Oleh:
Aditya Nugraha Achiral (072.16.004)
TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan bencana geologi ini. Sholawat dan salam juga senantiasa saya
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarganya serta umatnya hingga akhir
zaman.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Bencana
Geologi yang di ajarkan oleh Bapak . Laporan bencana geologi ini disusun berdasarkan sumber
dari internet dan pengolahan peta kabupaten cilacap untuk melihat potensi bencana yang ada.
Semoga laporan ini dapat mengantar kami untuk mendapatkan nilai A pada mata kuliah
Bencana Geologi dan semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 1
1.3. Daerah Penelitian 1
BAB II. BENCANA GEOLOGI KABUPATEN BANYUMAS
2.1 Gerakan Tanah 2
2.2 Gempa Bumi 3
2.3 Tsunami 3
2.4 Banjir 3
2.5 Likuifaksi 3
BAB III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan 5
3.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana Geologi adalah semua peristiwa atau kejadian di alam yang berkaitan
dengan siklus-siklus yang terjadi di bumi atau segala sesuatu yang disebabkan oleh
faktor-faktor geologi. Faktor-faktor geologi tersebut dapat berupa struktur dan tekstur
tanah dan batuan, jenis tanah dan batuan, pola pengaliran sungai, topografi, struktur
geologi (lipatan dan patahan), tektonik maupun gunungapi. Faktor-faktor geologi tersebut
selain menyebabkan adanya potensi bencana, pada kenyataannya faktor-faktor geologi
tersebut memberi arti penting dalam kehidupan dan siklus kehidupan di bumi kita ini.
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi
seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor. Contoh bencana alam
geologi paling umum adalah gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan tanah longsor.
Kabupaten Banyumas terdiri atas 31 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah
desa dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 31 kecamatan.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor pendoro dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.meskipun penyebab utama
kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada
pula faktr-faktor lainnya yang turut berpengaruh, serperti:
Rayapan Tanah: Longsor ini terjadi karena adanya rayapan atau pergerakan
tanah yang sangat lambat dan halus. Ini biasanya terjadi pada tanah yang memiliki
butiran kecil halus dan namun memiliki struktur yang cukup kasar. Biasanya jenis tanah
longsor ini hampir tidak bisa dikenali dan kalau longsor sudah terjadi dalam waktu yang
cukup lama baru bisa dikenali dengan miringnya tiang-tiang listrik, rumah dan lainnya
yang berada di atasnya.
Aliran Bahan Rombakan: Kondisi ini terjadi karena adanya pergerakan tanah
dan metarialnya yang disebabkan oleh dorongan air yang sangat kuat. Kecepatan dari
aliran air sendiri akan sangat tergantung pada kemiringan lereng, volume air, tekanan air,
kecepatan air serta jenis material tanahnya itu sendiri apakah mudah terangkut oleh air
atau tidak. Gerakan dari tanah longsor ini lumayan cepat dan bisa mencapai seluruh
lembah dengan jarak ratusan meter jauhnya. Bahkan jarak yang bisa ditempuhnya bisa
dalam jumlah yang sangat banyak dan jaraknya ribuan meter.
Gambar 2.1 Tipe-Tipe Tanah Longsor
Zonasi pada peta tanah longsor ini, dibagi menjadi tiga golongan, berdasarkan
kemiringan lereng (Menggunakan Klasifikasi Van Zuidam) dan litologinya, yakni:
Resiko Longsor Tinggi, Resiko Longsor Sedang, dan Resiko Longsor Rendah.
Sebagian besar dari Kabupaten Pangadaran, mulai dari Barat-Laut hingga bagian
tengah, tergolong Beresiko Longsor Rendah, dengan warna hijau, dikarenakan
kemiringan lereng yang relatif rendah, yakni 0 - 4° (Datar hingga landai). Ia mencakup
sekitar 55% dari seluruh peta.
