Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR

INTERPRETASI
WELL LOG

Kelompok 1 :
Husnul Khatimah
Nurita Dwi Puspitasari
Outline
Pendahuluan

Lingkungan Lubang Bor


Invasi dan Profil
Resistivitas

Basic Information Needed


in Log Interpretation

Temperature Gradient
Calculation

Formation Calculation

Fundamental Equation
PENDAHULUAN
Saat ini peralatan logging dan metode interpretatif berkembang semakin
akurat dan canggih, keduanya berperan besar dalam proses pengambilan
keputusan geologi. Interpretasi log petrofisik saat ini menjadi “alat” yang
sangat penting dan bermanfaat dalam geologi minyak bumi.

Disamping penggunaannya untuk membantu mengkorelasikan zona dengan


peta struktur dan isopac dalam eksplorasi, logging dapat mendefinisikan
karakteristik fisik batuan seperti litologi, porosity, geometri porositas, dan
permeabilitas. Data logging digunakan untuk mengidentifikasi zona produktif,
menentukan kedalaman dan ketebalan zona, membedakan antara minyak, gas
dan air dalam reservoir, dan untuk mengestimasi cadangan hidrokarbon.
Selain itu, pengembangan peta geologi dari interpretasi dapat membantu
untuk menentukan hubungan facies dan lokasi pengeboran.
Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara bertahap yaitu :
1. Openhole Logging
Openhole Logging ini merupakan kegiatan logging yang
dilakukan pada sumur/lubang bor yang belum dilakukan
pemasangan casing.

2. Casedhole Logging
casedhole logging merupakan kegiatan logging yang
dilakukan pada sumur/lubang bor yang sudah dilakukan
pemasangan casing.
Sifat Petrofisik Batuan dari Log
Sifat-sifat petrofisik yang dihasilkan oleh log yaitu :
1. Porositas
2. Permeabilitas
3. Saturasi air
4. Resistivitas.
Porositas
Porositas : Perbandingan rongga terhadap volume batuan (%).
Porositas merupakan representasi dari kemampuan suatu batuan
reservoir untuk menyimpan fluida.
Secara matematis porositas didefinisikan sebagai perbandingan
ruang kosong terhadap volume keseluruhan dari suatu batuan:

Jumlah ruang kosong pada batuan diukur berdasarkan jumlah fluida


yang terperangkap pada batuan tersebut.
Permeabilitas
Permeabilitas (K): Kemampuan batuan untuk meloloskan fluida (Darcy).
Hukum Darcy yang mendefinisikan aliran fluida dalam media berpori
diturunkan secara empiris yaitu:

Umumnya semakin besar porositas maka permeabilitas juga semakin besar.


Ada beberapa jenis permeabilitas antara lain yaitu :

• Permeabilitas Absolut : Kemampuan batuan meloloskan satu jenis


fluida yang 100% jenuh oleh fluida.

• Permeabilitas Efektif : Kemampuan batuan meloloskan satu macam


fluida bila terdapat dua macam fluida yang immiscible. Permeabilitas
efektif lebih kecil daripada permeabilitas absolut.

• Permeabilitas Relatif : Perbandingan antara permeabilitas efektif dan


absolut. Semakin besar saturasi air maka permeabilitas relatif air akan
membesar sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil
hingga nol yaitu pada saat Sw = Swc (Critical water saturation).
Saturasi Air
• Saturasi Air : Persentase volume pori batuan yang terisi air
formasi (%). Biasanya ruang pori tersebut diisi oleh air ataupun
minyak dan gas, namun bisa juga kombinasi ketiganya.
Umumnya reservoir memiliki saturasi air 20% atau lebih yang
berarti 20% pori-pori diisi oleh air dan 80 % diisi oleh fluida lain.
Secara umum reservoir yang dianggap komersil/ekonomis harus
memiliki saturasi air lebih kecil dari 60%.

