musim panas, sebagian besar curah hujan menjadi kelembaban tanah dan menguap.
Di daerah yang dingin, pencairan es tiba-tiba mengisi kembali air tanah.
Pengisian ulang air tanah di suatu wilayah terutama tergantung pada perubahan curah hujan
selama musim pengisian utama. Di daerah beriklim sedang, peningkatan curah hujan umumnya
diperkirakan selama musim dingin di mana sebagian besar imbuhan terjadi. Namun, selama musim
panas yang lebih panas, mungkin ada peningkatan ET khususnya jika permukaan air tanah dekat
dengan permukaan tanah.
Menggunakan model air tanah dan tanah berpasangan untuk cekungan air tanah di Belgia,
Brouyère et al. (2004) memproyeksikan penurunan pengisian air tanah di masa depan (menjadi
parah pada tahun-tahun kering) untuk model iklim yang memprediksi lebih sedikit musim panas
dan lebih banyak curah hujan musim dingin.

Lebih sedikit resapan air tanah menyebabkan penurunan pada tabel air tanah, yang dapat
berdampak negatif pada vegetasi. Efek tidak langsung dari perubahan iklim terhadap kuantitas air
tanah dapat terjadi akibat perubahan penarikan air tanah atau penggunaan lahan yang disebabkan
oleh iklim. Yang pertama dapat meningkat karena alasan berikut:
1. Kebutuhan air irigasi meningkat.
2. Debit sungai berkurang atau variabilitas temporal meningkat, sehingga ketergantungan
pada air permukaan turun.
Jika daerah irigasi berkurang karena air permukaan yang kurang tersedia, pengisian air
tanah melalui air irigasi yang luntur juga berkurang. Perubahan iklim dapat menyebabkan
perubahan vegetasi, yang mempengaruhi imbuhan air tanah.
Sehubungan dengan kualitas air tanah, perubahan iklim cenderung memiliki dampak
yang kuat pada intrusi air asin pantai serta pada salinisasi air tanah. Untuk dua pulau karang kecil
dan datar di lepas pantai India, Bobba et al. (2000) menghitung dampak kenaikan permukaan laut
pada ketebalan lensa air tawar. Dengan kenaikan permukaan laut hanya 0,1 m, ketebalan lensa air
tawar menurun dari 25 menjadi 10 m untuk pulau pertama dan dari 36 menjadi 28 m untuk pulau
kedua.
Selain kenaikan permukaan laut, setiap perubahan dalam resapan air tanah
mempengaruhi lokasi antarmuka air tawar / air asin, dan intrusi air asin diperkirakan akan
meningkat jika lebih sedikit resapan air tanah terjadi. Ini juga dapat terjadi di pedalaman, di mana
air garam berada di sebelah atau di bawah air tawar (Chen et al., 2001). Untuk banyak daerah semi
kering, penurunan curah hujan diproyeksikan dan peningkatan ET di dunia yang lebih hangat dapat
menyebabkan salinisasi air tanah.
Zona tak jenuh memiliki kemampuan unik dalam membantu menilai dampak perubahan
iklim terhadap sumber daya air tanah. Dampak potensial dari perubahan iklim dapat dinilai dengan
berfokus pada sistem akuifer berpori, retak, dan karst (batuan karbonat, dolomit, batu kapur).
Terutama, akuifer retak dan karst adalah yang paling responsif terhadap perubahan
resapan karena biasanya mereka memiliki hasil spesifik yang rendah (yaitu, mereka memiliki
porositas yang dapat mengalir) dibandingkan dengan sistem aliran berpori. Batuan karst larut dan
akuifer mungkin menunjukkan penurunan muka air tanah jika diprediksi peningkatan kadar CO2
di atmosfer seiring dengan kenaikan suhu yang menyebabkan pembesaran lubang rekahan yang
cepat dan pembesaran di rongga larutan.
Pembubaran batu karbonat (media karst) mungkin menjadi lebih kuat dengan waktu dan,
karenanya, kekerasan sumber air tanah diperkirakan akan meningkat, yang menyebabkan
kemungkinan kualitas air yang tidak dapat diterima.
Sebagai akibat dari perubahan iklim, di banyak akuifer di dunia mata air mengisi ulang
mundur ke musim dingin dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi pengisian musim panas
menurun secara dramatis. Ditambah dengan perubahan dalam siklus hidrologi dan kemungkinan
elemen elemen dasar perubahan iklim, imbuhan air tanah juga dipengaruhi secara interaktif karena
peristiwa berikut:
1. Perubahan curah hujan, evapotranspirasi, dan limpasan diperkirakan akan mempengaruhi
imbuhan. Ada kemungkinan bahwa peningkatan intensitas curah hujan dapat menyebabkan
lebih banyak limpasan dan lebih sedikit resapan.
2. Kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan peningkatan intrusi salin pada akuifer
pesisir dan pulau, tergantung pada posisi relatif permukaan laut terhadap tingkat muka air
tanah.
3. Perubahan curah hujan menyiratkan perubahan konsentrasi CO2, yang dapat
mempengaruhi pembubaran batuan karbonat dan, karenanya, pembentukan dan
pengembangan akuifer air tanah karst.
4. Perubahan vegetasi dan pola tanaman alami tercermin dalam perubahan iklim yang
mempengaruhi imbuhan.
5. Peningkatan kejadian banjir berkontribusi melalui pengisian ulang ke akuifer tidak terbatas
di zona kering dan semi kering; karenanya, mereka mempengaruhi kualitas air tanah di
akuifer alluvial wadi (Şen, 2008a).
6. Perubahan karbon organik tanah dapat mempengaruhi sifat infiltrasi akuifer dangkal dan,
akibatnya, mengisi ulang air tanah.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa organisasi yang berfokus
pada air tanah harus memperhatikan isu-isu perubahan iklim global untuk melindungi efek
sumber daya air tanah dari implikasinya.

