Pengertian
Batuan sedimen silisiklastik, yaitu batuan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batuan yang lain
atau batuan asli, dapat berupa batuan beku, metamorf atau batuan sedimen itu sendiri. Batuan
sedimen silisiklastik, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah
mineral silikat dan tertransport serta terdeposisi sebagai partikel.
Batuan asal (provenance) akan mengalami pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun secara
kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan (basin)
pada suatu lingkungan pengendapan tertentu. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mulai
mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur
rendah didalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi terjadi.
Pada batuan silisiklastik seperti batupasir, nilai porositas dan permeabilitas tidak terlalu
dipengaruhi oleh proses diagenesis. Porositas dan permeabilitas lebih ditentukan dan dikontrol
oleh proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan. Proses sedimentasi pada lingkungan
pengendapan akan menentukan bagaimana tekstur penyusun batuan silisiklastik.
Tekstur batuan silisiklastik adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan
bentuk butir serta susunannya (Pittijohn, 1975). Tekstur batuan sedimen terdiri dari ukuran butir,
sortasi, pembundaran dan kemas. Ukuran butir dari penyusun batuan sedimen akan
mempengaruhi nilai porositas, dimana semakin halus ukuran butir maka semakin besar nilai
porositasnya.
Sortasi juga akan mempengaruhi nilai porositas dan permeabilitas, dimana semakin seragam
butir penyusun batuan maka nilai porositas dan permeabilitasnya akan semakin besar, dan
sebaliknya ukuran butiran tidak seragam maka butiran yang lebih kecil akan mengisi ruang
kosong diantara butiran yang lebih besar sehingga nilai porositas dan permeabilitasnya
berkurang. Sehingga bila batuan silisiklastik memiliki nilai porositas yang baik maka nilai
permeabilitasnya baik pula (Gambar 1).
Fenestrae, porositas pada kemas batuan sedimen lebih besar dari celah pada batuan yang
dikuasai butiran (grain-supported). Porositas jenis ini sangat umum dijumpai pada batuan
karbonat dan terbentuk karena dehidrasi, litifikasi, dan pengeluaran gas sehingga membentuk
rongga mendatar.
Shelter, pori pori yang terbrntuk dibawah partikel besar seperti kerang kerangan yang cembung.
Porositas ini merupakan jenis porositas yang kecil akan tetapi menjadi pelengkap porositas
lainnya.
Cavitas de croissance, porositas yang terbentuk oleh pertumbuhan skeletal seperti koral,
stromatoporoid atau alga.
b. Non Fabric Selective
Fracture, porositas ini terbentuk karena adanya rekahan yang membentuk pori dan dapat terisi
oleh fluida. Fluida akan menyebabkan proses pelarutan di sekitar pori tersebut meningkat
sehingga dapat memicu terjadinya pelebaran pori.
Vuggy, ditemukan dalam batuan sedimen silisiklastik yang kerangka batuannya keras dan
ukuran pori yang cukup besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Porositas jenis Vug
terbentuk menjadi karbon dioksida yang kaya air tanah yang dihasilkan selama terbentuknya
hidrokarbon.
Breccia, jenis porositas yang merupakan tingkatan lanjut dari porositas fracture. Yang
membedakan adalah ukuran retakan yang lebih besar akibat adanya pertambahan jarak antara
dinding-dinding yang mengalami perekahan akibat adanya proses tektonik.
Chenaux, porositas yang terbentuk ketika batugamping mengalami dissolution dibawah titik
jenuh air yang bentuknya memanjang
Caverne, porositas yang bentuknya sangat besar dengan bentuk dapat berupa channel atau
vuggy
Boring dan burrow, porositas yang terbentuk akibat hasil dari organisme biologi.
Dalam penggunaan klasifikasi ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
perhitungan komposisi matriks batuan sedimen, apabila matriksnya lebih dari 75%, batuan
tersebut langsung diberi nama Mudrock. Mudrock umumnya terendapkan pada lokasi
pengendapan yang cukup jauh dari lokasi awal pembentukan sedimen, hal ini ditunjukkan
dengan minimnya komposisi utama batuan sedimen silisiklastik yang telah hilang akibat adanya
erosi pada permukaan batuan selama proses transportasi dan deposisi.
Selanjutnya apabila matriksnya berjumlah 15%-75%, batuan sedimen ini diberi nama awal
Wacke, yang selanjutnya akan diberi nama lanjutan sesuai dengan komposisi utama batuan
sedimen, yakni kuarsa, feldspar, dan fragmen litik. Wacke yang memiliki komposisi kuarsa
>95% diberi nama Quartz wacke. Apabila Wacke ini memiliki fragmen litik yang lebih dominan,
diberi nama Lithic wacke, sedangkan jika batuan sedimen ini didominasi oleh feldspar, batuan
sedimen ini diberi nama Feldspathic wacke. Sedangkan Wacke yang memiliki jumlah persentase
kuarsa, litik, dan feldspar yang sama banyak, batuan ini diberi nama Greywacke.
Kelas yang terakhir adalah batuan sedimen silisiklastik yang komposisi matriksnya
<15%. Kelompok batuan sedimen ini diberi nama Arenite dimana juga terbagi-bagi menurut
komposisi penyusun utamanya. Apabila hampir semuanya terdiri dari kuarsa, diberi nama
Quartz arenite, apabila hampir semuanya didominasi oleh litik, diberi nama Lithic arenite,
sedangkan apabila didominasi oleh feldspar, maka diberi nama Feldspathic arenite. Sedangkan
untuk Arenite yang dominan litik dan kuarsa namun minim feldspar, diberi nama Sublitharenite.
Apabila Arenite didominasi oleh kuarsa dan feldspar namun minim litik, batuannya diberi nama
Subarkose. Arkosic arenite atau feldspathic arenite sendiri juga dibagi lagi menjadi 2 bagian,
yakni Arkose apabila jika ada kuarsa namun tidak dominan, dan Lithic arkose apabila ada
komposisi litik walaupun tidak dominan.
DAFTAR PUSTAKA
http://arsgeo.blogspot.co.id/2015/04/paper-petrografi-jelaskan-tipe.html
https://riancr.wordpress.com/tag/batuan-silisiklastik/
https://dokumen.tips/documents/diagensis-batuan-sedimen-silisiklastik.html
TUGAS PETROGRAFI