2017
Talim, Michael
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3151
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGARUH KUAT TEKUK PADA SISTEM PERANCAH
BANGUNAN (SCAFFOLDING)DENGAN METODE ANALISA
LANGSUNG (DIRECT ANALYSIS METHOD)
Disusun Oleh :
MICHAEL TALIM
11 0404 040
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
Perancah baja merupakan komponen yang sangat penting dalam pekerjaan bekisting
untuk menunjang pekerjaan selanjutnya. Tujuan dilakukannya analisis ini yaitu untuk
meninjau kuat tekan maksimum yang terjadi pada scaffolding 3 tingkat sebelum terjadinya
tekuk dengan metode analisa langsung (DAM).
Kuat tekan terendah pada scaffolding 3 tingkat sebelum terjadi tekuk adalah 18,24 kN
dengan arah horizontal notional loads ke kanan pada scaffolding tingkat pertama,arah ke kiri
pada scaffolding tingkat kedua dan ke kanan pada scaffolding tingkat 3.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil kuat tekan maksimum yang didapat terjadi
perpindahan yang besar secara drastic dalam langkah iterasi.Dengan menggunakan analisa
pada metode DAM,hasil yang didapat lebih efektif.
Kata Kunci: Scaffolding, Analisa Langsung, Kuat tekan, Baja, notional loads
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya hingga
selesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis Pengaruh Kuat Tekuk Pada Sistem Perancah
Bangunan (Scaffolding) Dengan Metode Analisa Langsung (Direct Analysis Method)”. Tugas akhir
ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam ujian sarjana Teknik Sipil
bidang Studi Struktur pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Dengan tangan terbuka dan hati yang tulus
penulis menerima saran kritik Bapak dan Ibu dosen serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan tugas
akhir ini.
Penulis juga menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan
bantuan semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., Ph.D, IP-U, selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang tiada hentinya
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T., selaku ketua departemen Teknik Sipil
3. Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA, selaku sekretaris departemen Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara.
pembanding yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan-
5. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, yang telah mendukung, menyemangati serta
6. Hendrik Wijaya, S.T, selaku teman seangkatan 2011 yang telah memberikan kontribusi besar
kepada penulis dalam hal memberikan semangat dan arahan hingga selesainya tugas akhir
ini.
7. Teman-teman jurusan Teknik Sipil, terutama teman-teman seangkatan 2011 yang senantiasa
membantu dikala penulis menemui kendala, abang/ kakak stambuk 2008,2009 dan 2010 serta
adik-adik angkatan 2012 sampai 2016 terima kasih atas dukungan dan informasi mengenai
8. Para pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU atas ketersediannya untuk
9. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk
semuanya.
Penulis
MICHAEL TALIM
11 0404 040
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Gambar 1.1 Bangunan dengan sistem percancah reshoring .... Error! Bookmark not defined.
Gambar 1.2 Model perancah sisteam reshoring ....................... Error! Bookmark not defined.
BAB II
Gambar 3.2 Hasil interaksi check antara ELM dan DAM (AISC 2010) ................................. 46
Gambar 3.3Gambar benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-1(AISC 2010) ...... 48
Gambar 3.4 Gambar benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-2 (AISC 2010) .... 49
Gambar 3.5 Gaya aksial Case-1 terhadap momen tengah bentang .......................................... 50
BAB IV
BAB II
BAB III
Tabel 3.1 Tabel benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-1 (AISC 2010) ....... 48
Tabel 3.2 Tabel benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-2(AISC 2010) ........ 49
Tabel 3.3 Tabel Uji Benchmark Case-1 terhadap Pengaruh P-δ ......................................... 50
Tabel 3.4 Tabel Uji Benchmark Case-2 terhadap pengaruh P-∆ dan P-δ ........................... 51
BAB IV
τb = Kekakuan lentur
PENDAHULUAN
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah mempengaruhi kemajuan dunia
industri dan usaha untuk sekarang ini.Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan-
perusahaan besar maupun kecil yang bersaing untuk menghasilkan produk yang
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-
bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa
atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa
negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah.Tetapi
mayoritas pekerja konstruksi sekarang menggunakan perancah yang terbuat dari besi.
konstruksi adalah perancah/scaffolding karena komponen ini dipakai dari awal hingga
akhir proyek sebagai material support yang harus digunakan pada semua kegiatan
menimbulkan masalah umum pada bidang kesehatan dan keselamatan kerja.Hal ini
tersebut karena setiap hari pekerja harus memanjat scaffolding bahkan ketika bekerja
bawah ini :
1. Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegahperubahan
bekisting akibat dari gaya-gaya horizontal. Penyetelan dalamarah tegak lurus harus
dengan waterpass.
2. Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutanakibat dari lantai
Ada juga sistem pada perancah yang dinamakan shoring dan reshoring dimana,
shoring adalah komponen yang ada pada perancah seperti horizontal,vertikal atau batang
penopang miring dimana komponen yang terbuat dari logam dirangkai menjadi unit
modular yang dapat dirangkai diatas yang lainnya, untuk membentuk serangkaian menara
membantu para pekerja dan beton segar pada lantai teratas.Shore juga mendistribusikan
beban dari atas menuju bagian bawah pelat lantai yang merupakan permukaan daripada
reshore.
yang berhubungan dengan beton yang memilik beban yang berat.Biasanya untuk lantai
beton,beban mati lebih besar daripada beban hidup.Jika kita hanya bergantung pada
kapasitas beban hidup dari lantai hanya untuk menopang beban dari pekerja dan beton
yang akan dipakai untuk pembangunan dari atas,maka akan kelebihan berat pada pelat
lantai.Sistem reshore terdiri dari tiga pelat lantai atau lebih yang dipisahkan antar lantai.