2.3.1.1.4 Sistem Retensi Air Permukaan (Surface Water Retention)


Sistem retensi air permukaan bertindak untuk mengurangi polusi nutrisi dengan
mengumpulkan kelebihan nutrisi dalam DAS melalui limpasan. Pemanenan biomassa air, seperti
cattail invasif, dari sistem retensi menghilangkan nutrisi yang diserap oleh tanaman dari ekosistem
secara permanen. Biomassa yang dipanen dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan
menggantikan bahan bakar fosil, mengimbangi emisi karbon.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensimulasikan panen cattail dari sistem retensi
air permukaan untuk menentukan kemampuan mereka untuk menyediakan kondisi pertumbuhan
yang sesuai dengan fluktuasi tahunan dalam ketersediaan air. Manfaat ekonomi dan lingkungan
yang terkait dengan penghilangan unsur hara dan karbon juga dihitung dan diuangkan. Usulan
sistem retensi air hilir dan yang sudah ada di Manitoba selatan dimodelkan menggunakan model
dinamika sistem dengan input aliran yang disediakan oleh model hidrologi fisik, Modélisation
Environmentale Communautaire - Surface and Hydrology (MESH).
Pemanenan cattail dan bahan baku tidak konvensional lainnya, seperti alang-alang,
sedges, dan rumput, dari sistem retensi memberikan aliran pendapatan yang layak bagi pemilik
tanah selama periode sepuluh tahun. Praktik ini menghasilkan pendapatan bagi pemilik tanah
melalui produksi kredit biomassa dan karbon pada lahan pertanian marginal yang kurang
dimanfaatkan yang diserbu dengan cattail. Manfaat ekonomi mempromosikan restorasi habitat
lahan basah sambil mengelola pertumbuhan cattail untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Nitrogen dan fosfor yang berlebih juga dihilangkan dari ekosistem, sehingga mengurangi
pemuatan nutrisi hilir. Memanfaatkan sistem retensi air permukaan untuk panen cattail adalah
strategi manajemen terbaik untuk retensi nutrisi pada lanskap dan meningkatkan ketahanan
pertanian.

Penggunaan kembali air limbah


Penggunaan kembali air limbah di tempat dapat mengurangi penggunaan air di rumah tangga
perkotaan dan pedesaan. Saat ini, sebagian besar rumah menggunakan air minum (untuk diminum)
untuk hampir semua yang ada di rumah dan kebun.

