Anda di halaman 1dari 24

Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

2.1.2. POROSITAS
1. Tinjauan Umum
Reservoar Asal (Tak terkontaminasi) Gambar 2.2 me-
rupakan gambaran dr batuan kandungan hidrokarbon yang
ber-pori2. Matriks batuannya td dr butiran2 batupasir, batu-
gamping, dolomit, atau campuran dari semuanya. Antara
butiran2 ada ruang pori yg berisi air, minyak dan mungkin
juga gas. Airnya berupa suatu lapisan disekitar butiran2 &
berupa cincin2 tipis pd kontak antar butiran.
Air akan menempati celah2 yg sangat halus, & juga membentuk suatu jalur yg menerus,
walaupun sangat ber-belit2 melalui struktur batuan. Minyak akan menempati ruang pori yg lebih
besar. Jika terdpt gas, mk gas akan menempati ruang pori yg paling besar, terpisah dr minyak.
Sifat2 batuan yg penting untuk analisa adlh porositas, kejenuhan air & permeabilitas. Dgn
dua parameter (ᴓ&Sw) tsb, mk banyaknya hidrokarbon di lapisan formasi dpt di hitung, sdgkan
dgn parameter k, dpt ditunjukkan pd tingkat mana hidrokarbon dpt diproduksi
Porositas, (ᴓ), adlh bag dr vol total batuan yg berpori. Pd formasi renggang (unconsolida-
ted) besarnya porositas tergantung pd distribusi ukuran butiran, tdk pd ukuran butiran mutlak.
Porositas akan menjadi tinggi ± 0.35-0.4 jika semua butirannya mempunyai ukuran yg hampir
sama, & akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi shg butiran yg kecil akan mengisi
ruang pori diantara butiran yg lebih besar. Bahkan pd porositas yg lebih rendah partikel2 batuan
umumnya bergabung bersama material yg mengandung silika atau zat kapur, menghasilkan
formasi-rapat (consolidated formation) dgn porositas mendekati nol.
Fragmen

2. Pengertian
Porositas (): adalah suatu perbandingan antara volume Matrik
Semen
pori/ rongga dalam suatu masa. Atau Porositas adalah Pori
Fragmen
bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda
Gambar 2.1.Framework of Sandstone
padat. () % = (Vb-Vs)/Vb = Vp/Vb
Dimana: Vb = Volume batuan total (bulk volume)
Vs = Volume padatan bat total (grain volume)
Vp = Volume ruang pori-pori batuan

NB: Gambar 2.1 adalah illustrasi ttg kerangka batuan (batupasir), yang
tersusun oleh mineral-mineral yang berdasarkan ukuran butirnya dapat
di sebut fragmen. Matrik, dan semen. Sedangkan ruang yang tidak terisi
oleh material padat (solid) disebut pori.
Gambar 2.1a. adalah illustrasi ttg unsur volume batuan total yg terdr
dari vol butiran (fragmen, Matrik, Semen) & vol pori (yg dapat terisi
sebagian oleh ai/Sw dan sebagian lainnya diisi oleh hidrokarbon/Sh Gambar 2.1a. Illustrasi kerangka batu-
an reservoir, dimana porinya diisi
3. Klasifikasi oleh fluida (air +hidrokarbon)
Ada bbrp klasifikasi tentang porositas batuan, baik secara deskriptip, genetik, geometri
pori dll. Jenis porositas batuan reservoir secara deskritip yi:
a. Porositas absolut/ total, adalah fraksi/ prosen volume pori-pori total (ruang kosong
yang tidak diisi oleh benda padat) terhadap volume batuan total.
() total = (Vol pori total)/ (Vol batuan total)*100%

GEOLOGI RESERVOAR 16
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

b. Porositas effektip, adalah fraksi/prosen volume pori-pori yang saling berhubungan


(dapat dialiri fluida bebas) terhadap volume batuan total
() efektif = (Vol pori yg berhubungan)/ (Vol batuan total)*100%
cttn: Tidak termasuk pori yang tidak berhubungan Ada istilah lain yi porositas bersambungan
(connected porosity/ connected). Seperti pada kasus batuapung dimana connected = o%,
sedangkan  absolut nya = 50%
Porositas tidak mempunyai demensi. Biasanya dinyatakan sebagai angka desimal atau
dikalikan dengan 100 dalam %, atau satuan porositas (pu = persen unit). Porositas effektip ini
sering digunakan dalam perhitungan krn dianggap sbg porositas yang produktip Ada juga istilah
porositas potensial( pot), yi istilah yang dihubungkan dengan ukuran jalur pori-pori dimana pada
batas tertentu fluida tidak dapat mengalir (mis 20 m untuk minyak, & 5 m untuk gas)

Catenary
Berdasarkan tipe morfologi pori, terdapat 3 jenis tipe pore Effective
porosity

porosity
a. Tipe Pori Caternary; dimana pori tersebut Cul-de-sac

Total
dihubungkan oleh dua atau lebih celah pore
b. Tipe Pori Cul-de-sac (dead-end), dimana pori Closed Ineffective
tsb hanya berhubungan dengan pori lainnya pore porosity
oleh satu celah.
c. Tipe Pori Closed, dimana pori tsb tidak berhubunganGambar 2-2 lainnya.
dgn pori Tipe-tipe morfologi rongga/ pori

Pori Caternary dan Cul-de-sac merupakan porositas effektip, dimana hidrokarbon dapat
terakumulasi. Umumnya reservoar yang berpori caternary, mekanisme pendorong produksi
hidrokarbonnya adalah water drive, dan yang dominan berpori cul-de-sac, masih memungkin-
kan diproduksi bila mengalami penurunan tekanan. Pada pori closed, tidak memproduksi hidro-
karbon, sehingga disebut porositas tidak effektif.
Perbandingan total porositas dan porositas effektif merupakan perhitungan yang penting
untuk mengetahui permeabilitas batuan.
Klasifikasi porositas berda-
Tabel II-1. Klasifikasi Porositas scr Genetis (Cho-
quette & Pray ‘70) sarkan keterjadiannya/ genetik (Mur-
Time ofTime
Formation
of Formation Type Type Sedimentation ray’60, Robinson’66, Lavorsen ‘67,
Sedimentation
Intergranular/
Intergranular/
Choquette & Pray ‘70) membagi
PrimaryPrimary
or or interparticle
interparticle Sedimentation
Sedimentation
Depositional
Depositional Intragranular/
Intragranular/ menjadi 2 kelompok (Tabel 2.1), yi
Intra particle
Intra particle
Intercrystalline
Intercrystalline Cementation porositas yg terbentuk pd saat pe-
Cementation
Fenestral
Fenestral ngendapan (primary), & porositas yg
Vuggy Vuggy Solution
Solution
Secondary
Secondary
or postor post
Moldic Moldic terbentuk pasca pengendapan (se-
depositional
depositional Tectonic
Tectonic condary), selanjutnya, dlm kelompok
FractureFracture Compaction
Compaction
Dehydration tsb dpt dibedakan jenis rongganya
Dehydration
Diagenesis
Diagenesis
berdasarkan proses pelarutan.
 Porositas Primer, yi porositas yg terbentuk pd saat pengendapan, jenis ini dapat dibagi 2 yi:
(a) Porositas Intrapartikel/ intragranular yi pori yg trdpt di dalam butiran/partikel/ granul itu
sendiri, pori ini umum trdpt pd awal batuan sedimen terbentuk (initially) & proses

GEOLOGI RESERVOAR 17
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

diagenesa yg berpengaruh adalah proses kompaksi & sementasi. Reservoar batupasir


umumnya tersusun oleh porositas ini, contoh lain: pori yang terdapat di dalam fosil

(b) Porositas interpartikel/ intergranular (antar-partikel), yi pori yg trdpt diantara partikel/


granul. Batupasir umumnya mempunyai porositas jenis ini. Pada batuan karbonat, pori
ini terbentuk dari butiran-butiran skeletal karbonat. Umumnya merupakan pori tipe cul-
de-sac, pada reservoar karbonat.

Intergranular/
Figu re 1 . Intragranular/ Inter Figure 1. Pelmoldic
Figure 2.
Inter- Connected Isolated
Figu re 2 .
intraparticle Crystalline
Connected Interparticle
(a crystalline
dolomite reservoir)
Silica,Calsit or Silica,Calsit or
Dolomit cement Dolomit cement

Silica,Calsit or
Dolomit cement

Fracture
Gambar 2.2a. Illustrasi beberapa jenis
Figure 4.Porositas
Fracture Figure 4.
Fracture
Figure 4.

Figure 5.
Figure 5. Figure 5.
Figure 3.
3. Porositas
Figure Sekunder,Figure
yi: pori
3. yg terbentuk & berkembang setelah pengendapan. Porositas
ini umumnya terbentuk karena adanya proses pelarutan, dimana ada bbrp mineral penyu-
sun batuan yg terlarut. Ada 3 tipe porositas sekunder yg dikarenakan proses pelarutan yi:
(a) Moldic pore, (cetakan) dimana yg terlarut adlh hanya butiran/matrik (fosil) (fabric selec-
tive). Hilangnya fosil krn pelarutan akan meninggalkan rongga yg tercetak oleh fosil itu.
(b) Vuggy pore, melarutkan matrik & fragmen, shg memotong batas butiran/ matrik, juga
melarutkan semennya
(c) Cavernous pore, ini merupakan pelarutan yang lebih lanjut, sehingga ruang yang
terbentuk sedemikian luas, secara ekstrim ada ruang/rongga mencapai 5 m, yi di
Lapangan Dollar hide Texas, pada reservoir batuan karbonat Formasi Fusselman.
Porositas sekunder yang disebabkan sementasi
(a) Porositas Interkristalin: ruang yg terbentuk setelah pengendapan disebabkan proses
rekristallisasi sehingga membentuk ruang seperti tekstur gula (polyhedral), umumnya
pada reservoir batugamping yang mengalami dolomitisasi. Rekristalisasi ini akan
meningkatkan porositas.
(b) Fenestral pores, occur where there is a primary or penecontemporaneous gap in rock
framework larger than grain supported interstices (Tebbutt et al, 1965). Strictly
speaking, therefore, such pores would appear to be primary rather than secondary. In
fact, Fenestral pores are characteristic of lagoonal pelmicrites in which dehydration
has caused shrinkage & buckling of lamine.

