Anda di halaman 1dari 22

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PERMASALAHAN SOSIAL

Analisis Kasus Kebencanaan

Kelas D

Oleh :

No. NAMA NIM

1. Yusnaini Batubara 181301044

2. Latifah Febri A. Sebayang 181301052

3. Ibrahim Ashar 181301056

4. Rihdo Hidayat Sitorus 181301068

5. Stella Regina Andita 181301236

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana Alam merupakan salah satu fenomena alam yang mengancam keberlangsungan
hidup manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa kerugian materi maupun
nonmateri. Bencana tersebut bisa dicontohkan seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi bahkan
seperti pandemi sekarang ini dan, ada pula bencana non alam seperti kebakaran gagal teknologi,
gagal modernisasi, konflik sosial antar kelompok dan teror. Bencana merupakan sebuah
fenomena kehidupan manusia yang tidak dapat diketahui secara pasti kapan terjadinya. Manusia
hanya mampu mengenali gejalagejala awal dan memprediksi terjadinya. Kecanggihan teknologi
yang diciptakan manusia terkadang hanya mampu menjelaskan gejala awal ini, sehingga
kejadian detil daribencana itu hanya dalam prediksi manusia.

Meskipun demikian, dengan kemampuan mengenali gejala-gejala awal dari sebuah


bencana manuisa dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi becana. Persiapan itu meliputi
persiapan sebelum terjadinya bencana, ketika terjadi bencana, dan pasca terjadinya bencana.
Artinya, kesiapan yang dilakukan oleh manusia dapat dilakukan ketika dapat mengenali gejala
awal, tingkat resikonya dan lain sebagainya. Kabupaten Klaten sebagai salah satu kabupaten di
provinsi Jawa Tengah yang berada di wilayah selatan memiliki karakter wilayah yang rentan
terhadap beberapa bencana alam, yaitu gempa bumi tektonik, erupsi gunung Merapi, angin
puting beliung, banjir, kekeringan dan tanah longsor. Salah satu potensi bencana yang telah
diketahui masyarakat luas adalah bencana gempa bumi, bencana alam ini sempat menarik
perhatian dunia karena bukan hanya menyebabkan kerugian material yang ditimbulkan tetapi
juga korban jiwa ketika bencana itu terjadi. Gempa bumi tektonik yang pernah terjadi di daerah
Klaten yaitu pada tanggal 27 Mei 2006 yang telah menelan korban jiwa sebanyak 1,045 orang. 2
Menyadariadanya risiko bencana yang terjadi di Klaten tersebut , penting ditumbuhkan
kesadaran dan pembudayaan pengurangan bencana (PRB).

Perlu adanya upaya penanaman pendidikan kebencanaan sedini mungkin, hal ini guna
memberikan bekalan ilmu serta pengetahuan akan potensi bencana yang ada di wiliyah tersebut
kepada peserta didik. Penyampaian pengetahuan kebencanaan tersebut dapat di lakukan oleh
guru dengan berpedoman pada bahan ajar mengenai kebencanaan. Bahan ajar merupakan
seperangkat atau alat pembelajran yang berisi materi pembelajaran, metode, batasan-batasan
serta cara mengevaluasi yang disusun dengan menarik demi ketercapaian tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi maupun subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Bahan ajar haruslah disampaikan dengan sehingga nantinya pembelajaran berjalan efektif dan
efisien. Penyampaian bahan ajar pada peserta didik dapat di bantu dengan adanya strategi
pembelajaran. Selain itu juga dituntut mampu menyampaikan materi pembelajaran denga baik,
menguasai materi yang akan disampaikan dan mempersiapkan pembelajaran sehingga dapat
mengajak semua minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah yang ada, Rumusan masalah tersebut
meliputi:

1. Apa yang dimaksud dengan bencana alam ?


2. Apakah ada jenis-jenis bencana alam atau klasifikasi tertentu?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab bencana alam?
4. Bagaimana penanganan dan intervensi terhadap bencana alam?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui definisi bencana alam


2. Mengetahui jenis-jenis bencana alam berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007
3. Mengetahui penyebab bencana alam berdasarkan jenis-jenisnya
4. Mengetahui Intervensi dan penanganan bencana alam

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah :


1. Manfaat Teoritis. Secara umum hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan
kontribusi bagi ilmu pengetahuan
2. Secara Praktis
A. Bagi peneliti, Menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan keilmuan
khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran kebencanaan
B. Bagi Pembaca, Memungkinkan pembaca dapat memahami kondisi daerah tempat
tinggal mereka beserta bencana alam potensial didaerah tersebut, sehingga dapat
meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
BAB II

LANDASAN TEORI

a. Pengertian Bencana Alam

A. Bencana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Fatimahsyam, 2018). Menurut Undang-
undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut
Coburn, A. W. dkk. 1994 Di dalam UNDP mengemukakan bahwa : Bencana adalah Satu
kejadian atau serangkaian kejadian yang member meningkatkan jumlah korban dan atau
kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana
kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.

Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas bahwa bencana
adalah suatu peristiwa yang mutlak yang menggakibatkan kerusakan sarana prasana maupun
struktur sosial. Bencana juga dapat mengakibatkan rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, jenis-jenis bencana dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
1. Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam. Contoh bencana alam ialah berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

2. Bencana Nonalam

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam. Contoh becana nonalam ialah berupa kegagalan teknologi, kegagalan
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

3. Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia. Contoh bencana sosial ialah meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror.

4. Kegagalan Teknologi

Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh


kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan
teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban
jiwa, dan kerusakan lainnya.

B. Tanah Longsor

Tanah longsor menurut (Nurjanah dkk, 2011) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Bencana” merupakan salah satu jenis Gerakan massan tanah atau batuan maupun percampuran
dari keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa factor
pengontrol gangguan kestabilan lereng dan proses pemicu longsoran.
Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bentuk erosi yang pengangkutan atau
pemindahan masa tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-tiba dalam volume yang besar
(sekaligus). (Brook dkk 1991) disebutkan bahwa tanah longsor adalah salah satu bentuk dari
gerakan masa tanah, batuan dan reruntuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju
lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur di atas suatu lapisan kedap
yang jenuh air (bidang luncur). Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 keadaan yaitu lereng cukup
curang, terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang kedap air dan terdapat cukup
air (dari hujan) dalam tanah di atas lapisan kedap (bidang luncur) sehingga tanah jenuh air. Air
hujan yang jatuh di atas permukaan tanah yang kemudian menjenuhi tanah sangat menentukan
kestabilan lereng, yaitu melalui menurunnya ketahanan geser tanah yang jauh lebih besar
daripada penurunan tekanan geser tanah, sehingga faktor keamanan lereng menurun tajam,
menyebabkan lereng rawan longsor. Menurut Van Zuidam (1983) gerakan tanah merupakan
terminologi umum semua proses dimana masa dari material bumi bergerak oleh gravitasi baik
lambat atau cepat dari suatu tempat ke tempat lain. Proses gerakan tanah dipengaruhi oleh
faktor/parameter penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketebalan lapisan tanah, dan stratigrafi
(geologi). Data-data dari setiap parameter tersebut dilakukan suatu analisis dan diberikan
pengkelasan sesuai dengan kepekaan untuk terjadinya proses gerakan tanah.

2.2 Faktor Penyebab

A. Faktor Penyebab Bencana

Menurut (Nurjanah dkk, 2011) dalam bukunya tentang “Manajemen Bencana”, penyebab
terjadinya bencana ada 3 faktor, yakni :

1. Faktor alam (natural disaster) terjadi karena fenomena alam dan tanpa adanya campur
tangan manusia
2. Faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu, bukan karena fenomena alam dan bukan
juga dari perbuatan manusia
3. Faktor sosial/manusia (man made disaster) yang terjadi murni karena perbuatan manusia,
misalnya konflik horizontal, terorisme dsb.
Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang
Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”.
Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis,
geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu”

B. Faktor Penyebab Longsor

Tanah longsor terjadi karena dua faktor utama yaitu faktor pengontrol dan faktor pemicu.

1) Faktor pengontrol adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material itu sendiri
seperti kondisi geologi, kemiringan lereng, litologi, sesar dan kekar pada batuan.
2) Faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut seperti
curah hujan, gempabumi, erosi kaki lereng dan aktivitas manusia (Naryanto, 2013;
Naryanto, 2017).

