Anda di halaman 1dari 29

Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Satuan Pendidikan : SMAK St. IGNATIUS LOYOLA


Mata Pelajaran : Geografi
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam

Kompetensi Inti
KI3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.7 Menganalisis Pertemuan 1
jenis dan 3.7.1 Mengidentifikasi bencana yang terjadi di sekitar
penanggulangan kita
bencana alam 3.7.2 Menjelaskan konsep bencana
melalui edukasi, 3.7.3 Mengklasifikasikan jenis dan karakteristik
kearifan lokal, bencana
dan pemanfaatan 3.7.4 Menjelaskan siklus penanggulangan bencana
teknologi Pertemuan 2
modern. 3.7.5 Menganalisis persebaran wilayah bencana di
Indonesia
3.7.6 Menggambarkan persebaran wilayah bencana di
Indonesia
3.7.7 Menentukan daerah-daerah rawan bencana di
Sumatera Barat
Pertemuan 3
3.7.8 Menjelaskan lembaga-lembaga yang berperan
dalam penanggulangan bencana alam
3.7.9 Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam
mitigasi bencana alam di Indonesia

Mitigasi Bencana Alam | 1


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

4.7 Membuat sketsa, 4.6.1 Membuat peta kerawanan bencana bencana di


denah, dan/atau Sumatra Barat
peta potensi 4.6.2 Mengumpulkan data yang terkait dengan
bencana wilayah penanggulangan bencana
setempat serta
strategi mitigasi
bencana
berdasarkan peta
tersebut.

MATERI AJAR

Pertemuan 1

Indikator:
3.7.1 Mengidentifikasi bencana yang terjadi di sekitar kita
3.7.2 Menjelaskan konsep bencana
. 3.7.3 Mengklasifikasikan jenis dan karakteristik bencana alam
3.7.4 Menjelaskan siklus penanggulangan bencana
A. Pengertian Bencana
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Defenisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam
(natural disaster), non alam maupun manusia (man-made disaster). Oleh karena
itu, UU No. 24 Tahun 2007 tersebut mendefenisikan mengenai bencana alam,
bencana non alam dan bencana sosial. Selain itu definisi bencana seperti
dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan
fungsi dari masyarakat.
3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.

Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau
gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability)
masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti
masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila

Mitigasi Bencana Alam | 2


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka
tidak akan terjadi bencana.

Gambar 1. Gempa bumi di Sumatera Barat

Sumber : http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/

B. Jenis-Jenis Bencana Alam


Bumi kita adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat
dikenali mulai dari rotasi bumi pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi
matahari, pergerakan lempeng-lempeng tektonik bumi, arus laut di samudera,
serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer. Berbagai fenomena dan lingkungan
alam di bumi juga saling berinteraksi dan hasilnya dapat memengaruhi kehidupan
makhluk hidup di bumi, termasuk manusia.
Interaksi antar fenomena pada litosfer, atmosfer, dan hidrosfer dapat
menghasilkan akibat yang merugikan dan/atau mengancam kehidupan manusia
sehingga dikategorikan sebagai bencana alam. Pengelompokan jenis bencana alam
berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Bencana Akibat Dinamika Litosfer
a. Letusan Gunung Api
Merupakan bagian dari aktivitas vulakanik yang dikenal dengan istilah
erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

Mitigasi Bencana Alam | 3


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Gambar 2. Letusan gunung Merapi

Sumber: http://artikelberitaa.blogspot.co.id

Karakteristik letusan gunung api:


1) Biasanya ada tanda peringatan dan dapat diprediksi
2) Dapat merusak struktur bangunan
3) Aliran lava dapat mengakibatkan kebakaran
4) Sebaran debu vulkanik dapat menjangkau areal yang luas
5) Banjir lava dapat terjadi jika disertai hujan
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia :

Status Makna/Tindakan AWAS


AWAS (MERAH)
1) Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada
keadaan kritis yang menimbulkan bencana.
2) Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap.
3) Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam.
4) Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
5) Koordinasi dilakukan secara harian.
6) Piket penuh.

SIAGA (OREN)
1) Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau
menimbulkan bencana.
2) Peningkatan intensif kegiatan seismik.
3) Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke
letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana.
4) Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2
minggu.
5) Sosialisasi di wilayah terancam.
6) Penyiapan sarana darurat.

Mitigasi Bencana Alam | 4


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

7) Koordinasi harian.
8) Piket penuh.

WASPADA (KUNING)
1) Ada aktivitas apa pun bentuknya.
2) Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.
3) Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya.
4) Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal.
5) Penyuluhan/sosialisasi.
6) Penilaian bahaya.
7) Pengecekan sarana.
8) Pelaksanaan piket terbatas.

