Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATA KULIAH GEOLOGI TATA RUANG

TUGAS

OLEH
MUH. RAFLY PRATAMA
D061181333

GOWA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,


karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Bencana Banjir Terhadap Geologi Lingkungan. Disamping itu, saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Geologi Lingkungan Terhadap
Bencana Banjir. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sehingga Saya memohon maaf
atas hal tersebut.

Gowa, Desember 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Manfaat 2

BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Geologi Lingkungan 3

2.2 Bencana Banjir 4

2.3 Mitigasi Bencana 8

2.4 Bencana Banjir Terhadap Geologi Lingkungan 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang


mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam
maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.

Geologi lingkungan merupakan ilmu yang menjadi perantara antara


problem suatu lingkungan dan ilmu geologi. Salah satu problem yang sering
menjadi topic geologi lingkungan adalah bencana. Bencana merupakan suatu
kondisi yang tidak diharapkan dan merugikan makhluk hidup. Contoh bencana
adalah banjir yang juga banyak merugikan kehidupan.

Banjir merupakan debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar
dari biasanya atau normal akibat air yang turun di hulu atau di suatu tempat
tertentu sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air
melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.

Dari bencana banjir tersebut salah satu faktornya yang terjadi di beberapa
daerah akibat kondisi geologinya. Sehingga dibutuhkan ilmu geologi lingkungan
untuk mengatasi hal tersebut sebagai perantara antar bencana banjir dan ilmu
geologi.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud geologi lingkungan
2) Apa yang dimaksud banjir
3) Bagaimana mitigasi suatu bencana
4) Bagaimana peranan geologi lingkungan terhadap bencana banjir

1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Dapat mengetahui tentang geologi lingkungan
2) Dapat mengetahui cara mitigasi bencana
3) Dapat memahami kaitan geologi terhadap bencana banjir

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Geologi Lingkungan

Geologi Lingkungan adalah upaya memanfaatkan lingkungan geologi


secara rasional untuk perlindungan manusia, harta benda dan lingkungannya dari
bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh lingkungan geologi tersebut, baik karena
sifat alamiahnya maupun karena interaksi dengan kegiatan manusia.

Faktor lingkungan sebagian membantu dan sebagian merintangi atau


menghambat untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar manusia. Faktor yang
membantu atau memberikan dorongan positif disebut manfaat lingkungan,
sedangkan yang bersifat merintangi atau menghambat disebut risiko lingkungan.

Penyelidikan geologi lingkungan menjadi penting, mengingat terdapat


beberapa aspek dalam rangka pembangunan nasional yang berwawasan
lingkungan harus dilakukan melalui penyelidikan geologi lingkungan, salah
satunya untuk antisipasi risiko yang mungkin terjadi, dengan demikian bumi dan
lingkungan tetap menjadi kesatuan yang saling memberikan manfaat dan
kesejahteraan bagi masnusia. Instansi yang menangani masalah mitigasi bencana
geologi dan geologi lingkungan di Indonesia adalah Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan
Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi (PSDATGTL), dan Kementerian
ESDM. Ketiga Badan pemerintah tersebut merupakan institusi yang mengelola
sumber informasi bagi pemangku kepentingan dan masyarakat banyak terutama
yang berkaitan dengan bencana geologi.

Bencana yang terjadi disebabkan oleh perubahan alamiah kondisi


kebumian atau bencana geologi (gempa dan tsunami, angin topan, air pasang,
gunung meletus, kekeringan dan lainlain) maupun bencana alam akibat eksploitasi
secara berlebihan terhadap sumber-sumber daya alam (banjir bandang, tanah
longsor, kebakaran dan lain-lain).

3
2.2 Bencana Banjir

UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.

Definisi bencana seperti dipaparkan tersebut terdapat tiga aspek dasar,


yaitu:

1) Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak


(hazard).
2) Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan,
dan fungsi dari masyarakat.
3) Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.

Suatu peristiwa dapat dikatakan bencana karena ada dua kondisi yaitu
adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan
kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak
rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang
mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi
peristiwa yang mengancam maka tidak dapat dikatakan bencana.