GEOLOGI RESERVOAR 18
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Gambar 2.3. Porositas di batuan karbo-


nat,yg memperlihatkan gejala porositas
primer dan sekunder
Moldic
Vug
Fenestral

Beberapa butiran pembentuk batuan hilang


shg membentuk rongga-rongga yg sangat
besar

Tipe porositas sekunder lainnya adalah porositas perlindungan (shelter) yi: rongga-
rongga telah dilindungi (mis oleh algae) sehingga tidak diisi oleh batuan sedimen.
Pori rekahan (fracture), dimana ruang/pori yang terbentuk disebabkan adanya proses
tektonik seperti rekahan yang disebabkan oleh adanya patahan, bidang ketidakselarasan, atau
adanya rekahan pd puncak dan dasar lipatan, shg pada area tersebut akan terjadi peristiwa
kompaksi, dehidrasi, atau diagenesa. Pori jenis ini sering terindikasi pada saat gejala tekanan
menurun tajam, penurunan produksi (flow rate production) secara cepat.

Koesoemadinata (1980), membagi porositas berdasarkan pola kemasnya, yi:


1. Jenis porositas yang memilih kemas (fabric selective pore) al: porositas antarpartikel,
Intrapartikel, moldic, fenestral, shelter, kerangka pertumbuhan (growth frame work)
2. Jenis porositas yang tidak memilih kemas (non-fabric selective pore) al: rekahan, channel,
vug (gerowongan), caveren (gua)
3. jenis porositas yg memilih kemas atau tidak al: retakan (spt pada breksi), rongga hasil
pemboran oleh hewan (seperti moluska), rongga karena bioturbasi (burrow), rongga hasil
penciutan saat kompaksi.

Choqutte & Pray (1970) juga membagi porositas Tabel. 2.2. Kualitas batuan reervoar berda-
sarkan nilai porositas
berdasarkan ukurannya, yi;
1. Mega pori ( yi berukuran 4 - 32 mm -> megapori 0-5% Dapat diabaikan (negligible)
kecil, 32 - 126 mm -> megapori besar) 5-10% Buruk (poor)
2. Mesopori (yi ½ - 4 mm -> mesopori besar, dan 10-15% Cukup (fair)
1/16 - 1/2 mm mesopori kecil. 15-20% Baik (good)
3. Mirkopori yi pori berukuran ≤ 1/16 mm 20-25% Sangat baik (very good)
>25% Istimewa (excellent)

3. Harga Porositas.
Porositas dapat diketahui dengan cara al;
 Cara langsung (outcrop & intibor/ core),
 Cara tidak langsung ( data well log, cutting, lumpur pemboran & seismik),
Cara tidak langsung yi dg metoda Analisis Wireline log. Cara langsung, dibahas: ada
beberapa cara untuk mengetahui ukuran, geometri, maupun hubungan antar pori dari data core
(batuan inti, baik conventional core, routine core, side wall core), yaitu al:

GEOLOGI RESERVOAR 19
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

 Dengan mengisi ruang/ pori tsb dengan larutan Molten Lead untuk batupasir (Collins, ‘61)
 Mengisi ruang/ pori dengan epoxy resin untuk batuan karbonat (Wardlaw, ‘76).
Contoh batuan yang dihasilkan dari inti bor atau dari singkapan segar, dikirim ke laboratorium.
Ada beberapa metoda laboratorium yang digunakan al:
a. Metoda Washburn-Bunting (‘22) dimana prinsipnya:
mengekstrasi udara yang menempati pori contoh batuan,
dengan cara divaccumkan, naik dan turunnya mercury
bulb, pada gelas burret adalah merupakan bacaan harga
volume gas. Bila Volume bulk dari sample diketahui maka
dengan menggunakan rumus (Gambar 2.4)
() = (Vol ekstrasi gas/ vol total sample)x100 %. G a m ba r 2.4
I I.2 r a n gk aia n W a s h bu rn -B un ting
Gambar 2.4. Sketsa rangkaian
un t uk m e ng e ta h ui ga s y a ng m en gis i r on gg a
pa d a c on to h ba t ua n
b. Metoda Hukum Boyle: menggunakan alat Ruska Washburn-Bunting untuk
Porosimeter, prinsip kerjanyanya yi; tekanan dikali mengetahui gas yg mengisi
volume adalah konstan. rongga pada contoh batuan
Vac uu m
ga ug e Valv e
Jadi dgn mengukur selisih penurunan tekanan
pada saat sample di sealing & peningkatan tekanan S am p le
c ell
ketika sample diisi gas. Dgn mengetahui volume con-
toh batuan mk harga porositas sample dpt diketahui. D isp lac em e nt
pu m p
Gambar
Ga m ba2.5.
2.5Sketsa
r II.3 rangkaian
r ang k aian a lat po Porosimeter
ros im e te r dg
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prins
dgipprinsip
hu k umHK B oyBoyle,
les untu k m en
untuk ge ta hui g as
mengeta-
ya ng m e ng isi ro ng ga pa da con to h ba tuan
nilai porositas, yi: hui gas yg mengisi rongga pd contoh
- ukuran/ diameter butir, - derajad pemilahan butiran batuan
- susunan butiran, - dan sementasi

Pada suatu formasi yg disusun oleh batuan renggang (unconsolidated rock) mk besarnya
porositas tergantung pd distribusi ukuran butir, & tidak tergantung pd ukuran butir mutlak. Shg
porositas akan menjadi tinggi antara 0,35-0,4, jika semua butirannya berukuran hampir sama, &
akan menjadi bernilai lebih kecil jika butiran bervariasi. Sedangkan pd bat terkonsolidasi dgn
butiran tak seragam bergabung bersama silika, dan zat karbonat porositasnya mendekati nol.

Berbagai faktor tekstur batuan reservoar yang mempengaruhi harga porositas, yi:
a. Besar butir, secara tidak langsung akan mempengaruhi besar kecilnya rongga, namun hal
itu tidak selalu mempengaruhi porositas total.

Tabel III-2 Tipikal harga porositas berbagai litologi yg Menurut Mutting (‘34), batupasir merupakan
berpotensi sebagai batuan reservoar reservoar minyak dimana umumnya ber-
ukuran 0,09mm, & jarang yg terdpt pd butir-
Jenis batuan Kisaran ,% Tipikal ,%
Batupasir 15-35 25 an ukuran ≥ 0,21 mm. Pasir lepas dng ukur-
Pasir lepas 20-35 30
an sama pd saat diendapkan mempunyai
Batugamping 5-20 15
Oolite 20-35 25 nilai porositas 39%, & jika diagitasikan dpt
Dolomite 10-25 20
menjadi 38 %, bahkan bisa lebih kecil lagi,
tetapi tidak lebih kecil dari 30%.

GEOLOGI RESERVOAR 20
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Ada pemahaman bhw: Besarnya diameter butiran = besarnya diameter maksimal


rata-rata pori dibagi 0,2. Itu berarti semakin besar porositas, mk semakin besar ukuran
butir, & semakin besar porositasnya, akan semakin besar pula nilai permeabilitas batuan.
Hubungan antara porositas & permeabilitas dpt diperhitungkan bhw dgn pori-pori 5 kali
lebih besar mk akan didptkan minyak 25 kali lebih banyak (dgn asumsi pd tekanan sama).
b. Pemilahan (sorting), adalah derajad keseragaman butiran penyusun batuan. Keseragaman
distribusi ukuran butir, dipengaruhi oleh proses arus yang mempengaruhi. Semakin kuat
arus yang terjadi maka pemilahannya lebih baik. Pemilahan yang buruk, dimana distribusi
ukuran butir terdiri dari berbagai ukuran, dengan demikian rongga yang terdapat diantara
besar akan diisi oleh butiran yang lebih kecil. Hal ini akan memperkecil harga porositas.
Contoh pada gambar 2.6, ketidak seragaman butiran akan mempengaruhi nilai
porositas, terutama akan sangat mempengaruhi nilai permeabilitas.
(a) 47,64% (b) 25,9% (c) 12,5%
Gambar 2.6 Pola susunan butiran (a) secara kubik (ukuran butir
seragam), (b) rhombik, (c) kubik dengan ukuran butir tak
seragam. Pola susunan dan kesergaman butir mempe-
ngaruhi harga porositas

c. Susunan butiran (packing), secara teoritis akan mempengaruhi harga porositas, spt cubic
packing (dengan satu ukuran butir), porositasnya = 47,64%, rhombohedral packing () =
25,9%, dan cubic packing dengan 2 ukuran btr () = 12,5%. (Gb II-6, & lihat contoh
perhitungan batuan yang disusun secara kubik, rhombohedral). Selain oleh tekstur batuan,
kualitas batuan reservoar juga ditentukan oleh diagenesa (kompaksi & sementasi)

HC
b invasion

e d

Metamorpism

Gambar .2.6a. Diagenetic Pathways of Gambar .2.6b Effects of Diagenesis on Carbonate Reser-
i F
F
g
F
iu
u
i
Sandstone: (a) Deposition Ф 40-50%,
g voirs (a) Depositional-up to Ф50%, (b) Rapid porosity
loss by compaction, (c) Residual porosity infilled by spa
r
g r
(b) Shallow Burial compaction & minor
e
uF
F e
rii1
rite cement, (d) Early cementation prevents compact-
1
egg
cementation Ф 20-30%, (c) Deep Burial
.uu.
1
.r
er
tion, (e) Biomoldic porosity from solution of original
e
extensive cementation & compaction Ф
1
.1
.
< 10%. (d) Leaching solution of grains, (f) Oil invasion inhibits late cementation, (g)
cementation & unstable graine, (e) HC Development of solution porosity, (h) Oil invasion, (i)
invasion, cementation stops Secondary pores infilled by sparite cement

GEOLOGI RESERVOAR 21
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Tekstur batuan sangat dikontrol oleh mekanisme pengendapannya. Misal, batupasir yg


diendapkan dgn mekanisme yg dominan adlh arus traksi, mk pemilahan, & derajad kebundar-
an butirannya lebih baik, dan ini akan memperbaiki perfomance suatu batuan reservoar.
Selain tekstur, faktor-faktor yg mempengaruhi nilai porositas, batuan juga mengalami
proses pembesaran pori karena adanya pelarutan & penyusutan nilai porositas karena adanya
kompaksi, dan penyemenan (diagenesa) (Gambar .2.6).
Hal ini berkaitan dgn genetik rongga tsb, apakah terbentuk pd saat pengendapan (rong-
ga primer), atau setelah pengendapan (rongga sekunder), dimana kondisi rongga kemudian
dapat dipengaruhi oleh adanya pelarutan, adanya retakan, rekahan & patahan, adanya dilatansi
pada gejala struktur, ada proses hilangnya beban lapisan di atasnya. Atau adanya reduksi
volume karena kompaksi (seperti pada proses kompaksinya batulempung).

Contoh-contoh Perhitungan: Berikut ini adlh bbrp contoh, hasil perhitungan porositas berdsrkan uji
laboratorium.
1. Diketahui: Sebuah kubus terisi oleh 8 bola. Jari-jari bola = r.
Tentukan porositas kubus tsb. Vol rongga =( Vol Bola/Vol kubus)*100%
Vol setiap bola = (4π*(r)3)/3 Vol seluruh bola = 8*{(4π*(r)3)/3}  = ((32π)*r3)/3=33,5r3
Sisi kubus = 2 x 2 r = 4 r  Vol kubus = 4* (r3) = 64*(r)3 
Ruang pori2 dlm kubus = Vol kubus –Vol seluruh bola = 64*(r)3 - ((32π)*r3)/3= 30,5*(r)3
 porositas kubus = (30,5*(r)3)/ (64*(r)3)* 100% = 47,6%

Jika bola disusun scr geometri rhombohedron, mk volume bangun tsb


= (4r)*( 4r)*(4r)* sin 600 = 64(sin 60)*(r3) = 48,5r3
Vol rongga = 48,8r3 – 33,5 r3 = 15.3r3 Porositasnya =(15.3r3/48,5r3)*100% = 25,9 %

2. Water-saturated sample immersed in water


Data : A ( weight dry sample in air) = 20 gr, D( weight saturated sample in air = 22,5 gr)
E( weight saturated sample in water at 400 F = 12,6 gr,
Density saturating fluid (water) = 1,00 gr/cc
A ( weight dry sample in air) = 20 gr, D( weight saturated sample in air = 22,5 gr)
E( weight saturated sample in water at 400 F = 12,6 gr,
Density saturating fluid (water) = 1,00 gr/cc
Weight of water displaced = 22,5gr -12,6 gr = 9,9 gram
Volume of water diplaced = (9,9gr)/(1,0 gr/cc) = 9,9 cc  Bulk volume of rock = 9,9cc
Weight of water in pore space = 22,5 gr -20,0 gr = 2,5 gr
Volume of water in pore space = 2.5 gr/(1*(gr/cc)) = 2,5 cc
Effective pore volume = (2.5cc/9.9cc)*100% = 25.3%

GEOLOGI RESERVOAR 22
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

3. Contoh bat dgn pendekatan geometri balok. Mempunyai pori () = 25%. Panjang 5000 ft,
tinggi 100 ft, & lebar 3000 ft. Berapa volume pori (Vp) dari bangun tsb
Solusi: Vp = * Vb Vb = p. l. t => 5000*3000*100
=0,25*(1,5*109 ft3) = 375*10 6 ft3 = ( 66,8 . 106 bbl) = 1,5*10 9 ft3

4. Penentuan porositas effektif dengan Metoda Washburn-Bunting Porosimeter


Data: Sampel batupasir, dng geometri diameter batuan inti (core) 1,9 cm, panjang 3,8 cm.
Hasil pembacaan porosimeter: Volume udara yang dikeluarkan dari interconnected pores di
permukaan core 3,3 cm3. Volume udara yang diabsorbsi di atas permukaan gelas dan
permukaan core = 0,6 cm3 .Tentukan porositas efektifnya?
Solusi: Vp = 3,3 cm3 - 0,6 cm3 = 2,7 cm3  =(Vp/Vb)*100%
Vb = *r2*L = *(1,9)2 *(3,8) = 10,8 cm3 = (2,7/10,8)*100% = 25,0%

5. Penentuan porositas menggunakan Data Flood-Pot


Data: Sampel batupasir, dimasukan dalam flood-pot, selama 12 jam (duration flood). Jenis
flood fluid nya air. Hasil pembacaan alat pada percobaan penekanan dengan Hg-Pump
memperoleh Vb = 72,0 cc, Vg = 1,5 cc, dan ekstrasi dengan Retort menghasilkan Vw
terekstrasi = 11,0 cc, Vo terekstrasi = 3,0 cc.Tentukan porositas efektifnya, dan saturasi
fluida setelah flooding
Solusi:  = ((Vg+Vo+Vw)/Vb)*100% = ((a.5cc+3.0cc+11.0cc)/72.0cc)*100% = 21,5%
 Sg =(Vg/(Vg+Vo+Vw))*100%  = (1.5cc/(1.5cc+3.0cc+11.0cc))* 100% = 9,7%
 So = (Vo/(Vg+Vo+Vw))*100%  =(3.0cc/(1.5cc+3.0cc+11.0cc))*100% = 19,3%
 Sw =(Vw/(Vg+Vo+Vw))*100%  =(11.0cc/(1.5cc+3.0cc+11.0cc))*100% = 71,0%

6. Penentuan porositas dengan Retort & Mercury Injection Data . Percobaannya sbb: contoh
batuan (batupasir dari fresh core dibagi dua), satu (no1) diinjeksikan Hg dan no 2 di retort.
Sehingga mengeluarkan data sbb:
Core  no 1, Vb = 13,68 . VHg injected = 0,73 cc, dan Wcore1 = 32,5 gr, (sebelum injeksi)
Core  no 2, Vb = 13,68 . VHg injected = 0,73 cc, dan Wcore2 = 120,0 gr,
Volume-volume terkoreksi dari liquid yang ter ektrasi : Minyak = 1,0cc, air = 3,8cc
Tentukan: Porositas efektif dan saturasi fluida sampel tsb.
Solusi:
Bulk density of core1 (densitas total core1(core)=Wcore1/Vb =32.5gr/13.68cc = 2,38 gr/cc

Bulk volume of core 2 (vol total core2(Vb) =Wcore2/core2 =(120gr)/(2.38gr/cc) = 50,4 cc

Volume gas dalam core 2 (Vg) = VHg Inj*( Wcore2/Wcore1) = (0,73cc)*(120gr/32.5gr) = 2,7 cc

Porositas sampel2=((Vg+Vo+Vw)/Vb)*100%=((2.7cc+1.0cc+3.8)/50.4cc)*100%= 14,9%


Saturasi fluida:
 Sg = (Vg/Vp)*100%  = (2,7/7,50)*100% = 36,0%
 So = (Vo/Vp)*100%  = (1,0/7,50)*100% = 13,3%
 Sw = (Vw/Vp)*100%  = (3,8/7,50)*100% = 50,7%

7. Penentuan porositas efektif dgn Metoda Large Core Analysis. Metoda ini dilakukan di lab
yi dgn mengukur diameter contoh bat inti memakai jangka sorong (micrometer kaliper) sbb:
Data:  Diameter core (dc= 2*rc) = 6,8 cm, panjang (Lc) = 19 cm,
 Diameter steel billet (dbs = 2*rbs) = 9,0 cm,
 panjang steel billets (Lbs) = 20,0 cm.

GEOLOGI RESERVOAR 23
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Hasil pengukuran dng peralatan test sbb:


 Tekanan keseimbangan dng billets (Pb) =139,7 cm Hg,
 Tekanan keseimbangan tanpa billets (Pe) = 38,1 cm Hg,
 Tekanan keseimbangan dng core (Pc) = 114,3 cm Hg,
 Tekanan keseimbangan tanpa core (Pe) = 114,3 cm Hg
Tentukan porositas efektipnya():
Penyelesaian:
Volume Steel billets (Vbs) = *rbs2*Lbs = (4.50)2. 20,0 = 1272,3 cucm (cm3)
Volume total core (Vbc) = * rc *Lc
2 2
= (4.40) .19,0 = 1155,6 cucm (cm3)
Calibrator Factor alat test (C) = (Pb-Pe)/Vbs = (139,7-38,1)/1272,3 = 0,07986
Volume butiran pembentuk batuan (Vgc) = (Pc - Pe)/C = (114,3-38,1)/0,07986
= 954,2 cucm.
Porositas () = (Vbc-Vgc)*100% = ((1155,6-954,2)/1155,6)*100% = 17,4 %

