Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI DASAR

DOSEN : JULHIJA RASAI ST.,MT

KELOMPOK II

TBU III

NAMA : FAHIMA MUCHSIN

SECHYA ARFILANTI JAMIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA


2021/2022
A. Batuan Sedimen Klastik

Kata ‘klastik’ merupakan bahasa Yunani yang mempunyai arti ‘jatuh’. Menurut
Pettjohn (1975), batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal yang berupa batuan metamorf,
batuan beku, atau batuan sedimen itu sendiri. Pengertian lain dari batuan sedimen klastik
adalah jenis batuan sedimen (batuan endapan) yang dihasilkan dari proses sedimentasi
batuan beku atau material padat lain yang mengalami pelapukan mekanik.

Batuan sedimen klastik juga dapat diartikan sebagai batuan yang diperoleh dari
perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil secara mekanik sehingga
sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya. Untuk memahami hal
tersebut, dapat diambil contoh pelapukan batuan gunung. Batu gunung yang berukuran besar
hancur karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan tersebut adalah batu- batuan kecil
yang kemudian terbawa oleh aliran air sehingga mengendap di sungai sebagai batu pasir.

1. Batu lanau

Batu lanau adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun atas partikel-partikel
berukuran lanau. Arti berukuran lanau disini mengacu pada skala ukuran butir yang bisa
dilihat pada skala wentworth. Batulanau terbentuk dimana air, angin, atau endapan es
membawa material berukuran lanau dan kemudian terakumulasi, terpadatkan dan
tersementasi menjadi batuan.

Partikel berukuran lanau biasanya disebut dengan lumpur. Lumpur dapat


terakumulasi di cekungan sedimen di seluruh dunia. Lumpur mewakili tingkat arus,
gelombang, atau energi angin, sehingga ia dapat berada dimana saja seperti pada
lingkungan fluvial, aeolian, pasang surut, pesisir, lakustrin, delta, dan glasial.

Struktur sedimen pada batu lanau sering berupa layering, cross-bedding, ripple
marks, dan kontak erosi. Selain itu, fosil juga banyak ditemukan di batuan ini yang dapat
memberikan bukti lingkungan pengendapannya. Batulanau jauh lebih umum daripada
batu pasir dan batu serpih. Formasi batuannya biasanya lebih tipis dan penyebarannya
kurang luas.
2. Bata Lanau/Lumpur

Kata "lanau" sebenarnya tidak mengacu pada substansi tertentu. Lanau adalah
kata yang digunakan untuk ukuran partikel granular. Partikel-partikel berukuran lumpur
berkisar antara 0,00015 dan 0,0025 inchi, atau antara 0,0039 dan 0,063 milimeter.
Ukuran lumpur berada ditengah-tengah antara lempung (tanah liat) dan pasir halus.

Butiran-butiran lumpur kasar dapat dilihat tanpa menggunakan kaca pembesar


(loup) karena memiliki warna yang kontras. Lumpur tidak memiliki komposisi yang
pasti. Ia biasanya merupakan campuran mineral lempung, feldspar, mika, dan kuarsa.
Sebagian fraksi yang berukuran kasar pada lumpur biasanya terdiri atas butiran feldspar
dan kuarsa.

Batu lanau muncul dalam berbagai warna. Biasanya abu-abu, coklat, atau coklat
kemerahan. Kadang juga berwarna putih, kuning, hijau, merah, ungu, oranye, hitam, dan
lainnya. Warnanya disebabkan oleh komposisi butiran, komposisi semen yang
mengikatnya, dan material pengotor yang dihasilkan pada saat kontak dengan air di
bawah permukaan.

Batu lanau bisa sulit diidentifikasi di lapangan tanpa pemeriksaan yang teliti.
Permukaan yang lapuk seakan tidak menunjukkan adanya struktur sedimen. Batu lanau
sering berselingan dengan litologi lain. Identifikasi memerlukan pengamatan terhadap
ukuran butir material penyusunnya.

Selain itu, cara lainnya juga bisa dilakukan dengan menggores permukaan
batulanau dengan paku atau pisau untuk bisa mengeluarkan butiran lumpur halusnya agar
bisa diamati ukuran dan komposisi partikel granularnya secara teliti.

