UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TUGAS
OLEH
MUH. RAFLY PRATAMA
D061181333
GOWA
2021
i
KATA PENGANTAR
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Geologi Lingkungan Terhadap
Bencana Banjir. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sehingga Saya memohon maaf
atas hal tersebut.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Manfaat 2
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Banjir merupakan debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar
dari biasanya atau normal akibat air yang turun di hulu atau di suatu tempat
tertentu sehingga tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air
melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya.
Dari bencana banjir tersebut salah satu faktornya yang terjadi di beberapa
daerah akibat kondisi geologinya. Sehingga dibutuhkan ilmu geologi lingkungan
untuk mengatasi hal tersebut sebagai perantara antar bencana banjir dan ilmu
geologi.
1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Dapat mengetahui tentang geologi lingkungan
2) Dapat mengetahui cara mitigasi bencana
3) Dapat memahami kaitan geologi terhadap bencana banjir
2
BAB II
3
2.2 Bencana Banjir
Suatu peristiwa dapat dikatakan bencana karena ada dua kondisi yaitu
adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan
kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak
rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang
mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi
peristiwa yang mengancam maka tidak dapat dikatakan bencana.
Pengertian banjir adalah bentuk daratan yang terendam oleh air yang
melimpah dan berlebih yang nantinya kana kembali surut, sehingga air yang
melimpah tersebut hanya bersifat sementara waktu. Selain itu banjir merupakan
peristiwa alam yang disebabkan oleh buruknya serapan tanah suatu wilayah dan
perwilayahan karena daerah tersebut gersang atau jumlah curah hujan yang
berlebih sehingga wilayah tersebut tidak memiliki daya serap yang cukup.
4
Peristiwa banjir tidak hanya terjadi di daerah yang rendah namun juga di daerah
yang tinggi apabila daya serap tidak mendukung.
Banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis,
topografis, dan geometri alur sungai. Peristiwa alam yang dinamis seperti curah
hujan yang tinggi, pembendungan dari laut atau pasang pada sungai induk,
amblesan tanah dan pendangkalan akibat sedimentasi, serta aktivitas manusia
yang dinamis seperti adanya tata guna di lahan dataran banjir yang tidak sesuai,
yaitu: dengan mendirikan pemukiman di bantaran sungai, kurangnya prasarana
pengendalian banjir, amblesan permukaan tanah dan kenaikan muka air laut akibat
global warming (Sastrodihardjo, 2012).
5
Teknik identifikasi tingkat kerawanan banjir DAS secara skematis
diuraikan pada Gambar 2.1 Kerawanan banjir dibedakan antara daerah rawan
terkena banjir (kebanjiran) dan daerah pemasok air banjir (DTA), sehingga
identifikasi dimulai dari daerah yang rawan kebanjiran, baru kemudian pada
daerah tangkapan air pemasok air banjirnya.
a. Gunakan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1 : 25.000, sebagai peta dasar
untuk basis identifikasi.
b. Padukan peta RBI dengan peta RePPProT untuk menentukan bentuk lahan di
sepanjang sungai dan cabang sungai yang memiliki ciri daerah mudah kebanjiran
yakni bentuk lahan dataran alluvial, lembah alluvial, rawa-rawa, dan belokan
sungai yang umumnya berlereng dikoreksi dan dipadukan dengan peta RBI skala
1 : 25.000. Kekurangan data bentuk lahan dan pemaduan skala peta bisa dilakukan
6
dengan menganalisis garis kontur pada peta RBI dengan mendeliniasi daerah
berlereng.
e.Pada bagian hulu dari daerah yang terdeliniasi dengan skor tinggi atau rawan
kebanjiran merupakan titik pertama (pasokan air banjir menggenangi) daerah
rawan kebanjiran. Dengan demikian melalui titik tersebut bisa dideliniasi daerah
tangkapan air (Sub DAS) sebagai sumber pasokan air banjir, dan merupakan titik
pemilah antara daerah pemasok air banjir dan daerah rawan kebanjiran .
Tabel 2.1 Nilai Skor dan Kategori Daerah Rawan Terkena Banjir
7
2.3 Mitigasi Bencana
1) Tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah yang rawan
bencana.
3) Mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika timbul bencana .
4) Adanya pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.
Dari bahaya banjir yang terjadi akibat proses geologi dibutuhkan peran
geologi untuk menanggulangi masalah tersebut.
8
3) Memberikan informasi bentangalam daerah tersebut dari kondisi
morfologi, bentuk sungai hingga kondisi litologi.
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor : Universtas Pakuan
Paimin dkk. 2009. TEKNIK MITIGASI Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan
: Tropenbos International Indonesia Programme (2009)
11