Sisa 20%nya tergolong Beresiko Longsor Tinggi, ditandai dengan warna merah,
yang berada di pegunungan bagian Timur-Laut peta, dan sedikit di bagian Selatan. Ia
memiliki kemiringan lereng lebih dari 35° (Curam hingga Curam Sekali).
Gambar 2.4 Klasifikasi Van Zuidam
Gempa bumi adalah pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar
atau dari bawah permukaan bumi. Atau definisi gempa bumi yang lebih langkapnya yaitu getaran
atau goncangan yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal
dari dasar atau dari bawah permukaan bumi dan bisa juga disebabkan adanya letusan gunung api.
Gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gambar 2.2.1 Peta indeks risiko bencana gempa bumi di Indonesia
Gempa cukup besar dengan angka 4,7SR mendekati angka 5 dengan didukung dangkal
nya pusat gempa. Gempa berada di lepas pantai cukup jauh pada titik 74 KM di arah tenggara
Cilacap pada bulan November 2016.
II.3 Tsunami
Secara harafiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. “Tsu” berarti pelabuhan dan
“nami” adalah gelombang. Secara umum tsunami diartikan sebagai pasang laut yang
besar di pelabuhan. Jadi, dapat dideskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsive yang terjadi pada medium
laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau
longsoran (land-slide) (Diposaptono dan Budiman, 2005). Hal diatas disetujui oleh
Ingmanson dan Wallace (1973) bahwa tsunami merupakan gelombang laut yang
mempunyai periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan di laut. Panjang
gelombang tsunami dapat mencapai 240 km di laut terbuka seperti samudera pasifik
dengan panjang gelombang rata-rata 4600 m dengan kecepatan gelombang mencapai 760
km/jam Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat transien,
yakni gelombangnya bersifat sesaat. Gelombang ini berbeda dengan gelombang laut
lainya yang bersifat kontinyu seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya gesek
angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa.
Periode gelombang angin hanya beberapa detik (kurang dari 20 detik). Sementara itu
periode gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit (Barber, 1969 in Diposaptono
dan Budiman, 2005). Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang
dibangkitkan oleh angina adalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang
dibangkitkan oleh angina hanya menggerakan air laut bagian atas.
Gambar 2. Perbandingan panjang gelombang antara gelombang yang disebabkan
oleh angin, gelombang pasang surut, dan gelombang tsunami
(Diposaptono dan Budiman, 2005)
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah
meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan.
Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai
atau danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir “Cileunang”
Banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang
sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera
mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga.
3. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut
material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena
seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan
diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi.
Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor
karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini
kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air
sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian
mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya.
Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap
dan dapat meluber ke pemukiman warga.
6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini
mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya.
· Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar
sempit
· Terletak di dekat sungai atau sungai-sungai yang memiliki daerah aliran sungai yang luas
· Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
e. Dampak Adanya Banjir
· Mendatangkan kerugian yang berupa harta, benda, dan mungkin saja jiwa
· Merusak sarana dan prasarana umum, misalnya jalan raya yang rusak, jembatan hancur,
· Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan menjadi mudah sebagai media
terlanjur gundul
Fenomena alam yang terjadi di kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai.
Sedangkan secara sederhana, banjir didefinisikan sebagai hadirnya air suatu kawasan luas
sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Pada daerah Banyumas, dapat terjadi bencana banjir yang di pengaruhi oleh faktor
– factor berikut :
- pengaruh morfologi
II.5 likuifaksi
Pencairan tanah atau likuifaksi tanah adalah suatu fenomena perilaku tanah yang jenuh
atau sebagian jenuh secara substansial kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya
tegangan, biasanya gempa bumi yang bergetar atau perubahan lain secara tiba-tiba dalam kondisi
menegang, menyebabkan tanah tersebut berperilaku seperti cairan atau air berat.
Dalam mekanika tanah, istilah "mencair" pertama kali digunakan oleh Allen Hazen[1]
mengacu pada kegagalan Bendungan Calaveras di California tahun 1918. Ia menjelaskan
mekanisme aliran pencairan tanggul sebagai berikut:
Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban, tekanan itu
akan berefek membawa partikel-partikel menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara
praktis seperti pasir hisap... pergerakan awal beberapa bagian material dapat menghasilkan
tekanan yang terus bertambah, mulanya pada satu titik, kemudian pada titik lainnya, secara
berurutan, menjadi titik-titik konsentrasi awal yang mencair.
Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar
(kepadatan rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan
untuk memampat ketika diberikan beban; sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam
volume atau melebar. Jika tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah
berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan laut, maka air mengisi kesenjangan di
antara butir-butir tanah ("ruang pori"). Sebagai respon terhadap tanah yang memampat, air ini
meningkatkan tekanan dan mencoba untuk mengalir keluar dari tanah ke zona bertekanan rendah
(biasanya ke atas menuju permukaan tanah). Tapi, jika pembebanan berlangsung cepat dan
cukup besar, atau diulangi berkali-kali (contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai), air
tidak mengalir keluar sesuai waktunya sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi, tekanan
air dapat bertambah melebihi tekanan kontak antara butir-butir tanah yang menjaga mereka tetap
saling bersentuhan satu sama lain. Kontak antara butir-butir ini merupakan media pemindahan
berat bangunan dan lapisan tanah di atas dari permukaan tanah ke lapisan tanah atau batuan pada
lapisan yang lebih dalam. Hilangnya struktur tanah menyebabkan tanah kehilangan semua
kekuatannya (kemampuan untuk memindahkan tegangan geser) dan fenomena ini terlihat seperti
mengalir menyerupai cairan (maka disebut 'pencairan').
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resistivitas lapisan tanah yang
memiliki potensi likuifaksi di daerah Banyumas. Berdasarkan informasi geologi maka nilai
resistivitas yang terukur di daerah penelitian menunjukkan litologi :
- pasir tufaan sisipan batupasir (1.3 – 8 Wm yang merupakan satuan batuan dari Formasi
Halang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir semua daerah pesisir Kota Cilacap,
terutama daerah dimana terdapat infrastruktur dan fasilitas penting, berada dalam zona
kerentanan likuifaksi tinggi. Zona kerentanan ini semakin luas ke arah barat dan timur
Kota Banyumas. Tingkat kerentanan likuifaksi ini terasosiasi dengan keberadaaan lapisan
pasir lepas yang tebal
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
- Kabupaten Cilacap adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Cilacap
merupakan kabupaten di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 6,2% dari
total wilayah Jawa Tengah.
- Bencana Longsoran / gerakan tanah yang sering terlihat di Kabupaten Pangandaran
adalah: Longsoran translasi, pergerakan blok dan longsoran rotasi.
- Gempa cukup besar dengan angka 4,7SR mendekati angka 5 dengan didukung dangkal
nya pusat gempa. Gempa berada di lepas pantai cukup jauh pada titik 74 KM di arah
tenggara Cilacap pada bulan November 2016.
- Banyak wilayah utama pembangunan Cilacap, terutama industri pertambangan minyak
terletak langsung menghadap garis pantai Samudra Hindia. Di bawah dasar laut Samudra
Hindia tersebut, beberapa ratus kilometer sebelah selatan Cilacap, terletak salah satu zona
utama tumbukan lempeng tektonik bumi, yang merupakan sumber utama gempa bumi
pencetus tsunami.
- Di Daerah Cilacap mempunyai potensi likufaksi yang relatif tinggi dikarenakan memiliki
karakteristik fisik yang tersusun oleh endapan Kuarter dengan tingkat kepadatan dan sifat
keteknikan tanah bawah permukaan dicirikan material sangat lepas hingga agak padat,
memiliki muka air tanah yang dangkal
3.2 Saran
- Sebaiknya dilakukan juga migitasi bencana serta pembuatan peta bencana pada daerah
lain juga untuk dapat menambah pengetahuan mahasiswa
- Bisa juga dibuat peta bencana geologi yang lain pada daerah cilacap in
LAMPIRAN