Anda di halaman 1dari 84

ASISTENSI

PRAKTIKUM AIB 2019

BY : TIM ASPRAK 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Petroleum System

 Petroleum System Process


 Petroleum System Element
1. Source Rock

 Merupakan endapan sedimen yang


mengandung bahan -bahan organik yang cukup
untuk dapat menghasilkan minyak dan gas
bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan
terpanaskan, dan dapat mengelurakan minyak
dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang
ekonomis.
 Bahan organik yang terkandung pada source
rock disebut Karogen.
Tipe Karogen

 Tipe 1
Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini dapat
mengahsilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan gas.
 Tipe 2
Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini merupakan
bahan utama minyak dan gas bumi.
 Tipe 3
Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batubara. Tipe seperti ini
umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.
 Tipe 4
Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu
menghasilkan minyak dan gas.
2. Reservoir Rock

 Batuan yang mampu menyimpan dan mampu


mengalirkan hidrokarbon.
 Syarat batuan tersebut harus memiliki
porositas sebagai penyimpan hidrokarbon dan
permeabilitas sebagai tempat mengalirnya
hidrokarbon.
3. Migration Route

 Jalur transportasi minyak dan gas dari Source Rock


menuju Reservoir.

 Dapat berasal dari rekahan (karena proses tektonik &


pelarutan batuan dari air formasi) ataupun dari
permeabilitas lapisan batuan diatas source rock.
4. Seal Rock

 Cap Rock atau Seal merupakan batuan yang


memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil
sehingga cairan hidrokarbon tidak dapat melalui
batuan tersebut yang mengakibatkan minyak
dan gas bumi terjebak.
 Syarat batuan ini ialah impermeable (tidak
memiliki/sangat sedikit terdapat pori sehingga
tidak memiliki kemampuan mengalirkan fluida.
5. Trap

 Bentuk dari suatu geometri atau facies yang


mampu menahan minyak dan gas bumi untuk
berkumpul dan tidak berpindah lagi.
 Syarat suatu trap harus terdiri dari batuan
reservoir sebagai tempat penyimpan
hidrokarbon dan suatu set seal sebagai penutup
agar tidak terjadi migrasi lagi, dimana
keduanya tertata dalam bentuk ataupun
susunan lapisan yang menyebabkan HC
terakumulasi.
Tipe Trap

 Trap Struktural
Trap ini dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan
dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang
merupakan respon dari kejadian tektonik.
 Contoh: Antiklin, Fault, Saltdome
 Trap Stratigrafi
Trap reservoir ini dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal
dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan, serta
variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoir dalam
perpindahan minyak bumi.
 Contoh: Reef, Unconformity, Pinch-Out
 Trap Kombinasi
Trap ini merupakan kombinasi antara 2 trap, baik secara struktural
maupun stratigrafi, dimana trap ini merupakan faktor bersama dalam
membatasi pergerakan dari minyak bumi.
 Contoh: Piercment dome, anticline fault.
AIB
• Analisa Inti Batuan adalah
tahapan analisa setelah contoh
formasi dibawah permukaan
(core) diperoleh.
Rutin
• Analisa inti batuan rutin, yakni analisa yang rutin dilakukan.
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida
Spesial
• Analisa Inti Batuan Spesial, yakni analisa yang dilakukan hanya
pada kejadian tertentu. Dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Pengukuran pada kondisi statis (pengukuran tanpa injeksi),
meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat
suara, grain density, wettability, kompresibilitas batuan,
permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (Net Over Burden)
dan studi petrography.
• Pengukuran pada kondisi dinamis (pengukuran dengan injeksi),
meliputi permeabilitas relatif, thermal-recovery, gas residual,
water flood evaluation, liquid permeability (completion evaluation,
workover dan injection fluid).
Tujua
n
• Menentukan secara langsung informasi tentang sifat – sifat fisik
batuan.
• Dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur.
• Tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk
pegangan melaksanakan well completion.
• Merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek
secondary dan tertary recovery.
• Data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan
kalibrasi dan metode logging
Penetuan sifat fisik batuan dilakukan
dengan 3 cara:
1. Analisa Core
Pengambilan core (sampel formasi dibawah
permukaan) dari dalam sumur dengan menggunakan
core bit. Pengujian sifat fisik batuan dengan metode ini
dilakukan pada praktikum AIB.
Coring dilakukan dengan cara:
 Conventional coring
 Sidewall coring
Conventional Core
Side Wall Coring
 Analisa Logging
 dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan
yang dibor dengan menggunakan peralatan logging
(Tool Log).
 Biasanya Loging membaca porositas, permeabilitas,
saturasi
 Porositas= sonic, density
 Permeabilitas = gamma log
 Analisa Cutting
 meneliti cutting yang berasal dari lumpur pemboran
yang disirkulasikan kedalam sumur pemboran.
Porositas
 Porositas () : didefinisikan sebagai fraksi atau
persen dari volume ruang pori-pori terhadap volume
batuan total (bulk volume).
Vp Vb  Vg Vp
 x100%  x100%  x100%
Vb Vb V p  Vg
Klasifikasi Porositas
Berdasarkan Pembentukannya :