Peluang untuk menggunakan kembali air limbah dan pengaturan pengolahannya berbeda-
beda sesuai dengan tempat tinggal Anda. Rumah tangga perkotaan biasanya memiliki koneksi ke
sistem pembuangan limbah yang terpusat, atau retikulasi, sedangkan rumah tangga pedesaan
mengelola air limbah mereka di lokasi. Tanyakan kepada dewan setempat atau otoritas kesehatan
negara bagian Anda untuk mendapatkan saran tentang peraturan di daerah Anda.

Dua jenis air limbah dibuat di rumah: greywater dan blackwater.

 Greywater adalah air limbah dari perlengkapan pipa non-toilet seperti pancuran, bak dan
keran.

 Blackwater adalah air yang telah dicampur dengan limbah dari toilet. Karena potensi
kontaminasi oleh patogen dan minyak, air dari dapur dan mesin pencuci piring harus
dikeluarkan dari greywater dan dianggap sebagai blackwater.

Setiap jenis air limbah harus diperlakukan secara berbeda dan dapat digunakan dengan
berbagai cara. Greywater sangat ideal untuk penyiraman di kebun, dengan tindakan pencegahan
yang sesuai, seperti menggunakan produk natrium dan fosfor yang rendah atau tidak ada dan
menerapkan air di bawah permukaan. Greywater yang diolah secara tepat juga dapat digunakan
kembali di dalam ruangan untuk pembilasan toilet dan mencuci pakaian, keduanya konsumen air
yang signifikan.
Blackwater memerlukan perawatan biologis dan kimia dan disinfeksi sebelum digunakan
kembali. Untuk hunian tunggal, blackwater yang diolah dan didesinfeksi hanya dapat digunakan
di luar ruangan, dan seringkali hanya untuk irigasi bawah permukaan. Tanyakan kepada dewan
kota atau departemen kesehatan negara bagian Anda tentang persyaratan setempat.

Sistem penggunaan kembali air limbah.

Keuntungan menggunakan
kembali
Dengan menggunakan
air limbah sebagai sumber
daya daripada produk limbah,
Anda dapat:

kurangi tagihan air

 gunakan lebih
sedikit sumber
daya air
 irigasi kebun selama
kekeringan atau
pembatasan air
 mengurangi jumlah polusi yang masuk ke saluran air
 membantu menghemat uang pada infrastruktur baru untuk pasokan air dan pengolahan air
limbah
 mengurangi permintaan infrastruktur untuk transportasi, perawatan dan pembuangan
limbah, memungkinkannya bekerja lebih baik dan bertahan lebih lama.

1. Kerugian penggunaan kembali


Kerugian dari menggunakan kembali air limbah juga perlu dipertimbangkan. Saat ini, kerugian
utama bagi sebagian besar rumah tangga adalah biaya keuangan untuk menginstal dan memelihara
sistem reuse. Daya tarik investasi akan bergantung pada:

sejauh mana layanan pengolahan air limbah terpusat tersedia

 harga air di daerah Anda (perkotaan) atau kelangkaan air (pedesaan)


 apakah Anda mengganti sistem yang ada atau mulai dari awal
 lamanya Anda berniat tinggal di rumah Anda saat ini
 jenis sistem - biaya operasi dan pemeliharaan tahunan bervariasi antar sistem
 apakah pasokan air yang bebas hambatan dan andal bermanfaat bagi Anda - penggunaan
kembali air limbah sering kali merupakan sumber air sekunder yang jauh lebih andal
daripada instalasi tangki air hujan umum (lihat Air Hujan).

Jika rumah Anda sering kosong selama dua minggu atau lebih, misalnya rumah liburan, pilih
dengan cermat untuk menemukan sistem penggunaan kembali yang dapat mengatasi penggunaan
yang terputus-putus. Sebagian besar sistem yang menyertakan perawatan biologis tidak berfungsi
dengan baik jika digunakan secara sebentar-sebentar.