Batu lanau memiliki sedikit kegunaan dan jarang menjadi target penambangan
untuk digunakan sebagai bahan konstruksi atau bahan mentah industri. Ruang pori antar
granular dalam batulanau terlalu kecil untuk digunakan sebagai akuifer yang baik.

Pemanfaatan utama dari batuan ini sebenarnya adalah dapat digunakan sebagai
filler (pengisi) berkualitas rendah ketika bahan yang berkualitas tinggi tidak tersedia
(sebagai alternatif). Kegunaannya sebagai filler sering dipakai pada industri migas.
3. Batu lempung

Batu lempung yaitu batuan yang memiliki struktur padat dengan susunan mineral
yang lebih banyak dari batu lanau. Selain itu, batu lempung juga dapat diartikan sebagai
salah satu jenis batuan sedimen yang bersifat liat atau plastis, tersusun dari hidrous
aluminium silikat (mineral lempung) yang ukuran butirannya halus. Ukuran butiran batu
lempung sangatlah halus, yakni tidak lebih dari 0,002 mm.

Mirip dengan batu serpih, batu lempung sangat sulit diteliti. Sangat dibutuhkan
analisis secara kimiawi agar ilmuwan tahu mineral penyusun batu lempung yang banyak
mengandung silika. Silika ini berasal dari feldspar yang banyak di temukan di lapisan
kulit bumi. Selain itu, batu lempung juga memiliki susunan unsur oksida besi yaitu
berupa siderit, markit atau pirit. Mineral karbonat berupa bahan- bahan organik dan
anorganik juga ditemukan pada batu lempung. Mineral- mineral penyusun batu lempung
tersebut adalah mineral yang aktif secara elektrokimiawi. Para pakar harus menggunakan
jenis mikroskop elektron untuk melihat jenis mineral yang terdapat pada batu lempung.

Batu lempung mempunyai bentuk yang berbeda satu dengan yang lain. Hal
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat pembentukan batu lempung. Batu lempung
yang pembentukannya di lingkungan danau berbeda dengan batu lempung yang terbentuk
di laut. Pada umumnya, batu yang terbentuk di laut akan mengandung fosil binatang laut
dan memiliki lapisan yang tebal. Selain perbedaan yang sudah disebutkan, batu lempung
dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan ada tidaknya proses pengangkutan
(transportasi), yaitu :

a. Transported clay
Disebut transported clay karena batu lempung sudah mengalami pengangkutan
dari tempat terbentuknya. Ada 3 sumber terbentuknya batu lempung yaitu hasil dari
abrasi pantai, hasil dari pelapukan yang mengalami transportasi serta hasil
tercampurnya unsur kimia dan bio kimia. Selama proses transportasi, batu lempung
memungkinkan untuk tercampur dengan mineral halus, diantaranya adalaha oksida
besi, kuarsa dan bahan organisme.
b. Residual clay
Batu lempung jenis ini merupakan batu lempung yang tidak mengalami
pengangkutan atau masih berada di tempat asalnya. Karakteristik fisiknya
dipengaruhi oleh kondisi batuan induk, cuaca dan aliran air. Jenis batu lempung ini
biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dari pada transported clay, serta banyak
ditemukan di sekitar batuan induknya.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa batu lempung tersusun atas mineral lempung
(hidrous aluminium silikat). Mineral lempung tersebut dapat dibedakan lagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah :
a. Kaolinit
Mineral ini termasuk ke dalam kategori kaolin yang terdiri atas kepingan silika
tetrahedra dan kepingan aluminium oktahedra. Kedua kepingan tersebut terikat satu
sama lain sehingga terbentuk suatu lapisan yang satu kesatuan. Ikatan keduanya
merupakan ikatan hidrogen yang sulit dipisahkan. Karena ikatannya yang kuat,
mineral ini tergolong stabil sehingga air tidak bisa menerobos masuk di antara kedua
kepingan tersebut. Ketiadaan air di antara kedua kepingan tidak dapat menyusutkan
atau pun mengembangkan sel satuannya.
b. Halloysit
Mineral halloysit mirip dengan kaolinit, akan tetapi ikatannya lebih acak dan bisa
terpisahkan oleh lapisan tunggal molekul air. Jika mineral ini tidak mengandung
lapisan tunggal air karena telah dipanaskan, maka sifat dasar mineral akan berubah.
Sifat dasar dari mineral halloysit yaitu bentuk partikelnya mirip seperti silinder-
silinder yang memanjang.
c. Montmorillonit
Mineral montmorillonit juga disebut dengan smectit, yang merupakan mineral
hasil bentukan satu kepingan aluminium dan dua kepingan silika. Di antara dua
kepingan silika terdapat kepingan oktahedra yang membentuk suatu lapisan yang
satu. Montmorillonit terbentuk dari proses sedimentasi bersuasana basa (alkali) yang
sangat silikan. Selain itu, montmorillonit mempunyai ukuran kristal yang sangat kecil
tetapi memiliki gaya tarik terhadap air yang sangat kuat sehingga air tersebut dapat
memisahkan kepingan. Hal tersebut merupakan akibat kurangnya muatan negatif
pada kepingan oktahedran dan lemahnya gaya ikatan van der Waals pada ujung
kepingan silika. Air yang masuk di antara kepingan dapat melunakkan dan merusak
struktur tanah yang mengandung mineral montmorillonit.
d. Illit
Bentuk susunan mineral illit terdiri dari kepingan aluminium oktahedra yang
berada di antara dua kepingan silika tetrahedra. Kepingan – kepingan tersebut saling
terikat satu sama lain dengan ikatan antar ion- ion kalium yang terdapat pada setiap
kepingan. Ikatan ini tidak lebih kuat dari pada ikatan hidrogen yang mengikat mineral
kaolinit, tetapi lebih kuat dari pada ikatan ionik yang mengikat mineral
montmorillonit. Meski ikatannya tidak terlalu kuat, susunan mineral illit tidak dapat
mengembang akibat dari gerakan air yang berada di antara kedua kepingannya.

Sifat batu lempung yang liat (plastis) banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan berbagai jenis benda. Berikut adalah beberapa manfaat dari batu lempung :

a. Sebagai bahan dasar keramik – Batu lempung yang dicampur dengan air dan
membentuk tanah liat dapat digunakan untuk membuat keramik. Keramik tersebut
dapat berupa ubin lantai & dinding, gerabah atau porselen. Bahkan pembuatan
porselen menggunakan lempung yang mengandung kaolinit akan menghasilkan
produk yang tahan panas (produk refraktori). Selain keramik, tanah liat dari batu
lempung juga dimanfaatkan untuk membuat semen, batu bata dan agregat ringan
lainnya.
b. Sebagai bahan dasar kertas – Batu lempung yang memiliki kandungan mineral
kaolinit juga merupakan bahan dasar yang baik untuk pembuatan kertas yang
berkualitas tinggi.
c. Sebagai penyerap cairan – Batu lempung yang terbentuk dari abu hasil letusan
gunung berapi sering digunakan untuk menyerap cairan yang ada pada kandang
binatang ternak.
d. Membantu proses pengeboran – Batu lempung yang terbuat dari abu vulkanik juga
dapat dimanfaatkan sebagai lumpur yang membantu pengeboran. Selain itu, dapat
juga digunakan dalam industri palletizing bijih besi.

B. Batu Konglomerat, Breksi, Breksi Gunung Api, Angglomerat


1. Batu konglomerat

Batu konglomerat adalah batuan sedimen klastik yang mempunyai bentuk


fragmen membundar (rounded). Ukuran diameter fragmennya lebih besar dari 2mm,
ruang antara fragmen umumnya diisi dengan partikel yang lebih kecil dan/atau semen
kimia yang mengikat batuan bersama-sama. Jadi secara umum konglomerat tersusun atas
bagian utama yang disebut sebagai fragmen, matriks, dan semen. Perbedaan breksi dan
konglomerat pada dasarnya mengacu kepada bentuk fragmennya. Konglomerat
mempunyai bentuk fragmen membundar, sedangkan breksi bentuknya menyudut

a. Komposisi Batuan Konglomerat

Konglomerat dapat memiliki berbagai komposisi. Sebagai batuan sedimen


klastik dapat berisi fragmen dari bahan batuan atau produk pelapukan yang tercuci
dan terbawa pada suatu lingkungan pengendapan. Fragmen konglomerat tersebut
dapat berupa partikel mineral seperti kuarsa atau juga dapat berupa batuan sedimen,
batuan metamorf, dan batuan beku. Matriks yang mengikat fragmen besar dapat
berupa campuran pasir, lumpur dan semen kimia.