Note
 Porositas adlh bag dr vol bat yg tdk terisi oleh benda padat. Ada bbrp macam porositas:
1. Porositas Total ᴓt, adlh perbandingan antara ruang kosong total yg tdk diisi oleh benda
padat (pori2, retakan, rekahan, gerohong) yg ada diantara elemen2 mineral dr bat, dgn
vol total batuan.ᴓt=(Vt-Vs)/Vt =Vp/Vt. dimana:Vp = vol ruang kosong, biasanya terisi
oleh cairan (air, minyak, gas), Vs = vol yg terisi oleh zat padat, Vt = vol total batuan
Porositas total meliputi:
a. Porositas primer ᴓ1 , antar-butir / antar-kristal. Ini terutama tergantung pd
bentuk & ukuran zat padat, & cara penyortirannya. Biasanya dijumpai pd bat
klastik.
b. Porositas gerowong yg diperoleh dr proses disolusi, & porositas rekahan yg
diperoleh scr mekanik, akan membentuk prositas sekunder ᴓ2, banyak berhu-
bungan dgn batuan zat kimia atau biokimia. Porositas total (ᴓt) = ᴓ 1 + ᴓ 2
2. Porositas Bersambungan (connected porosity) ᴓ connected,adlh bagian dr ruang kosong
bersambungan di dlm batuan. Bisa jauh lebih sedikit dibandingkan dgn porositas total
jika pori2nya tdk bersambungan (kasus dr batuapung, dimana ᴓ 1 mendekati 50% & ᴓ
connected adalah nol).
3. Porositas Potensial ᴓPot , istilah porositas ini tidak begitu populer. Pengertian porositas
ini dihubungkan dgn ukuran jalur pori2 pd batasan tertentu dimana cairan tak dpt lagi
mengalir (misalnya 20 μm untuk minyak & 5 μm untuk gas).
4. Porositas efektif ᴓe, adlh porositas yg dpt dilalui oleh cairan bebas, tidak termasuk
porositas yg tidak bersambungan, & ruangan yg terisi oleh air-resapan & air-ikat serpih.
Ini adalah definisi yang khusus untuk analisa log.
Porositas adalah tanpa dimensi. Biasanya dinyatakan sbg angka desimal atau dikalikan
dgn 100 dalam %, atau satuan porositas (pu).

 Porositas & Faktor Formasi. Perhatikan gb 2.7 Misalkan dlm satu satuan vol dari kubus
batuan ditembus oleh kanal2 silinder sejajar yg berisi air dgn resistivitas Rw: Terlihat bhw
dlm formasi air bersih faktor formasi (F) dinyatakan sbg rasio dari F = Ro /Rw
Tahanan antara bid A & B (dan resistivitasnya) dari kubus
Permukaan
B satuan meter kubik yg ruang kosongnya scr teori terdiri dari
A kanal2 berbentuk silinder sejajar dgn penampang Sp, adalah
Ro = Rw*(1/SP) tetapi Sp sama dengan ᴓ krn Sp=Vp/Vt
Sp =(1*Sp)/(1*1*1) = Sp shg Ro = Rw/ᴓ dan Ro akan
berbanding terbalik dgn porositas yg akan menyebabkan F -
1/ᴓ, dalam kenyataan, arus listrik biasanya mengalir
melewati jalan ber-liku2 dimana penampang Sp nya akan
berubah dgn cepat. Ini adlh fungsi dr struktur batuan.
Banyak percobaan laboratorium tlh menunjukkan bhw untuk
bat bersih, hub antara porositas & faktor fm adlh: F = a/ᴓm
Gambar 2.7 Porositas dan
Faktor Formasi

GEOLOGI RESERVOAR 24
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

dimana:  a = koefisien yg tergantung pd litologi, ±0.6 - 2; & m = faktor sementasi atau


faktor liku2 (tortuosity), tergantung dr jenis sedimen, bentuk pori, macam sambungan pori
serta jenis porositas & distribusinya, serta pd kemampatan
Dari studi yg berbeda tampak bahwa m bisa berubah ±1 - 3, (mungkin juga lebih). Untuk
formasi2 pasiran, rumus Humble sering digunakan: F = 0.62/ᴓ 2.15 . Dalam formasi tidak
keras (soft), rumus yg paling klasik adlh F = 0.81/ᴓm.
Dlm formasi terkompaksi F = 1/ᴓm
Di karbonat dg porositas rendah, rumus Shell digunakan F=1/ᴓm dgn m = 1.87+(0.019/ᴓ)

II . 2. PERMEABILITAS (Kelulusan)

2.2.1. Pengertian
Permeabilitas atau kelulusan (notasi k): adalah kemampuan suatu fluida melalui celah
suatu material yang mempunyai rongga. (suatu sifat batuan reservoar untuk dapat meluluskan
fluida melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka
batuan tersebut). Pengertian tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sbb:

 k .dp dimana: v = kecepatan aliran (apparent velocity), cm/det


v   = debit, atau laju aliran, cc/detik
A .dL A = Luas penampang
k = permeabilitas (kelulusan), Darcy
k dp  =(fluid of) viskositas, cp
 .
m dy dp dL = gradient tekanan dlam arah aliran (gradient hidrolik), atm/cm
Tanda negatif dalam persamaan di atas menunjukan bila tekanan bertambah dalam satu
arah, maka arah alirannya akan berlawanan dengan pertambahan tekanan tersebut.
Selanjutnya oleh Muskat dan Botset (1937), dengan prinsip percobaan H Darcy (1856)
menggunakan formula Hukum Darcy, yaitu dengan mengatur laju aliran  agar tidak terjadi
aliran turbulen maka diperoleh harga permeabilitas absolut batuan sbb (Gambar 2.7.)
 k ( P1  P2 ). A  . .L
 = atau k 
 .L A( P1  P2 )

(P1-P2) = pressure drop across the sample,


L = length of the sample,

Gambar 2.7 Susunan dasar pengukuran permeabilitas


Figure 1.
Permeabilitas Definisinya adalah (menurut hukum Darcy)
Kemampuan fluida yang mempunyai viskositas satu centipoise (cP), untuk mengalir dg
kecepatan satu centi metre per menit (cm/s) pada tekanan 1 atmosfer per centimetre”

Persamaan harga permeabilitas tersebut dengan beberapa asumsi bahwa:


1. alirannya mantap (steady state)
2. fluida yang mengalir satu fasa
3. viskositas yang mengalir konstan
4. fluidanya incompresible
5. reservoar/ formasi homogen dan arah alirannya horisontal
6. kondisi aliran isothermal.
7. Tidak terjadi reaksi kimia antara fluida dangan batuan

GEOLOGI RESERVOAR 25
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Apa maknanya bila kita mendapati suatu media berpori mempunyai harga k = 2 darcy. ?
Itu berarti bhw media berpori tsb (dgn luas geometri 1 cm2) mampu dialiri fluida (yg mempunyai
kekentalan 1 cP) sebesar 2 cc per menit, dimana materi tsb dlm kondisi tekanan 1 atm.
Pada kenyataannya permeabilitas batuan < 1 darcy, maka umumnya satuan permeabilitas
suatu batuan dinyatakan dalam milli darcy (1 darcy = 1000 md).
Batuan reservoar yg diharapkan adlh bat yg mempunyai nilai permeabilitas relatif besar,
hal ini berarti batuan tsb potensial untuk menerima & menyalurkan fluida. Ada kalanya bat
mempunyai rongga cukup baik, ttp rongga-rongga tsb relatif tidak saling berhubungan (permea-
bilitasnya sangat rendah). Hal ini bisa terjadi di serpih dan batupasir, keduanya mungkin
mempunyai porositas yang relatif sama (24% untuk serpih, dan batupasir 22,7%), namun nilai
permeabilitasnya berbeda, dimana batupasir lebih permeabel dibandingkan serpih (36,6 md)
Berikut ini adalah skala permeabilitas secara semi-kuantitatif:
a. Bila nilai k< 5 md, dikatakan batuan tersebut permeabilitasnya ketat (tight)
b. Bila nilai k 5 -10 md, dikatakan batuan tersebut, permeabilitasnya cukup (fair)
c. Bila nilai k 10 – 100 md, dikatakan batuan tsb, permeabilitasnya baik (good)
d. Bila nilai k 100 - 1000 md, dikatakan batuan tsb, permeabilitasnya baik sekali (very good)

Bagaimana untuk cara untuk mengetahui permeabilitas suatu batuan?. Ada bbrp cara al:
1. Dengan permeameter, yi suatu alat pengukur yang menggunakan gas,
2. Dengan menafsirkan kehilangan sirkulasi lumpur dalam pemboran,
3. Dengan menghitung kecepatan pemboran (Rate of Penetration = ROP)
4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang (bottom hole pressure
/ BOP decline)

2.2.2. Klasifikasi
Selain secara semi-kuatitatif, ada beberapa klasifikasi lainnya al; berdasarkan fasa fluida
yang terdapat pada pori, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis permeabilitas , yi; permeabilitas
absolut, effektif dan permeabilitas relatif
a. Permeabilitas absolut (k), adalah harga permeabilitas dimana fasa fluidanya tak dapat
dipisahkan apakah fasa air, minyak atau fasa gas. Jadi fluidanya terdiri dari satu macam
fasa (minyak saja, air saja, atau gas saja),
b. Permeabilitas effektif, adalah permeabilitas dimana fluida pengisi media berpori terdiri
lebih dari satu macam fasa, misal minyak dan gas, minyak dan air, air dan gas atau ketiga-
tiganya air, minyak dan gas, dinotasikan k w, k o, k g.
(kg) - Pada permeabilitas effektif, kondisi pori dengan saturasi gas 100%, atau
(kw) - saturasi air 100%, atau
(ko) - saturasi minyak 100%.
c. Permeabilitas relatif (kr), adalah perbandingan antara permeabilitas effektif dengan
permeabilitas absolut, dinotasikan k ro, k rg, k rw, dimana kisaran k r = 0.0 – 1.0.
Permeabilitas relatif untuk minyak (k r o) = k o / k,
untuk gas (k r g) = k g / k, dan
untuk air (k r w) = kw / k

GEOLOGI RESERVOAR 26
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Dari bahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara nilai
kelulusan, dan jenis fluida yang mengisi rongga atau kejenuhan (saturasi) fluida.
Dari percobaan di laboratorium (atas dasar persamaan Darcy yg diatur laju produksinya), mk
akan diperoleh harga permeabilitas absolutnya, sedangkan hub antara permea-bilitas efektif
untuk sistim minyak dan air sebagai fungsi dari saturasi dapat dilihat pada gambar II.7a, yang
menunjukan bahwa harga ko pada Sw = 0 dan So = 1 akan sama dengan harga permeabilitas
absolut (k) (titik A –C) juga untuk harga kw pada Sw = 1 dan So = 0 akan sama dengan harga
permeabilitas absolut (titik B-D),
B A Ada 3 hal penting pd hubungan kurva
k k
Effective permeability to water, k w

permeabilitas efektif thdp saturasi untuk sistim

Effective permeability to oil, k O


ter
Wa

minyak-air, yi:
Oil

1. Harga ko akan turun dgn cepat sbg akibat naiknya


harga Sw, yang berarti dengan adanya penambahan
air sedikit saja, maka air akan menghalangi aliran
minyak dalam pori batuan.
2. Pada harga Sw tertentu (Sw ≠ 0), harga dapat sama
dengan 0, hal ini menunjukan bahwa harga So
0
C D 0 tertentu (titik C), minyak sudah tidak dapat mengalir
lagi. Harga saturasi minyak kritis ini disebut critical oil
saturation (Soc) atau residual oil saturation (Sor),
Gambar.2.8a. Kurva permeabilitas sedang untuk air (titik D) disebut critical waterl
efektif sebagai fungsi saturasi saturation (Swr), atau residual water saturation(Swr),
untuk sistim minyak – air 3. Harga ko dan kw selalu mempunyai harga lebih kecil
dari k, kecuali pada harga Sw = 0 dan Sw = 1. Dng
%Sg
0
keadaan ini, mk dpt dibuat hubungan bahwa harga
100 80 60 40 20
 ko +kw ≤ k . Dengan cara yang sama berlaku pula
kro + krw ≤ 1
0.8
Serupa dengan sistem minyak-air, maka
0.6 Kg
K untuk sistem minyak-gas dapat pula dibuat hubungan
% Kr

Ko permeabilitas relatif sebagai fungsi dari saturasi,


0.4
K
Kesetimbangan

Ke
se
seperti yang terlihat pada gambar II-7b.
ti m
S o ba ng Ada 5 (lima) hal yang penting pada
Sg

0.2
an
hubungan kurva permeabilitas relatif sebagai fungsi
0
%So dari saturasi untuk sistem minyak-gas, yaitu:

Gambar 2.8b. Kurva permeabilitas efektif 1. Harga kro akan turun dng cepat sbg akibat
sebagai fungsi saturasi untuk sistim naiknya harga Sg dari 0 (nol), ttp dng adanya
gas - minyak saturasi minyak yang kecil, maka akan
mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap krg.
2. Harga saturasi minyak kritis (Soc) pd sistem minyak-gas tidak perlu sama dgn saturasi
minyak kritis pd sistem minyak-air, walaupun core yg dipergunakan sama. Harga saturasi
gas kritis (Soc) pd umumnya berkisar 5-10%
3. Harga krg dan kro dapat lebih kecil atau sama dengan 1 (satu)

GEOLOGI RESERVOAR 27
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

4. Perbandingan harga krg / kro akan naik bila bat makin kompak. Jadi semakin kecil poro-
sitas & permeabilitas bat tsb, mk makin besar ratio krg / kro, untuk saturasi gas yg sama
5. Dalam sistim minyak-gas, mk connate water yg selalu terdpt dlm bat, selalu dianggap sbg
bagian dari batuan itu sendiri, jadi pengukuran permeabilitas dilakukan dengan batuan tsb
dalam keadaan sudah ada connate water. Inilah faktor penyebab mengapa gas dan minyak
kadang-kadang saturasinya dinyatakan dalam volume pori yang diisi oleh hidro-karbon
dengan pengertian bahwa connate water sendiri adalah fasa yang tidak dapat bergerak
(immobile) dan100%
bersifat
gas mengurangi porositas effektif.

Bila gas, minyak & air mengalir, scr bersamaan


dlm batuan, mk digunakan kurva permeabilitas
1%
relatif untuk tiga fasa. Leverett (1941) mela-
5%
10%
kukan dengan percobaan dengan aliran steady-
20% state melalui batupasir yang tidak kompak. Hasil
30%
40% yang diperoleh diberikan pada gambar II-8.
50%
60% Dari gambar II-8 bhw ketergantungan
100% water 100% oil harga kro, pd saturasi fasa lain, disebabkan fasa
minyak lebih cenderung untuk membasahi padat
Gambar 2.8c. permeabilitas relatif mi-nyak (kro)
sebagai fungsi saturasi gas & air untuk an dr pd gas & juga gaya antar permukaan air-
sistim minyak – air - gas
minyak lebih kecil dari pada gas. Pada saturasi
100% Gas
air yang rendah, lebih banyak minyak yang
menempati pori-pori batuan yang lebih kecil.
50% Pada gambar II.8a menunjukan variasi
40%
30% harga permeabilitas relati gas (krg) pada harga
20%
10 Sg konstan terhadap saturasi fasa lainnya. Pada
5%
1% keadaan gas dalam sistem, mk fluida ini kurang
bersifat membasahi permukaan batuan shg
100% Water 100% oil minyak & air akan menempati ruang pori batuan
Gambar 2.8e. Permeabilitas relatif gas (krg) yg lebih kecil, hal ini akan menyebabkan fasa
sebagai fungsi saturasi air dan minyak,
untuk sistim gas-minyak-air. gas akan tergantung pada saturasi cairan total.

2.2.3. Harga Permeabilitas


Hukum Darcy ini berlaku untuk kondisi ideal dimana tidak ada reaksi antara fluida &
ruang yg dilewati, sedangkan kenyataannya, di batuan scr kimiawi mempunyai susunan
yg komplek, juga kekomplekan kandungan fasa fluida (spt’ campuran minyak & gas)
Permeabilitas dapat diketahui dg 2 cara;

1. Cara langsung (data outcrop & intibor), sample, dikirim ke laboratorium, dan dng
menggunakan gas, yang dialirkan melalui ruang/ rongga, maka akan diketahui rate of
flow nya, selanjutnya bisa dihitung harga permeabilitas batuan tersebut.
2. Cara tidak langsung, yi dengan menggunakan data-data dari sumur (well log), maupun
data empiris,

GEOLOGI RESERVOAR 28
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Harga permeabilitas untuk reservoir gas yg komersial adalah hanya bbrp millidarcy,
sedangkan untuk reservoir minyak berkisar 10 – 500 md. Perbedaan harga permeabilitas juga
dipengaruhi oleh arah aliran, umumnya pada aliran vertikal harga permeabilitasnya jauh lebih
rendah dr pada pengukuran perlapisan horizontal.
Ada 3 jenis reservoar berdasarkan kandungan fluidanya (wettability) Spt: water-wet,
dan oil-wet reservoir. Jadi dengan mampu menganalisa wettability reservoir, mk dapat
menganalisa mekanisme natural hidrokarbon mengalir ke lu bang bor (apakah water drive, gas
drive,atau gas solution drive).
A. Water-wet B. Oil-wet Reservoir

Gambar 2-9A-B adalah illustrasi ttg konsep wettability batuan


reservoar. Umumnya yg sering didapat adalah; water-wet
reservoir(A), dimana nampak ada selaput air yg menyelimuti
butiran dan memisahkannya dr minyak

Minyak Butiran Air

2.2.4. Hubungan porositas, permeabilitas dengan


tekstur batuan reservoar

Ada keterkaitan yang erat antara tekstur batuan


reservoar (dimana umumnya adalah batuan sedimen)
dengan porositas dan permeabilitas, sehingga dapat
dianalogikan bahwa ada hubungan antara keberadaan
k
Gambar 2.10a. Hubungan (), (k) tekstur dengan kualitas bat reservoar. Parameter
ukuran butir
Figure 1.
tekstur dalam batuan sedimen meliputi (1) Bentuk butir
(Roudness & Sphericity,& (2) Ukuran butir, (3) derajat
pemilahan butir (Sorting), (4) Fabric (packing &
orientasi butir).

Gambar 2.10a. Grafik porositas versus permeabilitas,


dengan kontrol tekstur batuan reservoar (derajat ukuran
butir/ grain-size, derajat pemilahan butir/ sorting)

a. (), (k) Vs (Rd & Sph)


Hasil penelitian para ahli dlm kaitannya dgn
kualitas batn reservoar, bhw scr langsung tdk ada hu-
bungannya antara roudness (Rd) & sphericity (Sph),
dgn permeabilitas, namun ada kecenderungan bhw porositas semakin menurun sehubungan
dgn bentuk butir, semakin spherical, hal ini krn butiran yg berbentuk spherical akan disusun
lebih padat (tight) diban-dingkan dgn butiran yg berbentuk subspherical. (Fra ser ‘35)

GEOLOGI RESERVOAR 29
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

b. (), (k) Vs Grain size


Secara teoritis ukuran butir tdk berhubungan dgn porositas, namun pd kenyataannya,
semakin kasar ukuran butir mk bat semakin porus. (Lee, 1919, Sneider, 1977).
Dari gambar II-10 terlihat bahwa ada kecenderungan:
1) semakin kasar ukuran butir mk semakin besar nilai porositas (≈ 45up)
& permeabilitasnya (0.6 x 105 md), sebaliknya semakin halus ukuran butir penyusun litologi
reservoar, maka semakin kecil nilai porositas (< 30 pu) dan (permeabilitsnya (0.8x 102 md)
2) semakin baik derajat pemilahan butiran pe-nyusun litologi reservoar maka semakin besar
nilai porositas (≈ 45 up) dan permeabilitasnya (0.5 x 103 – 0.9x 106md), sebaliknya semakin
buruk derajat pemilahan butir penyusun litologi reservoar, maka semakin kecil nilai
porositas (< 30 pu) dan (permeabilitsnya (30-104 md))
Tabel 2-3 Berikut ini adalah harga permeabilitas (k), peorositas (), yang dipengaruhi oleh
ukuran butir dan tingkat baik buruknya sortasi.
Keterangan
%- > _ Grain size (%)
(md-> k)
c = coarse, .me = medium,
C me fine v.fine
v = very, , E = extrem,
43 42 43 43
E.G G = good, .mdrt = moderat
(240) (240) (240) (240)
Degre of sorting