Menghitung volume air limbah


Tabel ini menunjukkan perkiraan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh satu orang setiap hari
di rumah rata-rata dengan skema Pelabelan dan Standar Efisiensi Air (WELS) perlengkapan
berperingkat 3 bintang (lihat Mengurangi permintaan air).
Wastewater diproduksi di rumah biasa-biasa saja dengan
perlengkapan berperingkat WELS 3

Jenis air limbah Sumber air limbah L / orang / hari

Air Hitam Toilet 20

Greywater Mandi 63

Baskom tangan 6

Mesin cuci 13

Keran binatu 2

Air limbah lainnya Keran dapur 12

Pencuci piring 5

Greywater total 84

Total air limbah 121

Gunakan kembali kualitas air


Kualitas air yang digunakan kembali tergantung pada sistem perawatan, penggunaan air
sebelumnya dan bahan kimia yang digunakan di rumah. Sejumlah hal dapat menyederhanakan
persyaratan perawatan.
Banyak lokasi indoor yang berbeda menghasilkan air limbah.

Untuk greywater:

Minimalkan penggunaan bahan kimia pembersih. Gunakan produk pembersih alami jika
memungkinkan.

 Gunakan deterjen, sabun, dan sampo pembersih natrium yang rendah atau tidak sama
sekali.
 Gunakan filter serat. Bersihkan dan ganti seperlunya untuk memastikan air dapat mengalir
melaluinya dengan mudah.
 Jangan membuang bahan kimia rumah tangga ke bak cuci. Hubungi dewan setempat atau
otoritas air Anda untuk informasi tentang layanan pengumpulan bahan kimia.

Untuk blackwater:

Minimalkan penggunaan bahan kimia pembersih. Gunakan produk pembersih alami jika
memungkinkan.

 Jangan buang bahan kimia rumah tangga ke toilet.


 Gunakan saringan wastafel di dapur untuk membantu mencegah sisa makanan dan bahan
2.3.1.1.4 Perbedaan Air Tanah Dangkal dan Air Tanah Dalam
Air adalah salah satu faktor yang sangat penting pada kehidupan manusia. Bisa dikatakan
bahwa setiap sendi kehidupan manusia tak bisa lepas dan dijauhkan dari yang namanya air.
Keberadaan air sendiri dapat kita temukan pada setiap bagian yang ada di muka buka. Ada
beberapa relief permukaan bumi yang mungkin terlihat kering seperti gurun. Namun, jika kita
melihat ke bagian dalam tanah, maka kita masih memungkinkan untuk menemukan air.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya oasis pada beberapa bagian gurun. Air sendiri dapat
kita temukan dan dapat dibagi menjadi berbagai macam jenis. Semua itu tergantung dari sifat,
kondisi dan letak dari air tersebut. Meskipun masih memiliki bentuk yang sama, namun nama yang
dimiliki sudah jauh berbeda.

Kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Pada dasarnya kedua golongan ini adalah jenis yang sangat umum untuk kita temukan. Meskipun
keduanya pada dasarnya adalah air. Namun, ada beberapa hal yang menjadi faktor mendasar yang
dapat digunakan untuk membedakan, seperti

1. Letak

Seperti yang telah kita katakan sebelumnya, bahwa ada banyak sekali jenis air tanah yang
dapat kita temukan. Setiap air tanah tersebut memiliki lokasi yang berbeda-beda tergantung dari
jenis dan karakteristik dari air tanah tersebut. Lokasi dimana air itu berada merupakan salah satu
hal yang dapat kita jadikan point utama perbedaan air tanah dangkal dan air tanah dalam.

Pada air tanah dalam biasanya lokasinya berada beberapa puluh hingga ratus meter dalam
tanah. Pada air tanah dalam berada di antara dua lapisan batuan yang tak dapat ditembus oleh air,
atau dapat juga dikatakan sebagai lapisan batuan kedap air. Hal ini lah yang menjadikan air tanah
dalam, sangat sedikit yang mampu mencapai ke permukaan.

Air tanah dangkal pada dasarnya memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda. Air tanah jenis
ini memiliki banyak sekali jenisnya. Salah satu yang bisa kita sebutkan adalah air sumur yang
banyak di pakai oleh masyarakat. Air tanah dangkal ini sendiri biasanya terletak di atas lapisan
batuan kedap air. Sungai merupakan salah satu jenis air dangkal yang telah muncul di permukaan.

2. Pemanfaatan
Jika berbicara mengenai pemanfaatan air tanah itu sendiri, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi potensi air tanah. Salah satu yang bisa kita katakan adalah metode dari
pemanfaatan air tanah tersebut. Air tanah dangkal adalah jenis air tanah yang bisa dikatakan sangat
umum dimanfaatkan. Air tanah jenis ini banyak digunakan oleh masyarakat secara umum,
terutama bagian rumah tangga. Air tanah dangkal sangat mudah untuk dimanfaatkan karena
kedalamannya yang tidak terlalu berlebih, selain itu biaya yang digunakan untuk menggali sumber
air tersebut juga tidak terlalu besar.