NORMAL (HIJAU)
1) Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
2) Level aktivitas dasar.

b. Tanah Longsor
Merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya menuruni atau keluar lereng akibat tergantungnya
kestabilan tanah ataupun batuan penyusun lereng
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan,
vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:
1) Faktor Alam
a) Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan
gunung berapi.
b) Iklim : curah hujan yang tinggi.
c) Keadaan topografi : lereng yang curam.
d) Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan.
2) Faktor Manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereg yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Penggundulan hutan.
e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

Mitigasi Bencana Alam | 5


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran


masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

Tanda-tanda tanah lonsor adalah sebagai berikut:

1) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.


Biasanya terjadi setelah hujan.
2) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
3) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
4) Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya
langsung hilang.
5) Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
6) Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
7) Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
8) Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.
Gambar 3. Tanah longsor

Sumber : http://regional.kompas.com

c. Gempa Bumi
Adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan atar lempaeng bumi, patahan aktif, aktivitas
gunung api atau runtuhan batuan .
Karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:
1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
2) Lokasi kejadian tertentu
3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4) Berpotensi terulang kembali
5) Belum dapat di prediksi

Mitigasi Bencana Alam | 6


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

6) Tidak dapat dicegah tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi.


Gambar 4. Gempa di Jepang dan Gempa di Sumatera Barat

Sumber: http://static.republika.co.id

2. Bencana Akibat Dinamika Hidrosfer


a. Banjir
Adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir
yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan
terbendungnya aliran sungai pada alur sungai

Gambar 5. Bencana banjir

Sumber : http://stat.k.kidsklik.com/

Di Indonesia, banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal
ini karena letak Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah
hujan yang tinggi setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :

Mitigasi Bencana Alam | 7


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

1) Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah
hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang
menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi
di daerah dengan sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
2) Banjir Hujan Ekstrim
Banjir ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat
mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang
menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai
dengan badai tropis atau cuaca dingin.
3) Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali
tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda
dataran. Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
4) Banjir Pantai (ROB)
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang
pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan
di dekat pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang
surut air laut. Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat
dengan pantai.
5) Banjir Hulu
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di
pemukiman dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena
tingginya debit air yang mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan
bisa berdampak destruktif.
b. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu stu berarti lautan dan nami
berarti lautan. Tsunami dapat di artikan sebagai gelombang ombak lautan.
Jadi, tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul
karena adanya pergeseran di dasar lat akibat gempa bumi. Tsunami memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
grafitasi di tempat tersebut.
2) Ketinggian gelombang tsunami berbanding terbalik dengan kecepatan
artinya : jika kecepatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang
tsunami hanya beberapa puluh centi meter saja sebaliknya untuk di
daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil sedangkan ketinggian
gelombangnya cukup tinggi bisa mencapai puluhan meter

Mitigasi Bencana Alam | 8


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Gambar 6. Proses terjadinya tsunami

Sumber : http://1.bp.blogspot.com

Gelombang tsunami bermula dari gerakan hebat lempeng bumi yang berpusat
dangkal di dasar samudera. Pergerakan lempeng tersebut kemudian
menunjam masuk ke dalam perut bumi, dan menyebabkan air laut surut dari
bibir pantai, kemudian air laut yang terhempas masuk ke dalam patahan
samudera tersebut akan menyeruak dan menggulung hebat menjadi
gelombang raksasa setinggi belasan meter. Gelombang inilah yang ketika
mencapai daratan dan menghempas apapun yang dilalauinya disebut sebagai
gelombang tsunami.

3. Bencana Akibat Dinamika Atmosfer


a. Badai Tropis
Badai tropis atau siklon tropis terbentuk diatas samudera yang umumnya
bersuhu permukaan hangat atau lebih dari 26,5 0C. Siklon tropis dapat
didefenisikan sebagai sistem tekanan rendah non frontal yang berskala luas,
tumbuh diatas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif,
memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 34 knot pada lebih dari
setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya 6 jam.

b. Tornado
Tornado adalah pusaran udara yang bergerak cepat dan berbentuk corong
spiral. Tornado umumnya berkaitan erat dengan pertumbuhan awan badai.
Kecepatan awan tornado berkisar mulai dari 72 kilometer per jam hingga
lebih dari 400 kilometer per jam. Tornado dapat terbentuk dengan sangat
cepat sehingga sulit diantisipasi. Meskipun tornado telah diamati di tiap
benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di Amerika Serikat.
Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan
timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah
Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.

Mitigasi Bencana Alam | 9


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Keruskan yang diakibatkan tornado umumnya berupa kerusakan


bangunan, lahan dan kendaraan hingga korban jiwa. Sebagai contoh, lembaga
National Oceanik and Atmospheric Administration mencatat bahwa selama
tahu 2011 terjadi 1.691 tornado diwilayah Amerika Serikat engan korban jiwa
sebanyak 533 orang dan korban luka seanyak 5.483 orang.

