Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH PERMASALAHAN SOSIAL

“UNIVERSAL DIVERSE ORIENTATION”


Dosen Pengampu: Rahma F. Sinulingga, M.Psi, Psikolog

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 12

KELAS D

Sheila Hamdah H (151301098)


Siti Kholizah Putri (181301040)
Ibrahim Ashar (181301056)
Stella Regina (181301236)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LINK SUMBER:

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/majalah-50835094

https://beritajatim.com/internasional/india-yang-toleran-makin-terancam/

https://m.liputan6.com/global/read/4131801/ruu-kewarganegaraan-india-dinilai-anti-muslim-
ada-apa

https://www.aljazeera.com/news/2019/12/india-anti-muslim-citizenship-bill-
191209095557419.html

https://tirto.id/kerusuhan-delhi-memahami-biang-keladi-konflik-hindu-muslim-india-eBNd

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200228155215-4-141243/hindu-dan-muslim-di-
india-bentrok-38-orang-tewas

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/majalah-51639233

https://m.cnnindonesia.com/internasional/20200228184012-113-479195/mengurai-benih-
konflik-hindu-muslim-di-india

https://www.bbc.com/news/world-asia-india-50809936

Konflik ini berasal dari aksi protes damai kaum muslim India atas amandemen UU
CAB (Citizenship Amamdement Bill) yang dianggap mendiskriminasi kaum muslim. Protes
ini berujung menimbulkan konflik saat kelompok pendukung CAB yang diwakili kelompok
nasionalis Hindu menyerang aksi protes yang dilkukan kaum muslim.

Berawal dari disahkannya UU CAB sejak Desember 2019 yang disebut sebagai UU
anti muslim. Dimana, salah satunya berisi kemungkinan para imigran ilegal dari Afghanistan,
Bangladesh, dan Pakistan untuk mendapatkan kewarganegaraan, kecuali yang beragama
Islam. Menurut Pemerintah India yang kini didominasi oleh partai Nasionalis Hindu,
Bharatiya Janata Party (BJP) mengungkapkan bahwa UU ini dinilai akan memberikan
perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari rasisme penganut agama minoritas
termasuk Hindu, Sikh, Budha, Jain, Parsis, dan Kristen dari Afghanistan, Bangladesh dan
Pakistan serta mempercepat perolehan kewarganegaraan bagi penganut agama minoritas
tersebut. Yang mana ketiga negara tersebut minoritas penduduknya beragama Islam.

Pembahasan Kasus tersebut berdasarkan UDO:


UDO didefenisikan sebagai sikap terhadap orang lain yang inklusif sekaligus
menganggap adanya keunikan pada setiap manusia dengan cara menyadari dan menerima
bahwa setiap manusia memiliki kesamaan dan perbedaan. UDO juga dapat didefenisikan
dalam Ponterotto (2006) (dalam Nadine,2018) universal-diverse orientation berguna dalam
mengukur level apresiasi dari seseorang serta penerimaaan budaya yang berbeda dengan
individu tersebut. Universal-diverse orientation ini juga dapat diidentifikasikan sebagai
keinginan seseorang untuk terlibat dalam budaya dan orang yang beragam

Dalam kasus yang terjadi di India, terlihat bahwa masyarakat India yang mayoritasnya
beragama Hindu tidak bisa menerima perbedaan antara kelompoknya dengan kelompok lain.
Hal ini terlihat dari warga India yang beragama Hindu bersikap Islamofobia pada kaum
muslim, seperti yang diungkapkan oleh Rikat Hashmi dalam wawancara BBC. Ketika ia
memutuskan untuk berhijab di usia 16 tahun, banyak orang yang menatap tajam ke arahnya
saat berpapasan di jalan. Ia juga mengatakan bahwa partai yang saat ini berkuasa di India
mendukung paham Hindu nasionalis dan banyak hukum yang berlaku dibuat berlandaskan
agama.

Omnikulturalisme yang harusnya menjadi penguat hubungan antar kelompok justru


menjadi senjata akan rasisme dan tindakan diskriminasi.

Aspek-aspek yang terdapat pada UDO:

1. Diversity Contact

Menurut Rikat, kehidupannya sebagai kaum muslim di India saat masa kanak-kanak tidak
mengalami masalah apapun. Ia mengatakan dahulu ia tinggal di lingkungan dimana hanya ia
dan keluarganya saja yang beragama Islam, selain itu beragama Hindu. Ia juga
mengungkapkan keluarganya dengan warga sekitar berhubungan sangat baik. Mereka saling
menghargai satu sama lain. Keluarganya akan ikut merayakan festival bersama-sama, bahkan
warga sekitar ikut merayakan Idul Fitri.

Namun, setelah ia pindah dari lingkungan tersebut dan sejak berlakunya CAB, ia
merasa cemas sebagai muslim di India. Saat ia mulai menyuarakan pendapatnya, ia dituding
sebagai orang yang “anti-kebangsaan” atau “anti-Hindu” sehingga ia terpaksa mundur.
2. Relativity Appreciation

Menurut BBC, hadirnya UU ini memberi label serta memisahkan antara kaum muslim
dan non-muslim. Sentimen terhadap kaum muslim juga semakin menguat di era rezim
Narenda Modi yang menngedepankan asas nasionalis-religius yang berfokus pada
kepentingan agama kelompok mayoritas. Akibatnya perlabelan yang terjadi pada kaum
muslim dan non-muslim ini memecah kedua belah pihak dan menimbulkan konflik. Banyak
kaum muslim di India mengaku, mereka seperti warga negara kelas dua semenjak Modi naik
ke pemerintahan sejak tahun 2014. Hal ini juga diungkapkan oleh Rikat dalam wawancaranya
bersama BBC. Salah satu anggota parlemen, Ravi Kishan mengatakan bahwa UU ini
dibentuk karena negara membutuhkan identitas. Ia mengatakan bahwa ada negara islam,
negara Yahudi, nah India sendiri membutuhkan identitas negara.

3. Comfort with Differences.

Banyak warga India baik muslim atau non-muslim menolak keras UU tersebut sejak
Desember 2019 lalu. Mereka menganggap UU tersebut mengancam kaum muslim dan
memecah belah masyarakat. Hal ini menujukkan bahwa sebenarnya masyarakat India
menerima perbedaan di dalam masyarakat. Aksi protes tersebut sebagai bentu rasa toleransi
antar kelompok. Sebagai sesama warga India, mereka bersama sama menolak UU tersebut
dan beranggapan UU tersebut ingin memecah belah masyarakat dengan agama.

Anda mungkin juga menyukai