Pelat dan reshore antar lantai berperilaku sebagai sistem struktur yang terintegrasi untuk
menopang beban shore antar lantai.Reshore tersebut membantu mencegah keretakan pada
pelat sebelumnya.
scaffolding :
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka
penggunaan bahan baku dengan kualitas baik menjadi mutlak diperlukan. Selain itu
juga diperlukan biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup, agar seluruh alat dan
bahan yang digunakan dapat sesuai dengan kualitas yang diharapkan (sesuai
perancangan).
memegang peranan penting, termasuk dalam efisiensi dan efektifitasan waktu kerja,
bahan bangunan, tenaga kerja, penggunaan alat kerja (ringan dan berat), yang
Kondisi lahan yang kurang baik juga mempengaruhi pada proses pelaksanaan
sesuai keinginan, tapi kondisi lahan yang tidak rata harus mendapat perhatian lebih
dari pihak pelaksana. Selain itu penggunaan tanah urug yang belum sepenuhnya
padat, juga turut mempengaruhi hasil dari pekerjaan konstruksi perancah. Kurangnya
pemadatan pada saat pengurugan tanah, akan dapat menyebabkan keruntuhan struktur
4. Lain – lain
Hal – hal lain yang harus diperhatikan pada pelaksanaan konstruksi perancah
adalah tingkat kemampuan pekerja. Hal ini berhubungan dengan kualitas pekerjaan
dan tingkat kesadaran pekerja akan keselamatan diri selama proses pembangunan
berlangsung. Untuk itu usaha yang berkala dan terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan diri pekerja, akan menjadi nilai lebih dari suatu pekerjaan konstruksi.
konstruksi meliputi:
1. Perancah Frame
3. Perancah pipa
7. Perancah kuda-kuda
8. Perancah persegi
9. Perancah gantung
1.2 TEORI
Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan
cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5 – 20 kN (500- 2000
kg). Perancah baja bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung
keran(spigot joint) adalah jenis sendi di mana dua anggota tubular dihubungkan dengan
diameter pada bagian tubular kecil. Bagian yang lebih kecil terdapat pada kedua bagian
yang besar pada scaffolding, dan menggabungkan mereka bersama-sama jika mengalami
ketegangan melalui penguncian pin.Spigot joint jugatidak bisa menempel jika terjadi kuat
lentur pada klep. Masalah yang ada pada spigot joint ini adalah ada kecenderungan pada
Permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah untuk meninjau
seberapa besar kuat tekuk yang terjadi pada scaffolding bangunan 3 lantai dikarenakan
perhitungan secara analitis dengan program SAP dapat lebih mempermudah dalam
Maksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk meninjau kuat tekan
maksimum scaffolding 3 tingkat yaitu pada kondisi sebelum terjadinya tekuk dengan
menggunakan metode analisa langsung (Direct Analysis Method) yang tertera di AISC-
Pembatasan masalah yang diambil dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
3. Metode analisa yang digunakan yaitu Metode Analisa Langung (Direct Analysis
Method)
Metode penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini adalah metode literatur
yang terkait.
terhadap beberapa kondisi untuk mendapatkan kuat tekan maksimum yang terjadi.
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, studi literatur, perumusan masalah, tujuan penulisan, maksud
Berisi tentang teori-teori yang mendukung dalam perhitungan serta cara perhitungan
diilustrasikan.
MULAI
DASARTEORI
PERUMUSAN MASALAH
DESAIN DATA :
1.MUTU MATERIAL SCAFFOLDING
2.UKURAN SCAFFOLDING
3.SPESIFIKASI KUAT MAKSIMUM
PERMODELAN DENGAN
ANALISA PROGRAM SAP
2000
SELESAI
TINJAUAN PUSTAKA
dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyanggatenaga kerja, bahan-bahan serta alat-
pembongkaran.
1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan,berat sendiri,
2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudahgoyang atau
labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi yangdizinkan.
tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh karena itumaka ukuran dan
4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalamadukan
beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran tidak naikmaka akan
5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat digunakan
berkali-kali.
disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan agregattidak keluar
7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan dalammembuat
bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat dilaksanakandengan tenaga kerja
8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien mungkinyang
9.
Menurut I. Ervianto (2006), komponen utama dari sistem penyangga perancah baja
konvensional terdiri dari rangka (main frame) dengan berbagai bentuk dan ukuran, diagonal
bracing atau crossbrace, walk thru frame, adjustable jack, atau jack base, U-heads).
satu kali pakai. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan organis,bahan buatan, dan /
atau gabungan keduanya. Depresiasi acuan perancah jenis inisangat tinggi, karena banyak
volume bahan terbuang pada proses pembuatan sertamembutuhkan volume tenaga kerja
2. Semi Sistem Modern, Sistem ini dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran –
ukuranuntuk komponen tertentu dengan masa penggunaan satu kali atau lebih. Karena
dan pembongkaran. Dengan kualitas hasil yang lebih baikdibandingkan dengan sistem
lain, acuan perancah dengan sistem ini dapatdimanfaatkan untuk beberapa kali masa
maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka penggunaan bahan baku dengankualitas
(maintenance) yang cukup, agar seluruh alat dan bahan yangdigunakan dapat sesuai
waktu kerja, bahan bangunan, tenaga kerja,penggunaan alat kerja (ringan dan berat), yang
miring adalah :
a. Pengecoran dilakukan dari bagian bawah, hal tersebut untuk menghindari pergeseran
b. Untuk menghindari keruntuhan guling dari konstruksi perancah, maka penuangan beton
campuran disarankan dengan cara vertikal atau tegak lurus plat acuan.
c. Hindari adanya pembebanan titik akibat penumpukan penuangan pada satu titik, karena
d. Kondisi campuran beton lebih kental (menggunakan admixture bila diperlukan) dari saat
pengecoran biasa, hal tersebut untuk mempercepat proses pengerasan dan menghindari
kelongsoran campuran.
e. Untuk syarat–syarat campuran beton yang lain, sama dengan aturan campuranpada
umumnya.
perancah scaffolding :
1. Konstruksi perancah harus direncanakan dan dihitung dengan faktor keamanandan satu
unit perancah scaffolding dengan satu kaki < 1,5 ton (spesifikasi teknis material pabrik).
2. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan bracing / crossing
dilakukanpemasangan perancah.
kekuatan.
8. Kejutan gaya yang besar (beban titik) tidak boleh dibebankan pada perancah.
9. Semua perancah tempat tenaga kerja bekerja, harus dilengkapi dengan platformuntuk
10. Setiap bagian dari tempat bekerja yang dimungkinkan tenaga kerja terjatuh daribagian
1. Tidak adanya tangga penghubung antara elevasi – elevasi frame scaffolding, halitu dapat
menyebabkan kesulitan bagi pekerja yang berujung pada kurang stabilnya kondisi
perancah.
2. Tata letak perancah harus diperhatikan, agar tidak mengganggu pergerakan danaktivitas
pekerja.
3. Penggunaan alat pengaman bagi pekerja menjadi hal yang penting untuk struktur
perancahyang tinggi.
Menurut Fransiska (2015), ada banyak jenis scaffolding yang saatini banyak digunakan
a) Modular scaffold
b) Frame scaffold
perlengkapannya.
c) Independent scaffold
Scaffolding yang dilengkapi dengan tiang sebanyak dua atau lebih dihubungkan satu
d) Hanging scaffold
Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap dantidak dapat
e) Mobile scaffold
Scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi roda padabagian
bawah tiang.
Scaffolding terdiridari tiang satu deret yang disambung dengan ledger, putlogdiikat pada
ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur tetap ataubangunan.
g) Tube scaffold
h) Overhead scaffold
Scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian luar suatubangunan
yang sifatnya dibangun keatas atau kebawah yang berdiri sendiridengan bantuan batang
penopang.
Menurut Trahair,N.S. (1993), dalam struktur pendirian scaffold ada banyak macam
lain :
Terbuat dari bahan baja dengan patok ditengah untuk menahan pipa.Terkadang pelat
dasar dipakukan atau dilekatkan pada papan pelapis untuk mencegah gerakan lateral
Penting untuk kekuatan struktur dan dipasang secara diagonal melintang diantara ledger,
Adalah pipa yang dipasang didepan scaffold untuk menahan scaffold tidak bergoyang.
Melintang dari dasar sampai ketitik tertinggi dari scaffold dengan kemiringan antara 35º
dan 55º dan dipasang pada dasar dan setiap level dari lift juga untuk standard atau ujung
dari transom. Satu dari sekian brace ini harus diikat setiap jarak 30 meter atau kurang
sepanjang scaffold.
Dipasang mendatar pada sudut siku diseberang ledger didekat setiap pasang standard,
atau dihubungkan langsung dengan setiap pasang standard. Menahan kedua baris
dari standard pada posisinya dan membantu scaffold lebih kokoh. Berfungsi sebagai
penopang board.
5. Intermediate Transom
Dipasang diseberang ledger diantara transom utama dan berfungsi menopang scaffold
Adalah merupakan tiang utama dari konstruksi scaffolding, tiang vertikalharus berdiri
dengan dilandasi / diatas Base Plates atau Jack Base padadasar yang tidak rata, pipa
Pipa mendatar yang menjadi penghubung dan menopang standard berfungsi menopang
transom. Jarak vertikal antara ledger ditentukan untuk penggunaan jenis scaffold yang
diinginkan.
8. Lift
Jarak vertikal diantara permukaan yang ditopang pada scaffold dengan ledger yang
terendah atau level dimana platform bias dibangun. Juga jarak vertikal
diantara ledger yang berdekatan atau ketinggian scaffold dimana platform dapat
dibangun.
9. Platform
Permukaan tempat kerja pada posisi diatas permukaan rendah. Platform dapat dibuat
Handrail dipasang diatas midrail dan harus diikat dengan clamp mati (Right Angle
Coupler), berfungsi sebagai palang pengaman agar orang tidakjatuh saat berada di atas
pelataran.
Jack Base digunakan untuk landasan tiang vertikal apabila dasar dariperancah /
scaffolding tidak rata, karena Jack Base bisa diajak untukmenaikkan dan menurunkan
tiang vertikal.
Right Angle Coupler hanya digunakan untuk mengikat pipa horizontaldengan pipa
Midrail terpasang pada guardrail post dibawah dari Handrail dan di atas toe board,
fungsinya adalah untuk menjaga agar orang tidak jatuh pada saatberada di bawah
handrail.
pemakaianscaffolding aman dan tidak mengalami kecelakaan pada pekerja yang bekerja pada
atau diatas scaffolding, maka prosedur keselamatan kerja scaffolding harus diterapkanyaitu :
a. memakai pakaian kerja yang rapi, tidak sempit atau terlampau longgar
scaffolding yang tidak tepat. Dan didalam peraturan pemerintah telahdisahkan undang-undang
untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja,bahan-bahan, serta alat-
pembongkaran”.
b) Bab II, Pasal 12“Perancah yang aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang
tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seorang yang berdiri diataskonstruksi yang kuat
dan permanen kecuali apabila pekerjaan tersebutdapat dilakukan dengan aman dengan
mempergunakan tangga”.
(1) ayat (1) “Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapatsehingga dapat
(2) ayat(2) “Lantai perancah harus diberi pagar pengaman apabila tinggilantai lebih dari 2
meter”
a) Sistem Pelindung Utama (Primary Fall Arrest System)adalah pelindung sisi platform,
lantai dan lorong jalan (walkways).Pelindung jatuh jenis ini terdiri dari:
o Guard rails (pegangan tangan): rail atas (tinggi: 42 inchi atau sekitar 107 cm),
railtengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe board (rail pada sisi lantai
o Floor opening atau hole covers (penutup lobang lantai): harus betul-betulmenutup
1. Full Body Harness harus dilengkapi dengan D-ring mounted padabagian belakang
dari harness.
2. Penggunaan safety belts atau sabuk pengaman (bukan full body harness)dilarang.
ditugaskan.
c) Lanyard
“titik jangkar” (anchor point) pada batas atau diatas pinggang si pekerja.
5. Snap hook dari ujung lanyard yang dikaitkan pada anchor point harusdari jenis
double-locking (double action), dalam hal ini jeniscarabiner atau karabiner dapat
6. Panjang ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak melebihi 6 feet(1.8m)
7. Sebelum digunakan lanyard harus dicek untuk mengetahui adanyayang rapuh, robek
8. Lanyard yang sudah terkena impact atau akibat dari jatuh sebaiknyatidak digunakan
lagi.
d) Anchor Point
2. Palang pipa pada struktur dapat digunakan sebagai anchor point,tetapi yang berikut
3. Sesuatu yang memiliki sisi atau pinggiran yang tajam tidak dapatdigunakan sebagai
Untuk ketentuan dalam pemerikasaan scaffolding agar ditaati maka harus ada undang-
undangnya, yaitu :
kondisi tempatkerja”.
a. Pemasangan scaffolding
apabila kondisi dasar adalah tanah, kalau dasar konkret betonperiksa ketebalannya.
2. Periksa semua kondisi material (pipa, clamp, papan, coupler dll) sebelumdibawa ke
material.
kabel power di atasnya, tidak terlalu dekat lubang galian,tidak ada pekerjaan-
yang aman (tool box meeting), juga memeriksa semuaperalatan kerja dan peralatan
danmenaikkan material.
Untuk scaffolding yang di gantung atau di atas bangunan konstruksi, misal hanging
scaffold yang harus dilakukan adalah membuat penahan atau pengikat dulu denganstruktur
konstruksi. Komponen dari scaffolding yang bisa digunakan sebagaipengikat bisa dari hand
1. Tangga yang terbuat dari metal dengan batas ketinggian 9 meter dan 15 meter, tangga
a) Tangga lipat dibuat hanya untuk tempat yang betul-betul terbuka dan posisi tangga di
kunci.
b) Tangga harus diperiksa sebelum dipakai. Perhatikan kondisi tiang samping, karet anti
Seseorang harus memegang tangga pada waktu pekerja lain mengikat bagian atasnya
d) Ujung tangga paling tidak harus tiga anak tangga dari titik penyangga diatas platform.
tangga
f) Dilarang keras untuk menggunakan tangga yang terbuat dari logam dilingkungan
i) Hanya satu orang pekerja yang dianjurkan menaiki atau menuruni tangga dalam satu
waktu.
j) Tangga yang sudah rusak tidak boleh digunakan lagi, dan tangga yang rusak tersebut
2) Perancah harus diperiksa ulang seminggu (7 hari) sekali atau sesudah angin
4) Scaffolding yang sudah layak pakai harus di lengkapi dengan scaffold tag yang
5) Perancah yang belum siap pakai atau ada salah satu dari bagian scaffoldingtersebut
yang hilang atau terlepas harus dilengkapi dengan tanda merah (red tag)yang berarti
board).
c. Pembongkaran Scaffolding
yang terpasang, karena bila dilakukan pembongkaran tanpa/tidak sesuaidengan ketentuan maka
darikonstruksi scaffolding.
4. Perancah tidak boleh dibongkar salah satu dari konstruksinya, kecuali bila masihtetap
1. Pengujian Statis
Pengujian ini dilaksanakan terhadap sebuah papan dengan jalan meletakkan ujungpapan
pada dua buah tumpuan yang berjarak 1,8 meter.Beban diletakkan padabagian tengah papan
Disamping kerusakan yang mungkin terjadi, perlu pula diukur kelengkungan papan
dengan ketentuan :
2. Pengujian Dinamis
Pada pengujian ini papan diletakkan pada dua buah tumpuan dengan jarak 3,4 meterpada
ketinggian papan 150 mm dari permukaan lantai. Beban dinamis yangdiberikan adalah loncatan
satu atau dua orang pada papan dengan jarak 2,7 atau 2meter dari masing-masing penumpu.
Sehingga terjadi kelengkungan dan kemudian diukur dengan ketentuan maksimal adalah :
3.1. Pendahuluan
dan iterasi. Sekarang ini dukungan teknologi komputer canggih tetapi terjangkau
menyebabkan cara analisis non-linier bukan kendala. Sehingga berbagai jenis analisis
berbasis komputer berkembang mulai analisis tekuk elastis, analisis elastis orde-2,
analisis plastis, analisis elastis-plastis, dan analisis inelastis orde-2, yang disebut juga
Advance Analysis.Umumnya jenis analisis seperti itu sudah tersedia sebagai opsi pada
Semakin canggih jenis analisisnya ternyata semakin banyak data yang dilibatkan,
sehingga diperlukan pemahaman atau kompetensi tertentu agar hasilnya dapat dipakai
secara efektif. Jika dipilih Advance Analysis maka hasilnya tentu mencukupi untuk
analisis stabilitas. Tetapi jika dipakai untuk pekerjaan perencanaan struktur baja secara
rutin (bukan riset), tentunya berlebihan dan tidak praktis. Maklum, pekerjaan
perencanaan adalah termasuk bisnis, yang tentunya juga memegang prinsip : sedikit
menjadi pertimbangan.
analisis dan desain, maka menurut AISC (2010), menetapkan Direct Analysis Method
(DAM) sebagai cara analisis baru pada struktur baja yang telah memasukkan prinsip
modern dalam analisis stabilitas. Memang untuk itu diperlukan analisis struktur berbasis
komputer. Tetapi analisis yang dipilih bukan yang rumit seperti Advanced Analysis,
cukup yang minimalis, yaitu Second-Order Elastis Analysis. Tetapi dengan sedikit
manipulasi dan strategi perhitungan yang cocok, maka problem stabilitas, yang bersifat
Strategi penyelesaian yang digunakan DAM tidak persis sama seperti jenis
analisis yang rasional, tetapi yang penting telah dibuktikan dengan cara kalibrasi
problem real. Itulah DAM yang telah menggantikan cara lama ELM (Efective Length
Method), suatu prinsip penyelesaian stabilitas standar sejak dipakainya rumus Euler
dahulu. Cara lama tersebut (ELM) tidak dibuang tetapi dipindah jadi Appendix 7 (AISC
2010), dan dapat dipakai sebagai cara alternatif, khususnya jika tidak tersedia program
analisis untuk menentukan kuat perlu penampang dan mendesain agar punya kekuatan
dan kekakuan yang mencukupi. Untuk itu, AISC (2010) memberikan cara Direct
Analysis Method (DAM), yang sebelumnya adalah cara alternatif pada kodeyang lama
(AISC 2005).
mengakses stabilitas. Dengan DAM maka pengaruh pembebanan struktur dapat dicari
Cara perancangan struktur baja saat ini, Effective Length Method, didasarkan
analisa struktur elastis-linier. Pemakaiannya terbatas pada struktur yang rasio pembesaran
momen akibat perpindahan titik nodal, ∆2nd order / ∆1st order ≤ 1.5 (AISC 2005). Jika
melebihi batasan tersebut berarti strukturnya relatif langsing, yang mana pengaruh non-
linier geometri akan menjadi signifikan. Sedangkan cara DAM tidak ada pembatasan,
sehingga cocok digunakan untuk perancangan struktur baja modern, yang pada umumnya
kuat material (Fy) dan stabilitas (buckling), maka dengan mudah diketahui bahwa kuat
batang tekan ditentukan parameter E, Fy, KL/r dan Ag. Dua yang pertama merujuk
material, sedangkan dua yang terakhir merujuk kondisi geometrinya. Ternyata setelah
dipelajari lebih mendalam, parameter tersebut bukanlah faktor yang utama. Itu hanya
akan cocok jika dikaitkan dengan rumus atau kurva kapasitas yang terdapat pada code
tetapi pada kasus-kasus tertentu terbukti memberikan korelasi memuaskan terhadap data
hasil uji empiris. Strategi penyederhanaan itu diperlukan karena sewaktu penyusunan
masyarakat, maka cara penyederhanaan menjadi tidak relevan lagi. Agar efektif, perlu
tinjauan langsung sumber permasalahannya sehingga dapat dibuat metode baru lain yang
Menurut AISC (2005) ada tiga aspek penting yang mempengaruhi stabilitas
elemennya, yaitu [1] non-linier geometri; [2] sebaran plastisitas; dan [3] kondisi batas
elemen. Ke-3 hal tersebut sangat berpengaruh pada deformasi struktur ketika dibebani.
pembebanan tidak dapat diabaikan. Era modern, itu dapat diatasi dengan analisa struktur
berdeformasi. Faktor yang dievaluasi adalah pengaruh second-order-effect, yaitu P-∆ dan
P-δ. Pada penyelesaian tradisionil, hal itu diatasi dengan faktor pembesaran momen B1
dan B2 (Chapter C – AISC 2005). Bila pengaruh non-linier geometri signifikan, maka
berpengaruh.
Kondisi batas elemen : akan menentukan kekuatan batas elemen struktur, seperti
terjadinya kelelehan material, tekuk lokal, tekuk global berupa tekuk lentur, tekuk torsi-
analisis cara manual. Akurasi DAM dapat diandalkan karena memakai komputer, dan
yang dimaksud berupa deformasi akibat lentur, aksial dan geser. Persyaratan ini
cukup mudah, hampir sebagian besar program komputer analisa struktur berbasis
metoda matrik kekakuan, apalagi ‘metoda elemen hingga’ yang merupakan algoritma
• Pengaruh Orde ke-2 (P-∆ & P-δ) perlu diperhitungkan dalam mencari gaya-gaya
internal batang. Umumnya program komersil bisa melakukan analisa struktur orde
ke-2, meskipun kadangkala hasilnya bisa berbeda satu dengan lainnya. Oleh sebab itu
terjadi ketika program ternyata hanya mampu memperhitungkan pengaruh P-∆ saja,
pembebanan akibat deformasi di elemen (diantara dua titik nodal), seperti terlihat
gaya-gaya batang diperoleh dari analisa struktur elastis orde-2, yang memenuhi kondisi
cacat dari elemen struktur, seperti ketidak-lurusan batang akibat proses fabrikasi atau
konsekuensi adanya toleransi pelaksanaan lapangan, akan menghasilkan apa yang disebut
efek destabilizing.
destabilizing dalam Direct Analysis Method (DAM) dapat diselesaikan dengan dua cara,
yaitu [1] cara pemodelan langsung cacat pada geometri model yang dianalisis, atau
[2] memberikan beban notional (beban lateral ekivalen) dari sebagian prosentasi beban
Cara permodelan langsung dapat diberikan pada titik nodal batang yang digeser
untuk sejumlah tertentu perpindahan, yang besarnya diambil dari toleransi maksimum
nodal pada pemodelan langsung harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan efek
destabilizing terbesar. Pola yang dipilih dapat mengikuti pola lendutan hasil pembeban-
Beban notional merupakan beban lateral yang diberikan pada titik nodal di
semua level, berdasarkan prosentasi beban vertikal yang bekerja di level tersebut, dan
diberikan pada sistem struktur penahan beban gravitasi melalui rangka atau kolom
vertikal, atau dinding, sebagai simulasi pengaruh adanya cacat bawaan (initial
imperfection).
Beban notional harus ditambahkan bersama-sama beban lateral lain, juga pada
semua kombinasi, kecuali kasus tertentu yang memenuhi kriteria pada Section 2.2b(4)
Ni= 0.002 Yi
Dimana
Nilai 0.002 pada ketentuan C2-1 mewakili nilai nominal rasio kemiringan tingkat
(story out of plumbness) sebesar 1/500, yang mengacu AISC Code of Standard Practice.
Jika struktur yang aktual ternyata punya kemiringan tingkat berbeda, lebih besar tentu-
Beban notional pada level tersebut akan didistribusikan seperti beban gravitasi,
tetapi pada arah lateral yang dapat menimbulkan efek destabilizing terbesar. Jadi perlu
beberapa tinjauan.