 Porositas Primer, terbentuk bersamaan dengan proses


pembentukan batuan.
 Porositas Sekunder, terbentuk setelah terjadi proses
pembentukan batuan. Porositas sekunder dapat berupa:
 Rekahan,
 Pelarutan batuan,
 Dolomitisasi.
Berdasarkan Teknik Reservoirnya

 Porositas Total / Absolut, adalah perbandingan antara volume seluruh pori


(pori-pori total) terhadap volume total batuan (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
Vp
abs  x 100%
Vb
 Porositas Efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
 g  b
eff 
Volume pori yang berhubungan
x100%  eff  x100%
Volume total batuan g   f
Faktor-faktor yang mempengaruhi Porositas

 Ukuran dan Bentuk Butir


Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan, tetapi
mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan bentuk butir didasarkan
pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk
bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.
 Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir yang tergantung
pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya jika batuan tersebut diendapkan oleh
arus kuat maka besar butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah pengaturan butir
saat batuan diendapkan.
 Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan akibat adanya
penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan sementasi pada batuan akan
menutup pori-pori batuan tersebut.
Menghitung Porositas Bentuk Kubus dan
Rhombohedral
Distribusi Kumulatif Ukuran
Butiran dari Graywacke

 Semakin banyak material pengotor, seperti: silt & clay


yang terdapat dalam batuan akan menyebabkan
mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
 A) Shaly sand B) Batu Pasir
Pengukuran Porositas

Metode Menimbang
 Core Kering Mula – Mula (W1)
 Core Dijenuhi Oleh Kerosene (W2)
 Core Dijenuhi Kerosene diangkat diudara (W3)

W3  W 2 W1  W2 W3  W1
Vb  Vg  Vp 
B.J kerosin B.J kerosin B.J kerosin

Vp
 x100%
Vb
Metode Mercury Injection Pump
 Penentuan Skala Picnometer
 Volume picnometer kosong
= |skala awal – skala akhir|

 Penentuan Volume Bulk


 Volume picnometer + core
= |skala awal – skala akhir|

Volume Bulk= Vpicnometerkosong-Vpicnometer+core

 Penentuan Volume Pori


= |skala awal – skala akhir|
Aplikasi pengukuran porositas pada dunia
perminyakan

 Untuk perhitungan cadangan dengan metode


volumetrik.

7758 xAxhxx(1  Sw)


ooip 
Bo
+ POIN

Kenapa menjenuhi core menggunakan kerosen?


PENGUKURAN PERMEABILITAS

 Kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.

 Asumsi darcy
 Alirannya steady state, alirannya lancar tanpa hambatan
 Fluida 1 fasa, hanya menggunakan 1 fasa saja. Seperti air saja, atau oil saja,
atau gas saja.
 Viskositas konstan, kekentalan stabil
 Kondisi aliran isothermal, temperatur tetap tidak berubah
 Formasi homogen, menggunakanm satu jenis formasi
 arah alirannya horizontal
 Fluidanya incompressible, tidak ada perubahan besar volume disetiap tekanan.
Satuan permeabilitas adalah:
Q(cm 3 / sec). (centipoise)L(cm)
K ( darcy ) 
A( sqcm).P(atm)

Dari Persamaan diatas dapat dikembangkan untuk


berbagai kondisi aliran yaitu aliran linier dan radial,
masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.