• Saturasi Air Irreducible (Sw irr ) : Saturasi air dimana seluruh


cairan tertahan dalam batuan karena tekanan kapiler.
Resistivitas
Resistivitas adalah pengukuran dari resistansi; kebalikan dari resistivitas
adalah konduktivitas. Dalam interpretasi log, hidrokarbon, batuan, dan
freshwater berperan sebagai isolator yang mana material penghantar
listrik yang buruk (non conductive), serta memiliki resistivitas yang
tinggi . Sedangkan Saltwater adalah sebuah konduktor dan memiiliki
resistivitas yang rendah. Unit pengukuran yang digunakan untuk
konduktor yaitu ohm-meter2/meter atau disederhanakan menjadi ohm-
meters

Dimana,
R = resistivitas (ohm-meter)
r = resistansi (ohms)
A = area yang diukur (meters2)
L = panjang dari substansi yang akan diukur (meters)
LINGKUNGAN LUBANG BOR
Lingkungan lubang bor adalah suatu gambaran dimana lumpur
memasuki lubang bor dan terbentuknya mud cake pada zona
permeabel.
Beberapa simbol yang dianggap lebih penting yaitu :

Diameter Lubang (dh) : Ukuran lubang bor diterjemahkan


sebagai diameter bagian luar dari mata bor, tapi diameter
lubang dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter mata bor.
Karena ; (1) Wash Out dan/atau runtuhnya serpih dan sementasi
batuan porous yang buruk, atau (2) bertambahnya kerak lumpur
pada formasi yang porous dan permeabel. Ukuran lubang
biasanya berkisar antara 77 /8 inch hingga 12 inch. Ukuran
lubang bor diukur oleh log caliper.
Drilling mud (Rm) = Sekarang hampir setiap pemboran
menggunakan lumpur khusus. Lumpur tersebut membantu
memindahkan cutting dari lubang bor, melicinkan dan
mendinginkan mata bor, serta menjaga kelebihan tekanan bor
terhadap tekanan formasi. Densitas lumpur dijaga agar tetap
tinggi agar tekanan hidrostatik pada kolom lumpur selalu lebih
besar daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini
mendorong sebagian lumpur merembes kedalam formasi.
Pada saat terjadi rembesan partikel padat tertahan pada sisi
lubang dan membentuk kerak lumpur. Fluida yang masuk ke
dalam formasi disebut filtrat lumpur (mud filtrat ).
Zona Invasi ( Invaded Zone) : Zona yang dirembesi oleh filtrat
lumpur. Terdiri dari :
• Flushed Zone (Rxo) jaraknya hanya beberapa inch dari lubang bor,
biasanya zona ini bersih dari air formasi. Jika terdapat minyak,
dapat ditentukan derajat filtrat lumpur dari perbedaan antara
saturasi air di zona ini (Sxo) dengan univaded zone (Sw). Biasanya
sekitar 70 - 95 % minyak berpindah; sisanya (residual oil) dapat
dihitung dengan Sro = [1.0 - Sxo].
• Transition atau Anulus Zone (Ri), zona ini muncul bila fluida
formasi dan filtrat lumpur bercampur. Terjadi antara flushed zone
dan uninvaded zone.
Zona Tak terinvasi (Uninvaded Zone) (Rt) : Zona ini tidak
tercemar oleh filtrat lumpur. Hanya tersaturasi oleh air formasi,
minyak, atau gas.
Saturasi air pada zona ini sangat penting, karena digunakan untuk
menentukan saturasi hidrokarbon pada reservoir, dengan
menggunakan rumus ;
So = 1.0 – Sw

Dimana: So = Saturasi minyak dan Sw = Saturasi air dalam zona tak


terinvasi. Perbandingan antara Sw dengan Sxo disebut indeks
perpindahan hidrokarbon ( Index of Hydrocarbon Moveability).
INVASI DAN PROFIL RESISTIVITAS
Invasi merupakan Fenomena penggantian fluida formasi oleh mud filtrat
karena perbedaan tekanan.

3 tipe invasi dari distribusi l fuida dalam lubang bor


1. Step
2. Transition
3. Annulus
1. Step profile

Filtrat lumpur terdistribusi seperti silinder


disekitar lobang bor. Bentuk silinder tersebut
secara mendadak curam bila kontak dengan
uninvaded zone, diameter silinder digambarkan
sebagai dj. Dalam invaded zone pori-pori terisi
oleh filtrat lumpur, pada uninvaded zone terisi
oleh air formasi atau hirdokarbon.
2. Transition profile

Ini merupakan model yang paling realistis.


Distribusi masih berupa silinder, tapi invasi filtrat
lumpur berkurang secara berangsur (gradasi),
agak curam, menyambung dengan zona transisi
disebelah luar dari zona invaded. Pada Flushed
Zone (Rxo) pori-pori terisi filtrat lumpur (Rmf)
dan memberikan harga resistivitas yang tinggi.
Pada Transition Zone (Ri) pori-pori terisi filtrat
lumpur (Rmf), air formasi (Rw) dan, jika ada, sisa
hidrokarbon. Pada Uninvaded Zone (Ro) pori
terisi air formasi (Rw), dan jika ada, hidrokarbon
(Rt) (pada diagram ini hidrokarbon tidak muncul
sehingga harga resistivitas pada uninvaded zone
rendah).
3. Annulus profile

menggambarkan distribusi sementara fluida


jika operasi logging dihentikan sementara
waktu (tidak akan terekam pada log). Annulus
profile menggambarkan adanya fluida yang
muncul antara invaded dan uninvaded zone
serta merupakan tanda keberadaan
hidrokarbon. Pada saat filtrat lumpur masuk
ke dalam zona tersebut, air formasi terdorong
keluar, kemudian air formasi yang keluar
tersebut membentuk cincin (annular ring)
pada batas invaded zone, profil ini hanya
dapat terjadi pada hydrocarbon bearing zone.
Perbedaan menggunakan Fresh Mud dan Salt
Muds

Fresh water drilling muds : Rmf > Rw, karena


kandungan garam yang beragam. Flushed zone (Rxo)
mempunyai kandungan filtrat lumpur yang tinggi
sehingga memiliki resistivitas yang tinggi juga,
menjauhi lubang bor. Resistivitas dari invaded zone
(Ri) berkurang dengan berkurangnya filtrat lumpur
(Rmf) dan bertambahnya air formasi (Rw).
Pada uninvaded zone Rt = Ro bila formasi 100%
tersaturasi oleh air formasi.
Secara umum dapat disimpulkan Rxo > Ri >> Rt pada
water bearing zone

Salt water drilling muds : karena Rmf ≈ Rw, maka


tidak ada perbedaan yang besar antara
flushed zone, invaded zone, dan uninvaded zone
(Rxo = Ri = Rt) semuanya
mempunyai harga resistivitas yang rendah.
Fresh water drilling muds : Resistivitas Flushed Zone
b. Oil Bring Zone (Rxo) juga memiliki harga yang tinggi (karena ada mud
filtrat dan sisa hidrokarbon). Menjauhi lubang bor
(invaded zone) dimana terdapat campuran antara filtrat
lumpur, air formasi dan hidrokarbon sisa, resitivitasnya
masih tinggi. Kehadiran hidrokarbon pada uninvaded
zone menyebabkan formasi memiliki resistivitas yang
tinggi daripada uninvaded zone hanya diisi oleh air
formasi (Rw), sehingga (Rt > Ro). Resistivitas pada zona
ini umumnya lebih kecil daripada flushed zone (Rxo) dan
invaded zone (Ri). Jika annulus muncul dalam invaded
zone harga resistivitasnya (Ri) akan sedikit lebih kecil
daripada Rt.
Secara umum dapat disimpulkan Rxo > Ri > Rt atau Rxo >
Ri < Rt

Salt water drilling muds : Karena Rmf ≈ Rw dan


kandungan hidrokarbon sedikit, maka resistivitas flushed
zone akan rendah. Menjauhi lubang bor, dimana makin
banyak hidrokarbon yang bercampur filtrat lumpur
dalam inveded zone, maka resistivitas
(Ri) akan meningkat. Resistivitas pada uninvaded zone
akan lebih tinggi daripada saat formasi 100 % tersaturasi
oleh air formasi (Rt > Ro) karena hidrokarbon lebih
resistant daripada air asin.
Resistivitas pada uninvaded zone lebih besar daripada
invaded zone Rt > Ri > Rxo
BASIC INFORMATION NEEDED IN LOG
INTERPRETATION
1. Litologi (berhubungan dengan porositas, faktor formasi)
Log porositas membutuhkan konstanta matriks sebelum porositas dihitung.
Batuan yang mengandung hidrokarbon (hydrocarbon bearing rock) umumnya
berupa batupasir atau karbonat

2. Temperatur Formasi (berhubungan dengan resistivitas)


Temperatur formasi (y) juga penting dalam analisis log karena resistivitas
lumpur pengeboran (Rm), filtrat lumpur (Rmf), dan air formasi (Rw) berubah
seiring dengan suhu. Suhu suatu formasi ditentukan dengan mengetahui:
(1) kedalaman formasi; (3) total kedalaman sumur (TD);
(2) suhu lubang bawah (BHT); (4) suhu permukaan.
Anda dapat menentukan nilai rill untuk suatu formation temperaturre dengan
menggunakan data tersebut dan dengan mengasumsikan persamaan linier gradien
panas bumi (fig.8)
Apabila diketahui: Temperatur permukaan, (bottom hole
temperature) BHT, (Total depth) TD, dan Kedalaman
formasi Maka prosedur pengerjaan :
1. Cari titik BHT pada temperatur permukaan (bagian
bawah chart)
2. Tarik garis vertikal hingga berpotongan dengan TD
(garis horizontal), perpotongan ini menunjukkan
gradien temperatur (garis diagonal).
3. Ikuti garis gradien hingga kedalaman formasi.
4. Temperatur formasi dapat dibaca pada skala dibagian
bawah titik perpotongan gradien temperatur dengan
kedalaman formasi

Misalkan diketahui : Gradien temperatur,


Kedalaman formasi, Temperatur permukaan
Maka prosedur pengerjaan :
1. Tentukan kedalaman
2. Tarik garis hingga berpotongan dengan garis
diagonal (gradien)
3. Tarik garis ke skala temperatur dan baca
harga temperatur
Temperatur formasi didapatkan dengan
persamaan linier regresi;
y : mx + c
dimana : x = kedalaman.
m = kemiringan (gradien geothermal).
y= temperatur
c = konstanta (temperatur permukaan)
Temperature Gradient Calculation Formation Calculation
Assume: Assume:
Setelah temperatur formasi dihitung, resistivitas dari perbedaan fluida (Rm, Rmf,
atau Rw) dapat dikoreksi ke temperatur formasi. Gambar 9 adalah bagan yang
digunakan untuk mengoreksi resistivitas fluida terhadap suhu formasi. Ini bagan
sangat dekat dengan rumus Arp :
RTF = Rtemp x (Temp + 6.77)/(Tf +6.77)
dimana :
RTF = Resistivitas dari temperatur formasi
Rtemp = Resistivitas dari suatu temperatur selain
temperatur formasi
Temp = Temperatur pada resistivitas yang diukur
Tf = Temperatur formasi
Dengan menggunakan Temperatur formasi = 166°F ; Rw = 0.4 yang
diukur pada 70°F ; maka Rw pada 166°F adalah :

Rw166 = 0.4 x (70 + 6.77)/(166 + 6.77)


= 0.18
Rm, Rmf, Rmc, dan temperatur pada pengukuran dibaca pada kepala log
(gambar 2). Rw didapat dari analisa contoh air DST, air sumur produksi,
atau pada katalog resistivitas air. Juga dapat ditentukan dari log SP, atau
dapat dihitung dalam zona air (Sw=100%) dengan metoda resistivitas air
semu.
Informasi yang ada seperti harga
Resistivitas (Rm, Rmf) sangat
berguna dalam interpretasi log
dan perhitungannya
Fundamental Equation
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai