Anda di halaman 1dari 20

Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

MATERI AJAR
BAB VII
MITIGASI BENCANA ALAM

Pertemuan 1
Indikator:
3.7.1 Mengidentifikasi bencana yang terjadi di sekitar kita
3.7.2 Menjelaskan konsep bencana
3.7.3 Mengklasifikasikan jenis dan karakteristik bencana alam
.
3.7.4 Menjelaskan siklus penanggulangan bencana

A. Pengertian Bencana
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Defenisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam (natural
disaster), non alam maupun manusia (man-made disaster). Oleh karena itu, UU No. 24 Tahun
2007 tersebut mendefenisikan mengenai bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
Selain itu definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari
masyarakat.
3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk
mengatasi dengan sumber daya mereka.

Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang
mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard,
tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang
mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang
mengancam makatidak akan terjadi bencana.

Gambar 1. Gempa bumi di Sumatera Barat

Mitigasi Bencana Alam | 1


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
B. Jenis-Jenis Bencana Alam
Bumi kita adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat dikenali mulai dari
rotasi bumi pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi matahari, pergerakan lempeng-lempeng
tektonik bumi, arus laut di samudera, serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer. Berbagai
fenomena dan lingkungan alam di bumi juga saling berinteraksi dan hasilnya dapat memengaruhi
kehidupan makhluk hidup di bumi, termasuk manusia.
Interaksi antar fenomena pada litosfer, atmosfer, dan hidrosfer dapat menghasilkan akibat
yang merugikan dan/atau mengancam kehidupan manusia sehingga dikategorikan sebagai bencana
alam. Pengelompokan jenis bencana alamberdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Bencana Akibat Dinamika Litosfer
a. Letusan Gunung Api
Merupakan bagian dari aktivitas vulakanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya
letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava,
gas racun, tsunami dan banjir lahar.
Gambar 2. Letusan gunung Merapi

Karakteristik letusan gunung api:


1) Biasanya ada tanda peringatan dan dapat diprediksi
2) Dapat merusak struktur bangunan
3) Aliran lava dapat mengakibatkan kebakaran
4) Sebaran debu vulkanik dapat menjangkau areal yang luas
5) Banjir lava dapat terjadi jika disertai hujan

Mitigasi Bencana Alam | 2


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia:
AWAS (MERAH)
1) Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau adakeadaan kritis
yang menimbulkan bencana.
2) Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap.
3) Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam.
4) Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
5) Koordinasi dilakukan secara harian.
6) Piket penuh.

SIAGA (ORANGE)
1) Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan ataumenimbulkan
bencana.
2) Peningkatan intensif kegiatan seismik.
3) Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut keletusan atau
menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana.
4) Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2minggu.
5) Sosialisasi di wilayah terancam.
6) Penyiapan sarana darurat.
7) Koordinasi harian.
8) Piket penuh.

WASPADA (KUNING)
1) Ada aktivitas apa pun bentuknya.
2) Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal.
3) Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya.
4) Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma,tektonik dan
hidrotermal.
5) Penyuluhan/sosialisasi.
6) Penilaian bahaya.
7) Pengecekan sarana.
8) Pelaksanaan piket terbatas.

NORMAL (HIJAU)
1) Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
2) Level aktivitas dasar.

b. Tanah Longsor
Merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya menuruni atau keluar lereng akibat tergantungnya kestabilan tanah ataupun batuan
penyusun lereng
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan
dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan
lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan
faktor manusia:
1) Faktor Alam
a) Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung,
strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi.
b) Iklim : curah hujan yang tinggi.
c) Keadaan topografi : lereng yang curam.
d) Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam,
pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran
lalu lintas kendaraan.

Mitigasi Bencana Alam | 3


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
2) Faktor Manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Penggundulan hutan.
e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga
RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

Tanda-tanda tanah lonsor adalah sebagai berikut:

1) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya


terjadi setelah hujan.
2) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
3) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
4) Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung
hilang.
5) Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
6) Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
7) Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
8) Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.

c. Gempa Bumi
Adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh
tumbukan atar lempaeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan .
Karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:

1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat


2) Lokasi kejadian tertentu
3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4) Berpotensi terulang kembali
5) Belum dapat diprediksi
6) Tidak dapat dicegah tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi.

Gambar 3. Gempa di Jepang dan Gempa di Sumatera Barat

2. Bencana Akibat Dinamika Hidrosfer


a. Banjir
Adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena
volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba
dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai

Di Indonesia, banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena
letak Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi setiap
tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Mitigasi Bencana Alam | 4
Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
1) Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya
sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan berintensitas tinggi dengan
durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Banjir
jenis ini biasa terjadi di daerah dengan sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
2) Banjir Hujan Ekstrim
Banjir ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat mulai turun.
Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang menggumpal di angkasa serta
kilat atau petir yang keras dan disertai dengan badai tropis atau cuaca dingin.

3) Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman


Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada
tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran. Jenis banjir ini terjadi
setelah proses yang cukup lama.
4) Banjir Pantai (ROB)
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang pasang air laut.
Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat pantai dan mengalir ke
daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut. Banjir ini biasanya terjadi di
daerah pemukiman yang dekatdengan pantai.
5) Banjir Hulu
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan berlangsung cepat dan
jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di pemukiman dekat hulu sungai.
Terjadinya banjir ini biasanya karena tingginya debit air yang mengalir, sehingga
alirannya sangat deras dan bisa berdampak destruktif.

b. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu stu berarti lautan dan nami berarti lautan.
Tsunami dapat di artikan sebagai gelombang ombak lautan. Jadi, tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar lat akibat
gempa bumi. Tsunami memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan grafitasi di tempat
tersebut.
2) Ketinggian gelombang tsunami berbanding terbalik dengan kecepatan artinya : jika
kecepatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh
centi meter saja sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil
sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi bisa mencapai puluhan meter

Gambar 4. Proses terjadinya tsunami

Mitigasi Bencana Alam | 5


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Gelombang tsunami bermula dari gerakan hebat lempeng bumi yang berpusat dangkal di
dasar samudera. Pergerakan lempeng tersebut kemudian menunjam masuk ke dalam perut
bumi, dan menyebabkan air laut surut dari bibir pantai, kemudian air laut yang terhempas
masuk ke dalam patahan samudera tersebut akan menyeruak dan menggulung hebat menjadi
gelombang raksasa setinggi belasan meter. Gelombang inilah yang ketika mencapai daratan
dan menghempas apapun yang dilalauinya disebut sebagai gelombang tsunami.

3. Bencana Akibat Dinamika Atmosfer


a. Badai Tropis
Badai tropis atau siklon tropis terbentuk diatas samudera yang umumnya bersuhu
permukaan hangat atau lebih dari 26,5 0C. Siklon tropis dapat didefenisikan sebagai sistem
tekanan rendah non frontal yang berskala luas, tumbuh diatas perairan hangat dengan wilayah
perawanan konvektif, memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 34 knot pada lebih
dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya 6 jam.
b. Tornado
Tornado adalah pusaran udara yang bergerak cepat dan berbentuk corongspiral. Tornado
umumnya berkaitan erat dengan pertumbuhan awan badai. Kecepatan awan tornado berkisar
mulai dari 72 kilometer per jam hingga lebih dari 400 kilometer per jam. Tornado dapat
terbentuk dengan sangat cepat sehingga sulit diantisipasi. Meskipun tornado telah diamati di
tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di Amerika Serikat. Tornado juga
umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan timur Asia, timur-tengah
Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengahEropa, Italia, barat dan selatan Australia,
dan Selandia Baru.
Keruskan yang diakibatkan tornado umumnya berupa kerusakan bangunan, lahan dan
kendaraan hingga korban jiwa. Sebagai contoh, lembaga National Oceanik and Atmospheric
Administration mencatat bahwa selama tahu 2011 terjadi 1.691 tornado diwilayah Amerika
Serikat engan korban jiwasebanyak 533 orang dan korban luka seanyak 5.483 orang.

Ciri-ciri datangnya tornado :


1. Langit terlihat hitam atau mendung
2. Terjadi hujan es di sekitar daerah (biasanya durasi selama 20-25mnt)
3. Setelah terjadi badai hujan maka suasana akan tenang namun langitsemakin hitam
gelap
4. Awan bergerak cepat sehingga mengitari daerah kita
5. Kemunculan Tornado bisa didengar. Awalnya suara nya seperti air terjun,namun lama
lama berubah menjadi seperti suara jet yang sangat keras
6. Ingat biasanya tornado bergerak dari barat daya ke timur laut. Mereka jugabergerak da ke
arah timur, tenggara, utara, dan bahkan barat laut.

Gambar 5. Tornado

Mitigasi Bencana Alam | 6


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
Angin Tornado ini juga bisa dihitung namun berdasarkan tingkat kerusakan nya, karena
kecepatan nya relatif sulit dihitung, Penghitungan level Tornado menggunakan Skala Fujita,
berikut rinciannya :

F0 (0-73mph) -Kerusakan ringan: Beberapa kerusakan pada cerobong asap. Cabang yang
patah dari pohon.
F1 (73-112mph) - Kerusakan sedang: kekuatannya sanggup memindahkan mobil serta
menghancurkan nya.
F2 (113-157mph) -di level ini banyak kerusakan antara lain: kekuatan nya cukup untuk
menghancurkan mobil, mencabut pohon pohon besar dari akarnya, serta menerbangkan
mobil.
F3 (158-206mph) - Kerusakan parah, Kereta terbalik, Pohon-pohon tumbang, mobil mobil
berukuran berat dilemparkan ( contohnya truk dan bus), dinding-dinding rumah hancur.
F4 (207-260mph)- kerusakan yang sangat parah, banyak bangunan hancur dan benda benda
besar terlempar ke udara.
F5 (261-318mph)- Kerusakan yang sangat masif antara lain mobil mobil bisa terlempar lebih
dari 100 meter dan bahkan bangunan bangunan besar ber pondasi kokoh pun bisa tersapu rata
dengan tanah bila dilewati.

c. Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan dapat terjadi
akibat beberapa faktor yaitu rendahnya curah hujan rata-rata dalam satu musim, rendahnya
pasokan air permukaan dan berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air secara
besar-besaran oleh industri maupun individu, serta kerusakan wilayah tangkapan air dan
sumber-sumber air. Dampak kekeringan antara lain adalah gagal panen, pengangguran,
kelaparan, kebakaran hutan, keruskan tanah, berjangkitnya wabah penyakit, hingga
kepunahan hewan dan tumbuhan.
Untuk memudahkan dalam memahami masalah kekeringan, berikut diuraikan klasifikasi
kekeringan berdasarkan penyebabnya, baik akibat alamiah dan/atau ulah manusia.
1) Akibat Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal
dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama
adanya kekeringan.
b) Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air
tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan
elevasi muka air tanah. Terdapat tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai
menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah.
Kekeringanhidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c) Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air
dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada
periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi
setelah gejala kekeringan meteorologi.
d) Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak
terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan,
berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air,
dan menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
e) Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka air sungai
antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.

2) Akibat Ulah Manusia


a) Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibatketidak taatan
penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
b) Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibatperbuatan
manusia.

Mitigasi Bencana Alam | 7


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Berdasarkan klasifikasi kekeringan tersebut, maka prioritas penanggulangan bencana


kekeringan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah. Khusus untuk
kekeringan yang disebabkan oleh ketidaktaatan para pengguna air dan pengelola prasarana
air, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang sudah
ditetapkan. Kepada masyarakat perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif, sehingga
memahami dan melaksanakan pola pengguna air sesuaiperaturan/ketetapan.

d. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan peristiwa terbakarnya hutan, baik disebabkan proses alami
maupun aktivitas manusia. Secara alami, kebakaran hutan umumya terjadi pada musim
kemarau dan dapat disebabkan oleh sembaran petir, gas metana yang keluar dari singkapan
batu bara di lahan gambut, dan lava pijar dari letusan gunung api. Kebakaran hutan juga
dapat disebabkan oleh aktivitas manusia terutama dalam pembukaan lahan baru untuk ladang
berpindah maupun perkebunan.
Dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan antara lain adalah kerusakan hutan,
polusi udara, berjangkitnya wabah infeksi saliran pernapasan, gangguan penglihatan dan
iritasi pada mata, hingga menghambat aktivitas transportasi dan ekonomi. Dampak kebakaran
hutan juga memengaruhi wilayah yang sangat luas. Sebagai contoh, kebakaran hutan
yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan turut berdampak ke penduduk diSingapura dan
Malaysia.

4. Bencana Alam disebabkan oleh Dinamika Atmosfer dan Hidrosfer


a. La Nina
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di Kawasan Timur
Ekuator di Lautan Fasifik. Dalam kondisi La Nina, Indonesia memiliki curah hujan yang
lebat. La Nina muncul sampai 1-3 tahun.
b. El Nino
Adalah fenomena alam dan bukan badai, secara alamiah diartikan meningkanya suhu
muka laut di sekitar Fasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya.
Fenomena El Nino mengakibatkan curah hujan berkurang, bahkan pernahmenimbulkan
kekeringan panjang di Indonesia. Lebih buruknya pernahh menyebabkan kebakaran hutan. El
Nino munculsetiap 4-5 tahun dan bertahan selama 12-15 bulan lamanya. Untuk peristiwaEl
Nino yang kuat akan muncul sekali setiap 10-15 tahun.

C. Siklus Penanggulangan Bencana


Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat dan rehabilitasi. Ada tiga tahap penyelenggaraan penanggulangan bencana, yaitu:
a. Pra bencana, meliputi;
1) Situasi tidak terjadi bencana
2) Situasi terdapat potensi bencana
b. Tahap tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
c. Pascabencana yang dilakukan setelah terjadi bencana

Secara umum, perencanaan dalam penanggulanagn bencana dilakukan pada setiap tahap
berikut:
a. Tahap prabencana
1) Dalam situasi tidak terjadi bencana;
a) Perencanaan penanggulangan bencana.
b) Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan kerentanan pihak yang
terancam bencana.
c) Pemanduan dalam perencanaan pembanguna, dilakukan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
d) Persyaratan analisis resiko bencana
e) Pelaksanaan dan penegakan tata ruang
Mitigasi Bencana Alam | 8
Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
f) Pendidikan dan pelatihan serta persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
2) Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
a) Kesiapsiagaan
b) Peringatan dini, dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat untuk
mengurangi resiko terkena bencana, serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat.
c) Mitigasi bencana, dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat
yang berada pada kawasan rawan bencana.
b. Tahap tanggap darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya untuk
mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana prasarana,
gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan pemerintah, dan kemampuan sumber
daya alam maupun buatan.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya pencarian
danpenyelamatan korban, pertolongan darurat, dan evakuasi korban
4) Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan,
sandang, pelayanan kesehatan, palayanan psikososial, dan penampungan serta tempat
hunian
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu dengan memberikan prioritas pada
kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial
6) Pemulihan dengan segera sarana prasarana vital, dilakukan dengan memperbaiki atau
mengganti kerusakan akibat bencana
c. Tahap Pasca Bencana
Penyelenggaraan pananggulagan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1) Rehabilitasi, melalui kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan sarana
prasaran, bantuan perbaikan rumah, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan,
rekonsiliasi atau resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan
keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintah, dan pemulihan fungsi pelayanan
publik.
2) Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik

Penanggulangan bencana bertujuan untuk:


a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh
d. Menghargai budaya lokal
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, kedermawanan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara.

Mitigasi Bencana Alam | 9


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Pertemuan 2
Indikator:
3.7.5 Menganalisis persebaran wilayah bencana di Indonesia
3.7.4 Menggambarkan persebaran wilayah bencana di Indonesia
3.7.5 Menentukan daerah-daerah rawan bencana di Sumatera Barat

A. Persebaran Daerah Bencana Alam Di Indonesia


Wilayah rawan bencana (hazard region) adalah suatu kawasan dipermukaan bumi yang
rawan bencana alam akibat prose alam maupun non- alami. Kerawanan bencana (hazard
vulnerability) adalah tingkat kemungkinan suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akibat
bencana alam.
Gambar 6. Peta kejadian bencana di Indonesia tahun 2015

Mitigasi Bencana Alam | 10


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Upaya untuk menanggulangi bencana alam ialah mengidentifikasi wilayah rawan bencana
alam dengan cara memetakan wilayah rawan bencana dan risiko bencana.
Prinsip dasar pemetaan wilayah rawan bencana alam antara lain :

1. Menganalisis jenis dan sebaran wilayah rawan bencana.


2. Mengkaji sejarah atau peristiwa bencana alam yang pernah terjadi
sebelumnya.
3. Menentukan zona dan tingkat bahaya dalam bencana.
4. Menentukan elemen yang paling rawan terkena bencana alam.
5. Memperkirakan risiko kerusakan akibat bencana alam.

Sebaran daerah bencana di Indonesia berdasarkan data dari DIBI BNPB (Data Informasi
Bencana Indonesia) mulai dari tahun 1815 – 2016:

No Bencana Daerah
1 Letusan Gunung Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Api Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
2 Tanah longsor Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung,
Maluku, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara
3 Gempa bumi Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku,
Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara
4 Banjir dan tanah Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat,
longsor Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Lampung,
Maluku Utara, NTB, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
5 Banjir Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta,DKI Jakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan
Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua,
Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara
6 Tsunami Aceh, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Papua, Sumatera Barat, Sumatera Utara

7 Gelombang pasang Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
dan abrasi Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua,
Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Utara
8 Puting Beliung Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara

Mitigasi Bencana Alam | 11


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
9 Kekeringan Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT,
Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
10 Kebakaran hutan dan Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
lahan Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara
11 Kejadian Luar Biasa Aceh, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Lampung, Maluku, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan
12 Aksi Teror Aceh, Bali, Banten, DKI JakartaJawa Barat, Jawa Timur, Maluku, Papua, Riau,
Sulawesi Selatan

B. Daerah Rawan Bencana Alam Di Sumatera Barat


Sumatera Barat merupakan salah propinsi yang terletak di bagian barat pulau Sumatera
yang berhadapan langsung dengan samudera hindia, Sumatera Barat terletak pada pertemuan dua
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng Eaurasia yang menyebabkan Sumatera Barat sering
terjadi gempa di laut yang bisa memicu terjadinya gelombang tsunami. Selain itu sumatera barat
juga memiliki empat gunung api aktif yaitu Gunung merapi, Gunung Talang dan Gunung
Tandikek dan juga Gunung kerinci yang terletak di perbatasan dengan Propinsi jambi yang
menyebabkan Sumatera Barat rawan terjadinya bencana letusan gunung api. Berikut beberapa
daerah rawan bencana yang terdapat di Sumatera Barat

Gambar 7. Peta indeks rawan bencana Sumatera Barat

1. Daerah Rawan Bencana Letusan Gunung Api.


Daerah Sumatera Barat memiliki beberapa gunungapi aktif, yaitu G. Marapi,
G. Talang, G. Tandikek dan G. Kerinci. Secara fisiografis, seluruh gunung api aktif tersebut
berada di zona bukit barisan dan berasosiasi atau berhubungan erat dengan patahan besar Sumatera
atau sesar Semangko.

Mitigasi Bencana Alam | 12


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
2. Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor
Daerah berpotensi tanah longsor di Provinsi Sumatera Barat umumnya dijumpai di daerah
perbukitan barisan atau daerah berbukit dengan kemiringan lereng yang terjal dan umum terjadi
pada daerah yang secara geologi tersusun oleh batuan-batuan vulkanik yang bersifat lepas atau
yang telah mengalami pelapukan dengan adanya retakan- retakan, yang mengakibatkan Sebagian
besar daerah Sumatera Barat rawan terjadinya tanah longsor pada saat musim penghujan.

3. Daerah Rawan Bencana Gempa Bumi


Wilayah Sumatera Barat terletak di bagian Barat Pulau Sumatera berhadapan langsung
dengan zona subduksi aktif antara Lempeng Tektonik EuroAsia dengan Lempeng Samudra
Hindia-Australia. Gempa-gempa tektonik di lepas patai Barat pulau Sumatera dan Kepuluan
Mentawai sangat erat hubungannya dengan zona subduksi tersebut. Pergerakan Lempeng Euro-
Asia ke arah Selatan dan menambrak Lempeng Hindia Australia di sepanjang zona subduksi juga
mengakibatkan terbentuknya sesar/patahan besar di Pulau Sumatera (Sesar Sumatera) dan Sesar
Mentawai di Cekungan Mentawai, Berhadapan dan menumpang langsung dengan zona subduksi
terdapat zona pengangkatan yang disebut dengan Sunda Megathrust. Seluruh daerah Sumatera
Barat rawan terjadinya bencana gempa bumi, baik gempa akibat pergerakan lempeng maupun
gempa akibat aktivitas gunung api.

4. Daerah Rawan Bencana Banjir


Daerah rawan banjir umumnya berada pada dataran banjir atau daerah limpasan di sekitar
sungai, semakin luas daerah tangkapan air semakin besar potensi banjirnya. Peristiwa banjir
dapat terjadi ketika curah hujan tinggi dan penampang sungai tidak sanggup lagi menampung air
hujan, artinya daerah aliran sungai (DAS) tidak dapat menampung volume air, dan air akan
meluap ke dataran di daerah limpasannya. Tidak hanya di saat hujan, di suatu daerah, banjir dapat
saja terjadi jika DAS di bagian hulu atau pada catchmentarea-nya terjadi curah hujan yang tinggi,
dan DAS tidak mampu menahan aliran permukaan ( surfacerunoff) karena berkurangnya vegetasi.
Untuk wilayah Sumatera Barat, daerah rawan banjir umumnya daerah dataran yang memiliki
DAS yang luas atau area tangkapan air yang luas seperti sungai- sungai besar di Kota Padang,
Kota Solok, Kab. Pesisir Selatan, Kab. Padang Pariaman, Kab. Sijunjung, Kab. Solok Selatan dan
Kab. Pasaman dan umumnya berhulu di daerah Bukit Barisan, sedangkan banjir bandang
umumnya adalah daerah aliran sungai yang berhulu di daerah perbukitan di daerah bukit barisan,
baik daerah dataran yang berada di pesisir barat (seperti Kab. Padang Pariaman, Kab. Solok
Selatan, Kab. Pasaman Barat, Kab. Pesisir Selatan dan Kota Padang) maupun daerah perbukitan
di Bukit Barisan (seperti Kab. Solok, Kab. Solok Selatan. Kab. Pasaman Timur, Kab. Sijunjung).

5. Daerah Rawan Bencana Tsunami


Berdasarkan Dokumen Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Tsunami Provinsi
Sumatera Barat 2012, diketahui bahwa dari 19 Kabupaten Kota di seluruh wilayah Provinsi
Sumatera Barat terdapat 7 kabupaten/kota, 37 kecamatan, dan 243 kelurahan/nagari/desa yang
terancam bahaya tsunami. Dari 7 kabupaten/kota tersebut diperkirakan terdapat 921.349 penduduk
atau sebesar 16,40% dari total jumlah penduduk daerah pesisir (7 kabupaten/kota) akan terpapar
bencana tsunami, diantaranya : Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang
Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten
Kepulauan Mentawai.

6. Daerah Rawan Bencana Puting Beliung


Bencana angin kencang atau puting beliung biasanya berkaitan dengan musim hujan dan
cuaca ekstrim, di daerah Sumatera Barat dan daerah iklim tropis pada umumnya biasanya
berlangsung pada bulan-bulan antara September hingga Maret dan puncaknya akan terjadi pada
bulan Januari dan Februari.

Mitigasi Bencana Alam | 13


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
7. Daerah Rawan bencana Kebakaran Hutan
Secara umum kejadian kebakaran hutan dapat terjadi karena pembukaan lahan dengan
pembakaran atau karena kemarau. Di darah Sumatera Barat daerah- daerah yang sangat rawan
kebakaran hutan adalah daerah Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kota Sawahlunto.

C. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam


Bahaya bencana di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, bahaya utama
(maind hazard) dan bahaya ikutan ( colaterral hazard). Bahaya utama adalah fenomena alam yang
berpotensi menyebabkan kerusakan fisik dan ekonomis dan/atau mengancam keselamatan dan
kesejahteraan manusia. Bahaya ikutan adalah bahaya yang diakibatkan adanya bahaya utama.
Sebagai contoh : gelombang tsunami, longsor, dan kebakaran dapat terjadi akibat gempa bumi.

a. Pembuatan peta resiko bencana


Pengenalan dan pengkajian anvaman bencana pada suatu wilayah berangkat dari
pemahaman terhadap kondisi dan karakteristik suatu wilayah, baik dari segi fisik maupun
sosial. Proses kajian ini dilakukan oleh berbagai ahli dengan memanfaatkan berbagai bidang
ilmu seperti, geologi, hidrologi, meteorologi, klimatologi, oseanografi, ekologi dan
demografi. Kajian dari berbagai ilmu tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan
pendekatan geografi. Hasilnya adalah peta-peta yang menggambarkan karakteristk suatu
wilayah dari berbagai aspek.
Setelah peta karakterisktik dihasilkan, masyarakat setempat bersama dngan pemerintah
dan pihak swasta bersama-sama menginterpretasi isi peta dan menentukan jenis-jenis
bencana yang mungkin terjadi di wilayah yang dipetakan. Setelah dikenali dalikaukanlah
identifikasi kerentanan wilayah terhadap bencana.

b. Sistem peringatan dini bencana alam


Pada dasarnya sistem peringatan dini diciptakan agar suatu bencana dapat dideteksi dan
dikenali segera setelah terjadi. Suatu fenomena alam dapat mengakibatkan kerugian dan
kerusakan jika terlambat diketahui dan diatasi. Konsep peringatan dini ini secara keseluruhan
terdiri atas empat unsur, mulai dari pengetahuan terhadap potensi dan risiko benvana hingga
kemampuan bertindak dan merespons peringatan yang dikeluarkan.
Proses peringatan dini meliputi pengawasan dan pendeteksian kejadian bencana,
pengumpulan informasi, analisis informasi, penyebarluasan informasi, dan pengambilan
keputusan untu mengantisipasi terjadiya bencana. Salah satu sitem peringatan dini nasional
yang dimikili oleh Indonesia bernama Indonesia Tsunami Early Warning System
(INATEWS) atau sistem peringatan dini tsunami Indonesia.

c. Simulasi bencana
Keberhasilan sistem peringatan dini, mitigasi bencana, dan berbagai rencana
penanggulangan bencana yang telah dibuat dipengaruhi oleh faktor penting berupa
kemampuan masyarakat dan pemerintah merespon suatu kejadian bencana. Kemampuan ini
akan semakin besar jika dilatih melaui simulasi bencana yang dilakukan secara tertur.
Simulasi bencana adalah kegiatan pemberian informasi tentang cara-cara penyelamatan diri
kepada masyarakat oleh petugas atau instansi pada wilayah rawan bencana disertai simulasi
penyelamatan untuk meminimakan dampak bencana yang mungkin akan terjadi. Tujuan
simulasi bencana adalah menguji kesiapan seuruh sistem, prosedur dan perangkat mitigasi
serta penanggulangan bencana.

Mitigasi Bencana Alam | 14


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Pertemuan 3
Indikator:
3.7.5 Menjelaskan lembaga-lembaga yang berperan dalam penanggulanganbencana alam
3.7.6 Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana alam diIndonesia

A. Kelembagaan dalam Penanggulangan Bencana


Kelembagaan penanggulangan bencana alam yang di bentuk mempunyai tujuan dan
fungsi yang berkaitan erat yaitu upaya untuk mengurangi timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Namun, lembaga tersebut
ada tugas khusus sesuai bidang masing- masing sebagai berikut :

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


Tugas BNPB sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penganggulangn bencana yang
mencakup pencegahan bencana, pengananan tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi secara adil dan setara
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perungang-undangan;
c. Menyampaikan informasi kegiatan penganggulangn bencana keapada masyarakat;
d. Melaporkan penyelenggaraan penganggulangan bencana kepada presiden setiap sebulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisitanggap darurat;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dam
internasional;
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan perturan perundang- undangan dan
h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penganggulangan Bencana Daerah.
Fungsi BNPB sebagai berikut :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penganggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta aktif dan efisien; dan
b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu dan menyeluruh.

Di bawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang melaksanakan tugas


penanggulangan bencana di seluruh Indonesia ada Badan Penanggulangan Bencana daerah
(BPBD) yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
8 Tahun 2008.

2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)


Merupakan salah satu unit dilingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Mitigasi Bencana Alam | 15
Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
Daya Mineral tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral bertugas melaksanakan perumusan kebijakansanaan, stkalianrisasi, bimbingan teknis
dan evaluasi di bidang Vulkanologi dan mitigasi bencana alam geologi. Lembaga ini
bertujuan pengelolaan informasi potensi kegunungapian dan pengelolaan mitigasi bencana
alam geologi, sedangkan misi yang di emban adalah meminimalisasi korban jiwa dan
kerugian harta benda dari bencana geologi.

3. Badan Sar Nasional (BASARNAS)


Basarnas atau Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan
Pertolongan. Pencarian dan pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan mencari,
menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang menghadapi keadaan darurat
dan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi membahayakan manusia. tugas dan
fungsi SAR adalah penanganan musibah pelayaran dan atau penerbangan, dan atau bencana
dan atau musibah lainnya dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah.

4. Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya bernama Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga Pemeintah Non Kementerian (LPNK) di
Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang meteorologi
(cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika sesuai dengan perundang-
undangan yangberlaku.
Fungsi dan wewenang BMKG :
a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas
udara dan geofisika;
c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
d. Pelaksanaan, pembinaan, pengendalian, observasi dan pengolahan data informasi di
bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
e. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;
f. Penyampaian informasi kepada intansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan
denga perubahan iklim;
g. Penyampaian imformasi dan peringatan dini kepada pihak terkat serta masyarakat
berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;
h. Pelaksanaan kerjasama internasional di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;
i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
j. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian instrumentasi, kalibarsi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan
geofisika;
k. Koordinasi dan kerjasama instrumentasi , kalibrasi dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintah di bidang
meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;
m. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;

Mitigasi Bencana Alam | 16


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
n. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi (cuaca), klimatologi (iklim),
kualitas udara dan geofisika;
o. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi di likungna BMKG;
p. Pengolahan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab BMKG;
q. Pengawasan asat pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
r. Penyampain laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi (cuaca),
klimatologi (iklim), kualitas udara dan geofisika;

5. Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI)


Kogami merupakan sebuah komunitas yang lahir di Sumatera Barat setelah bencana
tsunami di Aceh. Kogami berdiri di Sumatera Barat, karena Sumatera Barat terletak pada
pertemuan dua lempeng benua yaitu Indo Australia dan Eurasia . Pada awalnya pengurus
KOGAMI adalah relawan dari sebuah organisasi kemanusiaan bernama Surfzone Relief
Operations (SRO) yang menjalankan misi penyaluran bantuan kepada korban Tsunami 26
Desember 2004 ke Pulau Simeuleu.
Melihat situasi kota Padang sewaktu terjadi gempa 10 April 2005, maka SRO yang juga
bermarkas di salah satu kota rawan Tsunami di dunia yaitu kota San Fransisco, USA
memberikan pengetahuan untuk pembuatan sistem evakuasi gempa dan Tsunami di kota
Padang. sistem ini nantinya bisa diterapkan di daerah Sumbar dan daerah pesisir pantai di
seluruh Indonesia, sehingga mengurangi dampak dari bencana tsunami.

6. Taruna Siaga Bencana (TAGANA)


Tagana adalah relawan dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam
penanggulangan bencana bidang bantuan sosial, Tagana merupakan perwujudan dari
penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis masyarakat. Anggota Tagana adalah
seluruh warga negara Indonesia pria dan wanita yang berumur 18 s.d 45 tahun.

B. Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam di Indonesia


Masyarakat memiliki hak dan kewajiban terkait penanggulnagn bencana alam. Hak setiap
anggota masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan perlindungan sosial dan raasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat
rentan bencana
2. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan, dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana
3. Mendapatkan informasi secara tertulis/lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana
4. Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan
bantuan pelayanan kesehatan, termasuk dukungan psikososial
5. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana,
khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitsnya
6. Melakukan pengawasan sesuai mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan
bencana
7. Setiap orang yang terkenan bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar
8. Setiap orang berhak memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan
kegagalan konstruksi.

Mitigasi Bencana Alam | 17


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember
Sementara itu, kewajiban setiap orang adalah:
1. Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis
2. Memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup
3. Melakukan kegiatan penanggulangan bencana
4. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Masyarakat hendaknya berpartisipasi dalam mitigasi bencana alam di Indonesia. Mitigasi


adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman bencana. Bentuk
partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Aktif dalam kegiatan identifikasi masalah kebencanaan
2. Memberikan usulan atau pendapat untuk mengurangi resiko bencana
3. Peduli akan upaya untuk mengurangi resiko bencana
4. Menunjukkan upaya bahwa permasalahan bencana merupakan tanggungjawab bersama
5. Ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan mitigasi bencana
6. Menjaga berbagai upaya mitigasi bencana
7. Aktif dalam mengevaluasi berbagai kegiatan mitigasi bencana

Mitigasi Bencana Alam | 18


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

DAFTAR RUJUKAN

Adam, Muhamad. 2016. Konsep – konsep bencana. (online).


http://adamorangbaik.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 20 April 2017 Anonime.
2015. Bencana alam. https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam.
(Online) diakses pada tanggal 2 April 2017

Anonime. 2014. Pengetahuan Bencana dan Jenis Bencana.


http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana (Online)
diakses pada tanggal 4 April 2017

Anonime. 2016. Peta Persebaran Daerah Bencana Alam Di Indonesia.


http://geospasial.bnpb.go.id/category/peta-tematik/. (Online) diakses pada tanggal 4
April 2017

Bedoya, nistiqomah. 2015. Mitigasi Bencana Lembaga Penanggulangan.


http://nbedoyo.blogspot.co.id/2015/05/mitigasi-bencana-lembaga- penanggulangan.html
. (Online) diakses pada tanggal 2 April 2017

Bpbd. 2016. Peta Indeks Bencana di Sumatera Barat.


http://bpbd.sumbarprov.go.id/details/category/22 (Online) diakses pada tanggal 2 April
2017.

Brotito, Sutikno. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta.

Hermon, Dedi. 2014. Geografi Bencana Alam. Jakarta : Rajawali Press. Mienowuna, Apo. 2016.

Kegiatan Belajar Bencana Sebaran Daerah Rawan


Bencana Di Indonesia.
http://bisnisgeografi.blogspot.co.id/2016/10/kegiatan-belajar-4-bencana- alam-dan.html
diakses pada tanggal 2 April 2017

Pristiyanto, Juni. 2015. Kelembagaan Penangggulangan Bencana Di Indonesia.


https://www.academia.edu/3370037/Kelembagaan_Penanggulangan_Ben
cana_di_Indonesia. diakses pada tanggal 2 April 2017

Rahim, Supli Effendi. 2006. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta : Bumi Aksara. Sindhu P,

Yasinto. 2017. Geografi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Suwatono, Andik dan Mustafa. 2016. Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Geografi Kelompok
H. (Online) Jakarta : Malang

Sulaiman. 2014. Karakteristik Bencana. (online) http://gudmakalah.blogspot.co.id Diakses


pada tanggal 20 April 2017

Mitigasi Bencana Alam | 19


Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA/MA

Bangsalsari Jember

Sulaiman.2014.Penanggulangan Krisis non alam.(online )


http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id Diakses pada tanggal 20 April2017

Tnunay,Rina.2015.Bencana Sosial.(online)
https://rinatnunay.com/tag/bencana-sosial/ Diakses pada tanggal 20 April2017

Triadmaja, Radianta. 2010. Tsunami. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wardiyatmoko. 2013. GEOGRAFI untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Yasir,muhammad.2014.Jenis - jenis dan Karakteristik bencana.(online)


http://yaszero.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 20 April 2017

Mitigasi Bencana Alam | 20

Anda mungkin juga menyukai