41 41 40 41
V.G
(240) (240) (240) (240)
38 38 39 40
G
(240) (240) (240) (240)
33 34 34 34
Mdrt
(240) (240) (240) (240)
29 31 31 31
Poor
(240) (240) (240) (240)
1-0,5 0,5-0,25 0,25-0,125 0,125-0.062
Median grain diameter (mm)

Gambar 2.10b. Hubungan (), (k) Vs


c. (), (k) Vs Sortasi Sortasi
Porositas meningkat sehubungan membaiknya sortasi. Hal ini disebabkan pada sortasi
yang buruk, butir-butir yang relatif halus akan mengisi ruang antar butir-butir yang relatif kasar.
Dengan alasan yang sama, maka penurunan permeabilitas dapat disebabkan oleh sortasi
batuan yang buruk (Fraser ‘35, Rogers & Head ‘61, Beard & Weyl ‘73).
Gambar II-10b adalah hasil penelitian Beard & Weyl ‘73, Pengaruh sortasi dan ukuran
butir terhadap nilai permeabilitas dan porositas
Pengaruh pada permeabilitas, adalah bahwa: permeabilitas akan menurun sehubungan
dgn menghalusnya ukuran butir, dan menurunnya diameter lubang pori, dan itu berarti mening
katnya tekanan kapiler (Krumbein & Monk, ‘42). Jadi bisa saja antara batupasir & lanau
mempunyai porositas yg sama (10%), namun batupasir sbg bat reservoir, sedangkan lanau
merupakan batuan tudung (cap rock) yg impermeable, hal ini dikarenakan batupasir & lanau
(shale) mempunyai rongga yg relatip sama ttp pd batupasir
rongga-rongga tsb saling ber-hubungan, sdgkan pd shale tidak.

Cubic Style Rhombohedral


48% Style 26%
Figure 1. 1.
Figure
Gambar 2.10c. Hubungan (), (k) Vs Sortasi

GEOLOGI RESERVOAR 30
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

d. (), (k) Vs Grain packing


Ada 2 hal penting dr pengemasan (packing) btr, yi: bagaimana susunan butirannya &
orientasi butirannya?. Fraser & Graton (‘35), melakukan penelitian scr statistik thd butiran yg
spherical (membundar), dgn ukuran yg seragam, kemudian disusun scr geometrik, ternyata
susunan yg berbentuk geometri kubik, porositasnya 48 %, sedangkan yg tersusun scr
rhombohedral, porositasnya 26 % (Gambar II-10c).
Tekstur batuan sedimen (ukuran & bentuk butir, pemilahan, kemas) sangat dipengaruhi oleh
proses sedimentasi (yi: sejak proses pelapukan – transportasi - litifikasi). Nilai porositas,
permeabilitas suatu bat reservoar sangat dipengaruhi oleh proses terjadinya batuan reservoar
tsb. Contoh: yi proses pengendapan, butiran yang diendapkan dengan mekanisme turbidit
(sediment gravity flow) pada endapan laut dalam, maka lebih memungkinkan tersusun secara
geometri kubik, dibandingkan butiran yang di endapkan dengan mekanisme dominan traksi
(umum pada lingkungan transisi), dengan asumsi ukuran butirnya seragam.

e. (), (k) Vs Grain orientation


(kx) > (ky) > (kz)
Allen (‘70), melakukan pengamatan thdp bbrp batuan
reservoar, spt batupasir kuarsa dimana bentuk butirnya adlh
prolate spheroids, slight elongated, & bbrp butiran adlh flaky.
Di batugamping bentuk butirnya excentric. Ternyata elemen
orientasi butiran lebih berperan thdp nilai permeabilitas & Gambar 2.10d Hubungan (k) dan
orientasi butiran
porositas bila dibandingkan pengemasan butiran (packing).
Disimpulkan bahwa oreintasi butiran hanya berpengaruh
sedikit terhadap porositas, tetapi orientasi butiran lebih
mempengaruhi nilai permeabilitas. Hal ini juga didukung dari
kesimpulan bahwa permeabilitas vertikal lebih rendah
dibandingkan permeabilitas horizontal bidang perlapisan.
Demikian juga ternyata pola penyebaran nilai-nilai
permeabilitas selain dipengaruhi orientasi butir , juga
dipengaruhi geometri dari suatu fasies batuan reservoar
Gambar 2-10d, Illustrasi besarnya permeabilitas yg sejajar
dgn sumbu x (kx), sejajar dgn sumbu y (ky) & sejajar dgn
sumbu z (kz), maka (kx) > (ky) > (kz) Orientasi butiran pararel
dengan arah arus (Schieddegger, ’57)Jadi (kx) > (ky) > (kz)
Gambar 2.11 Hubungan (k) dan
orientasi butiran dengan Orientasi butiran pararel dengan arah arus
sebaran F-D (A) dan C-D (B)

Gambar 2-11. Illustrasi struktur sedimen silang siur (cros-bedding), maka pada saat terdapat
pola sebaran butiran menghalus ke bawah (Fining Decrease/F-D) atau semakin ke atas

GEOLOGI RESERVOAR 31
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

semakin besar ukuran butirnnya (▼) maka nilai permeabilitasnyapun cenderung mengikuti
kenaikan ukuran besar butir (Grain size increasing). Sebaliknya jika sebaran butirnya
mengalami pengurangan butir kasarnya (Coarsening Decrese/ C-D)(▲), akan mempengaruhi
nilai permeabilitasnya
100 m
A 300

Permeability, md
C f. (), (k) Vs Channel Sandstone Facies
200
100 Gambar 2.12 Illustrasi sbh geometri body
Surface
0 reservoir batupasir fasies channel sand,
0.2 B
yg membaji/ menipis (Gambar 2.11B),
0.4
Depth, m

Channel sand
0.6 yaitu pd kedalaman 0.75mbpl-0,2mbpl
0.8 (ketebalan bervariasi ± 0,4 m di bag sum-
Clay, silt& peat
1 bu arah channel hingga menghabis di ke-

100 m
C dua tepinya). Ternyata sebelum dilaku-
kan pumping pola sebaran nilai permeabi-
Pum test
is
Well Ax litas adalah searah dgn sumbu (axis of
Channel
D channel) & menunjukan permeabilitasnya
250
Permeability semakin membesar ke arah tengah sum-
counters, md 275
150 D bu, & semakin pengecil kearah penipisan
200 tubuh channel batupasir (275md-250md).
Counturs of
Water table draw 175 275 (Gambar 2.11C & D). Setelah dilakukan
down after pumping, cm
pumping terlihat bhw penyebaran permea-
125
bilitasnya membentuk pola lingkaran, di-
Gambar 2.12 Pengaruh Fasies channel batupasir mana permeabilitasnya semakin menipis-
dengan penyebaran nilai permeabilitas, dan
pengaruhnya terhadap uji sumur pompa nya kearah lingkaran terluar (200md-
175md-150md)
Dalam batupasir endapan angin (eolian), berstruktur cross-bedd, menunjukan penurunan
ukuran butir dari fore set ke toe set, sehingga nilai permeabilitasnya mengecil ke arah bawah
(Van Veen, ‘75), (Gambar 2.11). Pada batupasir endapan oleh media air dimana terdapat
struktur cross bed, maka meningkatnya ukuran butiran ke bawah menyebabkan meningkatnya
permeabilitas ke arah bawah (ke arah fore set).(Gb 2- 11)

g. (), (k) Vs komposisi & Gradient kedalaman


Terhadap hasil uji lab terhadap batupasir dengan komposisi utamanya adalah mineral
glass (tuff) volkanik dari sampel A (volcanik Sandstone-Japan), dan sampel B (Arkosic sands-
North Sea), yang disusun oleh mineral utamanya feldspar, serta sampel C (Quartz sands-
Nigeria), ternyata perbedaan komposisi mineral stabil dan kurang stabil akan mempengaruhi
kualitas besarnya porositas (increasing stability ke komposisi kuarsa)

GEOLOGI RESERVOAR 32
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

(a) Composistion (b) Depth gradient


0 10 20 30 40  0 10 20 30 40  Dari hasil; uji lab tersebut juga terdapat
DEPTH

0
gejala perubahan nilai porositas berdasarkan
1

DEPTH
perbedaan kedalaman (depth gradient), dimana

km
2 1 beberapa tempat terdapat ketentuan bhw semakin
dalam setiap 100 m maka akan terjadi peningkatan
3
2
temperature formasi 3.50C. dan hal ini akan
4 Increasing
stability mempengaruhi tingkat diagenesa batuan sehingga
km

3
akan mempengaruhi nilai porositas.
Gambar 2.13 Pengaruh komposisi mineral
penyusun batuan dan gradient kedalam
terhadap nilai porositas

2.3. SATURASI (kejenuhan)

2.3.1. Pengertian
Pada waktu proses akumulasi berlangsung di suatu batuan reservoir, maka hidrokarbon
menempati bagian atas reservoir (krn gaya gravitasi). Meskipun demikian hidrokarbon tidak
mendesak air (yg semula ada) scr menyeluruh dlm bagian tsb. Karena itu reservoir hidrokarbon
mengandung gas dan atau minyak dan air. Air ini disebut connate water atau interstial water.
Dalam batuan reservoar, rongga tsb dpt diisi (dijenuhi) fluida scr menyeluruh, baik scr
individual maupun kombinasi, oleh: air, minyak, dan/ atau gas yg tersebar dlm pori-pori batuan.