Q A
P1 P2
Klasifikasi Permeabilitas

 Permeabilitas Absolut
 Melewatkan satu fasa

 Permeabilitas Effektif
 Melewatkan lebih dari satu fasa

 Permeabilitas Relatif
 Perbandingan Keff dengan Kabs
Hubungan Saturasi VS Permeabilitas
Hubungan permeabilitas dengan porositas

Apabila porositas semakin besar, maka permeabilitas juga akan


semakin besar pada batuan tertentu saja dan kondisi tertentu saja.
Satu Darcy
• Satu Darcy dapat didefinisikan sebagai kemampuan batuan
untuk mengalirkan fluida sebanyak 1 cc pada luas penampang
1cm2 pada temperatur 1 derajat celcius pada keadaan 1
atmospheric.
Faktor yang mempengaruhi nilai K

Efek slippage : Gas yang mengerorkan pembacaan


permeabilitas.

Efek klickkenberg : Perbedaan gas dan liquid untuk melewati


formasi.

Koreksi klickkenberg : Di gunakan untuk mendapatkan nilai k


yang sebenarnya / koreksi faktor error.
Aplikasi pada Dunia Perminyakan

 Untuk mengetahui optimasi laju alir pada saat satu


fasa (sebelum melewati Pb).
 Untuk mengetahui Produktifitas Index (PI)
Pengertian Saturasi

 Perbandingan volume pori yang terisi fluida dgn Vp


total

 Rumus saturasi utk fasa di reservoir :


Faktor yg mempengaruhi

 Ukuran & distribusi pori-pori batuan


 Ketinggian diatas free water level
 Adanya perbedaan Pc
Hal penting dalam Saturasi

 Saturasi fluida bervariasi dalam reservoir


 Saturasi fluida akan bervariasi dgn kumulatif
produksi minyak
 Saturasi minyak dan saturasi gas dinyatakan sbg
pori yg di isi hidrokarbon

 Adanya saturasi yg tersisa di dalam reservoir


Istilah-Istilah Penting dalam
Saturasi
 WC (Water Connate) : air yg berada direservoir.
 Swc (Saturasi wc) : saturasi air yg di reservoir.
 Water Cut : perbandingan fluida water yg terproduksi
terhadap total fluida yg diproduksi.
 Water Influx : air yg mengganti tempat oil yg
terproduksi.
 Free Water Level: Batas tertinggi yang ditempati air
bebas.
 Zona Transisi: Zona dimana tidak diketahui fluida apa
yang mendominasi.
Soirr, Swirr dan Sgirr

 Saturasi irreducible: saturasi dari suatu fluida yang tidak dpt


diproduksikan
 Jumlah fluida yg tidak dapat diproduksikan
 Penyebab :
 Isolated Pore
Pori-pori yang terisolasi oleh matrix sehingga fluida dalam pori
ikut terisolasi/tak bisa mengalir.
 Pressure
Ketika pressure formasi tidak kuat mengangkat fluida produksi
ke surface.
 Re ( jari-jari pengurasan) terbatas
+ POIN

Kenapa menggunakan toulena dalam pengukuran saturasi?


Tekanan Kapiler

Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan


terjadi antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-
cairan atau cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan
permukaan yang memisahkan mereka. Perbedaan tekanan dua
fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting
fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw) atau :

Pc = Pnw - Pw
 Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir antara lain

adalah :

1. Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir

2. Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk

bergerak atau mengalir melalui pori-pori secara vertikal.

3. Mengetahui batas antara air dan minyak

4. Mengetahui halus-kasarnya suatu batuan reservoir


Tujuan

 Untuk menentukan kedalaman yang tepat saat


perforasi.
 Untuk mengetahui tenaga pendorong yang baik
untuk minyak.
Imbibisi & Drainage

 Imbibisi: Wetting phase meningkat, non wetting


phase menurun. Terjadi saat produksi (water influx)
& saat melakukan water flooding.
 Drainage: Non wetting phase meningkat, wetting
phase menurun. Terjadi saat migrasi oil & saat
melakukan EOR (injeksi yang bukan air).
 Histerisis: zona antara imbibisi dan drainage
Sw vs Pc
Batuan sama, Fluida berbeda Batuan berbeda, fluida sama
Hubungan-hubungan tekanan kapiler