Tanah longsor adalah bencana alam yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dan
menyebabkan kerusakan luas pada properti dan infrastruktur.Tanah longsor, secara umum
mencakup semua gerakan ke bawah atau tiba-tiba material permukaan seperti tanah liat, pasir,
kerikil dan batu.Tanah longsor merupakan salah satu bencana utama yang merusak di daerah
pegunungan, yang diaktifkan karena pengaruh gempa bumi dan curah hujan (Pareta& Pareta,
2012).

2.3 Intervensi Bencana Alam

Fancois J. Tunner (dalam Gunanto Surjono, dkk, 2004:10) mengemukakan bahwa dalam
penanganan pengungsi tidak ada satu aspek penanganan yang ditekankan dan didominasikan
(overstressed and dominated) tetapi semua unsur harus bekerja sama saling mengisi
kompleksitas kebutuhan pengungsi. Unsur pelayanan social pokok yang harus dilakukan
Bersama seperti pemenuhan kebutuhan makanan, Kesehatan, pakaian, keamanan/Pendidikan,
relokasi dan perlindungan hukum. Sedangkan unsur penunjang meliputi publikasi, simpati
masyarakat lingkungan dan semangat hidup dari pengungsi sendiri. International Federation
Reference Centre for Psychosocial Support (2009) mengartikan intervensi atau suport psikososial
sebagai proses fasilitasi untuk tercapainya resiliensi pada individu, keluarga dan komunitas,
sehingga bangkit dari krisis dan membantunya untuk menghadapi situasi serupa di masa yang
akan datang, dengan menghormati kebebasan, martabat mekanisme koping individu dan
komunitas, pemulihan kohesi sosial dan infrastruktur.

Intervensi meliputi dua aspek yang berbeda yaitu aspek psikologis yang bertujuan untuk
menurunkan gejala PTSD dan aspek sosial bertujuan mengembangkan ketrampilan sosial,
kebersamaan, sehingga dapat saling mendukung diantara warga. Intervensi psikologis sangat
diperlukan bagi penyintas bencana tanah longsor, karena kualitas sebagai pribadi yang seimbang,
sangat diperlukan untuk membangun kembali kehidupannya pasca bencana, sehingga solusi awal
yang dilakukan adalah membantu warga untuk mengatasi traumanya dengan mengajarkan
(Choirul Anam, 2018) :

1) Teknik reframing : warga diajarkan untuk memaknai tentang berbagai kejadian dalam
hidupnya misalnya: tentang bencana yang dialaminya dengan cara pandang yang
berbeda, sehingga membuat warga belajar untuk memakni berbagai kejadian secara
berbeda meskipun mereka tidak dapat mengubahnya
2) Ketrampilan koping dengan relaksasi, relaksasi yang diajarkan adalah pernafasan,
relaksasi otot progresif dan guided imagery yang ditekankan pada pengembangan
spiritualitas melalui penguatan perasaan syukur dan afirmasi untuk perasaan optimis
menghadapi masa depannya. Hampir semua peserta menyatakan tubuhnya terasa nyaman
setelah melakukan relaksasi, namun ada yang merasa pusing, sehingga ditawarkan
kesempatan bagi semua peserta untuk menghubungi tim peneliti di luar sesi intervensi
bersama.
3) Konseling individual. Konseling ditawarkan bagi warga yang memerlukan intervensi
lanjutan di luar sesi intervensi kelompok komunitas. Setelah proses dalam kelompok,
warga berkesempatan untuk melakukan konseling secara personal. Beberapa warga yang
mengalami PTSD dalam tingkat yang cukup serius, sehingga menunjukkan gejala
halusinasi, menghindar dari berbagai situasi sosial, mudah tersinggung. Intervensi yang
dilakukan segera menunjukkan hasil karena warga yang mengalami PTSD segera
memahami kesulitannya dan bersedia untuk mencoba mengatasinya.
4) Melakukan intervensi sosial Intervensi sosial dilakukan melalui pengembangan
ketrampilan membangun relasi yang baik dengan keluarga sehingga terhindar dari
perilaku menarik diri dan mengingat kejadian bencana dan kehilangan orang-rang yang
dikasihinya. Selain itu warga didorong untuk bersama-sama menciptakan kesibukan
sesuai kemampuan untuk meningkatkan penghasilan mereka. Usaha yang telah dilakukan
yaitu memproduksi makanan kecil jenis keripik.

Stategi peningkatan motivasi bekerja dengan kunjungan lapangan. Misalnya warga penyintas
mengunjungi budidaya hidroponik, agar warga belajar cara bercocok tanam yang tidak
membutuhkan lahan luas dan menggunakan tanah media non tanah. Warga penintas
berkesempatan berlatih cara bercocok tanam dengan hidroponik tersebut. Selain itu Warga
penyintas juga belajar budidaya tumbuhan, dari pembuatan media, pembibitan, dan budidaya,
hingga pengolahan hasil tumbuhan, sehingga warga dapat belajar langsung mempraktekkan
semua aktivitas dalam budidaya tersebut, dan motivasi bekerja pun menjadi meningkat (Choirul
Anam, 2018)
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bencana Alam

A. Bencana

Sesuai dengan teori bencana yang telah dibahas di bab sebelumnya, berita kasus tanah
longsor yang terjadi di Bogor (13/05/20) lalu merupakan suatu bencana, karena perisitiwa ini
mengganggu kehidupan masyaraka, menimbulkan keruskan lingkungan, kerugian harta benda,
dampak secara psikologis dan menimbulkan korban jiwa. Peristiwa tanah longsor ini
mengakibatkan rusaknya puluhan rumah warga, dua kamar mandi warga dan sebuah mushala di
Desa Desa Wangunjaya, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Hal ini menyebabkan
sebanyak 51 jiwa kehilangan rumahnya, sedangkan sebanyak 242 jiwa warga di desa itu harus
mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tentu saja ini sangat mengganggu kehidupan warga di
desa tersebut. Mereka tidak dapat bekerja dan beraktivitas dengan normal akibat dampak fisik
dan psikologis yang diberikan bencana tanah longsor tersebut.

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, bencana tanah longsor ini tergolong dalan jenis
bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi
Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setempat, bencana alam tanah
longsor ini dipicu oleh intensitas hujan tinggi dan kontur tanah yang labil.

3.2 Faktor Penyebab

B. Faktor Penyebab Bencana

Faktor yang menyebabkan bencana ada bermacam-macam. Dalam kasus ini, tanah longsor di
Desa Wangunjaya terjadi karena faktor alam (natural disaster) yaitu fenomena alam tanpa
adanya ikut campur manusia.
Bencana alam tanah longsor ini juga terjadi karena adanya interaksi antara ancaman
(hazard) dan kerentanan (vulnerability), dimana ancaman yang dimaksud adalah kontur tanah
yang labil di Desa Wangunsari. Sedangkan, kerentanan disini adalah karakteristik geografis,
yaitu letak Desa Wangunjaya yang terletak di sekitar lereng Gunung Leutik dan intensitas hujan
yang tinggi di kota Bogor. Dilansir dari Diskominfostandi Kota Bogor tahun 2016 , kota Bogor
memang merupakan salah satu kota dengan curah hujan tinggi yaitu sebesar 3.500 – 4000 mm
setiap tahun nya. Hal ini tentu tidak bisa dihindari masyarakat karena karakteristik geografis dari
kota Bogor itu sendiri. Namun, adanya kedua interaksi ini yang terjadi secara tiba-tiba membuat
warga setempat kurang mampu untuk mencegah dan meredam dampak bahaya yang mampu
dihasilkan interaksi ini. Inilah yang menyebabkan bencana tanah longsor dapat terjadi.

C. Faktor Penyebab Longsor

Dilansir dari laporan Pusat Krisis Kesehatan (2020), akibat hujan deras dengan intensitas
tinggi serta kultur tanah yang labil mengakibatkan longsornya Gunung Leutik sehingga
menimbun rumah warga disekitar kaki gunung Leutik Desa Wangunjaya, Kecamatan
Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Menurut teori dari bab sebelumnya, tanah longsor juga dapat
terjadi karena dua faktor utama yaitu faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol
yang merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material itu sendiri dalam kasus ini
adalah kontur tanah yang miring dan labil. Kontur tanah yang miring dapat menambah beban ke
bawah, dan ditambah dengan tanah yang tidak cukup kuat untuk bertahan dapat menyebabkan
tanah longsor.

Sedangkan faktor pemicu dalam kasus ini adalah curah hujan kota Bogor yang tinggi.
Menurut berita dari surat kabar berita online jabar.suara.com, hujan deras yang mengguyur
wilayah tersebut membuat aliran mata air yang berada di atas perkampungan meluap kemudian
disusul longsor. Sedangkan menurut narasumber, jarak sumber mata air dengan perkampungan
warga hanya sekitar 300 meter, hal inilah yang membuat kerusakan pada bencana ini semakin
buruk.

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada
gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis
tanah batuan.

Sebelum terjadinya peristiwa ini, biasanya terdapat gejala-gejala umum yang dirasakan
warga yaitu, munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing yang terjadi
setelah hujan. Lalu disusul dengan meluapnya mata air dekat pekampungan, dan yang terakhi
adalah tebing yang mulai rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

3.3 Intervensi Bencana Alam

Data dari Pusat Krisis Kesehatan Republik Indonesia (2020) juga menunjukkan jumlah
korban yang dapat diinformasikan adalah sebanyak 247 Orang, terdiri dari 1 orang meninggal, 4
luka ringan/rawat jalan dan sebanyak 242 orang mengungsi. Bencana tanah longsor yang terjadi,
tidak hanya menghasilkan kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda, tetapi lebih dari itu
adalah dampak psikologis yang harus dirasakan warga yang mengungsi. Berdasarkan sumber
berita radarbogor.id, Badan Penanggulangan Bencana (BPB) wilayah setempat hanya
memberikan bantuan sebatas sembako. Selain itu, para korban juga mendapat bantuan dari Tim
KKSS Peduli Kabupaten Bogor berupa sembako. Namun, Sekretaris KKSS Kabupaten Bogor,
Baho Jenne, mengatakan bahwa para pengungsi masih membutuhkan kebutuhan pokok, obat-
obatan, cemilan, atau makanan ringan dan air mineral lebih lagi. Ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Fancois J. Tunner (dalam Gunanto Surjono, dkk, 2004:10) bahwa dalam
penanganan pengungsi semua unsur harus bekerja sama saling mengisi kompleksitas kebutuhan
pengungsi.

Meskipun ini baik untuk pemenuhan kebutuhan fisik warga, namun salah satu korban
sendiri (Yusuf) mengaku bahwa banyak warga yang menjadi trauma dan was-was jika ada hujan
turun lagi. Bencana yang terjadi mendekati hari lebaran juga membuat warga cemas kehilangan
esensi ‘rumah’ untuk merayakan hari raya besar tersebut. Dengan masalah ini, penting bagi baik
pemerintah, maupun lembaga yang bersangkutan, untuk dapat memberikan dukungan sosial
sebagai bentuk intervensi untuk tercapainya resiliensi pada individu, keluarga dan komunitas,
sehingga bangkit dari krisis dan membantunya untuk menghadapi situasi serupa di masa yang
akan dating.

Adapun bentuk intervensi yang dapat diberikan bagi pengungsi yang memiliki PTSD
(Post-Traumatic Stress Disorder) berupa intervensi psikologis. Intervensi psikologis sangat
diperlukan bagi penyintas bencana tanah longsor ini, karena rasa syok yang dialami akibat
kehilangan harta benda dan direnggutnya aktivitas sehari-hari mereka yang tidak akan sama lagi,
sangat diperlukan untuk membangun kembali kehidupannya pasca bencan. Adapun beberapa
tahapan yang dapat dilakukan warga pengungsi bencana tanah longsor Desa Wangunjaya, yaitu :

5) Teknik reframing. Pertama, warga akan diajarkan untuk memaknai tentang berbagai
kejadian dalam hidupnya. Teknik ini bertujuan untuk membangun perspektif lain para
korban dalam melihat bencana yang dialami mereka. Dalam tahapan ini, warga dapat
diajarkan bahwa kejadian ini merupakan faktor alam yang tidak bisa diatur manusia,
sehingga hal yang perlu dilakukan adalah bersyukur atas kehidupan yang masih dimiliki,
dan terus menjalankannya.
6) Selanjutnya dengan ketrampilan koping melalui relaksasi. Saat warga mulai mengingat
atau ada hal-hal yang memicu korban untuk menjadi panik, seperti langit kelabu yang
bertanda akan hujan lagi, warga dapat melakukan relaksasi dalam bentuk mengatur
pernafasan, relaksasi otot progresif dan guided imagery yang ditekankan pada
pengembangan spiritualitas melalui penguatan perasaan syukur dan afirmasi untuk
perasaan optimis menghadapi masa depannya. Dengan menumbuhkan rasa optimis,
warga akan lebih cepat pulih dari trauma yang dimiliki nya, sehingga dapat melanjutkan
kehidupan nya.
7) Lalu bagi warga yang memiliki tingkat PTSD yang serius, seperti dalam kasus ini,
keluaga yang ditinggalkan salah satu korban yang tewas, dapat dilakukan konseling
individual. Konseling individual dilakukan secara personal oleh kelompok intervensi
komunitas, baik itu psikolog maupun non-profesional.
8) Dan tahapan terakhir adalah menyusun strategi peningkatan motivasi bekerja dengan
kunjungan lapangan. Kehilangan harta benda dan tempat tinggal menjadi sangat serius
apabila itu dapat menimbulkan stress individu akibat krisis finansial. Untuk itu, selama
masa pemulihan, warga di pengungsian dapat diajarkan alternative lain untuk
meningkatkan motivasi bekerja mereka. Misalnya warga penyintas dapat mengunjungi
budidaya hidroponik, agar warga belajar cara bercocok tanam yang tidak membutuhkan
lahan luas dan menggunakan tanah media non tanah. Warga penintas berkesempatan
berlatih cara bercocok tanam dengan hidroponik tersebut. Nantinya, warga penyintas
akan diajarkan cara budidaya tumbuhan, dari pembuatan media, pembibitan, dan
budidaya, hingga pengolahan hasil tumbuhan, sehingga warga dapat belajar langsung
mempraktekkan semua aktivitas dalam budidaya tersebut, dan motivasi bekerja pun
menjadi meningkat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bahwa bencana adalah suatu peristiwa yang mutlak yang menggakibatkan kerusakan sarana
prasana maupun struktur sosial. Bencana juga dapat mengakibatkan rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam (natural disaster) dan atau faktor nonalam (non-natural disaster) maupun
faktor manusia (man made disaster) sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jadi bencana alam dapat
disimpulkan bahwasannya adalah sebuah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007,
ada empat jenis bencana yaitu, bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, kegagalan
teknologi.

Dalam hal ini peneliti ingin memfokuskan hasil diskusi kelompok kami untuk tugas akhir
mata kuliah Permasalahan Sosial tentang bencana alam yaitu tanah longsor. Tanah longsor
adalah salah satu bentuk dari gerakan masa tanah, batuan dan reruntuhan batu atau tanah yang
terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan
meluncur di atas suatu lapisan kedap yang jenuh air (bidang luncur). Bencana alam terjadi jika
erosi tanah, curah hujan tinggi, getaran tanah (gempa bumi), hutan gundul, lereng dan tebing
yang terjal, lahan pertanian di lereng, hancurnya bebatuan, dan tanah tidak padat.

Tanah longsor biasanya terjadi di wilayah yang terdapat banyak lereng dengan kemiringan di
atas 45 derajat, meskipun tak tertutup kemungkinan juga bisa terjadi pada tanah datar namun
peluangnya lebih kecil. Seperti kasus di atas Desa Wangunjaya, Desa Wangunjaya yang terletak
di sekitar lereng Gunung Leutik dan intensitas hujan yang cukup tinggi di kota Bogor. Dilansir
dari Diskominfostandi Kota Bogor tahun 2016, kota Bogor memang merupakan salah satu kota
dengan curah hujan tinggi yaitu sebesar 3.500 – 4000 mm setiap tahun nya. akibat hujan deras
dengan intensitas tinggi serta kultur tanah yang labil mengakibatkan longsornya Gunung Leutik
sehingga menimbun rumah warga disekitar kaki gunung Leutik Desa Wangunjaya, Kecamatan
Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Data dari Pusat Krisis Kesehatan Republik Indonesia (2020)
juga menunjukkan jumlah korban yang dapat diinformasikan adalah sebanyak 247 Orang, terdiri
dari 1 orang meninggal, 4 luka ringan/rawat jalan dan sebanyak 242 orang mengungsi.

Sedangkan faktor pemicu dalam kasus ini adalah curah hujan kota Bogor yang tinggi.
Menurut berita dari surat kabar berita online jabar.suara.com, hujan deras yang mengguyur
wilayah tersebut membuat aliran mata air yang berada di atas perkampungan meluap kemudian
disusul longsor. Sedangkan menurut narasumber (warga), jarak sumber mata air dengan
perkampungan warga hanya sekitar 300 meter, hal inilah yang membuat kerusakan pada bencana
ini semakin buruk. Sebelum terjadinya peristiwa ini, biasanya terdapat gejala-gejala umum yang
dirasakan warga yaitu, munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
yang terjadi setelah hujan.

4.2 Saran

4.2.1 Saran Teoritis

1) Disarankan bagi peniliti atau peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih
mendalam serta menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan keilmuan
khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran kebencanaan.
2) Disarankan bagi penelitian lain agar menggunakan lebih banyak teori sehingga
membuat penelitian sejeni ini lebih mendalam dan dikarenakan peneliti merasa
sumber-sumber dan refensi masih kurang maka bagi peneliti selanjutnya agar lebih
memperbanyak lagi sumber-sumber dan refensi yang akurat terkait dengan
permasalahan yang diangkat.
3) Diharapkan untuk pemerintah kota setempat untuk meninjau kembali daerah yang
rawan mengalami longsor agar segera diadakan penyelidikan lebih lanjut untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail guna dilakukan usaha mitigasi.
4) Sebaiknya pemerintah setempat bekerja sama membuat mitigasi untuk daerah rawan
longsor berdasarkan penelitian yang sudah ada.
5) Pada lokasi yang telah mengalami longsor, terutama pada badan-badan jalan yang
tertimbun bahkan runtuh agar secepatnya diadakan rekonstruksi ulang pada badan
jalan agar arus transportasi tetap lancar.

4.2.2 Saran Praktis

1) Disarankan bagi masyarakat khusunya masyarakat indonesia, dapat memahami


kondisi daerah tempat tinggal mereka beserta bencana alam potensial di daerah
tersebut, sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
2) Ada baiknya kita saling menjaga dan saling mengingatkan satu dengan lainnya untuk
menjaga alam agar tidak terjadi bencana alam yang tidak kita inginkan dan
lakukanlah pemantauan tanah pada daerah lawan longsor
3) Dari pemaparan di atas kita harusnya semakin memahami akan pentingnya menjaga
alam dengan cara jangan menebang pohon sembarangan di lereng, ketika membuat
bangunan atau pun lahan pertanian di daratan yang tinggi, pertimbangkanlah bahaya
erosi yang terus terjadi. Jangan mendirikan bagunan di sekitar sungai.
4) Peran kontribusi pemerintah pusat maupun daerah sangat penting untuk Pengurangan
risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana, perlindungan masyarakat
dari dampak bencana, Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan masyarakat,
pemulihan kondisi dari dampak bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Brook, K.N., Folliott, P. F., Gregersen, H.M., & Thames, J.K. (1991). Hydrology and the
management of watersheds. Ames, USA: Iowa State University Press

Choirul Anam, M. S. (2018). Intervensi Psikososial Untuk Menurunkan PTSD dan


Meningkatkan Resiliensi Warga Penyintas Bencana Tanah LOngsor Di Banjarnegara .
Psikoislamedia Jurnal Psikologi, 66-67.

Coburn, A. W, et.al (1994) , Modul Mitigasi Bencana, UNDP, United Kingdom

Fatimahsyam. (2018). Pengintergrasian Pengurangan Risiko Bencan Dengan Pendekatan


Mazhab Antroposentris

Gunanto dkk. (2004). Uji Coba Konsep Model Penyelesaian Masalah Pengungsi Perantau di
Tempat Penampungan Sementara Daerah Asal, Yogyakarta, B2P3KS

http://www.pusatkrisis.kemkes.go.id/Tanah-Longsor-di-BOGOR-JAWA-BARAT-20-05-2020-
55

https://www.radarbogor.id/2020/05/14/korban-longsor-leuwisadeng-trauma-was-was-saat-hujan-
turun/

https://www.pinisi.co.id/kkss-peduli-kabupaten-bogor-santuni-korban-banjir-dan-tanah-longsor-
desa-wangun-jaya/

https://jabar.suara.com/read/2020/05/13/121901/bogor-diterjang-longsor-1-warga-tewas-
tertimbun-14-rumah-rata-tanah

https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/13/bencana-alam-tanah-longsor-di-bogor-tewaskan-
satu-orang-warga-sebanyak-242-jiwa-terpaksa-mengungsi

Naryanto, H.S. 2017. Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor di Dusun Jemblung, Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah tanggal 12
Desember 2014. Jurnal Alami, Vol. 1 No. 1 tahun 2017: pp. 1-10.

Naryanto, H.S. 2013. Analisis dan Evaluasi Kejadian Bencana Tanah Longsor di Cililin,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat Tanggal 25 Maret 2013, JSTMB, Vol. 8, No. 1,
Tahun 2013: pp. 39-49.
Naryanto, H.S. 2011. Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penanggulangan Bencana, BNPB, Vol 2 No. 1 Tahun 2011: pp.
21-32.

Naryanto, H.S., Kristijono, A., Suwandita, H., Ganesha, D., Prawiradisastra, F. dan Udrekh.
2017. Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor (Gerakan Tanah) di Dusun Tangkil, Desa
Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Tanggal 1 April 2017.
Laporan Kajian Cepat, PTRRB, BPPT.

Naryanto, H.S., Wisyanto, Sumargana, L., Ramadhan, R. dan Prawiradisastra, S. 2016. Kajian
Kondisi Bawah Permukaan Kawasan Rawan Longsor dengan Geolistrik untuk Penentuan Lokasi
Penempatan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Longsor di Kecamatan Talegong, Kabupaten
Garut. Jurnal Riset Kebencanaan Indonesia (JRKI), Vol. 2 No. 2, Oktober 2016: pp. 161-172.

Nurjanah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Jakarta : Alfabeta

Pareta, K. & U. Pareta, 2012. Landslide Modeling and Susceptibility Mapping of Giri River
Watershed, Himachal Pradesh (India). International Journal of Science and Technology Volume
1 No. 2, February, 2012: pp. 91-104.

Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Zuidam, R.A.Van, ,1985, Terrain and Analysis and Classification Using Aerial Photography, A.
Geomorphological Approach, ITC. Enchede.
LAMPIRAN BERITA

Bencana Alam Tanah Longsor di Bogor Tewaskan Satu Orang Warga, Sebanyak 242 Jiwa
Terpaksa Mengungsi

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bencana alam tanah longsor di Kabupaten Bogor,


Jawa Barat pada Rabu (13/5/2020) menewaskan satu orang warga. Warga tewas tersebut
diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati merupakan warga Desa Wangunjaya, Kecamatan
Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan laporan yang disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Bogor, korban diungkapkan Raditya Jati tewas tertimbun material longsor setinggi
empat meter. "Korban diduga tertimbun dan belum ditemukan," ungkapnya dalam siaran tertulis
pada Rabu (13/5/2020).
Tidak hanya menewaskan seorang warga, bencana alam yang dipicu oleh intensitas hujan tinggi
dan kontur tanah yang labil itu juga menyebabkan empat warga terluka. "Mereka sudah
mendapatkan penanganan medis," imbuhnya. Selain itu, tanah longsor juga mengakibatkan
14 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 51 jiwa itu kehilangan tempat tinggal. Tanah
longsor merusak puluhan rumah warga, sebuah mushala dan dua kamar mandi warga.
Akibatnya, sebanyak 69 KK yang terdiri dari 242 jiwa kini mengungsi ke lokasi yang lebih
aman. Bersamaan dengan hal terebut, Tim Reaksi Cepat BPBD Kabupaten Bogor bersama Dinas
PUPR Kab bogor, Babinsa, Aparat desa setempat, Linmas desa, Satpol PP, Babinmas dan
masyarakat masih melakukan pendataan dan evakuasi korban.
Selain itu pihak desa dan masyarakat setempat juga membangun Posko Darurat,Dapur umum,
dan Posko Kesehatan. "Pendataan masih dilakukan, distribusi bantuan juga diupayakan. Warga
terdampak membutuhkan kebutuhan dasar berupa logistik tanggap darurat saat ini," jelasnya.

Sumber berita:

http://www.pusatkrisis.kemkes.go.id/Tanah-Longsor-di-BOGOR-JAWA-BARAT-20-05-2020-
55

https://www.radarbogor.id/2020/05/14/korban-longsor-leuwisadeng-trauma-was-was-saat-hujan-
turun/
https://www.pinisi.co.id/kkss-peduli-kabupaten-bogor-santuni-korban-banjir-dan-tanah-longsor-
desa-wangun-jaya/

https://jabar.suara.com/read/2020/05/13/121901/bogor-diterjang-longsor-1-warga-tewas-
tertimbun-14-rumah-rata-tanah

https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/13/bencana-alam-tanah-longsor-di-bogor-tewaskan-
satu-orang-warga-sebanyak-242-jiwa-terpaksa-mengungsi

Anda mungkin juga menyukai