(a) (b)

Gambar 2.12. Sketsa (a) kerangka batuan reservoir, dimana porinya (pore bodies) diisi oleh oil, (b) Ilustrasi
keberadaan volume butiran dan volume pori yang jenuh terhadap fluida (air, & hidrokarbon)
Gambar 2-12. Adalah Illustrasi sebuah geometri unit reservoar (1unit), di dalamnya
terdiri dari sistim matrik (fragmen, grain, cement), & sistim pori, Di dalam sistim pori terbagi
menjadi 2 sub-sistim yaitu sub sistim pori yang terisi oleh air (water) & sub sistim pori yg terisi
oleh hidrokarbon. Ruang/ pori yang terisi oleh air disebut saturasi air (Sw), dan ruang/ pori yang
terisi oleh hidrokarbon disebut saturasi hidrokarbon (Sh).
Ilustrasi di atas menerangkan: suatu batuan reservoar mempunyai volume ≈ Vol batuan
(Vtotal) satu bagian tsb diisi oleh butiran (matrix), & rongga/ pori (), shg vol butiran (Vb) = 1- .

GEOLOGI RESERVOAR 33
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Sedangkan vol rongga yg mrpkan satu bagian terisi (terjenuhi) oleh fluida air & hidrokar-
bon (minyak & gas). Vol rongga yg terjenuhi air ditandai = Sw, mk rongga yg terjenuhi hidrokar-
bon (Sh) adlh = 1-Sw. Saturasi fluida adlh perbandingan antar pori-pori yg ditempati oleh fluida
tertentu dgn volume pori-pori total dalam batuan, dinotasikan sbg S =(Vf/Vp) 
Maka Vt = *Sh atau Vt = *(1-Sw).
Genesa dari keberadaan fluida dalam ruang pori tsb, adlh: bhw reservoar mula-mula
diisi oleh air (air formasi), krn proses geologi, menyebabkan terjadi perubahan time, pressure, &
temperatur (T.P&T), shg hidrokarbon yg terbentuk di bat induk termigrasi, masuk ke bat reser-
voar menggantikan air & menempati pori (pore bodies) yg lebih besar. Krna adanya tegangan
permukaan pd permukaan antar kontak butir, & celah-celah (pore throat) yang kecil maka tidak
semua air dpt dipindahkan, shg selalu ada air yg tertinggal di batuan, hal ini disebut kejenuhan
air yang tertinggal (irredurabel) (Sw.irr). / irreducible water saturation
Demikian pula bila krn proses perubahan T, P&T, maka minyak dpt dipindahkan (migrasi) dr
suatu batuan berpori, dan ini tdk semua minyak dpt dipindahkan shg masih ada sebagian
minyak yg tertinggal di ruang pori. Hal ini disebut Residual Oil Saturasion (ROS)
Sw didapat dr kombinasi log listrik & informasi tekanan kapiler. Secara rutin analisa core
juga menjelaskan kandungan fluida yg tersisa/ tertinggal pd core, terutama teknik peng core an
yg spesifik, ini juga digunakan untuk menjelaskan in-situ water pada pemboran dgn oil-base
mud, ketika in-situ water tidak tergerakan. Nilai Sw bisa, didpt dr sejarah produksi, yg
mencermati produksi air, yg dpt dihubungkan dr keberadaan air in-place, dgn menggunakan
nilai k relatif dan analoginya.
 Kejenuhan adlh rasio dr vol yg terisi oleh cairan tsb dgn vol porositas total, ditandai dgn S.
Jika cairannya adlh air formasi, Sw = Vw/Vp. Jika air adlh satu2-nya cairan di dlm por2, Sw
=1, Jika terdpt sejumlah hidrokarbon, Vh = Vp - Vw dan kejenuhan air Sw adalah
Sw =(Vp-Vw)/Vp = Vw/Vp:
Kejenuhan tdk berdimensi, karena hanya berupa rasio, akan ttp sering dikalikan 100 untuk
dinyatakan dalam persen. Banyak percobaan di laboratorium menunjukkan kejenuhan air
dpt ditulis dlm bentuk umumnya Swn =Ro/Rt. Dimana:
Ro = resistivitas bat dng porositas ᴓ yg hanya diisi oleh air-formasi dgn resistivitas Rw;
Rt = resistivitas bat yg sama diisi oleh air & sejmlh hidrokarbon, kejenuhan airnya adlh Sw.
n = eksponen kejenuhan yg ditentukan berdsrkan percobaan, & bervariasi ± 1.2 - 2.2.
Pada pendekatan pertama, n biasanya diambil = 2.
Catatan: bhw jika menggantikan Ro mk didpt Rt = F*(Rw/Swn) (persamaan Archie untuk
formasi bersih).
Kejenuhan hidrokarbon tak pernah mencapai total. Kenyataannya adlh selalu ada sejumlah
kecil air di dlm tingkatan kapiler yg tdk dpt digantikan oleh hidrokarbon. Ini disebut

GEOLOGI RESERVOAR 34
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Kejenuhan Air-sisa (irreducible water saturation)Swirr Nilainya tergantung dari jenis


porositas, ukuran pori, diameter dari sambungan, dan sifat dasar dari butiran matriks.

Hal yg sama, bahwa tdk semua air dpt digantikan oleh hidrokarbon, juga semua
hidrokarbon yg terkandung dlm formasi berpori tdk selalu dpt dipindahkan. Bagian dari vol
berpori yg diisi oleh hidrokarbon yg tdk dpt dipindahkan ini (non-moveable hidrocarbon)
disebut kejenuhan-hidrokarbon-sisa (residual hidrocarbon saturation) Shr.

Kejenuhan Air: Bag dr ruang pori yg berisi air disebut kejenuhan air, ditandai dg Sw.
Sisa bagian yg berisi minyak atau gas disebut kejenuhan hidrokarbon, Sh, sama dgn (1- Sw).
Asumsi umum adlh bhw reservoar mula2 terisi air & selang masa perubahan geologi, mi-
nyak atau gas yg terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori, menggantikan air pd ruang
pori yg lebih besar. Akan ttp hidrokarbon pindahan ini tdk pernah bisa menggantikan semua air
Ada Kejenuhan Air-Sisa (irreducible water saturation) Sw(irr) yg menunjukkan air yg
tertinggal krn tegangan permukaan pd permukaan butiran, kontak butiran, & di dalam celah2 yg
sangat kecil. Nilainya bervariasi dari ± 0.05 pd formasi yg sangat kasar dgn luas permukaan
kecil, hingga 0.4 atau lebih pd formasi butiran yg sangat halus dgn luas permukaan besar. Air-
sisa tidak akan mengalir ketika formasi diproduksi. Mk bag dr vol total formasi yg mengandung
hidrokarbon adalah ᴓ*Sh atau ᴓ*(1-Sw).
Tujuan dr logging adlh menentukan kuantitas ini. Nilainya dr nol-maksimum ᴓ*(1- Swirr ).

2.3.2. Klasifikasi
Sesuai dengan fluida pengisi rongga batuan reservoar, maka ada 3 (tiga) jenis fluida yang
menjenuhi rongga-rongga dalam batuan reservoar yi:
 Air, baik air konat maupun air yg mengalir atau terinjeksi ke dalam rongga/ pori (Sw). Sw =
Vol pori yg diisi air/ Vol pori total
 Minyak & impuritis yg menyertai dlm fasa cair (So). Sw = Vol pori yg diisi minyak/ Vol pori
total
 Gas alam & impuritis yg menyertai dlm fasa uap (Sg). Sg = Vol pori yg diisi gas/ Vol pori total
 Jika di dalam pori2 batuan terdapat minyak, & air saja, berlaku persamaan So + Sw = 1,
 Jika di dalam pori2 terdapat minyak, gas, dan air, berlaku So + Sg + Sw = 1
 Jika di dalam pori terdapat air saja, berlaku Sw = 1

2.3.3. Distribusi Saturasi dalam reservoar.


Adanya perbedaan densitas, diantara fluida yg mengisi rongga suatu batuan reservoar, spt,
air, minyak, & gas, mengakibatkan ketiga fluida itu tidak saling campur (immiscible).

GEOLOGI RESERVOAR 35
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Ada 3(faktor) yang harus diperhatikan mengenai saturasi fluida, yi;


1) Saturasi fluida berbeda dr satu kelain tempat pd bat reservoir. Saturasi air cenderung
lebih tinggi pada batuan yang mempunyai porositas kecil. Krn air lebih berat dari minyak,
yang juga lebih berat dari gas, maka ada kecenderungan pemisahan grafitasi dari ketiga
fluida tsb, bagian bawah formasi akan mempunyai Sw relatif tinggi dan Sg rendah,
sedangkan bagian atas struktur akan memperlihatkan Sg tinggi dan Sw rendah.

2) Saturasi fluida akan bervariasi sehubungan dgn produksi kumulatif. Sewaktu minyak
diproduksi, minyak yg tlh diproduksi akan diganti tempatnya oleh air dan atau gas di dlm
reservoir, shg pd saturasi fluida selalu berubah pd suatu lapangan produksi. Pengukuran
awal saturasi sebelum dilakukan proses produksi, disebut initial saturasi (Swi), saturasi
inilah yg digunakan untuk perhitungan cadangan awal (original oil in place)

3) Saturasi minyak (So) & saturasi gas (Sg) sering dinyatakan sbg isi pori yg terisi oleh
hidrokarbon (Sh), shg pd batuan dg volume V, mk ruang pori adlh  V dan isi pori yg
terisi hidrokarbon adlh: SoV + SgV = (1-Sw)V

Bila So1 dan Sg1, masing2 adalah saturasi minyak & gas yg dinyatakan dlm isi pori yg
i
terisi hidrokarbon, mk:So =(SoᴓV)/((1-Sw)*ᴓV) = So/(1-Sw)

Sg = (SgᴓV)/((1-Sw)*ᴓV) = S g/(1-Sw)
i

Note:
 Batuan kandung-hidrokarbon (Hydrocarbon-Bearing Rocks), umumnya td dr batupasir,
batu gamping dan dolomit.
Pasir dpt ditransport & diendapkan oleh aliran air. Semakin deras aliran air, akan semakin
kasar butiran pasirnya. Krn mekanisasi ini mk pasir akan cenderung mempunyai
porositas antar butiran yg seragam.
Gamping dilain pihak, tdk dpt dipindahkan spt butiran pasir melainkan akan diendapkan
oleh gerakan air laut. Sebagian merupakan endapan dr larutan; & sebagian adlh
timbunan dr jasad kerang orgaruk. Ruang pori awal sering berubah oleh disolusi ulang
lanjutan dari sejumlah zat padat. Shg porositas gamping cenderung menjadi kurang
seragam dibanding kan dgn pasir. Porositas gamping mengandung gerohong &
retakan disebut porositas sekunder (secondary porosity), yg bersisipan (interspersed)
dgn porositas primer.
Dolomit terbentuk ketika air yg kaya dgn magnesium mengalir melalui gamping, menggan-
tikan sejumlah kalsium dgn magnesium. Proses ini biasanya menyebabkan pengu-
rangan vol batuan. Shg dolomitisasi adlh suatu mekanisme penting dlm menyediakan
ruang pori untuk akumulasi hidrokarbon.
Formasi yg berisi hanya pasir atau karbonat disebut formasi bersih (clean formation), Bila
formasi ini berisi lempung, mk dinamakan formasi kotor atau formasi serpih (dirty or shaly
formations). Reservoar batuan seperti ini cukup sulit diinterpretasikan.