b. Proses Terbentuknya Batu Konglomerat

Batuan konglomerat merupakan batuan sedimen klastik yang terakumulasi


dari fragmen-fragmen yang berukuran cukup besar. Dibutuhkan air yang kuat untuk
mengangkut partikel fragmen sebesar ini. Jadi lingkungan pengendapannya mungkin
akan ada disepanjang aliran yang mengalir cepat atau pantai dengan ombak yang
kuat. Bentuk bulat dari fragmen mengindikasikan bahwa terjadi proses perubahan
bentuk fragmen (sortasi) oleh kecepatan aliran air selama proses transportasi
berlangsung.

c. Manfaat/Kegunaan Batu Konglomerat

Konglomerat tidak banyak digunakan secara komersial. Bentuk dan kekuatan


fisiknya yang sangat minimal sehingga tidak dapat diandalkan untuk menjadikannya
sebagai batuan yang bernilai ekonomis tinggi. Ini sudah tentu bekaitan dengan
kekuatan ikatan antar fragmen, matriks, dan semen yang ada dalam konglomerat
tersebut. Konglomerat hanya dapat dihancurkan untuk membuat agregat halus yang
dapat digunakan sebagai pendukung infrastruktur (bangunan) kelas sederhana.
Walaupun banyak juga batuan konglomerat yang berwarna-warni dan menarik, tetapi
sangat jarang digunakan orang sebagai batu hias ataupun untuk interior.

Konglomerat juga dapat digunakan sebagai alat prospeksi, sebagai contoh:


butiran berlian (dengan “host-rock” Kimberlite) biasanya berada dalam tubuh
konglomerat. Jika konglomerat mengandung fragmen dari kimberlite maka sumber
kimberlite seharusnya berada di sekitar konglomerat tersebut, entah dekat ataupun
jauh, tinggal dilakukan prospeksi selanjutnya.

d. Manfaat Batuan Konglomerat

Konglomerat : sebagai bahan bangunan.

Konglomerat adalah salah satu batuan yang tidak memiliki banyak manfaat
bagi manusia. Karena batuan konglomerat bukanlah batuan yang kuat, batu
konglomerat tidak dapat di pakai sebagai fondasi atau struktur penting dari sebuah
bangunan.
2. Batuan Breksi

Dalam sistem klasifikasinya, batuan breksi yang sangat mirip dengan batuan
konglomerat ini merupakan jenis batuan sedimen klastik. Yaitu batuan sedimen yang
terbentuk dari pelapukan batuan beku. Baik batuan konglomerat maupun batuan breksi
memiliki butiran fragmen yang lebih besar dari 2 mm. Batuan sedimen tersusun dari
beberapa jenis fragmen yang memiliki diameter berbeda-beda, ada yang lebih kecil dari 2
mm, seperti lumpur dan ada yang lebih besar dari 2 mm, seperti pasir dan kerikil.

Meski identik, batuan breksi tidak sama dengan batuan konglomerat. Perbedaan
yang sangat kentara antara keduanya terletak pada sudut-sudut fragmennya. Batuan
breksi memiliki bentuk sudut fragmen yang angular, sedangkan bentuk fragmen batu
konglomerat adalah membundar (rounded). Bentuk sudut fragmen batuan sedimen ini
menandakan seberapa jauh transportasi fragmen dari intinya. Semakin jauh
pergerakannya, semakin bundar bentuk sudut-sudutnya.

Jadi dapat disimpulkan, pengertian batuan breksi adalah batuan sedimen klastik
yang tersusun atas butiran-butiran fragmen dengan diameter lebih besar dari 2 mm dan
membentuk sudut-sudut fragmen yang angular.

a. Kandungan Dan Morfologi Batuan Breksi

Batuan breksi mengandung banyak komposisi material. Komposisi ini


ditentukan oleh fragmen-fragmen mineral dari mana batuan itu berasal. Selain itu,
variasi mineral dalam batuan breksi juga dipengaruhi oleh iklim tempat
berlangsungnya pengendapan fragmen-fragmen itu menjadi batuan breksi. Komposisi
batuan breksi biasanya tersusun dari mineral rijang, granit, kuarsa, batu gamping dan
lain-lain. Berdasarkan mineral penyusunnya inilah kemudian batuan breksi dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu :

 granit breksi yang terbentuk dari pelapukan batuan granit,


 breksi rijang, yang terbentuk dari pelapukan batuan rijang
 basalt breksi, yang terbentuk dari pelapukan batu basal
 andesit breksi, yang terbentuk dari pelapukan batuan andesit

Batuan breksi tersusun dari fragmen-fragmen bersifat koarse yang terbentuk


dari pengendapan fragmen-fragmen sisa batuan beku bersifat kerakal. Yaitu fragmen
mineral yang diameternya antara 2 sampai 256 mm. Fragmen-fragmen ini
membentuk pola meruncing (angular) yang dapat dikenali sebagai ciri-ciri batuan
breksi.

Pada umumnya, batuan breksi dapat dikenali dengan penampakan morfologi


berwarna hijau kekuningan atau coklat keputih-putihan. Selain itu butiran-butiran
fragmen penyusun batuan breksi juga terlihat jelas.

b. Proses Pembentukan Batuan Breksi

Secara umum, batuan breksi terbentuk disebuah singkapan. Dimana terdapat


puing-puing sisa pelapukan batuan beku menumpuk. Kemudian sisa-sisa pelapukan
batuan beku itu akan terbawa aliran dan terendapkan di dekat singkapannya, misalnya
pada kipas alluvial. Setelah proses dekomposisi, sisa-sisa batuan beku itu akan terurai
menjadi fragmen-fragmen yang terikat dengan mineral-mineral lain. Fragmen-
fragmen ini yang kemudian menjadi batuan breksi.

Ada beberapa peristiwa geologis yang bisa memicu proses pembentukan


batuan breksi, di antaranya sebagai berikut :

 Intrusion- related breccia, yaitu pembentukan batuan breksi yang disebabkan


langsung oleh gerakan intrusi magma.
 Strike – slip fault – related breccia, yaitu proses pembentukan batuan breksi yang
disebabkan oleh sesar “relatif” mendatar.
 Discollusion – collaps Breccia, yaitu proses pembentukan batuan breksi yang
terjadi karena reruntuhan di dalam rongga gua (caven). Biasanya ini terjadi pada
batuan karbonat karena adanya proses pelarutan karbonat bada badan batu. Selain
batuan karbonat, batuan evaporasi juga bisa terlarut dan mengendap menjadi
batuan breksi melalui proses ini.
c. Jenis-Jenis Batuan Breksi

Berdasarkan sifat-sifat kimia dan proses pembentukannya, ada lima jenis


batuan breksi. Yaitu sedimentary, tektonik, igneous, impact dan hydrothermal.

1) Batuan Breksi Sedimentary


Batuan breksi sedimentary adalah jenis batuan breksi yang terbentuk
sudut-sudut subangular yang dipengaruhi oleh pergerakan acak dari fragmen-
fragmen endapan. Fragmen-fragmen penyusun batuan breksi sedimentary belum
bergerak terlalu jauh dari intinya, hal ini bisa dilihat pada sudut-sudut fragmennya
yang berbentuk angular. Batuan breksi sedimentary biasanya ditemukan di
sepanjang aliran sungai. kekuatan aliran sungai tempatnya berada berpengaruh
pada ukuran butiran fragmen yang menyusun batuan breksi.
2) Batuan Breksi Tektonik (Fault)
Batuan breksi fault terbentuk karena benturan yang terjadi antara dua blok
batuan yang terbawa arus sehingga saling menghantam. Fragmen-fragmen dari
kedua batuan itu kemudian mengendap dan bersatu membentuk batuan breksi
fault.
3) Batuan breksi igneous (beku)
Batuan breksi igneous adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk
langsung dari pengendapan batuan beku akibat aktivitas magma, baik intrusi
maupun ekstrusi (Silahkan Baca Perbedaan Intrusi dan Ekstrusi Magma). Karena
itu batuan breksi igneous terbagi menjadi dua bagian :
4) Batuan breksi vulkanik, terbentuk karena proses ekstrusi magma melalui letusan
gunung merapi eksplosif
5) Batuan bresi intrusif, terbentuk karena proses intrusi magma
6) Batuan breksi Impact
7) Batuan breksi impact terbentuk akibat hantaman meteorid yang menimpa
permukaan bumi. Karena itu biasanya ditemukan pada kawah-kawah di lokasi
jatuhnya meteor. Batuan breksi bisa terbentuk di permukaan atau di lapisan bawah
kawah. Contohnya adalah batuan breksi Neugrond yang terbentuk karena
hamtaman meteor Neugrond.
8) Batuan breksi Hydrothermal
9) Batuan breksi hydrothermal terbentuk di bawah kerak bumi yang memiliki suhu
sekitar 150 sampai 350 derahat celcius. Proses pengendapan ini disebabkan oleh
aktivitas seismik atau vulkanik yang menyebabkan kekosongan di rongga
bawahnya. Kekosongan ini kemudian dialiri fragmen-fragmen sisa letusan yang
mengalir berbentuk air panas kemudian membeku menjadi batuan breksi.
d. Manfaat Batuan Breksi

Struktur batuan breksi yang tersusun dari butiran-butiran kasar sangat cocok
untuk digunakan sebagai bahan bangunan atau ornamen-ornamen hiasan dalam
dekorasi.

Batuan breksi sudah dimanfaatkan sebagai ornamen hiasan sejak masa


sebelum masehi. Orang Mesir kuno sudah menggunakan batu breksi sebagai bahan
dasar pembuat patung-patung yang memiliki nilai religius. Misalnya patung dewi
Tawareth yang sekarang diamankan di British museum.\

Orang-orang Romawi kuno menggunakan marmer yang terbuat dari batuan


breksi sebagai ornamen hiasan pada dinding rumah mereka. Konon, hal ini
menandakan status sosial mereka yang terpandang. Penggunaan breksi sebagai
ornamen arsitektur terus berlangsung hingga sekarang

3. Breksi gunung api


a. Penamaan Breksi Gunungapi Secara Deskripsi dan Genesa
Secara deskripsi, breksi gunungapi adalah batuan gunungapi bertekstur klastika
tersusun oleh kepingan berbentuk meruncing, berbutir kasar (? > 2 mm), biasanya
tertanam di dalam matriks atau masadasar berbutir halus (?? 2 mm). Kepingan atau
fragmen tersebut pada umumnya didominasi oleh batuan gunungapi, kristal pembentuk
batuan beku dan atau gelas gunungapi. Bentuk kepingan dapat bervariasi mulai dari
sangat meruncing, meruncing sampai dengan agak meruncing atau meruncing tanggung.
Berdasarkan komposisi utama kepingan di dalamnya, breksi gunungapi dapat
dijabarkan menjadi beberapa nama. Sebagai contoh:
 Breksi andesit, kepingan penyusun utama berupa batuan beku andsesit
 Breksi batuapung, kepingan penyusun utama berupa batuapung
 Breksi skoria, kepingan penyusun utama berupa skoria
 Breksi obsidian, kepingan penyusun utama berupa obsidian
 Breksi hialoklastit, kepingan penyusun utama berupa hialoklastit (secara deskriptif
sama dengan breksi obsidian)

Khusus penamaan breksi tuf, para ahli ada yang berpendapat bahwa kepingan
utama tersusun oleh tuf, tetapi ada juga yang menyatakan sebagai nama untuk batuan
gunungapi bertekstur klastika dimana persentase bahan tuf, baik sebagai fragmen maupun
sebagai matriks sama atau lebih besar daripada fragmen yang lain.

Kebingungan sering juga dialami untuk penamaan tuf lapili, lapili tuf dan
batulapili (lapillistones). Pada literatur lama (misal Pettijohn, 1975), istilah abu
gunungapi (?? 2 mm) yang jika sudah membatu menjadi tuf, dan lapili (?: 2 -64 mm) jika
sudah membatu menjadi batulapili diperuntukkan khusus bagi batuan piroklastika.
Artinya batuan itu secara primer harus langsung dihasilkan oleh letusan gunungapi.

Sebagai bahan yang masih berupa endapan, atau masih lepas-lepas, belum
membentuk batuan, dan dihasilkan oleh kegiatan gunungapi Kuarter atau bahkan letusan
gunungapi masa kini dimana gunungapinya juga masih secara mudah/jelas dapat
ditunjukkan maka untuk menyatakan sebagai bahan/endapan piroklastika tidak
disangsikan lagi.

Akan tetapi hasil kegiatan gunungapi Tersier atau yang lebih tua yang bahannya
sudah membatu dan tubuh gunungapinya sudah tidak terlihat secara nyata, maka untuk
menyatakan secara tegas bahwa tuf itu secara primer adalah hasil langsung letusan
gunungapi yang mengendap dan membatu secara insitu, masih diperlukan banyak
pertimbangan sebagai pendukungnya.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut dan untuk kepraktisan kerja terutama di


lapangan maka disarankan penamaan tuf, tuf lapili, lapili tuf dan batulapili didasarkan
pada pemerian saja. Namun apabila data pemerian tersebut mendukung bahwa batuan
gunungapi itu adalah bahan primer piroklastika maka penamaannya dapat ditingkatkan
secara genesa atau kombinasi antara deskripsi dan genesa.

Dengan demikian tuf lapili adalah batuan klastika gunungapi yang bahan
penyusun utamanya adalah abu gunungapi (?? 2 mm) dan bahan penyusun tambahannya
adalah lapili gunungapi (?: 2 -64 mm). Sebaliknya, lapili tuf adalah apabila komponen
berukuran lapili lebih banyak daripada abu gunungapi, sedangkan batulapili jika bahan
penyusun sangat didominasi oleh butiran lapili. Dalam banyak hal di lapangan batulapili
sama dengan breksi gunungapi dimana fragmennya berukuran butir halus (2-64 mm).

Secara genesa, breksi gunungapi adalah batuan gunungapi yang merupakan hasil
fragmentasi oleh suatu sebab sehingga menjadi kepingan-kepingan berbentuk meruncing
dan berbutir kasar (? ? 2 mm). Bentuk kepingan bervariasi dari sangat meruncing sampai
dengan agak meruncing atau meruncing tanggung. Ukuran butir kepingan juga beragam ,
mulai dari sekitar 3 mm sampai dengan 3 – 5 m, atau bahkan lebih. Berdasarkan proses
fragmentasinya, breksi gunungapi dibagi menjadi empat kelompok, yakni:

1) Breksi piroklastika (hidroklastika), adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat


letusan gunungapi, baik yang bersifat magmatik, freatik maupun freatomagmatik.
2) Breksi autoklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat pembekuan
magma atau lava yang sangat cepat.
3) Breksi kataklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat deformasi.
Proses deformasi dapat berupa longsoran tubuh/ batuan gunungapi atau batuan
gunungapi yang tersesarkan. Breksi jenis kedua itu sering disebut breksi sesar.
4) Breksi epiklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat proses
pengerjaan kembali (oleh tenaga eksogen).

Pembagian tersebut masih dalam kelompok breksi gunungapi yang tidak


berhubungan dengan proses hidrotermal dan banyak terjadi di daerah gunungapi, alterasi
hidrotermal dan mineralisasi (primary non-hydrothermal breccias; Corbett & Leach,
1995, p. 34). Sedangkan breksi (gunungapi) yang berhubungan dengan hidrotermal dan
cebakan bijih (ore-related hydrothermal breccias) dibagi menjadi (1) Breksi hidrotermal
magmatik (magmatic hydrothermal breccias), (2) Breksi freatomagmatik
(phreatomagmatic breccias), dan (3) Breksi freatik (phreatic breccias).

Breksi hidrotermal magmatik dicirikan oleh masuknya bahan magma ke dalam


proses breksiasi dan cairan bijih hidrotermal didominasi oleh komponen magmatik.
Breksi freatik disini sebanding dengan breksi hidroklastika, yaitu fragmentasinya sebagai
akibat letusan uap air panas (letusan hidroklastika atau letusan freatik). Sedangkan breksi
freatomagmatik terbentuk sebagai akibat letusan freatomagmatik. Berhubung pembagian
breksi ini lebih digunakan dalam eksplorasi mineral bijih, untuk lebih rincinya pembaca
disarankan agar membaca banyak buku, antara lain yang ditulis oleh Corbett & Leach
(1995).

4. Aglomerat
Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat merupakan batuan
piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan tetapi memiliki
komposisi yang berbeda. Dimana aglomerat berasal dari material vulkanik, sedangkan
konglomerat berasal dari material sedimen. Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32
mm.

Anda mungkin juga menyukai