Ciri-ciri datangnya tornado :


1. Langit terlihat hitam atau mendung
2. Terjadi hujan es di sekitar daerah (biasanya durasi selama 20-25mnt)
3. Setelah terjadi badai hujan maka suasana akan tenang namun langit
semakin hitam gelap
4. Awan bergerak cepat sehingga mengitari daerah kita
5. Kemunculan Tornado bisa didengar. Awalnya suara nya seperti air terjun,
namun lama lama berubah menjadi seperti suara jet yang sangat keras
6. Ingat biasanya tornado bergerak dari barat daya ke timur laut. Mereka juga
bergerak da ke arah timur, tenggara, utara, dan bahkan barat laut.
Gambar 7. Tornado

Sumber: youtube.com

AnginTornado ini juga bisa dihitung namun berdasarkan tingkat kerusakan


nya, karena kecepatan nya relatif sulit dihitung, Penghitungan level Tornado
menggunakan Skala Fujita, berikut rinciannya :

F0 (0-73mph) -Kerusakan ringan: Beberapa kerusakan pada cerobong asap.


Cabang yang patah dari pohon.
F1 (73-112mph) - Kerusakan sedang: kekuatannya sanggup memindahkan
mobil serta menghancurkan nya.
F2 (113-157mph) -di level ini banyak kerusakan antara lain: kekuatan nya
cukup untuk menghancurkan mobil, mencabut pohon pohon besar dari
akarnya, serta menerbangkan mobil.

Mitigasi Bencana Alam | 10


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

F3 (158-206mph) - Kerusakan parah, Kereta terbalik, Pohon-pohon tumbang,


mobil mobil berukuran berat dilemparkan ( contohnya truk dan bus), dinding-
dinding rumah hancur.
F4 (207-260mph)- kerusakan yang sangat parah, banyak bangunan hancur
dan benda benda besar terlempar ke udara.
F5 (261-318mph)- Kerusakan yang sangat masif antara lain mobil mobil bisa
terlempar lebih dari 100 meter dan bahkan bangunan bangunan besar ber
pondasi kokoh pun bisa tersapu rata dengan tanah bila dilewati.

c. Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pertanian, kegiatan ekonomi, dan
lingkungan. Kekeringan dapat terjadi akibat beberapa faktor yaitu rendahnya
curah hujan rata-rata dalam satu musim, rendahnya pasokan air permukaan
dan berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air secara besar-besaran
oleh industri maupun individu, serta kerusakan wilayah tangkapan air dan
sumber-sumber air. Dampak kekeringan antara lain adalah gagal panen,
pengangguran, kelaparan, kebakaran hutan, keruskan tanah, berjangkitnya
wabah penyakit, hingga kepunahan hewan dan tumbuhan.
Untuk memudahkan dalam memahami masalah kekeringan, berikut
diuraikan klasifikasi kekeringan berdasarkan penyebabnya, baik akibat
alamiah dan/atau ulah manusia.
1) Akibat Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b) Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat
tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan
hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c) Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan
meteorologi.
d) Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang
memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya
tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga
air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan
air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
e) Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.

Mitigasi Bencana Alam | 11


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

2) Akibat Ulah Manusia


a) Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat
ketidak taatan penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
b) Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat
perbuatan manusia.
Gambar 8. Kekeringan

Sumber: https://nasional.tempo.co

Berdasarkan klasifikasi kekeringan tersebut, maka prioritas


penanggulangan bencana kekeringan disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing daerah. Khusus untuk kekeringan yang disebabkan oleh
ketidaktaatan para pengguna air dan pengelola prasarana air, diperlukan
komitmen dari semua pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah
ditetapkan. Kepada masyarakat perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif,
sehingga memahami dan melaksanakan pola pengguna air sesuai
peraturan/ketetapan.

d. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan peristiwa terbakarnya hutan, baik
disebabkan proses alami maupun aktivitas manusia. Secara alami, kebakaran
hutan umumya terjadi pada musim kemarau dan dapat disebabkan oleh
sembaran petir, gas metana yang keluar dari singkapan batu bara di lahan
gambut, dan lava pijar dari letusan gunung api. Kebakaran hutan juga dapat
disebabkan oleh aktivitas manusia terutama dalam pembukaan lahan baru
untuk ladang berpindah maupun perkebunan.
Dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan antara lain adalah
kerusakan hutan, polusi udara, berjangkitnya wabah infeksi saliran
pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi pada mata, hingga menghambat
aktivitas transportasi dan ekonomi. Dampak kebakaran hutan juga
memengaruhi wilayah yang sangat luas. Sebagai contoh, kebakaran hutan

Mitigasi Bencana Alam | 12


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan turut berdampak ke penduduk di


Singapura dan Malaysia.

Gambar 9. Kebakaran hutan

Sumber: https://transportinjakarta.wordpress.com

4. Bencana Alam disebabkan oleh Dinamika Atmosfer dan Hidrosfer


a. La Nina
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di
Kawasan Timur Ekuator di Lautan Fasifik. Dalam kondisi La Nina, Indonesia
memiliki curah hujan yang lebat. La Nina muncul sampai 1-3 tahun.

b. El Nino
Adalah fenomena alam dan bukan badai, secara alamiah diartikan
meningkanya suhu muka laut di sekitar Fasifik Tengah dan Timur sepanjang
ekuator dari nilai rata-ratanya. Fenomena El Nino mengakibatkan curah hujan
berkurang, bahkan pernahmenimbulkan kekeringan panjang di Indonesia.
Lebih buruknya pernahh menyebabkan kebakaran hutan. El Nino muncul
setiap 4-5 tahun dan bertahan selama 12-15 bulan lamanya. Untuk peristiwa
El Nino yang kuat akan muncul sekali setiap 10-15 tahun.

C. Siklus Penanggulangan Bencana


Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Ada tiga
tahap penyelenggaraan penanggulangan bencana, yaitu:
a. Pra bencana, meliputi;
1) Situasi tidak terjadi bencana

Mitigasi Bencana Alam | 13


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

2) Situasi terdapat potensi bencana


b. Tahap tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
c. Pascabencana yang dilakukan setelah terjadi bencana

Secara umum, perencanaan dalam penanggulanagn bencana dilakukan pada


setiap tahap berikut:
a. Tahap prabencana
1) Dalam situasi tidak terjadi bencana;
a) Perencanaan penanggulangan bencana.
b) Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan
kerentanan pihak yang terancam bencana.
c) Pemanduan dalam perencanaan pembanguna, dilakukan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi
d) Persyaratan analisis resiko bencana
e) Pelaksanaan dan penegakan tata ruang
f) Pendidikan dan pelatihan serta persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana

2) Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana


a) Kesiapsiagaan
b) Peringatan dini, dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan
tepat untuk mengurangi resiko terkena bencana, serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat.
c) Mitigasi bencana, dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
b. Tahap tanggap darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban,
kerusakan sarana prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum
dan pemerintah, dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya
pencarian danpenyelamatan korban, pertolongan darurat, dan evakuasi
korban
4) Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: kebutuhan air bersih dan sanitasi,
pangan, sandang, pelayanan kesehatan, palayanan psikososial, dan
penampungan serta tempat hunian
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu dengan memberikan
prioritas pada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial
6) Pemulihan dengan segera sarana prasarana vital, dilakukan dengan
memperbaiki atau mengganti kerusakan akibat bencana

Mitigasi Bencana Alam | 14


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

c. Tahap Pasca Bencana


Penyelenggaraan pananggulagan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1) Rehabilitasi, melalui kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan sarana prasaran, bantuan perbaikan rumah, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi atau resolusi konflik,
pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban,
pemulihan fungsi pemerintah, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
2) Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik

Penanggulangan bencana bertujuan untuk:


a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh
d. Menghargai budaya lokal
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, kedermawanan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Mitigasi Bencana Alam | 15


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Pertemuan 2

Indikator:
3.7.5 Menganalisis persebaran wilayah bencana di Indonesia
3.7.4 Menggambarkan persebaran wilayah bencana di Indonesia
3.7.5 Menentukan daerah-daerah rawan bencana di Sumatera Barat

A. Persebaran Daerah Bencana Alam Di Indonesia


Wilayah rawan bencana (hazard region) adalah suatu kawasan
dipermukaan bumi yang rawan bencana alam akibat prose alam maupun non-
alami. Kerawanan bencana (hazard vulnerability) adalah tingkat kemungkinan
suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akibat bencana alam.

Gambar 10. Peta kejadian bencana di Indonesia tahun 2015

Sumber: http://geospasial.bnpb.go.id/category/peta-tematik/

Mitigasi Bencana Alam | 16


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Upaya untuk menanggulangi bencana alam ialah mengidentifikasi wilayah


rawan bencana alam dengan cara memetakan wilayah rawan bencana dan risiko
bencana.
Prinsip dasar pemetaan wilayah rawan bencana alam antara lain :

1. Menganalisis jenis dan sebaran wilayah rawan bencana.


2. Mengkaji sejarah atau peristiwa bencana alam yang pernah terjadi
sebelumnya.
3. Menentukan zona dan tingkat bahaya dalam bencana.
4. Menentukan elemen yang paling rawan terkena bencana alam.
5. Memperkirakan risiko kerusakan akibat bencana alam.
Sebaran daerah bencana di Indonesia berdasarkan data dari DIBI BNPB
(Data Informasi Bencana Indonesia) mulai dari tahun 1815 – 2016:

No Bencana Daerah
1 Letusan Gunung Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Api Jawa Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara

2 Tanah longsor Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,


Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, NTB,
NTT, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara

3 Gempa bumi Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta,


Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua,
Papua Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara

4 Banjir dan tanah Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi,
longsor Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Lampung, Maluku Utara, NTB, Papua, Papua
Barat, Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara

5 Banjir Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,


DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau,

Mitigasi Bencana Alam | 17


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Papua


Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara

6 Tsunami Aceh, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Papua, Sumatera Barat,


Sumatera Utara

7 Gelombang Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa


pasang dan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
abrasi Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku,
Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Utara

8 Puting Beliung Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,


DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku,
Maluku Utara, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara

9 Kekeringan Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi,


Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Papua
Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara

10 Kebakaran Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah,


hutan dan lahan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau,
Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara

11 Kejadian Luar Aceh, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Biasa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, NTB,
NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sumatera Selatan

12 Aksi Teror Aceh, Bali, Banten, DKI JakartaJawa Barat, Jawa Timur, Maluku,
Papua, Riau, Sulawesi Selatan

Mitigasi Bencana Alam | 18


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

13 Konflik Sosial Aceh, Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, NTB, NTT, Papua, Papua
Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera
Utara

B. Daerah Rawan Bencana Alam Di Sumatera Barat


Sumatera Barat merupakan salah propinsi yang terletak di bagian barat
pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan samudera hindia, Sumatera
Barat terletak pada pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng
Eaurasia yang menyebabkan Sumatera Barat sering terjadi gempa di laut yang
bisa memicu terjadinya gelombang tsunami. Selain itu sumatera barat juga
memiliki empat gunung api aktif yaitu Gunung merapi, Gunung Talang dan
Gunung Tandikek dan juga Gunung kerinci yang terletak di perbatasan dengan
Propinsi jambi yang menyebabkan Sumatera Barat rawan terjadinya bencana
letusan gunung api. Berikut beberapa daerah rawan bencana yang terdapat di
Sumatera Barat
Gambar 11. Peta indeks rawan bencana Sumatera Barat

Sumber: geospasial.bnbp.go.id

1. Daerah Rawan Bencana Letusan Gunung Api.


Daerah Sumatera Barat memiliki beberapa gunungapi aktif, yaitu G. Marapi,
G. Talang, G. Tandikek dan G. Kerinci. Secara fisiografis, seluruh gunung api
aktif tersebut berada di zona bukit barisan dan berasosiasi atau berhubungan erat
dengan patahan besar Sumatera atau sesar Semangko.

Mitigasi Bencana Alam | 19


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

2. Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor


Daerah berpotensi tanah longsor di Provinsi Sumatera Barat umumnya
dijumpai di daerah perbukitan barisan atau daerah berbukit dengan kemiringan
lereng yang terjal dan umum terjadi pada daerah yang secara geologi tersusun
oleh batuan-batuan vulkanik yang bersifat lepas atau yang telah mengalami
pelapukan dengan adanya retakan- retakan, yang mengakibatkan Sebagian besar
daerah Sumatera Barat rawan terjadinya tanah longsor pada saat musim
penghujan.

3. Daerah Rawan Bencana Gempa Bumi


Wilayah Sumatera Barat terletak di bagian Barat Pulau Sumatera berhadapan
langsung dengan zona subduksi aktif antara Lempeng Tektonik EuroAsia dengan
Lempeng Samudra Hindia-Australia. Gempa-gempa tektonik di lepas patai Barat
pulau Sumatera dan Kepuluan Mentawai sangat erat hubungannya dengan zona
subduksi tersebut. Pergerakan Lempeng Euro-Asia ke arah Selatan dan
menambrak Lempeng Hindia Australia di sepanjang zona subduksi juga
mengakibatkan terbentuknya sesar/patahan besar di Pulau Sumatera (Sesar
Sumatera) dan Sesar Mentawai di Cekungan Mentawai, Berhadapan dan
menumpang langsung dengan zona subduksi terdapat zona pengangkatan yang
disebut dengan Sunda Megathrust. Seluruh daerah Sumatera Barat rawan
terjadinya bencana gempa bumi, baik gempa akibat pergerakan lempeng maupun
gempa akibat aktivitas gunung api.

4. Daerah Rawan Bencana Banjir


Daerah rawan banjir umumnya berada pada dataran banjir atau daerah
limpasan di sekitar sungai, semakin luas daerah tangkapan air semakin besar
potensi banjirnya. Peristiwa banjir dapat terjadi ketika curah hujan tinggi dan
penampang sungai tidak sanggup lagi menampung air hujan, artinya daerah aliran
sungai (DAS) tidak dapat menampung volume air, dan air akan meluap ke dataran
di daerah limpasannya. Tidak hanya di saat hujan, di suatu daerah, banjir dapat
saja terjadi jika DAS di bagian hulu atau pada catchmentarea-nya terjadi curah
hujan yang tinggi, dan DAS tidak mampu menahan aliran permukaan (
surfacerunoff) karena berkurangnya vegetasi.
Untuk wilayah Sumatera Barat, daerah rawan banjir umumnya daerah dataran
yang memiliki DAS yang luas atau area tangkapan air yang luas seperti sungai-
sungai besar di Kota Padang, Kota Solok, Kab. Pesisir Selatan, Kab. Padang
Pariaman, Kab. Sijunjung, Kab. Solok Selatan dan Kab. Pasaman dan umumnya
berhulu di daerah Bukit Barisan, sedangkan banjir bandang umumnya adalah
daerah aliran sungai yang berhulu di daerah perbukitan di daerah bukit barisan,
baik daerah dataran yang berada di pesisir barat (seperti Kab. Padang Pariaman,
Kab. Solok Selatan, Kab. Pasaman Barat, Kab. Pesisir Selatan dan Kota Padang)

Mitigasi Bencana Alam | 20


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

maupun daerah perbukitan di Bukit Barisan (seperti Kab. Solok, Kab. Solok
Selatan. Kab. Pasaman Timur, Kab. Sijunjung).

5. Daerah Rawan Bencana Tsunami


Berdasarkan Dokumen Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Tsunami
Provinsi Sumatera Barat 2012, diketahui bahwa dari 19 Kabupaten Kota di
seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat terdapat 7 kabupaten/kota, 37
kecamatan, dan 243 kelurahan/nagari/desa yang terancam bahaya tsunami. Dari 7
kabupaten/kota tersebut diperkirakan terdapat 921.349 penduduk atau sebesar
16,40% dari total jumlah penduduk daerah pesisir (7 kabupaten/kota) akan
terpapar bencana tsunami, diantaranya : Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang,
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten
Pasaman Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

6. Daerah Rawan Bencana Puting Beliung


Bencana angin kencang atau puting beliung biasanya berkaitan dengan musim
hujan dan cuaca ekstrim, di daerah Sumatera Barat dan daerah iklim tropis pada
umumnya biasanya berlangsung pada bulan-bulan antara September hingga Maret
dan puncaknya akan terjadi pada bulan Januari dan Februari.

7. Daerah Rawan bencana Kebakaran Hutan


Secara umum kejadian kebakaran hutan dapat terjadi karena pembukaan
lahan dengan pembakaran atau karena kemarau. Di darah Sumatera Barat daerah-
daerah yang sangat rawan kebakaran hutan adalah daerah Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Dharmasraya, Kota Sawahlunto.

C. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam


Bahaya bencana di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu,
bahaya utama (maind hazard) dan bahaya ikutan ( colaterral hazard). Bahaya
utama adalah fenomena alam yang berpotensi menyebabkan kerusakan fisik dan
ekonomis dan/atau mengancam keselamatan dan kesejahteraan manusia. Bahaya
ikutan adalah bahaya yang diakibatkan adanya bahaya utama. Sebagai contoh :
gelombang tsunami, longsor, dan kebakaran dapat terjadi akibat gempa bumi.

a. Pembuatan peta resiko bencana


Pengenalan dan pengkajian anvaman bencana pada suatu wilayah
berangkat dari pemahaman terhadap kondisi dan karakteristik suatu wilayah,
baik dari segi fisik maupun sosial. Proses kajian ini dilakukan oleh berbagai
ahli dengan memanfaatkan berbagai bidang ilmu seperti, geologi, hidrologi,
meteorologi, klimatologi, oseanografi, ekologi dan demografi. Kajian dari
berbagai ilmu tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan
pendekatan geografi. Hasilnya adalah peta-peta yang menggambarkan
karakteristk suatu wilayah dari berbagai aspek.

Mitigasi Bencana Alam | 21


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Setelah peta karakterisktik dihasilkan, masyarakat setempat bersama


dngan pemerintah dan pihak swasta bersama-sama menginterpretasi isi peta
dan menentukan jenis-jenis bencana yang mungkin terjadi di wilayah yang
dipetakan. Setelah dikenali dalikaukanlah identifikasi kerentanan wilayah
terhadap bencana.
b. Sistem peringatan dini bencana alam
Pada dasarnya sistem peringatan dini diciptakan agar suatu bencana dapat
dideteksi dan dikenali segera setelah terjadi. Suatu fenomena alam dapat
mengakibatkan kerugian dan kerusakan jika terlambat diketahui dan diatasi.
Konsep peringatan dini ini secara keseluruhan terdiri atas empat unsur, mulai
dari pengetahuan terhadap potensi dan risiko benvana hingga kemampuan
bertindak dan merespons peringatan yang dikeluarkan.
Proses peringatan dini meliputi pengawasan dan pendeteksian kejadian
bencana, pengumpulan informasi, analisis informasi, penyebarluasan
informasi, dan pengambilan keputusan untu mengantisipasi terjadiya bencana.
Salah satu sitem peringatan dini nasional yang dimikili oleh Indonesia
bernama Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS) atau sistem
peringatan dini tsunami Indonesia.
c. Simulasi bencana
Keberhasilan sistem peringatan dini, mitigasi bencana, dan berbagai
rencana penanggulangan bencana yang telah dibuat dipengaruhi oleh faktor
penting berupa kemampuan masyarakat dan pemerintah merespon suatu
kejadian bencana. Kemampuan ini akan semakin besar jika dilatih melaui
simulasi bencana yang dilakukan secara tertur. Simulasi bencana adalah
kegiatan pemberian informasi tentang cara-cara penyelamatan diri kepada
masyarakat oleh petugas atau instansi pada wilayah rawan bencana disertai
simulasi penyelamatan untuk meminimakan dampak bencana yang mungkin
akan terjadi. Tujuan simulasi bencana adalah menguji kesiapan seuruh sistem,
prosedur dan perangkat mitigasi serta penanggulangan bencana.

Mitigasi Bencana Alam | 22


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Pertemuan 3

Indikator:
3.7.5 Menjelaskan lembaga-lembaga yang berperan dalam penanggulangan
bencana alam
3.7.6 Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana alam di
Indonesia

A. Kelembagaan dalam Penanggulangan Bencana


Kelembagaan penanggulangan bencana alam yang di bentuk mempunyai
tujuan dan fungsi yang berkaitan erat yaitu upaya untuk mengurangi timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Namun, lembaga tersebut ada tugas khusus sesuai bidang masing-
masing sebagai berikut :

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


Tugas BNPB sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penganggulangn
bencana yang mencakup pencegahan bencana, pengananan tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perungang-undangan;
c. Menyampaikan informasi kegiatan penganggulangn bencana keapada
masyarakat;
d. Melaporkan penyelenggaraan penganggulangan bencana kepada presiden
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
tanggap darurat;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dam internasional;
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
APBN;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan perturan perundang-
undangan dan
h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penganggulangan Bencana
Daerah.

Mitigasi Bencana Alam | 23


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Fungsi BNPB sebagai berikut :


a. Perumusan dan penetapan kebijakan penganggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta aktif dan
efisien; dan
b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.

Dibawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang


melaksanakan tugas penanggulangan bencana di seluruh Indonesia ada Badan
Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) yang melaksanakan tugas
penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota
dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2008.

2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)


Merupakan salah satu unit dilingkungan Badan Geologi Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral yang dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bertugas melaksanakan
perumusan kebijakansanaan, stkalianrisasi, bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang Vulkanologi dan mitigasi bencana alam geologi. Lembaga ini
bertujuan pengelolaan informasi potensi kegunungapian dan pengelolaan
mitigasi bencana alam geologi, sedangkan misi yang di emban adalah
meminimalisasi korban jiwa dan kerugian harta benda dari bencana geologi.

3. Badan Sar Nasional (BASARNAS)


Basarnas atau Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan adalah
lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan. Pencarian dan
pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan mencari, menolong,
menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang menghadapi keadaan
darurat dan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi
membahayakan manusia. tugas dan fungsi SAR adalah penanganan musibah
pelayaran dan atau penerbangan, dan atau bencana dan atau musibah lainnya
dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah.

4. Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya
bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga
Pemeintah Non Kementerian (LPNK) di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintah di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi

Mitigasi Bencana Alam | 24


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

(iklim), kualitas udara dan geofisika sesuai dengan perundang-undangan yang


berlaku.
Fungsi dan wewenang BMKG :
a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi
(iklim), kualitas udara dan geofisika;
c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi
(cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
d. Pelaksanaan, pembinaan, pengendalian, observasi dan pengolahan data
informasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas
udara dan geofisika;
e. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi
(iklim), kualitas udara dan geofisika;
f. Penyampaian informasi kepada intansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan denga perubahan iklim;
g. Penyampaian imformasi dan peringatan dini kepada pihak terkat serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi
(cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
h. Pelaksanaan kerjasama internasional di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan di bidang
meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
j. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian instrumentasi, kalibarsi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;
k. Koordinasi dan kerjasama instrumentasi , kalibrasi dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas
udara dan geofisika;
l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintah di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas
udara dan geofisika;
m. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
n. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi
(iklim), kualitas udara dan geofisika;
o. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi di
likungna BMKG;
p. Pengolahan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab
BMKG;

Mitigasi Bencana Alam | 25


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

q. Pengawasan asat pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;


r. Penyampain laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi
(cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
5. Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI)
Kogami merupakan sebuah komunitas yang lahir di Sumatera Barat
setelah bencana tsunami di Aceh. Kogami berdiri di Sumatera Barat, karena
Sumatera Barat terletak pada pertemuan dua lempeng benua yaitu Indo
Australia dan Eurasia . Pada awalnya pengurus KOGAMI adalah relawan dari
sebuah organisasi kemanusiaan bernama Surfzone Relief Operations (SRO)
yang menjalankan misi penyaluran bantuan kepada korban Tsunami 26
Desember 2004 ke Pulau Simeuleu.
Melihat situasi kota Padang sewaktu terjadi gempa 10 April 2005, maka
SRO yang juga bermarkas di salah satu kota rawan Tsunami di dunia yaitu
kota San Fransisco, USA memberikan pengetahuan untuk pembuatan sistem
evakuasi gempa dan Tsunami di kota Padang. sistem ini nantinya bisa
diterapkan di daerah Sumbar dan daerah pesisir pantai di seluruh Indonesia,
sehingga mengurangi dampak dari bencana tsunami.

6. Taruna Siaga Bencana (TAGANA)


Tagana adalah relawan dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan
aktif dalam penanggulangan bencana bidang bantuan sosial, Tagana
merupakan perwujudan dari penanggulangan bencana bidang bantuan sosial
berbasis masyarakat. Anggota Tagana adalah seluruh warga negara Indonesia
pria dan wanita yang berumur 18 s.d 45 tahun.

B. Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam di Indonesia


Masyarakat memiliki hak dan kewajiban terkait penanggulnagn bencana
alam. Hak setiap anggota masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan perlindungan sosial dan raasa aman, khususnya bagi kelompok
masyarakat rentan bencana
2. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan, dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana
3. Mendapatkan informasi secara tertulis/lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana
4. Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan, termasuk dukungan psikososial
5. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan
penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan
komunitsnya
6. Melakukan pengawasan sesuai mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana

Mitigasi Bencana Alam | 26


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

7. Setiap orang yang terkenan bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan


kebutuhan dasar
8. Setiap orang berhak memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang
disebabkan kegagalan konstruksi.

Sementara itu, kewajiban setiap orang adalah:


1. Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis
2. Memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup
3. Melakukan kegiatan penanggulangan bencana
4. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan
becana.

Masyarakat hendaknya berpartisipasi dalam mitigasi bencana alam di


Indonesia. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapai ancaman bencana. Bentuk partisipasi masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Aktif dalam kegiatan identifikasi masalah kebencanaan
2. Memberikan usulan atau pendapat untuk mengurangi resiko bencana
3. Peduli akan upaya untuk mengurangi resiko bencana
4. Menunjukkan upaya bahwa permasalahan bencana merupakan tanggung
jawab bersama
5. Ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan mitigasi bencana
6. Menjaga berbagai upaya mitigasi bencana
7. Aktif dalam mengevaluasi berbagai kegiatan mitigasi bencana

Mitigasi Bencana Alam | 27


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

DAFTAR RUJUKAN

Adam, Muhamad. 2016. Konsep – konsep bencana. (online).


http://adamorangbaik.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 20 April 2017
Anonime. 2015. Bencana alam. https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam.
(Online) diakses pada tanggal 2 April 2017

Anonime. 2014. Pengetahuan Bencana dan Jenis Bencana.


http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana
(Online) diakses pada tanggal 4 April 2017

Anonime. 2016. Peta Persebaran Daerah Bencana Alam Di Indonesia.


http://geospasial.bnpb.go.id/category/peta-tematik/. (Online) diakses
pada tanggal 4 April 2017

Bedoya, nistiqomah. 2015. Mitigasi Bencana Lembaga Penanggulangan.


http://nbedoyo.blogspot.co.id/2015/05/mitigasi-bencana-lembaga-
penanggulangan.html . (Online) diakses pada tanggal 2 April 2017

Bpbd. 2016. Peta Indeks Bencana di Sumatera Barat.


http://bpbd.sumbarprov.go.id/details/category/22 (Online) diakses pada
tanggal 2 April 2017.

Brotito, Sutikno. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta.

Hermon, Dedi. 2014. Geografi Bencana Alam. Jakarta : Rajawali Press.

Mienowuna, Apo. 2016. Kegiatan Belajar Bencana Sebaran Daerah Rawan


Bencana Di Indonesia.
http://bisnisgeografi.blogspot.co.id/2016/10/kegiatan-belajar-4-bencana-
alam-dan.html diakses pada tanggal 2 April 2017

Pristiyanto, Juni. 2015. Kelembagaan Penangggulangan Bencana Di Indonesia.


https://www.academia.edu/3370037/Kelembagaan_Penanggulangan_Ben
cana_di_Indonesia. diakses pada tanggal 2 April 2017

Rahim, Supli Effendi. 2006. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Sindhu P, Yasinto. 2017. Geografi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Suwatono, Andik dan Mustafa. 2016. Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran
Geografi Kelompok H. (Online) Jakarta : Malang
Sulaiman. 2014. Karakteristik Bencana. (online)
http://gudmakalah.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 20 April 2017

Mitigasi Bencana Alam | 28


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA

SMAK St. IGNATIUS LOYOLA

Sulaiman.2014.Penanggulangan Krisis non alam.(online )


http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id Diakses pada tanggal 20 April
2017
Tnunay,Rina.2015.Bencana Sosial.(online)
https://rinatnunay.com/tag/bencana-sosial/ Diakses pada tanggal 20 April
2017
Triadmaja, Radianta. 2010. Tsunami. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wardiyatmoko. 2013. GEOGRAFI untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga


Yasir,muhammad.2014.Jenis - jenis dan Karakteristik bencana.(online)
http://yaszero.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 20 April 2017

Mitigasi Bencana Alam | 29

Anda mungkin juga menyukai