 Lempung & Serpih adlh komponen umum dr bat sedimen. Susunan kimianya td dr alumi-
nosilikat biasa berupa montmorillonite, illtte, chlorite, atau kaolinite tergantung pd lingkung-
an dimana mereka terbentuk. Lempung mempunyai ukuran partikel 1 - 3 tingkatan di bwh
butiran pasir. Akan ttp rasio permukaan-volumenya sangat tinggi hingga 100-10.000 kali
rasio yg dimiliki pasir. Shg lempung scr efektif dpt mengikat banyak air yg tdk akan me-
ngalir ttp mempengaruhi tanggapan log.

GEOLOGI RESERVOAR 36
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Serpih adlh campuran dr lempung & lanau (silika halus) yg diendapkan oleh proses sedi-
mentasi berenergi rendah. Serpih mempunyai ᴓ yg baik, ttp k nya adalah mutlak = 0. Shg
serpih murni tdk begitu berperan dlm produksi hidrokarbon, walaupun merupakan bat
sumber (source rocks). Dilain pihak, pasir atau karbonat yg mengandung sejumlah
lempung atau serpih mungkin penting untuk produksi hidrokarbon. Dgn adanya lempung &
serpih, analisa formasi hidrokarbon menjadi tidak mudah.

 Hidrokarbon yg dipindahkan (Moved Hydrocarbons). Konsepnya lebih tepat diterapkan


untuk reservoar minyak & gas. Jika selama operasi pemboran, sejumlah hidrokarbon
terdesak dari lubang bor, maka logikanya selama fase produksi sejumlah hidrokarbon yang
sama dapat diproduksi oleh formasi yang sama. Terlihat bhw kejenuhan hidrokarbon sisa
dlm daerah rembesan yg dinamakan Shr, dpt dituliskan Shr = 1-Sxo. Vol dr hidrokarbon
pindah dpt ditulis: ᴓ=.(Sh-Shr) = ᴓ*(1-Sw) - (1 -Sw) atau ᴓ.(Sxo-Sw)

2. 4. Wetabilitas dan Tekanan Kapiler

Derajat Kebasahan (Wetabilitas), bila dua fluida yg tdk dpt bercampur (immiscible) bersing
gungan dgn batuan & salah satu bersifat membasahi permukaan batuan tsb, hal ini disebabkan
adanya daya adhesi (A) yang membuat fluida tersebut membasahi batuan. Sedangkan
kecenderungan dari fluida mana yang akan membasahi permukaan batuan dinyatakan sebagai
derajat kebasahan. Untuk sistim minyak, air dan padatan (batuan) daya adhesi sangat
dipengaruhi oleh besarnya sudut kontak antara dua fluida yang terdapat dalam sistim tersebut.
Pada batuan yang bersifat basah air, air cenderung melekat pada permukaan batuan,
sedangkan minyak berada ditengah/ diantara fasa air, bebas dari gaya tarik menarik dengan
permukaan batuan. Akibatnya minyak lebih mudah bergerak dari pada air,
Sedangkan pada batuan yang bersifat basah-minyak, maka minyak akan cenderung
melekat pada permukaan sehingga sulit untuk bergerak

Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara dua permukaan
fluida yang saling bercampur, sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkannya. Tekanan kapiler di dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori
dan macam fluidanya. Secara matematis persamaannya adalah: Pc=(2**cos)/r =*g*h
Dimana  = tegangan permukaan antara dua fluida
cos  = sudut kontak dua permukaan fluida
 = perbedaan berat jenis dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
g = percepatan gravitasi
a b c d e f
a
b Dari persamaan tsb terlihat bhw tek kapiler
h c
d berkaitan/ berhubungan dgn harga ketinggian (h)
Tekanan kapiler

e
A di atas permukaan air bebas, shg tek kapiler atau
f
ketinggian tsb dapat diplot Versus saturasi air
Diameter pori kapiler (Sw) (gb II.13a).
Gambar II.13 a dan b
GEOLOGI RESERVOAR 37
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Persamaan tsb juga menunjukan adanya hubungan antara ketinggian zone transisi dgn
berat jenis (Bj) fluida & ukuran pori2 batuan reservoar. Ketinggian zone transisi akan ber-
tambah jika perbedaan Bj fluida semakin berkurang, seperti ditunjukan dalam gmr II-13a.
Disamping itu adanya pengaruh ukuran pori2 batuan sering dihubungkan dgn besaran
permeabilitas, shg ketinggian zone transisi akan bertambah jika permeabilitas semakin kecil,
krn permeabilitas yang kecil akan memperbesar tekanan kapiler, spt pd gb II-13b.

Ada hubungan yang erat antara konsep kapilaritas dgn kualitas reservoar. Berdasarkan
percobaan Muskat (‘49) & Dickey (‘79), didpt kesimpulan bhw meningkatnya tekanan kapilaritas
dikrnkan menurunnya diameter tube. Bila diterjemahkan dlm fenomena geologi bhw tek
kapilaritas reservoar akan meningkat sehubungan menurunnya ukuran pori atau lebih spe-
sifiknya menurunnya diameter celah. Meningkatnya tek kapilar, berhubungan dgn mening-
katnya kohesi & adhesi fluida dlm celah.
A. Oil-wet B. Water-wet (Gb.II.14a & b). Pada sistim pori dgn fluida water-wet
(dibasahi oleh air), (B) meniscusnya convex sedangkan
water water pada sistim pori oil-wet, (porinya dibasahi oleh minyak),
maka meniscusnya concave.(A)

The pressure at which the injected fluid begin to invade


% injeksi mercuri the reservoir is the displacement pressure. As pressure
100 80 60 40 20 0 increases, the proportions of the two fluids gradually
reverse until the irreducible saturations point is reached,
at which no futher invasion by the second fluid is
Tekanan kapiler

possible at any pressure.


3
Curve 1 is typical of good quality reservoir-porous &
permeable. Once the entry, or dis placement, pressure
2 has been exceed, fluid invasion increases rapidly for a
minor pressure increase until irreducible water
Displacement

1 saturation is reached. At this point no futher water can


Pressure

be expelled irrespective of pressure

Curve 2 is for a poorer quality reservoir with a higher


0 Irreducible Sw 100 displacement pressure and higher irreducible water
% Sw
content

Gambar II.15 Kurva hasil percobaan Curve 3 is for a poor quality reservoir, such as a poorly
terhadap tiga kualitas reservoar sorted sand with abundant matrix and hence a wide
bila di kenakan injeksi merkuri range of pore sizes. Displacement pressure and
hasil ploting percobaan adalah sbb irreducible watersatu ration are therefore both high, and
water saturation declines almost uniformly with in
creases pressure

GEOLOGI RESERVOAR 38
Karakteristik Batuan Reservoar/Porositas

Exercise 1.

Assume we have an oil reservoir with an area of 100 acres (.4047 km2) and a thickness of 25 feet
(7.62 m). The porosity is 25% and the water saturation is 20%, as determined by log analysis.
We have tested an exploratory well and determined that the reservoir is at the bubble-point
pressure and has an oil formation volume factor of 1.22 RB/STB. We can be assured of
recovering 30% of the oil originally in place, but we must have about 1.0 x 10 6 STB (158,987 m3)
of reserves to economically develop this field. Should we develop?

Assume we have an oil reservoir with an area of 100 acres (0.4047 km 2) and a thickness of 25 feet (7.62
m). The porosity is 25% and the water saturation is 20%, as determined by log analysis. We have tested an
exploratory well and determined that the reservoir is at the bubble-point pressure and has an oil formation
volume factor of 1.22 RB/STB. We can be assured of recovering 30% of the oil originally in place, but we
must have about 1.0 ´ 106 STB (158,987 m3) of reserves to economically develop this field. Should we
develop?

SOLUTION: Yes. We know from the equation HCPV = V (1-Swc) that the hydrocarbon pore volume
equals:

HCPV = V (1-Swc)

= (100) (25) (0.25) (1-0.20)

= 500 acre-ft

From the conversion table we find that an acre ft equals 7758 barrels (or 1.233 m3). Thus our original oil
in place is equal to 3,879,000 barrels of reservoir volume (616,500 m3).

Since we expect to recover only 30%, and since our formation volume factor at original conditions is 1.22 RB/STB
(1.22 m3 /STD m3), we can calculate reserves of:

Reserves = [3,879,000 RB - 1.22 RB/STB] (0.30)

= 954,000 STB (152,000 m3)

Given the degree of accuracy in the reservoir volume, porosity, water saturation, and recovery estimates, this
amount would satisfy our criteria for economic development.

GEOLOGI RESERVOAR 39

Anda mungkin juga menyukai