MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Penilaian Mata Kuliah
Dimensi Sosial Budaya Pariwisata
Oleh:
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
A. Budaya toleransi pada masyarakat Desa Balun dibentuk dari konstruksi
nilai-nilai toleransi yang diinternalisasikan masyarakat sebagai sikap
alamiah, yang mengandung arti dan makna dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Hal-hal itu kemudian mengendap di dalam ingatan melalui
aktivitas dan kegiatan keagamaan yang saling mempertemukan tiga agama
hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan perilaku masyarakat dalam
kehidupan keseharian. Kebiasaan masyarakat tersebut merupakan bentuk
toleransi yang mempunyai muatan makna sosial dan tersirat komitmen
moral yang begitu penting perannya dalam kerukunan antarumat beragama
masyarakat Desa Balun.
B. Model (pola) yang dibangun oleh masyarakat di Balun untuk menjaga
tradisi toleransi: Pertama, “Multikultural Kenduri / Ngaturi”, misalnya
merayakan acara daur hidup (Kehamilan, Kelahiran, dan Kematian) serta
mendapatkan rejeki atau momen-momen penting (hari kemerdekaan,
puasa, hajatan) dengan mengadakan hajatan yang dipimpin oleh pemuka
agama dengan ritual doa dengan sesaji makanan dan bisa menjadi hajatan
“berkat (makanan)”, dengan mengundang warga tanpa memandang latar
belakang agama (Islam-Kristen-Hindu). Kedua, dengan memiliki "Keluarga
Multikultural", misalnya, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan
kerabat yang berbeda agama, tinggal serumah sebagai satu keluarga.
Ketiga, "Perangkat Desa Multikultural", misalnya, aparat pemerintah desa
berasal dari semua kelompok agama yang ada (Islam-Kristen-Hindu).
Keempat, Dakwah Inklusif, adalah cara mengajak orang untuk berbuat baik
dan memperingatkan orang agar tidak berbuat jahat secara santun,
bertoleransi, menghormati dan menghargai kelompok budaya dan / atau
agama yang berbeda dengan prinsip mencari kesamaan, dari pada
memperdebatkan perbedaan slogan lakum dinukum waliyaddin dan laa
ikraha fiddin. Kelima, Taman Makam Multikultural, yaitu areal pemakaman
desa ditempatkan di lokasi yang sama tanpa memandang perbedaan
agama. Pembangunan pola ini agar areal pemakaman desa menjadi
tempat pemakaman seluruh warga tanpa mempedulikan agamanya.
4.2 Saran
A. Budaya toleransi dan kerukunan agama yang terjadi di Balun Lamongan
dapat dioptimalkan menjadi desa wisata budaya dengan penguatan
branding “Desa Pancasila”. Hal tersebut sangat baik untuk refleksi
terhadap kondisi negara saat ini bahwa sering terjadi konflik sosial yang
mengatasnamakan suku, agama, ras dan kelompok masyarakat (SARA).
Dengan mengunjungi Desa Balun diharapkan kesadaran dan pemahaman
wisatawan akan kebhinekaan yang ada di Indonesia semakin tinggi dan
mendapatkan wawasan baru untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Toleransi yang sudah terjalin di Desa Balun patut untuk dilestarikan, selain
itu desa yang memiliki kasus yang hampir sama dengan Desa Balun dapat
mencontoh dan mempraktikkan untuk kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA