Anda di halaman 1dari 28

Satuan Pendidikan : SMAK St.

Ignatius Loyola
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XI IPS 2/Ganjil
Materi Pokok : Potensi dan Persebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan,
Perikanan, dan Peternakan untuk Ketahanan Pangan Nasional

1. Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang bergerak di sektor agraris
(pertanian). Potensi pertanian di Indonesia didukung oleh letak geografis Indonesia yang
berada di sekitar garis khatulistiwa, kesuburan tanah, persediaan air yang melimpah, sumber
daya hayat, dan kondisi iklim tropis yang sesuai. Pengelolaan yang optimal di sector
pertanian akan memberikan kontribusi positif bagi peningkatan ekonomi. Dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian menjadi modal dasar bagi peningkatan
produktivitas lahan pertanian, sehingga Indonesia dapat menjadi salah satu negara
berswasembada pangan.
Sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di sector pertanian.
Pertanian merupakan aktivitas yang menghasilkan bahan pangan. Factor pendukung pertanian
di Indonesia antara lain luas wilayah, iklim, dan jenis tanah. Luas wilayah Indonesia yang
tersebar di pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan lahan pertanian. Iklim tropis Indonesia
seperti penyinaran, curah hujan, dan angina sangat memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis
tanaman. Jenis tanah Indonesia yang sebagian besar tanah vulkanik merupakan tanah yang
subur untuk pertanian. Program pemerintah yang mendukung aktivitas pertanian berjalan
dengan sempurna, yaitu bantuan kredit petani dan subsidi benih. Pertanian dibedakan atas
pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah.
Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor kunci perekonomian. Meskipun
kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto nasional telah menurun secara
signifikan dalam setengah abad terakhir, saat ini sektor pertanian masih memberikan
pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga Indonesia. Lantas, bagaimana sebenarnya
potensi pertanian di Indonesia? Pertanian sendiri pada dasarnya merupakan suatu usaha
manusia yang bergerak dalam bidang bercocok tanam. Ini adalah salah satu sumber daya
hayati yang dimanfaatkan oleh manusia untuk menghasilkan bahan baku pangan, industri,
atau sumber energi, serta mengelola lingkungan sekitarnya. Kegiatan pertanian ini juga
merupakan salah satu kebudayaan tertua yang ada di peradaban manusia.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : https://www.fulldronesolutions.com/

Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan
bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6
persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan
lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta
ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan
lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk
pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha,
sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan
dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata
sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air
pertanian apabila dikelola dengan baik. Waduk, bendungan, embung dan air tanah serta air
permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian.

Sumber : https://www.kelaspintar.id/
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, dengan potensi pertanian
yang menjanjikan, pada dasarnya memiliki beberapa bentuk pertanian. Berikut beberapa
diantaranya:
1. Tegalan
Tegalan merupakan sistem pertanian yang tidak menggunakan sistemirigasi
(pengariran). Sistem ini dapat disebut sebagai sistem pertanian kering (dry farming).
Tanaman yang berada dalam tegalan adalah gogo dan palawija. Penggunaan sistem ini
dikerjakan secara intensif dan tetap dengan berbagai macam jenis tanaman secara
bergantian (tumpang sari dan crop rotation).
2. Ladang
Ladang merupakan salah satu sistem pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-
pindah dan membuka lahan baru di hutan dan membakarnya. Sistem ini tidak
menggunakan sistem irigasi dan belum ada cara mengelola tanah dan pemupukan
yang tepat. Hal ini menimbulkan kerusakan tanah. Kerusakan berupa hutan yang telah
dibakar dan ditanami apabila sudah tidak subur akan segera ditinggalkan dan
membuka lahan di hutan lain. Sistem pertanian ini merusak dan merugikan karena
unsur-unsur hara yang menyuburkan tanah akan menghilang akibat kesalahan dalam
mengelola tanah.
3. Sawah
Sawah merupakan sistem pertanian yang dilakukan menggunakan irigasi dan tanah
basah. Sistem pertanian ini adalah yang terbaik karena sudah menggunakan sapta
usaha tani, yaitu diawali dengan pengelolaan tanah, pemilihan bibit, irigasi,
pemupukan pemberantasan hama, pasca panen, hingga distribusi hasil panen.
Berikut ini adalah 4 jenis sawah yang perlu diketahui:
 Sawah tadah hujan, yaitu sawah yang mendapatkan airnya hanya pada musim
penghujan.
 Sawah lewak, yaitu sawah yang berada di kiri atau kanan sepanjang aliran sungai.
 Sawah irigasi, yaitu sawah yang menggunakan sistem irigasi secara teratur.
 Sawah bencah. yaitu sawah yang menggunakan sistem irigasi secara teratur.
Terdapat beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi sistem pertanian di
Indonesia, diantaranya:
1. Kondisi Iklim
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis. Iklim ini mengakibatkan
penerimaan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan yang tinggi. Hal ini
menjadikan lahan di Indonesia cocok untuk pertanian atau lahan agraris.
2. Jenis wilayah
Wilayah Indonesia yang didominasi dengan tanah vulkanis (berasal dari letusan
gunung berapi) dan tanah humus (tanah dengan kandungan unsur hara melimpah)
mengakibatkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan subur.
3. Luas wilayah dan letak geografis
Letak geografis Indonesia yang berada diantara 2 Samudera dan dua benua
mengakibatkan Indonesia dilalui dua angin muson. Angin ini mengakibatkan musim
penghujan dan musim kemarau secara bergantian. Sehingga daerah yang minim
perairan tetap dapat digunakan sebagai lahan agraris dengan menggunakan bantuan air
hujan (sawah tadah hujan).

Sumber : https://www.fulldronesolutions.com/

Jenis-jenis Tanaman Pangan di Indonesia


1) Padi
Berikut ini 7 daerah penghasil padi terbesar di Indonesia versi BPS:
1. Jawa Timur
Jawa Timur atau Jatim dinobatkan jadi daerah penghasil beras terbesar di
indonesia. Jumlah GKG yang diproduksi di Jawa Timur sepanjang Januari-April
2020 lalu mencapai 4,20 juta ton. Sementara itu menurut prognosa Januari-April
2021, jumlah gabah kering yang diproduksi provinsi ini diperkirakan mencapai
4,98 juta ton.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

2. Jawa Tengah
Provinsi penghasil padi terbesar di indonesia di posisi kedua ditempati oleh Jawa
Tengah atau Jateng. Selama beberapa tahun, provinsi ini juga sempat menduduki
peringkat pertama daerah penghasil beras terbesar di indonesia sebelum tergeser
oleh Jawa Timur.  Produksi padi GKG di Jateng pada Januari-April 2020 yakni
sebesar 4,10 juta ton. Sementara perkiraan atau prognosa Januari-April 2021
sebesar 4,81 juta ton.
3. Jawa Barat
Langganan daerah penghasil padi terbesar di Indonesia di peringkat ketiga adalah
Jawa Barat atau Jabar. Selain produksinya yang besar, Jabar juga dikenal sebagai
penghasil beras dengan kualitas terbaik di Indonesia. Baca juga: Banyak Orang
yang Diet Keto, Mengapa Pemerintah Tetap Impor Beras? Pada Januari-April
2020, produksi GKG Jabar sebagaimana dicatat BPS yakni sebesar 2,54 juta ton.
Sementara prognosa Januari-April 2021 sebesar 3,79 juta ton.
4. Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan selama beberapa tahun jadi provinsi penghasil beras terbesar di
indonesia di luar Jawa. Sulses juga jadi lumbung beras untuk menopang provinsi
lain di Indonesia Timur. Merujuk pada data produksi gabah selama Januari-April
2020, total GKG yang dihasilkan petani Sulsel yakni sebesar 1,18 juta ton, lalu
prognosa GKG pada Januari-April 2021 sebesar 2,03 juta ton.
5. Lampung
Lampung adalah penghasil padi terbesar di Indonesia di peringkat kelima atau
penghasil gabah terbesar di Pulau Sumatera. Dari sisi lahan sawah padi, Lampung
memang cukup dominan. Baca juga: Soal Impor Beras, Mentan: Itu Baru Wacana
Menurut BPS, produksi GKG Lampung pada Januari-April 2020 mencapai sebesar
839,1 ribu ton. Sementara angka prognosa Januari-April 2021 yakni sebesar 1,35
juta ton.
6. Sumatera Selatan
Selain Lampung, provinsi lumbung padi terbesar kedua di Sumatera adalah
Sumatera Selatan atau Sumsel. Di era Orde Baru, banyak lahan pertanian padi
dibuka untuk program transmigrasi. Hasil panan gabah GKG di Sumsel pada
Januari-April 2020 yakni sebesar 1,27 juta ton, sementara angka prognosa Januari-
April 2021 1,33 juta ton atau kalah tipis dibandingkan Lampung.
7. Sumatera Utara
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Di urutan ketujuh, ada Sumatera Utara atau Sumut sebagai provinsi penghasil padi
terbesar di indonesia. Total panen GKG Januari-April 2020 di Sumut yakni sebesar
847 ribu ton. Sementara angka perkiraan atau prognosa Januari-April 2021 sebesar
954 ribu ton.

Sumber : https://money.kompas.com/

Sumber : https://slideplayer.info/slide/13875263/

2) Jagung
Jagung adalah salah satu tanaman pangan yang bisa tumbuh pada tanah yang berbeda-
beda. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan beberapa sentra
produksi jagung saat ini sudah bisa mencapai target produktivitas 8 hingga 9 ton per
hektare. Peningkatan produktivitas dapat menjamin tercukupinya kebutuhan jagung.
"Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
memiliki Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Korporasi (ProPaktani)
untuk peningkatan produksi dan ekspor agar sektor pertanian makin kuat sebagai
penopang perekonomian nasional," ucap Suwandi di Jakarta, Selasa (5/1/21).
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : https://www.pertanian.go.id/

Berdasarkan laporan prognosa penghitungan Pusat Data dan Sistem Informasi (Pusdatin)
Kementan, luas tanam jagung nasional Oktober 2019 -September 2020 mencapai 5,5 juta
hektar (ha). Luas panen jagung nasional Januari- Desember 2020 mencapai 5,16 juta ha.
"Jadi, prognosa produksi jagung nasional dengan kadar air 15 persen pada Januari hingga
Desember 2020 cukup memuaskan mencapai 24,95 juta ton pipil kering," terang Suwandi.
Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk menggenjot produksi jagung memberikan hasil yang
maksimal untuk mencukupi kebutuhan nasional.
Berdasarkan data Pusdatin Kementan, berikut ini 10 provinsi di Indonesia sebagai
produsen jagung tertinggi dengan kadar air 15 persen untuk Januari - Desember 2020.
Peringkat kesatu hingga ketiga nasional tahun 2020 tidak bergeser dibandingkan peringkat
tahun 2019.
a) Provinsi Jawa Timur, dengan luas panen 1,19 juta ha menghasilkan 5,37 juta ton
jagung.
b) Provinsi Jawa Tengah dengan luas panen 614,3 ribu ha menghasilkan 3,18 juta ton
jagung.
c) Provinsi Lampung dengan luas panen 474,9 ribu ha menghasilkan 2,83 juta ton
jagung.
d) Provinsi Sumatera Utara dengan luas panen 350,6 ribu ha menghasilkan 1,83 juta ton.
e) Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas panen 377,7 ribu menghasilkan 1,82 juta ton
jagung.
f) Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas panen 283 ribu ha menghasilkan 1,66 juta
ton jagung.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

g) Provinsi Jawa Barat dengan luas panen 206,7 ribu ha menghasilkan 1,34 juta ton
jagung.
h) Provinsi Sulawesi Utara dengan luas panen 235,5 ribu ha menghasilkan 0,92 juta ton
jagung.
i) Provinsi Gorontalo dengan luas panen 212,5 ribu ha menghasilkan 0,91 juta ton
jagung.
j) Provinsi Sumatera Selatan dengan luas panen 137 ribu ha menghasilkan jagung
mencapai 0,80 juta ton.
"Kita terus pacu produksi lagi sehingga tahun 2021 produksi jagung meningkat dan tiap
daerah mampu menghasilkan jagung secara mandiri. Sesuai arahan Menteri Pertania Syahrul
Yasin Limpo, produktivitas harus ditingkatkan. Kementan telah memiliki banyak varietas
yang potensinya 11 ton perhektar," tegas Suwandi. "Dan kini Kementan bermitra dengan
empat industri makanan minuman untuk memproduksi jagung rendah alfatoksin bekerjasama
dengan petani,” imbuhnya. Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo
juga mengatakan Kementan berkomitmen untuk meningkatkan produksi dengan melakukan
peningkatan luas tanam jagung sehingga dapat menaikkan pendapatan petani jagung serta
diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. "Dengan
tercukupinya kebutuhan jagung juga akan semakin menjauhkan Indonesia dari keran impor
jagung yang merugikan petani," ucap pria yang akrab disapa Komandan.
Peta Sebaran Tanaman Jagung

Sumber : https://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/

3) Ubi Kayu
Kementerian Pertanian dalam rangka menghadapi krisis pangan global rencananya
akan melakukan pengembangan 1 juta ha pangan dan pertanian, dimana untuk tanaman
pangan meliputi komoditi jagung, kedelai sorgum, ubi kayu, dan porang. Rencana untuk
komoditi ubi kayu seluas 100.000 ha di 5 lokasi meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung. Rencana pembiayaan melalui pendanaan


perbankan dan KUR.
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting
peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Pengembangan ubi kayu
sangat penting artinya di dalam upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras,
diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi pangan lokal, pengembangan industri
pengolahan hasil dan agroindustri dan sebagai sumber devisa melalui ekspor, serta upaya
mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Kelebihan lain dari
tanaman singkong adalah memiliki kemampuan konversi terbesar dalam mengubah
energi matahari menjadi karbohidrat terlarut per satuan luas. Ubi kayu memiliki potensi
besar sebagai tanaman penyokong keamanan pangan paling menjanjikan dan dapat
tumbuh sepanjang tahun, bahkan di lahan ketersediaan nutrisi rendah dan tahan
kekeringan.
Suwandi menambahkan, bahwa berdasarkan data BPS tahun 2019 menunjukkan
bahwa terdapat potensi lahan kering seluas 29,35 juta hektar yang terdiri dari lahan
tegal/kebun seluas 12,39 juta hektar, ladang/huma seluas 5,19 juta hektar dan lahan
sementara tidak diusahakan seluas 11,77 juta hektar. Lahan-lahan tersebut merupakan
potensi yang tersedia untuk pengembangan areal budidaya atau usaha tani ubi kayu. Di
Indonesia, sentra produksi singkong tersebar di 8 provinsi. Delapan besar provinsi
penghasil singkong ada Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Saat ini kita masih kalah dari
Thailand, bahkan dari Nigeria,” katanya. Dimana Indonesia merupakan negara penghasil
ubi kayu terbanyak kelima dunia.
Suwandi menambahkan “bahwa di Indonesia trend produksi ubi kayu dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir cenderung berfluktuatif dan menurun, pada tahun 2017 produksi
ubi kayu berada pada angka 19 juta ton dan terus menurun hingga tahun 2021 sebesar
15,7 juta ton. Rerata 5 tahun terakhir produksi ubi kayu berkisar 16,7 juta ton. Penurunan
produksi ini dikarenakan penurunan luas pertanaman ubi kayu dimana pada tahun 2017
mencapai 734 ribu ha, pada tahun 2021 mencapai 600 ribu ha. Perkembangan rata-rata
impor ubi kayu 5 tahun terakhir mencapai 262,4 juta ton dalam bentuk tapioka, gaplek,
chip dan bentuk lainnya, dimana pada tahun 2017 impor mencapai 388,7 juta ton,
sedangkan tahun 2021 mengalami penurunan dengan volume 48,5 juta ton,” terang dia.
Selain impor, Indonesia juga melakukan ekspor walaupun tidak terlalu tinggi, dimana
rata-rata ekspor ubi kayu 5 tahun terakhir mencapai 86,3 juta ton, ekspor tertinggi pernah
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

dicapai tahun 2021 sebesar 291,6 juta ton. Ekspor ubi kayu tahun 2022 baru mencapai
3.360 Ton dengan nilai USD 2,5 juta ke 22 negara seperti Australia, Bahrain, Belgium,
China, Timor Timur, Jerman, Hongkong, Malaysia, Maldives, Belanda, Filipina, Qatar,
Arab Saudi, Singapura, Srilanka, Swedia, Taiwan.

Strategi peningkatan produksi ubi kayu : Strategi Peningkatan Produksi bagi daerah
yang memiliki produktivitas tinggi diarahkan untuk dimantapkan dan bagi daerah-daerah
yang tingkat produktivitasnya masih rendah, dilakukan upaya akselerasi penggunaan
benih unggul, pupuk yang berimbang, penerapan teknologi spesifik lokasi,dll. Salah
satunya melalui penggunaan varietas unggul dimana beberapa varietas unggul ubi kayu
yang mempunyai potensi hasil berkisar 22 – 40 ton/ha bahkan ada yang bisa mencapai
102 ton/ha, misal varietas Darul Hidayah dengan potensi hasil 102 ton/ha serta Vati 2
dengan produktivitas 67 ton/ha. Selain penggunaan varietas unggul, kunci keberhasilan
budidaya ubi kayu adalah pada penggunaan pupuk organik sebagai sumber hara dan
pembenah tanah agar dapat menunjang perkembangan umbi yang optimal. Dosis
rekomendasi dari Balitkabi untuk budidaya ubi kayu adalah sekitar 5 hingga 10 ton
pupuk kandang per hektar lahan.
Strategi Perbaikan Faktor Produksi : Perbaikan faktor produksi perlu dilakukan
melalui langkah-langkah a) memperbaiki sistem alur perbenihan ubi kayu, b) mendorong
pengembangan industri benih, c) meningkatkan pengawasan peredaran benih bermutu
dan sosialisasi penggunaan benih bermutu kepada petani dan d) menyempurnakan dan
menyusun regulasi harga.
Sterategi Perbaikan Distribusi dan Pemasaran: Perbaikan distribusi dan pemasaran
hasil dilakukan melalui upaya a) membangun sistem informasi pasar yang dapat diakses
oleh seluruh pemangku kepentingan dan petani ubi kayu, b) penetapan tarif bea masuk
impor, c) perbaikan regulasi tataniaga ubi kayu, d) meningkatkan koordinasi dengan
Kementerian Perekonomian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian terkait lainnya.
Strategi Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Peningkatan: nilai tambah dan
daya saing antara lain melalui pengembangan produk olahan, kemitraan antara industri
olahan dan petani ubi kayu dan promosi. Guna mendukung mutu hasil dan fasilitasi
pengolahan ubi kayu perlu perbaikan aspek panen dan pasca panen.
Kebijakan Perbaikan Manajemen Usahatani :
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Perbaikan manajemen usahatani bertujuan untuk menjalankan pengelolaan usahatani


sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal secara terus-menerus. Manajemen
usahatani meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan. Guna
mendukung perbaikan manajemen usahatani perlu diikuti juga melalui perbaikan
penelitian dan pengembangan seperti meningkatkan diseminasi dan sistem alih teknologi
dan berkelanjutan, melaksanakan penelitian secara konsisten dan berkelanjutan.
Melihat potensi pemanfaatan ubi kayu tersebut serta kondisi pengembangan ubi kayu
yang belum optimal, maka saat ini merupakan momentum yang tepat untuk
digalakkannya kembali pengembangan ubi kayu guna mengatasi serta pencegahan krisis
pangan di Indonesia agar tidak hanya bergantung pada produk tepung gandum yang
suplainya mulai terganggu. Karena itu Suwandi berharap, “pemerintah daerah bisa
mengupayakan potensi yang sangat besar tersebut,” pungkas nya.
Impor gandum Indonesia selama 10 tahun terakhir tercatat terus meningkat, tahun
2012 Indonesia hanya mengimpor 4,4 juta ton gandum sedangkan tahun 2021 gandum
yang didatangkan ke Indonesia mencapai 8,4 juta ton. Terlebih lagi dengan adanya
perang Rusia dan Ukraina membuat pasokan gandum sebagai bahan baku pembuatan
mie, roti dan biskuit menjadi lebih terbatas pasokannya, oleh karena itu pemanfaatan
produk tepung turunan ubi kayu dapat ditingkatkan untuk mengatasi kekurangan suplai
tepung gandum di Indonesia.

Sumber : https://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/

4) Ubi Jalar

Ubi jalar adalah tanaman budidaya yang pada bagian akarnya terdapat umbi. Ubi jalar
mengandung karbohidrat yang sangat tinggi dan sampai saat ini asal ubi jalar masih
diperdebatkan antara berasal dari Amerika Selatan atau dari Papua Indonesia. Ubi jalar
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

memiliki beberapa manfaat seperti mencegah diabetes, menjaga kesehatan sistem


pencernaan, menjaga tekanan darah dan masih banyak lagi. Berikut adalah beberapa daerah
penghasil ubi jalar terbanyak di Indonesia.

Sumber : https://www.limakilo.id/

Daerah Penghasil Ubi Jalar Terbanyak di Indonesia


1. Sumatera Utara (92.380 ton)
Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi yang ada di Pulau Sumatera bagian utara
dengan Ibukota bernama Kota Medan. Menurut data dari Kementerian Pertanian Republik
Indonesia luas lahan perkebunan ubi jalar di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 adalah
42,062 hektar, kemudian naik menjadi 47,837 hektar di tahun 2015 lalu mengalami
penurunan hingga pada tahun 2018 menjadi 23,976 hektar. Sedangkan untuk hasil panen ubi
jalar di Sumatera Utara juga mengalami penurunan dari tahun 2014 sampai 2018 menurut
data dari  Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Pada tahun 2014 sampai 2018 hasil
panen ubi jalar di Sumut berturut-turut adalah 146.622 ton, 122.362 ton, 91.531 ton, 94.491
ton, dan 92.380 ton. Diluar dari penurunan hasil panen ubi jalar tersebut Sumatera Utara tetap
menjadi salah satu daerah dengan hasil panen ubi jalar terbanyak di Indonesia.
2. Sumatera Barat (112.919 ton)
Sumatera Barat atau disingkat dengan Sumbar adalah sebuah Provinsi di Pulau
Sumatera dengan Ibukota bernama Kota Padang. Menurut data dari Kementrian Pertanian
Republik Indonesia luas area perkebunan ubi jalar di Sumbar pada tahun 2014 adalah 5.644
hektar. Meskipun tidak seluas area perkebunan ubi jalar di Sumut namun hasil panennya bisa
dibilang sama. Dari data yang diperoleh di Kementrian Pertanian Republik Indonesia pada
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

tahun 2014 sampai 2018 hasil panen ubi jalar di Sumbar adalah 159.865 ton, 160.922 ton,
139.944 ton, 140.908 ton dan 112.919 ton. Meskipun mengalami penurunan hasil panen ubi
jalar di Sumbar namun hasil panen ini masih menempatkan Sumbar menjadi salah satu
daerah dengan penghasilan ubi jalar terbanyak di Indonesia.
3. Jawa Barat (547.879 ton)
Jawa Barat atau Jabar merupakan sebuah Provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan
Ibukota bernama Kota Bandung. Luas area perkebunan ubi jalar di Jabar pada tahun 2014
mencapai 93.921 hektar dengan hasil panen ubi jalar dari tahun 2014 sampai 2018 adalah
471.737 ton, 456.176 ton, 523.201 ton, 477.828 ton dan 547.879 ton menurut data dari
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
4. Jawa Tengah (145.068 ton)
Jawa Tengah atau Jateng merupakan sebuah Provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan
Ibukota bernama Kota Semarang. Menurut data dari Kementrian Pertanian Republik
Indonesia luas tanah perkebunan ubi jalar di Jateng pada tahun 2014 mencapai 157.111
hektar dengan hasil panen ubi jalar dari tahun 2014 sampai 2018 adalah 179.393 ton, 151.312
ton, 169.078 ton, 158.942 ton, dan 145.068 ton.
5. Jawa Timur (257.414 ton)
Jawa Timur atau yang disingkat dengan Jatim merupakan sebuah Provinsi yang
berada di Pulau Jawa dengan Ibukota bernama Kota Surabaya. Jawa Timur dikenal sebagai
salah satu daerah penghasil ubi jalar terbanyak di Indonesia. Menurut data dari Kementrian
Pertanian Republik Indonesia luas area perkebunan ubi jalar di Jatim mencapai 157.111
hektar pada tahun 2014. Sedangkan untuk hasil panen ubi jalar di Jawa Timur pada tahun
2014 sampai 2018 adalah 312.421 ton, 350.516 ton, 288.039 ton, 321.399 ton dan 257.414
ton.
6. Nusa Tenggara Timur (72.954 ton)
Nusa Tenggara Timur atau disingkat dengan NTT adalah sebuah Provinsi yang berada
di bagian Indonesia Timur. NTT memiliki Ibukota bernama Kota Kupang dengan
kebanyakan warga NTT masih bekerja sebagai nelayan dan petani. Hal inilah yang membuat
NTT bisa menjadi salah satu daerah dengan hasil ubi jalar terbanyak di Indonesia.
Menurut data dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia luar area perkebunan ubi jalar di
NTT mencapai 63.836 hektar pada tahun 2014 dan menjadi 62.298 hektar di tahun 2018.
Masih dari data yang sama hasil panen ubi jalar di NTT pada tahun 2014 sampai 2018 adalah
60.032 ton, 60.746 ton, 55.447 ton, 79.643 ton, dan 72.954 ton.
7. Papua (250.245 ton)
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Papua adalah sebuah Provinsi dengan Ibukota bernama Kota Jayapura dan menjadi
salah satu daerah penghasil ubi jalar terbanyak di Indonesia. Menurut data dari Kementerian
Pertanian Republik Indonesia luas tanah perkebunan ubi jalar di Papua mencapai 3.822
hektar pada tahun 2015 dengan hasil panen ubi jalar dari tahun 2014 sampai 2018 adalah
411.893 ton, 446.925 ton, 408.143 ton, 307.333 ton, dan 250.245 ton
5) Sagu
Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia dan menjadi sumber bahan
pangan ialah sagu. Sumber daya alam adalah segala kekayaan alam, baik benda mati
(nonhayati) dan benda hidup (hayati), yang berada di bumi dan bisa dimanfaatkan memenuhi
kebutuhan manusia. Di antara bentuk sumber daya alam hayati yang sangat memengaruhi
kehidupan manusia adalah bahan makanan pokok. Pilihan makanan pokok masyarakat
Indonesia cukup beragam. Meski mayoritas masyarakat RI menjadikan beras sebagai
makanan pokok, beberapa jenis tanaman lain tetap dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Sagu merupakan salah satu contohnya. Sagu masih menjadi makanan pokok sebagian
masyarakat di Indonesia Timur, terutama Maluku dan Papua.
Seperti halnya nasi, sagu juga memiliki kandungan karbohidrat tinggi. Namun, dalam
sagu juga tercakup beragam nutrisi lain seperti protein, serat, kalsium, dan zat besi. Di
dalamnya ada pula lemak, karoten, dan asam askorbat dalam jumlah kecil. Maka itu, kualitas
sagu sebagai makanan pokok sebenarnya tidak kalah dengan beras maupun jagung. Mengutip
laman Unair, sagu tidak hanya diolah sebagai makanan pokok. Sagu yang didapatkan dengan
mengolah pohon sagu (Metroxylon sp) juga bisa dipakai untuk bahan pembuat glukosa,
pakan ternak, bahan pangan, hingga bahan tekstil. Dengan demikian, ada nilai ekonomis yang
beragam dari pengolahan pohon sagu.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : https://tirto.id/

Persebaran Sumber Daya Alam Sagu di Indonesia Mengutip publikasi Direktorat Jendral
Perkebunan Kementerian Pertanian, luas areal penanaman sagu di Indonesia pada tahun 2011
mencapai 100.616 hektar untuk budidaya/semibudidaya. Saat itu, 90 persen lahan sagu di
tanah air berada di wilayah Papua dan Papua Barat. Sementara itu, lokasi persebaran tanaman
sagu di Indonesia di tahun 2011 adalah: Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Barat, Jambi, Sumatera Barat (Mentawai), dan Riau. Adapun merujuk data Kementerian
Pertanian RI yang terbaru. luas total luas areal penanaman sagu di Indonesia pada tahun 2021
adalah 206.150 hektar. Angka ini meningkat dibandingkan dengan luas areal sagu di
Indonesia tahun 2020, yang mencapai 200.518 hektar. Namun, luasan tersebut terlihat turun
jika dibandingkan dengan data 2018, yakni seluas 311.954 hektar.
Berdasarkan data Kementan RI, pada tahun 2021, persebaran wilayah penghasil sagu di
Indonesia beserta luas areal untuk penanamannya adalah sebagai berikut:
a) Papua (58.377 hektar)
b) Maluku (37.081 hektar)
c) Maluku Utara (4.315 hektar)
d) Aceh (6.364 hektar)
e) Sumatera Barat (1.531 hektar)
f) Riau (67.732 hektar)
g) Kepulauan Riau (5.986 hektar)
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

h) Kalimantan Barat (2.296 hektar)


i) Kalimantan Selatan (4.995 hektar)
j) Kalimantan Timur (27 hektar)
k) Sulawesi Utara (1.676 hektar)
l) Sulawesi Tengah (3.269 hektar)
m) Sulawesi Selatan (3.849 hektar)
n) Sulawesi Barat (1.212 hektar)
o) Sulawesi Tenggara (4.567 hektar)
p) Papua Barat (2.872 hektar).
2. Potensi dan Persebaran Sumber Daya Perkebunan
Perkebunan terdiri atas berbagai jenis komoditas, ada yang berupa buah seperti
kelapa, kelapa sawit, coklat, pala, dan getah seperti karet, dan damar. Di Indonesia
perkebunan dikelola oleh pemerintah, pihak pengusaha swasta, maupun masyarakat.
Perkebunan yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara II (Persero), merupakan badan
usaha yang bergerak dibidang perkebunan. Keberadaan perkebunan di Indonesia sangat
beragam bergantung pada daerah, iklim, tanah, dan ketinggian tempat.
Sudah menjadi rahasia umum jika Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber
daya alam (SDA) melimpah. Salah satunya, potensi dan sumber daya perkebunan yang
pemanfaatannya perlu dimaksimalkan agar bisa menjadi penopang bagi keberlangsungan
hidup bangsa. Perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang digunakan untuk menghasilkan
komoditi perdagangan dalam skala yang besar dan dipasarkan pada tempat yang jauh dan
bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan ini dapat ditanami oleh berbagai tanaman keras
seperti teh, kelapa, dan cacao (cokelat) atau berbagai tanaman holtikultura seperti anggur,
pisang dan anggrek. Luas perkebunan sangat bervariasi disebabkan tergantung dari ukuran
komoditi yang ingin dipasarkannya. Tetapi suatu perkebunan biasanya memerlukan suatu
luas minimum agar dapat menjaga keuntungan melalui sistem yang diterapkan.
Perkebunan juga menggunakan teknik monokultur dalam setiap blok yang ada di
dalam perkebunan. Ciri lainnya adalah terdapatnya instalasi pengelolaan atau pengemasan
untuk komoditi yang dipanen pada lahan perkebunan sebelum produknya dijual atau dikirik
ke konsumen.
Adapun potensi dan sumber daya perkebunan yang ada di Indonesia terdiri dari
beberapa jenis antara lain :
1) Kelapa
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Potensi dan sumber daya perkebunan yang utama adalah kelapa. Dimana, syarat agar
kelapa tumbuh baik adalah dengan berada ditempat dataran rendah dengan ketinggian
700 m diatas permukaan air laut, serta berada didaerah beriklim tropis. Di Indonesia
sendiri daerah penghasil kelapa ada di Aceh, Jawa, Tapanuli, Sumatera Barat,
Lampung, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, Riau, dan Maluku. Kelapa
umumnya akan dimanfaatkan sebagai minyak kelapa atau Crude Coconut Oil (CCO)
dan kopra atau daging kelapa yang dikeringkan.
2) Teh
Syarat agar teh tumbuh dengan baik, harus berada di tempat dataran tinggi dengan
ketinggian 800-3000 m diatas permukaan laut, berada di daerah beriklim tropis dan
subtropis yang sejuk, serta berada di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi
dan merata pada setiap tahunnya.Di Indonesia daerah penghasil teh ada di Bogor,
Sukabumi, Wonosobo, Priangan, Banyuwangi, Sumatera Barat, Jember, dan Malang.
Teh di Indonesia dikenal luas di dunia karena rasa dan kualitasnya.

Sumber : https://www.kelaspintar.id/

3) Kopi
Syarat agar kopi tumbuh dengan baik adalah dengan berada di dataran tinggi dengan
ketinggian 650-1.500 m diatas permukaan laut, memerlukan curah hujan yang cukup saat
bertumbuh, serta memerlukan udara yang kering dan panas waktu akan dipanen. Di Indonesia
daerah penghasil kopi antara lain; Nusa Tenggara, Sumatera Barat, dan Sulawesi.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : https://news.detik.com/

4) Karet
Syarat agar tanaman karet tumbuh dengan baik yaitu; berada di tempat dengan
ketinggian 700 m diatas permukaan air laut, berada di daerah yang memiliki curah hujan
minimim 1.500 mm, serta berada di daerah tropis dengan suhu 24°C. Di Indonesia daerah
penghasil karet diantaranya; Tapanuli, Jambi, Palembang, Riau, Aceh, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Jawa. Indonesia sebagai negara besar dan
kepulauan memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Hal tersebut tak lepas dari
karakteristik tanah Indonesia yang subur sehingga dapat ditanami berbagai tumbuhan, salah
satunya pohon karet yang tumbuh subur di Indonesia. Berikut ini fakta menarik perkebunan
karet di Indonesia.
Pohon Karet
Produk-produk berbahan dasar karet yang dipakai sehari-hari awal mulanya dari
pohon karet yang disadap. Pohon karet disadap untuk mendapatkan cairan kental yang
disebut lateks. Lateks ini kemudian diolah di pabrik-pabrik karet dengan sedemikian rupa
sehingga menghasilkan barang jadi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Pohon karet
tidak bisa tumbuh di seluruh tempat. Ada beberapa kriteria khusus agar pohon karet tumbuh
dengan baik. Salah satunya adalah suhu lingkungan yang harus berkisar antara 26-32 derajat
celcius dan lembap. Oleh karena itu, lingkungan yang paling cocok untuk kondisi tersebut
ialah lingkungan-lingkungan di Asia Tenggara. Maka dari itu, 70% karet alam yang beredar
di dunia berasal dari Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Indonesia Sebagai Pengekspor Karet


Indonesia sebagai negara agraris memiliki bermacam-macam lahan perkebunan yang
tersebar di berbagai pulau. Pohon karet sebagai pohon yang memiliki nilai ekonomis tinggi
ditanam secara masif baik oleh perorangan rakyat, swasta, maupun BUMN. Hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor karet terbesar kedua di dunia setelah
Thailand. Lebih dari 80% karet alam yang dihasilkan oleh petani karet diekspor ke luar
negeri. Keadaan tersebut memang tidak bisa terlepas dari rendahnya konsumsi karet alam
dalam negeri.
Provinsi Penghasil Karet Terbesar
Luas lahan perkebunan karet sendiri pada akhir 2019 diperkirakan mencapai 3,68 juta
ha. Berdasarkan luas lahan karet tersebut terdapat provinsi-provinsi sebagai penghasil utama
karet alam. Provinsi pertama yaitu Sumatera Selatan yang menghasilkan 982 ribu ton atau
sekitar 27% dari total produksi karet nasional. Kemudian ada Provinsi Sumatera Utara
dengan produksi 461 ribu ton atau sekitar 12,7% dari total produksi karet nasional. Ketiga,
Riau dengan produksi 369 ribu ton atau sekitar 9,5% dari total produksi karet nasional.
Provinsi lain setelah tiga terbesar tersebut ialah Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Karet-karet alam
yang dihasilkan tersebut kemudian disuplai ke pabrik-pabrik karet di seluruh Indonesia. Salah
satunya ialah Kobe Global Internasional merupakan pabrik karet Bandung yang
memproduksi berbagai produk berbahan dasar karet.

Sumber : https://www.kobeglobal.com/
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

3) Potensi dan Sebaran Sumber Daya Perikanan


Potensi sumberdaya alam yang ada pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia. Namun, seiring dengan bertambahnya populasi manusia,
kebutuhan akan sumberdaya juga meningkat sementara jumlah sumberdaya terbatas.
Pemanfaatan sumberdaya yang melampaui daya dukung akan menyebabkan penurunan
sumberdaya dan memicu degradasi lingkungan. Salah satu sumberdaya yang terancam
keberlangsungannya adalah sumberdaya perikanan. Pengelolaan sumberdaya perikanan pada
awalnya hanya berfokus pada pengembangan aspek ekonomi semata. Hal ini karena adanya
kesalahpahaman bahwa sumberdaya ikan dapat pulih sehingga dapat dieksploitasi besar-
besaran, dan memaksimalkan  produksi tangkapan ikan untuk mengejar keuntungan sebesar-
besarnya.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Luas
laut Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total luas laut Indonesia adalah 3,544juta km2
(Perikanan dan kelautan dalam angka, 2010). Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang
kedua didunia setelah Kanada dengan panjang 104 ribu km (Bakokorsunal, 2006). Selain
garis pantai yang panjang, Indonesia memiliki jumlah pulau terbanyak yaitu 17.504 pulau
yang tersebar dari sabang sampai merauke (kemendagri, 2008). Maka, dengan gambaran
sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah selayaknya pembangunan
Indonesia berorientasi pada maritim.
Dalam sektor perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi
sumberdaya perikanan baik perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya 
diperkirakan mencapai  US$ 82 miliar per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai US$
15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi
peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10
miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi
bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Potensi tersebut masih dari sumdaya
alam belum termasuk produk lebih lanjut. Perikanan juga memberikan lapangan kerja yang
tidak kecil. Sektor perikanan mampu menyerap tenaga kerja langgung sebanyak 5,35 juta
orang yang terdiri dari 2,23 juta nelayan laut,0,47 juta nelayan perairan umum,dan 2,65 juta
pembudi daya ikan. Sedangkan orang yang bergantung pada sector perikanan dari hulu
(penangkapan dan budidaya) sampai hilir (industry, perdangan, jasa,dll) cukup banyak yaitu
10,7 juta.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nilai ekspor perikanan
Indonesia dari tahun ketahun cenderung meningkat. Ditahun 2009 nilai ekspor perikanan
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Indonesia mencapai 2,5 millar USD dan ditahun 2010 meningkat menjadi 2,8 millar USD.
Selain itu angka konsumsi ikan perkapita Indonesia juga semakin meningkat. Ditahun 2009
konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 29, 08 kg perkapita/thn dan meningkat
ditahun 2010 menjadi 30, 48 kg perkapita/thn. Hal ini menunjukkan bahwasanya masyarakat
Indonesia sadar akan pentingnya kebutuhan protein khususnya hewani. Berdasarkan berbagai
potensi perikanan Indonesia  dan peluang yang dapat dicapai maka sudah selayaknya
pemerintah menitik beratkan pembangunan perikanan demi kesejahteraan bangsa.
Diharapkan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan mampu mendongkrak
perekonomian nasional dan mengentaskan rakyat dari garis kemiskinan.
Berikut daerah penghasil ikan tangkap terbesar di Indonesia:
1. Lamongan, Jawa Timur Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur.
Potensi tersebut didukung dengan garis pantai sepanjang 47 km, dari Desa Weru
hingga Dewa Lohgung. Penangkapan ikan dilakukan dengan armada kapal sebanyak
3.423 unit, alat tangkap sebanyak 52.269 unit, serta lima Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) sekaligus Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pada tahun 2020, produksi ikan hasil
tangkap laut dapat dicapai sebesar 76.692,96 ton, dengan nilai produksi Rp
1.188.671.626.220.
2. Banyuwangi, Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah
penghasil ikan tangkap terbesar. Sektor perikanan juga menjadi andalan pendapatan
daerah. Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi ikan laut dari Selat Bali
dengan luas kurang lebih 960 mil2 dan Samudera Indonesia. Pelabuhan perikanan
pantai Muncar merupakan tempat pelelangan ikan terbesar di Banyuwangi Pusat
pendaratan ikan dari Selat Bali berada di Muncar, Wongsorejo, Kalipuro,
Banyuwangi, Kabat, Blimbingsari, Rogojampi, serta Tegaldlimo yang di dominasi
ikan lemburu. Baca juga: Pembudidaya Lobster di Banyuwangi Kesulitan Bibit
karena Diambil Eksportir Gelap Sedangkan di daerah Purwoharjo dan Pesanggrahan
yang merupakan daerah pendaratan ikan dari Samudera Indonesia di dominasi ikan
dasar atau ikan dermasal. Produksi ikan tangkap Banyuwangi cukup tinggi. Pada
2012, produksi ikan tangkap di Banyuwangi mencapai 44 ribu ton per tahun.
3. Cilacap, Jawa Tengah Kabupaten Cilacap merupakan daerah penghasil ikan terbesar
di Provinsi Jawa Tengah. Kondisi tersebut didukung dengan daerah yang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Potensi perikanan tangkap di wilayah laut
Kabupaten Cilacap diperkirakan mencapai 72 ribu ton per tahun. Namun saat ini,
potensi yang baru dimanfaatkan sebesar 14.961 ton atau sekitar 20,78 persen.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

4. Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil ikan tangkap karena
wilayahnya dikelilingi laut, yaitu di sebelah barat terdapat Selat Flores, di sebelah
selatan terdapat Laut Flores dan di sebelah timur terdapat Teluk Bone. Perairan di
sekitar Sulawesi Selatan dihuni ikan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal
melainkan juga ekspor yang berperan dalam peningkatan devisa negara di luar sektor
non migas.Salah satu jenis ikan yang menjadi andalan Sulawesi Selatan adalah ikan
tuna. Di Sulawesi Selatan, nelayan dapat menangkap ikan sebanyak 11 ton perhari.
5. Maluku Utara
Maluku Utara merupakan daerah penghasil ikan karena wilayah laut lebih luas
dibandingkan wilayah daratan.
Bagi masyarakat Maluku Utara, ikan merupakan makanan wajib setiap hari. Bahkan,
masyarakat Maluku Utara yang tinggal di desa-desa pesisir akan merasa lemas apabila
tidak mengkonsumsi ikan dalam sehari. Maluku Utara memiliki potensi ikan yang
belum tergarap. Dalam laman kkp.go.id, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menyatakan potensi tuna di Morotai, Maluku Utara dapat mencapai 200.000 ton.
Namun saat ini, potensi itu baru tergarap sebanyak 20 persen. Jika ditotal, potensi
ikan tangkap di Morotai dapat mencapai 1.714.158 ton pertahun.
6. Nusa Tenggara Timur Potensi perikanan tangkap di Nusa Tenggara Timur (NTT)
cukup besar, namun penglolaannya masih rendah. Potensi tersebut didukung dengan
adanya batas wilayah yang terhubung Laut Flores di sebelah utara dan Samudera
Hindia di sebelah selatan. Baca juga: Potensi Budidaya Perikanan Masih Sangat Besar
Pengelolaan ikan tangkap di NTT baru berkisar 40 persen dari potensi lestari, yaitu
sebesar 388,7 ton pertahun. Ikan tangkap utama berupa ikan pelagis, yaitu ikan tuna,
cakalang, tengiri, selar, kembung, dan ikan domersil, seperti ikan kerapu.
7. Sulawesi Tengah Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 10
Tahun 2017 tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2017-2037, terdapat zona penangkapan ikan.
Zona I meliputi perairan di Kabupaten Donggala, Barat Daya Tanjung Manimbaya,
barat perairan Sioyong hingga Laut Sulawesi, utara Tolitoli hingga Buol. Zona II
meliputi perairan sebelah timur Ampibabo, Tinombo, Moutong, Kepulauan Una Una
hingga Boalemo Kabupaten Banggai. Zona II meliputi perairan Kepulauan Menui,
perairan sebelah timur Bungku hingga Banggai Kepulauan hingga perbatasan Pulau
Sonit.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : https://regional.kompas.com/

Potensi ikan tangkapan di Sulawesi Tengah baru dimanfaatkan sebanyak 54.88 persen
dan sebanyak 45,12 persen belum dimanfaatkan. Potensi perikanan di perairan
Sulawesi Tengah berupa jenis ikan laut ekonomis, seperti ikan pelagis besar (tuna,
cakalang, dan tongkol), ikan pelagis kecil (layang, selar, teri, lembang, dan kembung),
dan non ikan seperti udang windu, rajingan, jenis udang, tiram, cumi-cumi, sotong,
dan teripang.
8. Kota Tegal, Jawa Tengah Kota Tegal merupakan daerah yang memiliki potensi ikan
tangkap yang berlimpah. Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
Tengah pada 2011, Kota Tegal berada di urutan ke tiga sebagai daerah yang memiliki
nilai produksi perikanan laut tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Padahal secara
geografis, Tegal hanya memiliki garis pantai 6 km. Namun produksi ikan laut dapat
mencapai 35.206,3 ton dengan nilai produksi 218 miliar rupiah. Namun sejak 2013,
produksi perikanan laut di Kota Tegal menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Kondisi
ini diduga karena cuaca yang buruk yang mempengaruhi aktifitas penangkapan ikan
dan overfishing di wilayah tangkap Laut Jawa.
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Sumber : http://isamas54.blogspot.com/

4) Potensi dan Sebaran Sumber Daya Peternakan


Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian
peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja, memelihara dan berternak memiliki
perbedaan yang terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah
mencari keungtungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Peternakan yang di Kembangkan Indonesia
Peternakan Besar
Binatang yang termasuk jenis ternak besar adalah sapi, kerbau, dan kuda.
Binatang itu pada mulanya dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, misalnya kerbau
dimanfaatkan untuk menarik bajak di sawah. Sapi memegang peranan penting untuk
keperluan pengangkutan, terutama di daerah-daerah, misalnya untuk mengangkut
barang-barang hasil pertanian dari daerah ke kota.
Peternakan Kecil
Jenis ternak kecil adalah kambing, domba, dan babi. Ternak kambing banyak
sekali ditemukan di Jawa dan Madura. Kambing memiliki peran penting di
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

masyarakat yaitu sebagai bahan olahan pangan. Ternak kecil berarti peternakan yang
diusahakan dengan memelihara hewan yang berukuran kecil. Manfaat yang diambil
dari ternak kecil adalah susu, daging, dan kulitnya.
Peternakan Unggas
Ternak unggas adalah peternakan yang diusahakan dengan memelihara hewan
bersayap atau sebangsa burung. Hewan yang digolongkan ke dalam ternak unggas,
yaitu ayam, itik (bebek), angsa, entog, dan burung puyuh. Manfaat beternak hewan-
hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu, atau sebagai penghibur untuk
dinikmati suaranya atau keindahannya.

Potensi dan Persebaran Peternakan


Potensi Peternakan
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

Persebaran Peternakan
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Potensi dan Sebaran Sumber Daya Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan Universitas Muhammadyah Mataram

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-11-tips-pintar/potensi-pertanian-di-indonesia-
bentuk-dan-faktor-yang-mendukungnya-15352/

https://www.fulldronesolutions.com/sektor-pertanian-di-indonesia-dan-potensi-nya-
perkembangan-inovasi-modern-tradisional/

https://money.kompas.com/read/2021/03/19/160147026/7-provinsi-penghasil-beras-terbesar-di-
indonesia?page=all

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=4639

https://pilarpertanian.com/peningkatan-produksi-ubi-kayu-di-indonesia

https://www.limakilo.id/7-daerah-penghasil-ubi-jalar-terbesar-di-indonesia/

https://tirto.id/sumber-daya-alam-sagu-di-indonesia-wilayah-persebaran-asal-usul-gksX

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-11-tips-pintar/potensi-dan-sumber-daya-
perkebunan-16396/

https://www.kobeglobal.com/fakta-menarik-perkebunan-karet-di-indonesia/

https://news.detik.com/berita/d-5716796/punya-nilai-tambah-petani-kopi-semendo-beralih-
kembangkan-arabika

https://www.kompasiana.com/robin_kfc/55111a3b8133116b41bc5feb/sumber-daya-perikanan-
sebagai-tulang-punggung-perekonomian-indonesia

https://regional.kompas.com/read/2022/04/05/182055178/8-daerah-penghasil-ikan-terbesar-di-
indonesia-maluku-utara-menyimpan?page=all

https://geohepi.hepidev.com/2020/12/16/potensi-dan-persebaran-sumberdaya-bahan-industri/

Anda mungkin juga menyukai