Pada bangunan gedung, jika kombinasi beban belum memasukkan efek lateral,
maka beban notional diberi dalam dua arah alternatif ortogonal, masing-masing arah
positif dan negatif, sama untuk setiap level. Sedangkan untuk kombinasi dengan beban
lateral, maka beban notional diberikan pada arah yang sama dengan arah resultan
Jadi penempatan notional load diatur sedemikian rupa agar jangan sampai hasil
akhir kombinasinya akan lebih ringan. Bukankah notional load adalah untuk
memodelkan ketidak-sempurnaan.
Adanya leleh setempat (partial yielding) akibat tegangan sisa pada profil baja (hot
rolled atau welded) akan menyebabkan pelemahan kekuatan saat mendekati kondisi
batasnya. Kondisi tersebut pada akhirnya menghasilkan efek destabilizing seperti yang
terjadi akibat adanya geometry imperfection. Kondisi tersebut pada Direct Analysis
Method (DAM) akan diatasi dengan penyesuaian kekakuan struktur, yaitu memberikan
faktor reduksi kekakuan. Nilainya diperoleh dengan cara kalibrasi dengan membanding-
kannya dengan analisa distribusi plastisitas maupun hasil uji tes empiris (Galambos
1998). Faktor reduksi kekakuan, EL*=0.8τbEl dan EA*=0.8EA dipilih DAM dengan dua
alasan.
Pertama: Portal dengan elemen langsing, yang kondisi batasnya ditentukan oleh
stabilitas elastis, maka faktor 0.8 pada kekakuan dapat menghasilkan kuat batas sistem
sebesar 0.8 x kuat tekuk elastis. Hal ini ekivalen dengan batas aman yang ditetapkan pada
Kedua: Struktur portal yang mempunyai elemen kaku atau stocky maupun sedang, maka
kombinasi aksial tekan dan momen lentur. Jadi kebetulan jika ternyata faktor reduksi
kolom langsing dan kolom kaku mempunyai nilai saling mendekati atau sama. Untuk itu
satu faktor reduksi sebesar 0.8τb dipakai bersama untuk semua nilai kelangsingan batang
(AISC 2010).
kekakuan batang. Untuk kondisi Pr ≤ 0.5Py , dimana Pr adalah gaya tekan perlu hasil
kombinasi LRFD.
τb = 1.0
𝑃𝑃𝑟𝑟 𝑃𝑃𝑟𝑟
𝜏𝜏𝑏𝑏 = 4 �1 − �
𝑃𝑃𝑦𝑦 𝑃𝑃𝑦𝑦
batas kekuatan dan stabilitas struktur baja, dan tidak digunakan pada perhitungan drift
Untuk kemudahan pada kasus τb = 1, reduksi El* da EA* dapat diberikan dengan
cara memodifikasi nilai E dalam analisis. Tetapi jika komputer program bekerja semi
otomatis, perlu diperhatikan bahwa reduksi E hanya diterapkan pada 2nd order anylisis.
Adapun nilai modulus elastis untuk perhitungan kuat nominal penampang tidak boleh
dikurangi, seperti misal saat perhitungan tekuk torsi lateral pada balok tanpa tumpuan
lateral.
Dengan program analisa struktur order-2, maka saat metode ELM (Effetive
Length Method) dan DAM (Direct Analysis Method) dibandingkan nilai interaksi check
balok-kolom, antara gaya internal ultimate (beban terfaktor) terhadap kapasitas nominal
Gambar 3.2 Hasil interaksi check antara ELM dan DAM (AISC 2010)
Untuk alasan itu pula, interaksi balok-kolom pada bidang tekuk dievaluasi
terhadap kuat tekan, PnL , yang dihitung berdasarkan kurva kolom dengan KL=L atau
K=1.
Bebanan notional dapat juga dipakai untuk antisipasi pelemahan kekakuan lentur,
τb akibat kondisi in-elastis adanya tegangan residu. Stratrgi ini cocok untuk
menyederhanakan perhitungan DAM pada batang dengan gaya tekan besar αPr > 0.5Py ,
Jika strategi ini akan dipakai, maka τb = 1.0 dan diberikan beban notional
tambahan sebesar :
kan cacat geometri bawaan (initial imperfection), karena sifatnya memperbesar maka
beban.
Jika digunakan analisa stabilitas struktur cara DAM, maka untuk perhitungan kuat
struktur nominalnya cukup memakai prosedur biasa seperti yang digunakan pada cara
ELM, yaitu nilai faktor K pada kelangsingan batang (KL/r) diambil konstan sebesar K=1.
untuk menghitung efek P-Δ dan P-δ secara teliti. Pada umumnya program analisa struktur
insinyur untuk memastikan sendiri bahwa program yang digunakannya memang telah
evaluasi, apakah program analisa struktur yang akan dipakai, punya kemampuan meng-
Pada pengujian perlu dipakai variasi beban aksial berbeda, juga pengaruh
dan P-δ.
Benchmark uji terdiri dari dua kasus, yaitu Case-1 untuk menguji pengaruh P-δ
saja, di sini jumlah meshing pada model struktur perlu dievaluasi apakah hal itu
umumnya karena langsing dan jika ini yang dominan maka minimal elemen batang
Gambar 3.3 Gambar benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-1(AISC 2010)
Tabel 3.1 Tabel benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-1 (AISC 2010)
Tabel 3.2Tabel benchmark uji program analisa struktur orde-2 case-2(AISC 2010)
SAP2000 ver 7.4 yang dianggap kuno (release 2000) tetapi sudah bisa memperhitungkan
efek P-Δ (Dewobroto 2013), juga SAP 2000 ver 14 yang relatif baru (release 2009).
Uji benchmark pertama kali terhadap Case-1 (lihat Gambar 9.21) untuk melihat
algoritma program versi lama dan yang baru dalam memperhitungkan pengaruh P-Δ
Case-1 SAP v7.4 SAP v7.4 SAP v7.4 SAP v14.0 SAP v14.0
(AISC 2010) (PΔ-off-1#) (PΔ-on-1#) (PΔ-on-2#) (PΔ-on-1#) (PΔ-on-2#)
P M-mid P M-mid P M-mid P M-mid P M-mid P M-mid
0 235 0 235.2 0 235.20 0 235.20 0 235.20 0 235.20
150 270 150 235.2 150 261.43 150 269.63 150 261.41 150 269.56
300 316 300 235.2 300 294.25 300 315.39 300 294.23 300 315.31
450 380 450 235.2 450 336.48 450 379.12 450 336.42 450 378.71
Program SAP2000 yang kuno (ver 7.4) dan yang baru (ver 14.0) memberikan
hasil yang mirip satu dengan yang lain. Itu berarti algoritma kedua program dianggap
tidak berbeda. Keduanya masih belum mampu memprediksi efek P-δ di tengah elemen
berdasarkan elemen tunggal secara otomatis. Jadi baru kemudian dibagi menjadi dua
elemen (meshing) hasilnya menjadi lebih teliti, dan sama dengan hasil
harus dengan cara manual, sedangkan versi baru dapat secara otomatis. Intinya untuk
mengatasinya harus atas insiatif pemakai, yaitu pada saat pemodelan dari strukturnya.
Uji benchmark Case-2 memberi petunjuk pentingnya gaya lateral (1 kips) pada
ujung tiang untuk menghasilkan efek destabilizing. Tanpa itu, meskipun “opsi P-delta”
diaktifkan, tidak menghasilkan efek P-Δ itu sendiri. Inilah yang mendasari prinsip beban
notional.
Uji benchmark Case-2 yang melibatkan efek P-Δ dan P-δ sekaligus, ternyata
memberi hasil yang lebih baik dibanding uji benchmark Case-1, yang hanya melibatkan
P-δ saja. Semua program SAP2000 dari versi lama sampai versi terbaru, dapat
memberikan hasil yang memuaskan, bahkan tanpa memerlukan pembagian elemen atau
meshing sebagaimana perlu dilakukan pada uji benchmark Case-1 agar hasilnya lebih
teliti.
Case-2 SAP v7.4 SAP v7.4 SAP v7.4 SAP v14.0 SAP v14.0
(AISC 2010) (PΔ-off-1#) (PΔ-on-1#) (PΔ-on-2#) (PΔ-on-1#) (PΔ-on-2#)
P M P M P M P M P M P M
0 336 0 336 0 336.0 0 336.0 0 336.0 0 336.0
100 470 100 336 100 469.8 100 469.9 100 469.6 100 469.4
150 601 150 336 150 599.8 150 600.7 150 599.8 150 599.8
200 856 200 336 200 849.8 200 854.4 200 849.8 200 854.4
Tabel 3.4Tabel Uji Benchmark Case-2 terhadap pengaruh P-∆ dan P-δ
Pada benchmark kedua, program SAP2000 versi 7.4 dibandingkan dengan versi
baru (ver 14.0) dan ternyata hasilnya tidak berbeda. Itu berarti, jika dapat dianggap
program analisa struktur yang out-of-dated, kuno dan belum secara eksplisit dapat
mendukung DAM. Maklum, program SAP2000 versi 7.4 di-release sekitar tahun 2000
atau jauh hari sebelum DAM dipublikasikan (AISC 2005), tetapi buktinya dapat dipakai
untuk menyelesaikan uji benchmark yang diberikan (AISC 2010). Ini tentunya dapat
menjadi indikator bahwa infrastruktur atau modal untuk mengaplikasikan cara DAM
Pada penelitian kali ini, ukuran dan bentuk scaffolding yang akan digunakan untuk
Tebal pipa = 2 mm
penyesuaian kekakuan dengan metode DAM (Direct Analysis Method) yaitu memberikan faktor
reduksi kekakuan.
Nilai dari faktor reduksi kekakuan diperoleh dengan cara kalibrasi yaitu
membandingkannya dengan Analisa distribusi plastisitas maupun hasil uji test empiris.Rumus
𝐸𝐸𝐸𝐸∗ = 0.8𝐸𝐸𝐸𝐸
Faktor𝜏𝜏𝑏𝑏 mirip dengan reduksi kekakuan inelastis kolom akibat hilangnya kekakuan
batang.Untuk kondisi 𝑃𝑃𝑟𝑟 ≤ 0.5𝑃𝑃𝑦𝑦 , dimana 𝑃𝑃𝑟𝑟 adalah gaya tekan perlu hasil kombinasi LRFD.
𝜏𝜏𝑏𝑏 = 1.0…
Pr Pr
𝜏𝜏𝑏𝑏 = 4 �1 − �
Py Py
Pemakaian reduksi kekakuan hanya berlaku pada perhitungan kondisi batas kekuatan
dan stabilitas struktur baja dan tidak digunakan pada perhitungan pergeseran,lendutan,vibrasi dan
periode getar.
Kolom Pipa
Tebal pipa : 2 mm
1
Luasan pipa : A = 𝜋𝜋(𝑑𝑑2 2 − 𝑑𝑑1 2 ) = 0,25(3,14)(48,32 – 44,32) = 290,764 mm2
4
1 1 2 1
Inersia pipa : 𝐼𝐼𝑥𝑥 = 𝐼𝐼𝑦𝑦 = 𝜋𝜋( 𝑑𝑑2 − 𝑑𝑑1 2 ) = 78098 mm4
4 2 2
1 12 1
Jari-Jari girasi pipa : 𝑟𝑟𝑥𝑥 = 𝑟𝑟𝑦𝑦 = �( 𝑑𝑑2 + 𝑑𝑑1 2 ) = 16,3848 mm
2 2 2
tekuk global atau lokal tergantung klasifikasi penampang, jika penampangnya tidak-langsing
maka tidak terjadi tekuk local, dan sebaliknya penampang langsing berisiko tekuk lokal terlebih
dahulu.Tekuk yang terjadi pada scaffolding yaitu Tekuk Lentur (AISC – E3).
Tekuk lentur yang dimaksud merupakan tekuk global pada penampang dengan klasifikasi
elemen tidak langsing dimana beban kritis yang menyebabkan tekuk tersebut telah dirumuskan
oleh Euler.Rumus dasar yang menentukan kuat nominal batang tekan (𝑃𝑃𝑛𝑛 ) berkesesuaian dengan
ada variabelnya yaitu tegangan kritis (𝐹𝐹𝑐𝑐𝑐𝑐 ) yang dituliskan dalam format berikut :
𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐸𝐸 𝐹𝐹𝑦𝑦
(a) ≤ 4.71� atau ≤ 2.25 , tekuk inelastis, maka :
𝑟𝑟 𝐹𝐹𝑦𝑦 𝐹𝐹𝑒𝑒
𝐹𝐹 𝑦𝑦
𝐹𝐹𝑐𝑐𝑐𝑐 = �0.658 𝐹𝐹 𝑒𝑒 � 𝐹𝐹𝑦𝑦
𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐸𝐸 𝐹𝐹𝑦𝑦
(b) > 4.71� atau > 2.25 , tekuk elastis, maka :
𝑟𝑟 𝐹𝐹𝑦𝑦 𝐹𝐹𝑒𝑒
𝐹𝐹𝑐𝑐𝑐𝑐 = 0.877𝐹𝐹𝑒𝑒
𝜋𝜋 2 𝐸𝐸
𝐹𝐹𝑒𝑒 =
𝐾𝐾𝐾𝐾 2
� 𝑟𝑟 �
Tegangan kritis di kelangsingan ini disebut tekuk elastis.Rumus Euler tidak biasa
𝐸𝐸
pemakaian mutu baja.Jika kelangsingan kolom lebih besar dari 4.71� maka mutu baja tidak
𝐹𝐹𝑦𝑦
berpengaruh.
Adapun perhitungan kuat tekan kritis kolom untuk profil scaffolding yang ditinjau dalam
𝐸𝐸
Kelangsingan pipa scaffolding , KL/r = 74,46<4.71� = 135,965 ,maka tegangan kritis pipa
𝐹𝐹𝑦𝑦
𝜋𝜋 2 𝐸𝐸 (3,14)2 . 200000
𝐹𝐹𝑒𝑒 = = = 355,67 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
𝐾𝐾𝐾𝐾 2 74,462
� �
𝑟𝑟
𝐹𝐹 𝑦𝑦 240
𝐹𝐹𝑐𝑐𝑐𝑐 = �0,658 � 𝐹𝐹𝑦𝑦 = �0,658355 ,67 � . 240 = 181 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
𝐹𝐹 𝑒𝑒
Pr Pr
𝜏𝜏𝑏𝑏 = 4 �1 − � = 0,871
Py Py
Oleh sebab itu, modulus elastisitas yang digunakan dalam analisis model dengan menggunakan
pada program SAP2000 dengan 6 variasi notional loads yang diaplikasikan pada arah sumbu
lemah dari pada pipa scaffolding.Besaran dari notional loads yang diaplikasikan mengacu
Beberapa variasi kondisi imperfection yang ditinjau pada penelitian ini diperlihatkan oleh
Analisis dilakukan dengan menggunakan fitur nonlinier static analysis yang tersedia pada
program analisa struktur SAP2000 sesuai dengan ketentuan penggunaan metode analisa langsung
untuk menentukan kuat tekan kritis kolom pipa scaffolding sebelum terjadi tekuk.
Hasil analisa yang ditinjau berupa grafik gaya dan perpindahan pada salah satu pipa scaffolding
untuk meninjau beban kritis yang mampu dipikul oleh scaffolding dengan kondisi imperfection
yang diaplikasikan.Adapun grafik antara gaya dan perpindahan untuk masing-masing model
60
50
40
Gaya ( kN )
model(a)
30 model(b)
model(c)
model(d)
20
model(e)
model(f)
10
0
-0,1 -0,08 -0,06 -0,04 -0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Perpindahan ( m )
meninjau kondisi dimana terjadi perpindahan yang besar secara drastis dalam langkah iterasi
Pcr
Model ( kN )
a 33,37
b 33,75
c 18,24
d 62,93
e 64,29
f 23,8
nilai terendah dari kuat tekan scaffolding sebelum terjadi tekuk adalah sebesar 18,24kN untuk 3
tingkat scaffolding.Hasil analisa dengan metode DAM pada penelitian ini lebih rendah
5.1 Kesimpulan
Tugas akhir ini membahas mengenai pengaruh kuat tekuk pada sistem perancah bangunan
(scaffolding) dengan metode analisa langsung (Direct Analisis Method). Respons struktur berupa
seberapa besar beban yang diberikan hingga terjadinya buckling pada sistem scaffolding dan
besar kuat tekuk yang dihasilkan dari buckling, kemudian beberapa kesimpulan dapat ditarik
sebagai berikut:
1. Hasil analisa dengan metode DAM menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat scaffolding
maka kapasitas scaffolding akan turun yang diakibatkan oleh imperfection dan inelastis
bahan.
2. Nilai kuat lentur terkecil yang didapat sebelum terjadinya buckling adalah model
3. Nilai kuat lentur yang dihasilkan berpengaruh pada penampang langsing maupun
Beberapa saran untuk memberikan dorongan penelitian yang lebih jauh di masa yang akan
1. Analisis dapat dilakukan kembali untuk scaffolding dengan jumlah lantai yang berbeda-
beda.
2. Tipe scaffolding yang di analisis bisa diganti dengan jenis lain yang lebih efektif untuk
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Menteri TenagaKerja
I.A. Rai Widhiawati, A.A.G.A. Yana, dan A.A. Asmara (2010),Analisa Biaya
Pelaksanaan Antara Pelat Konvensional Dan Sistem Pelat Menggunakan Metal Deck,
PT. Gunanusa Utama Fabricators. 2010. Jenis dan Material Perancah. Jakarta
Allen, H.G dan P.S. Bulson. 1980. Background to Buckling. McGraw Hill Book
U.S.A.