Pemanfaatan pada sumber air tanah dalam bisa dikatakan lebih khusus lagi dan berbeda.
Biasanya sumber air tanah ini banyak di gunakan dalam skala yang lebih besar dan sempit. Sumber
air tanah yang satu ini banyak digunakan oleh-oleh perusahaan atau bisnis perhotelan yang
membutuhkan sumber air lebih banyak. pemanfaatan sumber air tanah dalam merupakan salah
satu faktor penyebab berkurangnya daerah resapan air yang biasanya banyak terjadi di kota besar.

3. Debit air

Debit air merupakan salah satu yang bisa kita gunakan sebagai point pembahasan perbedaan
air tanah dangkal dan air tanah dalam. Setiap lapisan air tersebut tentunya memiliki sistem aliran
yang berbeda-beda. Pada lapisan air tanah dangkal laju debit air akan sangat dipengaruhi oleh
cuaca yang ada di permukaan bumi. Dinamika perubahan atmosfermerupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi laju dan ketersediaan da ri air tanah dangkal itu sendiri.

Sedangkan pada lapisan air tanah dalam, bisa dikatakan bahwa laju yang ada cukup stabil
dan tidak terpengaruh. Hal ini dikarenakan sumber tanah air dalam ini tidak secara sepenuhnya
bergantung pada air hujan. Selain itu sangat jarang sekali terjadi pemanfaatan pada sumber air
dalam ini.

4. Kemungkinan tercemar

Pencemaran air pada sumber air merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan dengan
seksama. Banyak sekali faktor penyebab pencemaran air, salah satu yang paling utama adalah
pembuangan limbah secara sembarangan. Jika membicarakan mengenai kemungkinan untuk
tercemar, maka air tanah dangkal memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar. Hal ini sangat
berhubungan erat dengan kedalaman dari sumber air ini yang tidak terlalu dalam. Selain itu air
tanah dangkal juga sangat mudah untuk menyerap setiap zat yang masuk kedalam tanah. Hal ini
karena air tanah dangkal tidak dilindungi oleh lapisan kedap air pada kedua sisi seperti halnya pada
lapisan air tanah dalam.

Itulah tadi beberapa perbedaan air tanah dangkal dan air tanah dalam. Keduanya memiliki
perbedaan dan juga persamaan yang saling mempengaruhi. Meskipun memiliki letak yang cukup
berjauhan, namun keduanya pada dasarnya saling mempengaruhi satu sama lain dengan cara yang
berbeda-beda. Semoga informasi tadi bermanfaat.

2.3.1.1.5 Jenis-jenis Sumur Beserta Cara Kerja dan Fungsinya


1. Sumur Bor

Sumur bor biasanya terletak di daerah metropolitan.


Sumur ini biasanya digunakan untuk bangunan berskala besar seperti sekolah, kantor, rumah
makan, hotel, dan sebagainya.

Untuk membuat sumur bor, diperlukan proses pengeboran menggunakan mesin canggih sampai
kedalaman sumur mencapai 100 hingga 150 meter.

Meskipun begitu, kedalaman sumur bor tergantung dengan kapasitas air dan kondisi geologis
bangunan yang membutuhkan sumur tersebut.

Banyak bangunan yang hanya membuat sumur bor sedalam 30 meter, tapi banyak juga
bangunan lebih besar yang membangun sumur bor yang berkedalaman hingga 200 meter.

Sumur bor memiliki keunggulannya tersendiri, di antaranya adalah prosesnya yang lebih cepat,
tingkat kegagalan yang lebih kecil dan lebihnya jumlah air bersih yang bisa ditampung.

2. Sumur Artesis

Sama seperti sumur bor, sumur artesis merupakan jenis sumur modern yang dibangun
menggunakan peralatan canggih.Mesin pembangun sumur artesis dapat menembus lapisan tanah,
kerikil, hingga batu yang susah ditembus dengan secara manual.

Mata bor akan ditancapkan secara vertikal ke dalam tanah hingga menyentuh lapisan aquifer,
atau lapisan di mana sumber air mengalir dengan lancar.Kedalaman sumur ini dapat mencapai 250
meter tergantung dengan kapasitas air yang dibutuhkan.

Biasanya, sumur artesis dibangun di tengah perkomplekan sebagai sumber utama air bersih
setempat.Cara kerja sumur artesis tidak membutuhkan pompa untuk menaikan air ke permukaan
tanah karena tenakan air alami pada lapisan aquifer sudah tinggi.Untuk memiliki sumur ini, kamu
harus mengandalkan jasa para profesional karena prosesnya yang tidak mudah dan cukup
berbahaya.

Apabila kalkulasi sumur tidak dihitung dengan benar, resiko kebocoran dan meluapnya air
keluar dari sumur sangatlah tinggi.

3. Sumur Resapan

Jenis sumur berikutnya adalah sumur yang berfungsi sebagai alat penampung air hujan yang
turun ke dalam tanah, yaitu sumur resapan.

Cara membangun sumur satu ini tidak jauh berbeda dengan cara membuat sumur galian yaitu
dengan cara manual menggunakan tenaga manusia.Normalnya sumur ini dibangun di daerah
dengan curah hujan yang tinggi demi memaksimalkan fungsinya sebagai alat peresap hujan.
Manfaatnya banyak.

Sumur resapan dapat meresap air hujan dengan baik sehingga mencegah terjadinya banjir dan
genangan air, menyuburkan tanah, mengurangi sedimentasi, dan mencegah longsor.Selain itu,
sumur resapan juga dapat mengurangi pencemaran air tanah dan menahan intrusi air laut.
4. Sumur Pompa

Apabila anda mencari solusi sumur yang ekonomis, mungkin sumur ini bisa jadi pilihan anda!

Sumur ini dibuat dengan cara mengebor lapisan tanah hingga mencapai lapisan aquifer atau
lapisan sumber air, jadi kedalamannya dapat beragam tergantung dengan lokasi pembangunan.
Untuk menaikan airnya ke permukaan tanah, sumur ini menggunakan pipa hisap yang disambung
dengan pompa air manual pada ujung atasnya.

Setelah itu, kamu masih harus mengayuh tuas pompa agar air dapat mengalir keluar melalui
lubang pompa.Walaupun terlihat repot, sumur pompa memiliki kelebihannya sendiri. Pompa yang
digunakan ramping dan tidak memakan banyak ruang pada pekarangan rumah anda.

Sumur pompa juga tidak membutuhkan listrik untuk berfungsi secara maksimal. Sumur ini
banyak digunakan di daerah pedesaan atau wisata air hangat. Apabila kamu berniat untuk
membangun jenis sumur ini, pastikan untuk merawatnya secara rutin karena bahan pompanya
mudah berlumut dan dapat mengkontaminasi sumber air.

5. Sumur Galian
Sumur ini merupakan sumur yang sistemnya sudah dipakai sejak lama.

Ya, apabila kamu tinggal di daerah pedesaan atau pernah mengunjungi sebuah desa, kamu pasti
pernah melihat sumur ini.Seperti namanya, sumur ini dibangun dengan proses penggalian secara
menual menggunakan tenaga manusia.

Kedalaman sumur ini mencapai 10 meter, namun pada wilayah yang masih kesusahan air,
biasanya sumur ini dapat mencapai kedalaman sehingga 20 meter. Di sisi galian sumur akan diberi
dinding yang dibuat dari batu dan semen sehingga tanahnya tidak akan kembali rembes setelah
dipenuhi oleh air.

Proses pembuatannya terbilang mudah dibandingkan dengan jenis sumur lainnya, sayangnya
efisiensi sumur satu ini bergantung pada musim karena tidak tergantung pada alat modern
penghasil air. Sumur galian menghasilkan air dengan cara menarik air tanah dangkal.

Hal ini juga merupakan kelemahan sumur galian karena airnya yang rentan terkontaminasi
septic tank dan limbah di sekitaran rumah. Itu lah mengapa lokasi penggalian sumur harus berada
jauh dari saluran air WC dan irigasi air sawah sehingga tidak akan mengangkut kotoran dan
pestisida.

Anda mungkin juga menyukai