Anda di halaman 1dari 13

BATUAN RESERVOIR

Dalam mempelajari materi tentang batuan reservoir ini sasaran umum yang
hendak dicapai ialah agar mahasiswa mempunyai pemahaman yang luas
tentang peranan batuan reservoir dalam hal cara terdapatnya minyak dan gas
bumi. Adapun sasaran khususnya yaitu :

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian batuan reservoir serta


kaitannya dengan porositas dan permeabilitas

2. Agar mahasiswa memahami karakteristik serta jenis dari batuan


reservoir

Dosen Pengampuh :
Asri Arifin ST., MT.
Secara genesa, batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil dari
kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin
(Walter T Huang, 1962). Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa
dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik

2. Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat lithifikasi
dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi kimia
tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya material
pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming materials)
menjadi batuan yang kompak (coherent rock).

3. Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari


batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan,
temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979
BATUAN RESERVOIR

Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi. Adapun
unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi adalah :

1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gas bumi.
Biasanya batuan ini berpori dan berongga.

2. Lapisan Penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau lulus
minyak.

3. Perangkap reservoir (reservoir trap), adalah suatu unsur pembentuk

reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya


merupakan bentuk konkav kebawah dan menyebabkan minyak dan gas bumi berada di
bagian atas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat ditentukan oleh cara terdapatnya
minyak bumi, yaitu selalu berasosiasi dengan air dimana air memiliki berat jenis jauh
lebih tinggi.
Ruang Lingkup Batuan Reservoir, Porositas, dan Permeabilitas

Pada hakikatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal
mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melepaskan minyak bumi. Dalam
hal ini batuan reservoir harus memiliki porositas yang memberikan kemampuan
untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu kemampuan untuk
melepaskan minyak bumi itu. Jadi secara singkat, dapat disebutkan bahwa
reservoir harus berongga – rongga dan memiliki pori-pori yang berhubungan.
Perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah porositas menentukan jumlah
cairan yang terdapat batuan sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya yang
dapat diproduksi. Suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai lapisan
penyalur aliran minyak dan gas bumi ke tempat minyak bumi tersebut keluar dari
batuan induk ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap.

Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir.
Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori terhadap
volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen
dan disebut porositas.

Porositas biasanya berkisar antara 5 sampai 40 %. Porositas 5 % biasanya disebut


porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat nonkomersiil. Secara
teoritis porositas tidak bisa lebih dari 47,6 %, yang berlaku untuk porositas
jenis intergranuler.

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Di Laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hukum Boyle :


gas digunakan sebagai penggganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut.
2. Dari Log Listrik, log sonik dan log rarioaktivitas.
3. Dari log kecepatan pemboran.
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi.
5. Dari hilangnya inti pemboran.
Skala Visual Pemberian Porositas

Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visual dengan mengunakan


peraga visual. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu
skala sebagai berikut :

0 – 5 %, dapat diabaikan (negligible)


0 – 10 %, buruk (poor)
10 – 15 %, cukup (fair)
20 – 20 % baik (good)
20 – 25 %, sangat baik (very good)
>25, istimewa (excelent).
Jenis Porositas
Berdasarkan kejadiannya, porositas digolongkan menjadi porositas primer dan
Sekunder.

1. Porositas Primer adalah rongga pori batuan yang terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan yang bersangkutan. Pada batuan sedimen disebut dengan
porositas intergranular.
2. Porositas Sekunder adalah rongga pori batuan yang terbentuk kemudian akibat
gaya-gaya yang bekerja pada batuan yang bersangkutan.

Porositas Efektif adalah rongga pori yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.
Porositas Non Efektif adalah rongga pori yang tidak saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Porositas Total adalah jumlah semua porositas didalam batuan
(Efektif+Non Efektif)
Permeabilitas
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan
melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau
kerangka batuan tersebut.

Cara penentuan permeabilitas adalah :

1. Dengan Permeameter, suatu alat pengukur yang menggunakan gas.


2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3. Dari kecepatan pemboran.

Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang. Secara


perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif sebagai
berikut :

1. Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy).


2. Cukup (fair), antara 5 – 10 md.
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
Permeabilitas Relatif dan Efektif

Permeabilitas tergantung pada ada tidaknya cairan gas di dalam rongga yang
sama. Sebagai contoh misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar dibawah
ini memperlihatkan permeabilitas relatif.

Gambar IV.1 Grafik permeabilitas relative dengan perbedaan penjenuhan air dan
minyak (Lavorsen, 1958 dalam Koesoemadinata,1980)
Gambar IV.2 Grafik memperlihatkan relatif dengan perbedaan
penjenuhan gas dan minyak (Lavorsen,1958 dalam
Koesoemadinata,1980)
Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga – rongga pori dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu :

1. Pori Primer (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter granula).
2. Pori Sekunder atau pori yang dibentuk kemudian.

Pori sekunder disebut juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya


dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan.
Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat
tergantung dari faktor sedimentasi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya pori-pori adalah :
a. Besar Butir, besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi tidak
mempengauhi total porositas batuan.
b. Pemilahan, Pemilahan (sorting) adalah cara penyebaran berbagai macam besar
butir.
c. Bentuk dan Kebundaran Butir, bentuk suatu butiran klastik didefinisikan
sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar,
sedangkan kebundaran didasarkan terhadap suatu ketajaman atau
penyudutan daripada pinggiran butir.
d. Penyusutan Butir, Penyusitan butir adalah pengaturan kepadatan daripada
susunan bola butir satu terhadap yang lainnya.

Gb IV.3 Pengaruh susunan butir terhadap porositas


e. Kompaksi dan Sementasi, Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi besar kecilnya
rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil atau menyusutkan pori-pori
yang telah ada.

Gb IV.4 Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalam greywacke

Anda mungkin juga menyukai