 Pc berbanding terbalik dengan Sw


 Pc berbanding lurus dengan So
 Jika permeabilitas besar maka zona transisinya
pendek
 Jika permeabilitas rendah maka zona transisinya
panjang
 Nilai API tinggi maka zona transisinya pendek
 Nilai API rendah maka zona transisinya panjang
Istilah-istilah dalam Pc
 Oil wet: kecendrungan minyak membasahi butiran
 Water wet: kecenderungan air membasahi butiran
 Zona transisi: zona peralihan dari satu fluida ke
fluida lain
Sieve Analysis
 Penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari suatu set seive.
 Pemilihan besar keseragaman butiran menurut Schwartz
yaitu:
 C < 3, merupakan pemilahan yang seragam
 C > 5, merupakan pemilahan yang jelek
 3 < C < 5, merupakan pemilahan yang sedang
 Tujuan Sieve Analysis
 Untuk mengkumulatifkan persen berat terhadap besar butir
(grain size) menentukan baik- buruknya pemilahan (sorted).
 Untuk menentukan kadar lempung silt pasir.
 Untuk menentukan metode-metode penanggulangan masalah
kepasiran dengan pemilihan well completion.
Jenis Formasi

 Consolidated: Formasi sementasi baik/kompak, sehingga


ikatan antar butiran baik.
 Unconsolidated: Formasi sementasi buruk/tidak kompak,
sehingga ikatan antar butiran kurang baik.
Penyebab Problem Kepasiran

• Drag Force (tenaga pengerukan) yg besar


• Produksi di zona pasir
• Adanya lapisan unconsolidated disekitar formasi
• Hilangnya kompaksi batuan
• Akibatnya kekompakan formasi unconsolidated mulai berkurang.
Akibat Problem Kepasiran

• Erotion
• Reduce Production
• Formation damage
• Equip damage
• Tubing instability
Penanggulangan Problem Kepasiran

 Screen Liner : metode penanggulangan kepasiran berupa


saringan yg dipasang pada tubing dan diletakkan didepan
perforasi
 Gravel Pack : metode penanggulangan kepasiran berupa
kerikil yg diinjeksikan menggunakan coil tubing.
 Sand Consolidation : injeksi resin ke formasi.
Pelaksanaan Gravel Pack
 Pembersihan perforasi dengan clean fluid
 Penentuan ukuran Gravel Pack
 Lakukan Squeeze gravel pack
 Produksikan sumur
Gravel Pack

•Jenis-jenis Gravel Pack


•Open Hole Gravel Pack : Dipasang pada
dinding formasi
•Inside Gravel Pack : Dipasang antara casing yg
diperforasi dengan screen liner
Metode Penempatan GP

 Metode Wash Down

 Metode Reverse Circulation

 Metode Crossover Tool

 Metode Modified
Metode Wash Down
 Gravel diendapkan sampai ketinggian tertentu diatas zona
perforasi
 Turunkan screen liner dgn wash pipe, agar screen liner
dapat menembus gravel
 Biarkan gravel mengendap di sekeliling screen liner
Metode Reverse Circulation
 Gravel di pompakan melalui annulus antara casing dengan string.
 Lalu fluida pendorong akan kembali keatas melalui screen dan
kepermukaan melalui string.
 Dipakai pada saat regravel (penempatan perbaikan gravel) utk mengisi
gravel antara casing dengan string.
Metode Crossover Tool
 Mensirkulasi gravel melalui tubing dengan bantuan pompa
dan fluida
 Fluida pendorong akan kembali keatas melalui crossover dan
kembali kepermukaan melalui annulus antara tubing dan
casing
SCREEN
LINER
• Screen liner adalah sebuah pipa yang merupakan bagian dari analisa
sieve yang berada di daerah zona perforasi untuk meminimalisir
kandungan pasir yang ikut terproduksi.
Sand Consolidation
PENENTUAN KADAR LARUT SAMPLE TERHADAP LARUTAN ASAM

 Menentukan asam yang sesuai untuk formasi ketika


hendak melakukan acidizing.
Stimulasi

 Stimulasi adalah usaha untuk meningkatkan


produktivitas HC dari formasi dengan meningkatkan
harga permeabilitas formasi yang mengalami kerusakan
sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar.
 Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang
mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh
adanya kerusakan formasi (formation damage) atau
faktor lain disekitar lubang sumur. Metode stimulasi
dapat dibedakan menjadi Acidizing dan Hydraulic
Fracturing.
Ski
n

Besaran yang menunjukan ada atau tidaknya kerusakan pada formasi


sebagai akibat dari aktifitas pemboran ataupun produksi.

 S= negatif (-) menunjukan terjadinya perbaikan pada formasi (stimulated),

 S = positif (+), menunjukan adanya kerusakan pada formasi (damage),

 S = 0, menunjukan kondisi reservoir awal yang belum mengalami perubahan


(initial).
 Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman
dapat dibedakan enjadi 2(dua) kelompok yaitu;
 Pengasaman pada perlatan produksi yaitu; tubing dan
flowline.
 Pengasaman pada formasi produktif yaitu; perforasi
dan lapisan.
Proses Pengasaman
 Matrix acidizing : Asam di injeksikan ke formasi pada
tekanan dibawah tekanan rekah, dengan tujuan agar reaksi
asam menyebar ke formasi secara radial. Matrix Acidizing
digunakan baik untuk batuan Karbonat (limestone/dolomite)
maupun sand stone.
 Acid Fracturing : penginjeksian asam ke dalam formasi
pada tekanan yang cukup tinggi untuk merekahkan formasi
atau membuka rekahan yang sudah ada.
 Acid Washing : Asam yang di injeksikan untuk melarutkan
scale disekitar sumur, menghilangkan endapan yang dapat
larut dalam asam atau untuk membuka saluran-saluran
meliputi pipa dan lubang perforasi.
Tujuan pengasaman

 Pengontrol laju aliran produksi


 Mengetahui zona vaporasi yang tepat
 Meningkatkan permeabilitas
Syarat Asam

 Tidak terlampau reakitf terhadap logam.


 Segi keselamatan dalam proses acidizing.
 Dapat melarutkan batuan / mineral.
Asam yang Umum Dipakai untuk Acidizing
Additive yang Digunakan Pada Asam

 Inhibitors : Pencegahan korosi pada pipa


 Surfactant : Membuat batuan tetap suka akan air
 Complexing Agents : Bila ada unsur besi dalam formasi
 Gelling Agents : Mempunyai dua tujuan dalam
pengasaman, yaitu mengurangi Friksi dan
memperlambat reaksi asam
 Diverting Agents : Membuat pengasaman terdistribusi
lebih merata dengan cara menutup sementara zona yang
lebih permabel.
 Etc.
Faktor yg Mempengaruhi Laju Reaksi Asam

 Temperature
 Berbanding lurus
 Luas Permukaan Batuan
 Berbanding lurus
 Tekanan
 Berbanding terbalik
 Konsentrasi Asam
 Berbanding lurus
 Komposisi Batuan
 Laju reaksi cenderung cepat, kecuali pada batuan dolomit
 Kecepatan Aliran Asam
 Memiliki pengaruh terhadap daya reaktifnya terhadap batuan
Tahap Kegiatan Penginjeksian Asam

 Preflush
 Memompakan asam berkonsentrasi rendah dgn volume
setengah dari volume asam yg sebenarnya

 Tujuannya :
 Menghilangkan material yg dpt bereaksi dgn HCl
 Menghilangkan ion Na2+, Ca2+, dll yg dpt mengendap
ketika bereaksi dgn HF
 Mendinginkan formasi agar penetrasi asam maksimal
 Spotting
 Proses utama dalam penginjeksian asam untuk memperbaiki
permeabilitas batuan

 Pengaruh laju penginjeksian :


 Laju penginjeksian rendah : utk memperbaiki formation damage
disekitar sumur

 Laju penginjeksian tinggi : utk mendapatkan jangkauan penetrasi


asam yang lebih jauh ke dalam formasi

 After Flush (Postflush)


 Proses pendorongan asam yg masih tersisa di tubing agar
masuk seluruhnya ke formasi
Istilah-istilah dalam acidizing

 Batuan karbonat: batuan yang mudah larut jika


diberi asam HCl dan memiliki sementasi CaCO3
 Batuan silika: batuan yang tidak mudah larut jika
diberi asam HCl, memiliki sementasi SiO2 , dan
dapat larut dengan mud acid yang komposisinya
15% HCl + 3% HF
 Solubility: nilai dari tingkat pengasaman

Anda mungkin juga menyukai