2.2.1 Pengertian Banjir

Pengertian banjir adalah bentuk daratan yang terendam oleh air yang
melimpah dan berlebih yang nantinya kana kembali surut, sehingga air yang
melimpah tersebut hanya bersifat sementara waktu. Selain itu banjir merupakan
peristiwa alam yang disebabkan oleh buruknya serapan tanah suatu wilayah dan
perwilayahan karena daerah tersebut gersang atau jumlah curah hujan yang
berlebih sehingga wilayah tersebut tidak memiliki daya serap yang cukup.

4
Peristiwa banjir tidak hanya terjadi di daerah yang rendah namun juga di daerah
yang tinggi apabila daya serap tidak mendukung.

Banjir menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002)


adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau
saluran. Dan Menurut Suripin (2003) banjir adalah suatu kondisi di mana tidak
tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya
aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah
(dataran banjir) sekitarnya.

Banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis,
topografis, dan geometri alur sungai. Peristiwa alam yang dinamis seperti curah
hujan yang tinggi, pembendungan dari laut atau pasang pada sungai induk,
amblesan tanah dan pendangkalan akibat sedimentasi, serta aktivitas manusia
yang dinamis seperti adanya tata guna di lahan dataran banjir yang tidak sesuai,
yaitu: dengan mendirikan pemukiman di bantaran sungai, kurangnya prasarana
pengendalian banjir, amblesan permukaan tanah dan kenaikan muka air laut akibat
global warming (Sastrodihardjo, 2012).

2.2.2 Kerawanan Banjir

Identifikasi kerawanan banjir dipilah antara identifikasi daerah rawan


terkena banjir (kebanjiran) dan daerah pemasok air banjir atau potensi air banjir.
Hal ini penting untuk difahami agar memudahkan cara identifikasi sumber
bencana secara sistematis sehingga diperoleh teknik pengendalian yang efektif
dan efisien.

Tingkat kerawanan daerah yang terkena banjir (kebanjiran) diidentifikasi


dari karakter wilayahnya seperti bentuk lahan, lereng kiri-kanan sungai,
meandering, pebendungan alami, dan adanya bangunan pengendali banjir. Bentuk
lahan (landform) dari sistem lahan seperti dataran aluvial, lembah aluvial, kelokan
sungai, dan rawa-rawa merupakan daerah yang rentan terkena banjir karena
merupakan daerah rendah atau cekungan dengan lereng <2%.

5
Teknik identifikasi tingkat kerawanan banjir DAS secara skematis
diuraikan pada Gambar 2.1 Kerawanan banjir dibedakan antara daerah rawan
terkena banjir (kebanjiran) dan daerah pemasok air banjir (DTA), sehingga
identifikasi dimulai dari daerah yang rawan kebanjiran, baru kemudian pada
daerah tangkapan air pemasok air banjirnya.

Gambar 2.1 Diagram Alir Identifikasi Kerawanan Banjir

Prosedur kerja identifikasi daerah rawan kebanjiran, secara diagram


disusun seperti Gambar 2.1, adalah sebagai berikut:

a. Gunakan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1 : 25.000, sebagai peta dasar
untuk basis identifikasi.

b. Padukan peta RBI dengan peta RePPProT untuk menentukan bentuk lahan di
sepanjang sungai dan cabang sungai yang memiliki ciri daerah mudah kebanjiran
yakni bentuk lahan dataran alluvial, lembah alluvial, rawa-rawa, dan belokan
sungai yang umumnya berlereng dikoreksi dan dipadukan dengan peta RBI skala
1 : 25.000. Kekurangan data bentuk lahan dan pemaduan skala peta bisa dilakukan

6
dengan menganalisis garis kontur pada peta RBI dengan mendeliniasi daerah
berlereng.

c. Karakterisasi daerah rawan kebanjiran, seperti formula Lampiran 1.A (romawi


II), dilakukan dengan memberikan skor masing-masing parameter pada unit peta
tersebut. Karakter yang bersifat alami yakni meandering dan pembendungan dapat
digambarkan dari peta RBI; sedangkan parameter manajemen dari bangunan air
berupa tanggul sungai umumnya belum tersedia pada peta dasar sehingga harus
dilakukan pengamatan lapangan dengan menggunakan GPS, kemudian diplotkan
pada unit peta.

d. Hitung dan petakan tingkat kerawanan daerah rawan kebanjiran dengan


menjumlahkan hasil kali skor dan bobot masing-masing parameter dibagi 100,
kemudian dicocokkan dengan kategori penilaian seperti diuraikan diatas.

e.Pada bagian hulu dari daerah yang terdeliniasi dengan skor tinggi atau rawan
kebanjiran merupakan titik pertama (pasokan air banjir menggenangi) daerah
rawan kebanjiran. Dengan demikian melalui titik tersebut bisa dideliniasi daerah
tangkapan air (Sub DAS) sebagai sumber pasokan air banjir, dan merupakan titik
pemilah antara daerah pemasok air banjir dan daerah rawan kebanjiran .

Skor total terakhir (tertimbang) dari Lampiran 1.A.II merupakan jumlah


hasil kali bobot dan skor dibagi 100, dan diklasifikasi seperti disajikan dalam
Tabel 2.1

Tabel 2.1 Nilai Skor dan Kategori Daerah Rawan Terkena Banjir

7
2.3 Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko


bencana melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemamapuan menghadapi ancaman bencana baik bencana alam maupun bencana
akibat ulah manusia. Terdapat empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :

1) Tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah yang rawan
bencana.
3) Mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika timbul bencana .
4) Adanya pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.

2.4 Bencana Banjir Terhadap Geologi Lingkungan

Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi, dimana sebelumnya


pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini
pengembangan wilayah harus memperhatikan dukungan terhadap lingkungan
yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak merusak
keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli geologi yaitu mempelajari
sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa-bumi dll; meramalkan dan
bagaimana cara menghindarinya.

Dari bahaya banjir yang terjadi akibat proses geologi dibutuhkan peran
geologi untuk menanggulangi masalah tersebut.

1) Memberi data dan informasi geologi daerah setempat kawasan banjir.

2) Mitigasi bencana banjir dengan memberikan informasi kerawanan banjir

8
3) Memberikan informasi bentangalam daerah tersebut dari kondisi
morfologi, bentuk sungai hingga kondisi litologi.

4) Menganalisis dampak lingkungan suatu proyek

9
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :

1) Geologi Lingkungan adalah upaya memanfaatkan lingkungan geologi


secara rasional untuk perlindungan manusia, harta benda dan
lingkungannya dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
lingkungan geologi tersebut, baik karena sifat alamiahnya maupun
karena interaksi dengan kegiatan manusia
2) Banjir merupakan debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar
dari biasanya atau normal akibat air yang turun di hulu atau di suatu
tempat tertentu sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang
ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.
3) Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi
resiko bencana melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemamapuan menghadapi ancaman bencana baik bencana
alam maupun bencana akibat ulah manusi
4) Dalam menangani masalah banjir dibutuhkan informasi geologi untuk
menanggulangi masalah tersebut. Yang dari data tersebut kemudian
dijadikan sebagai rujukan dalam mitigasi banjir

3.2 Saran

Adapun saran penulis pada Geologi Lingkungan Terhadap Bencana Banjir


adalah sebaiknya geologi harusnya berperan aktif terhadap Bencana Banjir.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ananonim. https://dosengeografi.com/pengertian-banjir/. Diakses pada 2021.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor : Universtas Pakuan

Paimin dkk. 2009. TEKNIK MITIGASI Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan
: Tropenbos International Indonesia Programme (2009)

Rampangilei, Williem. 2016. Risiko Bencana Indonesia. Badan Nasional


Penanggulangan Bencana.

Sucipto, Bambang & Yuyun, Mulyati. Manajemen Risiko Bencana Geologi.


KarismaPro : Kajian & Riset Manajemen Profesional Vol.02 No.23
/Desember 2020

Sukandarrumidi dkk. 2017. Geologi UMUM Bagian kedua. Gadjah Mada :


Yogyakarta :University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai