Anda di halaman 1dari 43

BAB I

TEKNIK RESERVOIR

Teknik reservoir merupakan cabang ilmu utama dari ilmu teknik


perminyakan. Banyak orang mengatakan bahwa “the heart of petroleum
engineering is reservoir engineering.” Banyak pula yang mengatakan bahwa ilmu
teknik perminyakan itu hanya berbeda sedikit saja dari ilmu teknik reservoir
(Essley, 1965). Terlepas dari itu, tujuan utama pekerjaan teknik reservoir adalah
memberikan fakta-fakta, informasi, dan pengetahuan yang diperlukan untuk
mengontrol operasi pengangkatan minyak dan/atau gas bumi agar mendapatkan
perolehan minyak dan/atau gas yang maksimum dengan biaya yang minimum.
Untuk itu, maka teknik reservoir mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu
reservoir, menentukan sifat-sifat fisik reservoir, memperkirakan mekanisme
pendorongan, memperkirakan kinerja reservoir, menentukan jumlah minyak dan
tingkat perolehan, dan menentukan kontrol operasi dan waktu yang tepat.

Menurut L.P Dake, seorang ahli teknik reservoir mempunyai 4 (empat)


tugas pokok, yaitu:

1. Bersama-sama dengan geologist dan petrophysicists, menghitung atau


melakukan estimasi isi minyak dan/atau gas di tempat,
2. Menentukan jumlah minyak dan/atau gas yang dapat diperoleh
(recoverable)
3. Menentukan jangka waktu perolehan
4. Melaksanakan pekerjaan teknik reservoir operasional sehari-hari.

Suatu reservoir minyak tidak berupa sebuah gua bawah tanah yang besar
seperti jika kita mengartikan istilah oil pool. Reservoir merupakan suatu formasi
yang terdiri dari batuan dengan rongga yang sangat kecil, disebut pore, yang dapat
menyimpan fluida. Fluida ini, dalam keadaan kesetimbangan, akan berada secara

1
berlapis dengan yang paling ringan (gas) berada paling atas, kemudian minyak,
dan yang terberat (air) berada paling bawah.

Minyak yang diketahui sekarang dipercaya berasal dari bahan organik


yang terendapkan bersamaan dengan terendapkannya partikel batuan selama
pembentukan batuan sedimen jutaan tahun yang lalu. Teori yang disebut teori
organik ini menyatakan bahwa minyak dan gas berasal dari jasad renik yang hidup
di laut. Mahluk hidup tersebut termakan atau teroksidasi sebelum mencapai dasar
laut. Bakteri kemudian mengambil oksigen dari sisa-sisa organik tersebut dan
kemudian secara perlahan memecahkan bahan organik tersebut menjadi meterial
yang kaya akan karbon dan hidrogen. Sejalan dengan bertambahnya akumulasi
sedimen, clay yang kaya akan bahan organik terdesak ke dalam shales. Tekanan
dan temperatur kemudian meningkat sementara berada dalam keadaan diberati
oleh ribuan feet endapan di atasnya. Dalam keadaan demikian, melalui kejadian
yang tidak pernah kita lihat, minyak bumi terbentuk.

Suatu wilayah atau tempat bisa disebut sebagai sebuah reservoir apabila
terdapat sumber dari hidrokarbon atau tempat terakumulasinya minyak dan gas
bumi. Untuk dapat terakumulasinya minyak dan gas bumi ini,proses akumulasi
minyak bumi di bawah permukaan harus memenuhi syarat atau disebut juga
petroleum system sebagai berikut :

1. Batuan asal (source rock), merupakan endapan sedimen yang mengandung


bahan -bahan organik yang cukup untuk dapat menghasilkan minyak dan
gas bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan terpanaskan, dan dapat
mengelurakan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang
ekonomis.
2. Batuan reservoir, sebagai tempat yang diisi dan dijenuhi oleh minyak
bumi & gas bumi. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang
porous dan permeable. Syarat batuan tersebut harus memiliki porositas
sebagai penyimpan hidrokarbon dan permeabilitas sebagai tempat
mengalirnya hidrokarbon.

2
3. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang terdapat di
bagian atas reservoir bersifat impermeable atau memiliki porositas dan
permeabilitas yang kecil sehingga cairan hidrokarbon tidak dapat melalui
batuan tersebut yang mengakibatkan minyak dan gas bumi terjebak.
4. Jalur migrasi, merupakan alur transportasi minyak dan gas dari Source
Rock menuju Reservoir yang apat berasal dari rekahan (karena proses
tektonik & pelarutan batuan dari air formasi) ataupun dari permeabilitas
lapisan batuan diatas source rock. Ada dua jalur migrasi yaitu migrasi
primer dan migrasi sekunder.
5. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan unsur pembentuk
reservoir yang mempunyai bentuk tertentu. Umumnya berbentuk bentuk
konkav ke bawah yang menyebabkan minyak & gas bumi berada dibagian
teratas reservoir.
1.1. Karakteristik batuan reservoir
Karakteristik dari reservoir dipengaruhi oleh karakteristik batuan yang
menyusun reservoir tersebut serta fluida yang terkandung dalam reservoir dan
juga kondisi dari reservoir itu sendiri, yang mana semua akan saling terkait.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-klastik)
atau kadang-kadang vulkanik.
1.1.1. Komposisi kimia batuan reservoir
1. Batu pasir
Batupasir (sandstone) merupakan batuan yang paling sering dijumpai di
lapangan sebagai batuan reservoir. Batupasir merupakan hasil dari proses
sedimentasi mekanik, yaitu berasal dari proses pelapukan dan disintegrasi, yang
kemudian tertransportasi serta mengalami proses kompaksi dan pengendapan.
2. Batu karbonat
Batuan karbonat adalah limestone (batugamping), dolomit, dan yang
bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa dipakai untuk
kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % kalsium karbonat atau

3
magnesium. Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral kalsit,
sedangkan pada dolomit mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomit.
Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur karbonat lebih besar dari 50. Untuk batuan yang unsur
kalsitnya melebihi dolomit disebut dolomit limestone, dan yang unsur dolomitnya
melebihi kalsit disebut dengan limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite.
3. Batuan shale
Batuan shale adalah batuan serpih berbutir halus dengan permeabilitas
yang mendekati nol (impermeabel). Batuan ini dapat berlaku sebagai batuan
reservoir apabila permeabilitasnya besar sebagai akibat perekahan.
1.1.2. Karakteristik fisik batuan reservoir
1. Porositas
Porositas batuan merupakan ukuran kapasitas dari volume pori batuan
yang mampu menampung fluida. Secara kuantitatif, porositas merupakan
perbandingan antara volume pori dengan volume total (volume bulk). Secara
matematis porositas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Vp
∅= x 100 % .......................................................................................(1-1)
Vb
Vb−Vg
∅= x 100 % ...............................................................................(1-2)
Vb
Dimana :

 = Porositas, %
Vb = Volume batuan total (volume bulk),cm3

Vg = Volume padatan batuan total (volume grain),cm3

Vp = Volume ruang pori–pori batuan, cm3

Porositas di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :


a. Porositas Absolut
Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau dengan
persamaan sebagai berikut :

4
Volume Pori Total
∅= x 100 % ................................................................(1-3)
bulk volume

b. Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
volume pori yang berhubungan
∅= x 100%.........................................(1-4)
bulk volume
Porositas pada batuan dapat dibedakan berdasarkan proses pembentukannya
sebagai berikut :
a. Porositas primer yaitu porositas yang terbentuk bersamaan dengan waktu
proses pengendapan batuan.

b. Porositas sekunder yaitu porositas yang terbentuk kemudian setelah proses


pengendapan sebagai akibat dari proses geologi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran dari porositas
batuan apakah besar atau kecil, yaitu:
 Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Jika bentuk
butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.

 Distribusi dan Penyusunan Butiran


Distribusi dan penyusunan butiran adalah penyebaran dari berbagai
macam besar butir yang tergantung pada proses sedimentasi dari
batuan. Umumnya, jika batuan tersebut diendapkan oleh arus kuat
maka besar butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah
pengaturan butir saat batuan diendapkan.

5
Gambar 1.1.Pengaruh susunan butir terhadap porositas 14)

 Derajat Sementasi dan Kompaksi


Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori
batuan akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat.
Sedangkan sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan
tersebut.
Berikut ini adalah ukuran porositas yang sering digunakan sebagai pegangan di
lapangan:

Tabel 1.1. Ukuran porositas

Porositas (%) Kualitas

0–5 Jelek sekali


5 - 10 Jelek
10 - 15 Sedang
15 – 20 Baik
>20 Sangat baik

2. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan ukuran suatu ruang pori batuan yang dapat dialiri
atau dilewati fluida. Permeabilitas merupakan salah satu sifat fisik batuan yang
paling penting karena mengatur pergerakan langsung dan kecepatan aliran fluida
reservoir di formasi. Definisi kuantitatif permeabilitas pertama-tama
dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut :

6
k dP
v =− x
μ dL ..................................................................................... (1-5)
Dimana :
v = kecepatan aliran, cm/sec

k = permeabilitas media berpori.

 = viskositas fluida yang mengalir, cp

dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm

Tanda negatif pada Persamaan diatas menunjukkan bahwa bila tekanan


bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam Persamaan
diatas adalah:
a. Alirannya mantap (steady state),
b. Fluida yang mengalir satu fasa,
c. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
d. Kondisi aliran isothermal, dan
e. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
f. Fluidanya incompressible.
Satuan permeabilitas dilambangkan oleh Darcy, jadi satuan Darcy
memiliki definisi sebagai berikut :
Suatu media berpori dikatakan mempunyai permeabilitas satu darcy jika
satu fasa fluida dengan viskositas satu centipoise mengisi rongga pori-pori dan
mengalir pada laju alir satu centimeter kubik per detik per satu centimeter kuadrat
luas penampang di bawah tekanan atau gradien hidrolik satu atmosphere per
centimeter.
cm3
k ( darcy )=
Q ( )
sec
. μ ( centipoise ) . L(cm)
..............................................(1-6)
A ( cm2 ) . ( P1−P2 ) (atm)

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga jenis dengan rumus
matematis yang berbeda, yaitu:

7
a. Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak
atau gas saja.
Q.. L
K
A.( P1  P2 ) .................................................................................... (1-7)

b. Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang


mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan
minyak atau ketiga–tiganya.
Permeailitas minyak :
Qo . μ o . L
k o=
A . ( P1 −P2 ) .............................................................................(1-8)

Permeabilitas air
Q w . μw . L
k w=
A . (P1 −P2 ) ............................................................................(1-9)

c. Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif


dengan permeabilitas absolut.
ko
k ro =
k ........................................................................................... (1-10)
kg
k rg =
k ........................................................................................(1-11)
kw
k rw = .
k .......................................................................................(1-12)
Pada persamaan diatas, harga dari ko dan kw diplot terhadap So dan Sw akan
dihasilkan hubungan yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Ada tiga hal yang dapat dilihat dari kurva permeabilitas efektif minyak-
air , yaitu :
a. Harga ko pada Sw = 0 dan So = 1 serta kw pada Sw = 1
dan So = 0 besarnya akan sama dengan permeabilitas absolut-nya, yang
dinotasikan pada titik A dan titik B.
b. ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol,
demikian juga kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu,

8
sehingga dapat dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran
minyak karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
c. ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi
minyak dalam batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (Sor),
demikian juga untuk air yaitu (Swr).

Gambar 1.2. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air 14)
3. Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida dengan volume pori-pori total
pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat
lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang
tersebar ke seluruh bagian reservoir. Secara matematis, besarnya saturasi untuk
masing-masing fluida dituliskan dalam persamaan berikut :
a. Saturasi minyak (So) adalah :

volume pori− pori yang diisi oleh min yak


S o=
volume pori− pori total ..............................(1-13)

b. Saturasi air (Sw) adalah :

volume pori− pori yang diisi oleh air


Sw=
volume pori− pori total .......................................(1-14)

c. Saturasi gas (Sg) adalah :

9
volume pori− pori yang diisi oleh gas
S g=
volume pori− pori total .......................................(1-15)

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :


Sg + So + Sw = 1..............................................................................................(1-16)

Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1 ....................................................................................................(1-17)

Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mempelajari saturasi fluida


diantaranya yaitu:
a. Saturasi fluida dalam reservoir akan berbeda di setiap tempat.
b. Saturasi fluida di reservoir akan terus berubah setiap saat. Ketika minyak
diambil dari reservoir maka tempatnya akan digantikan oleh air bebas dan
atau gas sebanyak yang keluar.
c. Saturasi fluida hidrokarbon merupakan pori-pori batuan yang terisi oleh
minyak dan gas.
4. Wetabilitas
Wetabilitas merupakan kemampuan dari batuan untuk dibasahi oleh fasa
fluida, jika diberikan dua fluida yang tidak saling campur (immisible). Pada
bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi gaya tarik-menarik antara
cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang merupakan faktor dari tegangan
permukaan antara fluida dan batuan.
Wettabilitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan dari fluida
dominan yang berpengaruh yaitu:
a. Water wet, ketika air dan batuan membentuk sudut lancip dimana terdapat
gaya adhesi yang lebih besar.
b. Oil wet, ketika minyak dan batuan membentuk sudut yang lebih besar. Oil
wet biasanya tidak diharapkan karena minyak akan lebih banyak tertinggal
ketika di produksikan.
Wettabilitas pada batuan reservoir sangat penting karena dapat mendistribusikan
fluida melalui media berpori batuan itu. Karena gaya tarik, fase yang membasahi

10
akan cenderung menempati pori batuan yang kecil dan fase yang tidak membasahi
menempati channel yang terbuka.
5. Tekanan kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur sebagai akibat dari terjadinya
pertemuan permukaan yang memisahkan kedua fluida tersebut. Perbedaan tekanan
dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting fasa” (Pnw)
dengan fluida “wetting fasa” (Pw) ditunjukan pada Gambar 1.3.
Pc = Pnw – Pw .....................................................................................(1-18)
Dimana :

Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa

Gambar 1.3. Imbibisi dan Drainage 14)

Tinjau proses berikut yang dilakukan di laboratorium. Dimulai dari titik A


dimana batuan (core) tersaturasi air 100%, air kemudian didesak oleh minyak.
Proses ini adalah drainage. Jika perbedaan tekanan fasa (yaitu pressure
differential) diplot sebagai fungsi dari saturasi air yang berkurang, hasilnya adalah
kurva yang ditunjukkan oleh garis putus-putus. Pada harga saturasi connate water,
titik B, terdapat diskontinuitas dimana saturasi air tidak dapat dikurangi lagi
berapapun pressure differential yang diberikan. Proses sebaliknya dari proses di

11
atas dimana air mendesak minyak, yaitu proses imbibisi, hasilnya adalah kurva
dengan garis penuh. Kedua kurva berbeda satu sama lain karena efek hysteresis
dalam sudut kontak. Ketika saturasi air mencapai harga maksimum pada Sw = 1 –
Sor, harga tekanan kapiler adalah nol (titik C). Pada titik ini harga saturasi minyak
(= Sor) tidak dapat berkurang lagi berapapun pressure differential yang diberikan
(pc negatif). Hubungan pc dengan Sw yang dihasilkan dari laboratorium tersebut
dipengaruhi oleh:

a. Permeabilitas
b. Porositas
c. Distribusi ukuran pori

Secara ringkas, dua proses yang menggambarkan hubungan antara pc dan


Sw tersebut dalam kaitannya dengan proses recovery di reservoir adalah:

 Proses drainage yang artinya penggantian fluida yang membasahi oleh


fluida yang tidak membasahi. Contoh: injeksi gas ke dalam resevoar
minyak atau system tenaga dorong depletion drive.
 Proses imbibition yang artinya penggantian fluida yang tidak membasahi
oleh fluida yang membasahi. Contoh: injeksi air (waterflooding) ke dalam
reservoar minyak. Proses drainage diindikasikan dengan fluida membasahi
bergerak meninggalkan tempat dan proses imbibition diindikasikan dengan
fluida membasahi datang.
6. Kompresibilitas batuan
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan
perubahan batuan.

12
Perbedaan tekanan antara tekanan overburden dan tekanan pori batuan
disebut sebagai tekanan effective overburden. Selama tekanan menurun, tekanan
pori batuan akan berkurang dan tekanan effective overburden meningkat.
1.2. Karakteristik fluida reservoir
Karakteristik fluida reservoir sangat penting untuk diketahui, karena
dengan mengetahui karakter fluida reservoir maka kita bisa mengetahui
karakteristik dan deskripsi dari reservoir tersebut. Karakteristik fluida reservoir
juga akan berhubungan dengan batuan reservoir yang nantinya akan
mempengaruhi aliran fluida dalam reservoir.
1.2.1. Komposisi kimia fluida reservoir
Fluida reservoir bukan hanya tersusun oleh minyak dan gas saja tapi juga
tersusun oleh air. Air ini disebut air formasi, air formasi juga sama pentingnya
untuk diketahui karakteristiknya. Air juga mengisi rongga dari batuan, sebagian
dari air formasi ini kemudian terdesak oleh minyak yang bermigrasi dan sebagian
yang lain tetap berada di dalam formasi batuan. Air yang tersisa ini disebut air
konat (connate water) yang berarti air di dalam formasi batuan ketika reservoir
terbentuk. Air konat terdistribusi di seluruh reservoir. Dengan menganalisa
mineral pada air dapat diketahui asal dari air tersebut dan kandungan mineral pada
batuan.
1. Komposisi kimia hidrokarbon
Endapan hidrokarbon yang berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi,
sedangkan yang berbentuk gas dikenal sebagai gas bumi. Hidrokarbon adalah
senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Secara garis besar,
hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan asiklik dan siklik.
Golongan asiklik mempunyai rantai ikatan antar atom yang terbuka, terdiri dari
hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Golongan asiklis atau alifat disebut
juga alkana atau paraffin, sedangkan golongan siklik mempunyai rantai tertutup
(susunan cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan aromatik.
2. Komposisi kimia non-hidrokarbon
Selain hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung senyawa non
hidrokarbon dalam jumlah kecil. Senyawa tersebut adalah belerang dengan kadar

13
4 % - 6 %, oksigen dengan kadar 1% - 2% dan nitrogen dengan kadar 0,1 % -
2%.
3. Komposisi kimia air formasi
Air formasi atau disebut “connate water” mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya. Dibandingkan
dengan air laut, air formasi ini rata-rata memiliki kadar garam yang lebih tinggi,
sangat berhubungan dengan terjadinya penyumbatan pada formasi dan korosi pada
peralatan di bawah dan di atas permukaan. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-
bahan mineral, misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang,
oksida besi, dan aluminium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan
asam gemuk. Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari
kation-kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3, HCO3, dan SO4.
1.2.2. Sifat fisik fluida reservoir
1. Sifat fisik minyak
a. Densitas minyak
Densitas minyak didefinisikan sebagai massa dari volume minyak pada
tekanan dan temperature tertentu atau perbandingan antara berat minyak dengan
volume minyak. Densitas minyak dinyatakan dalam specific gravity oil (o),
didefinisikan sebagai perbandingan densitas minyak dengan densitas air. Spesific
gravity oil secara matematis:
ρo
γ o=
ρw ..................................................................................................(1-19)

o = specific gravity minyak

o = densitas minyak, lb/cuft

w = densitas air, lb/cuft

Walaupun densitas minyak dan specific gravity digunakan dalam


industri perminyakan, specific gravity lebih sering dinyatakan dalam oAPI
dengan persamaan berikut:

14
141 ,5
− 131,5
o
API =
γo .......................................................................... (1-20)

b. Faktor volume formasi minyak


Volume minyak saat memasuki stock tank di permukaan lebih sedikit
daripada volume minyak yang mengalir dari reservoir menuju lubang sumur.
Salah satu factor penting adalah berkembangnya gas dari minyak saat tekanan
berkurang dari tekanan reservoir menjadi tekanan permukaan. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume minyak ketika terdapat gas terlarut.
Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak
dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel
minyak termasuk gas yang terlarut. Dapat juga dikatakan sebagai perbandingan
antara volume minyak (termasuk gas yang terlarut) pada kondisi reservoir dengan
volume minyak pada kondisi standard Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Perhitungan Bo secara matematis dinyatakan dengan persamaan :

Vo+ gas terlarut pada kondisi reservoir ,bbl


Bo= ....................... (1-21)
Vo yang masuk ke tanki pada kondisi standar , stb
Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh ditunjukkan
oleh grafik dibawah. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor
volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan
buble point, maka gas akan keluar dan Bo akan turun, dapat dilihat pada Gambar
1.4.
c. Kelarutan gas dalam minyak
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu
STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika minyak dan gas
masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Vg yang diproduksikan pada kondisi standar , scf
Rso= .................... (1-22)
Vo yang masuk ke tanki pada kondisi standar , stb

Pada grafik hubungan antara tekanan dan kelarutan gas dalam minyak
(Rs), bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik, kecuali

15
jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan konstan untuk
minyak tidak jenuh, seperti pada Gambar 1.5.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak,
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Tekanan Reservoir
Bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan naik,
kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga Rs akan
konstan untuk minyak tidak jenuh.
 Temperatur Reservoir
Jika tekanan dianggap tetap maka Rs akan turun jika temperatur naik.
 Komposisi Minyak
Pada temperatur dan tekanan tertentu Rs akan naik dengan turunnya berat
jenis minyak atau naiknya 0API.

Gambar 1.4. Hubungan Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak 2)

16
Gambar 1.5. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak 13)

d. Viskositas minyak
Viskostas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk
mengalir. Bila tekanan reservoir awal lebih besar dari tekanan gelembung (bubble
point pressure), maka penurunan tekanan akan memperkecil viscositas minyak
(μo). Saat tekanan reservoir berkurang lebih kecil dari Pb, maka selanjutnya akan
menaikkan harga viscositas minyak (μo) dan dengan semakin naiknya temperatur
reservoir akan menurunkan harga viscositas minyak (μo).

Gambar 1.6. Hubungan antara Tekanan dan Viscositas Minyak 13)

Viskositas juga akan berkurang ketika kandungan gas yang terlarut meningkat.
Hubungan antara tekanan dan viscositas minyak dapat dilihat pada gambar diatas.
Secara matematis, besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan persamaan :

F ∂y
μ= x
A ∂ v .................................................................................... (1-23)

Dimana :
 = viskositas, gr/(cm.sec)

F = shear stress

A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2

∂ y / ∂v = gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

e. Kompresibilitas minyak

17
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1
C o= −
V ( ΔVΔP ) .................................................................................. (1-24)

Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah


dipahami, sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu :
B ob−Boi
C o=
Boi ( Pi−Pb )
.........................................................................(1-25)

Dimana :

Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point

Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir

Pi = tekanan reservoir

Pb = tekanan bubble point

2. Sifat fisik gas


Sifat fisik gas yang akan dibahas adalah spesific gravity, faktor volume
formasi gas, kompresibilitas gas, faktor kompressibilitas gas, viscositas
gas.
Berikut adalah sifat fisik dari gas yang ada dalam reservoir :
a. Densitas gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan antara
rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar. Biasanya yang digunakan
sebagai gas standar adalah udara kering. Secara matematis berat jenis gas
dirumuskan sebagai berikut :

ρo
BJ gas =
ρu ...................................................................................... (1-26)

b. Faktor volume formasi gas

18
Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya
perbandingan volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan
volume gas pada kondisi standar (60 F, 14,7 psia). Pada faktor volume formasi
ini berlaku hukum Boyle - Gay Lussac. Bila satu standar cubic feet ditempatkan
dalam reservoir dengan tekanan Pr dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas
dapat digunakan untuk mendapatkan hubungan antara kedua keadaan dari gas
tersebut, yaitu :

Vres
Bg 
Vsc ............................................................................................ (1-27)

Dimana :
Bg = faktor volume formasi gas, Cuft/SCF

Vr = volume gas pada kondisi reservoir, Cuft

Vsc = volume gas pada kondisi standar, SCF

Volume n mol gas pada kondisi standar, adalah :

Z sc nRT sc
V sc =
P sc ........................................................................ (1-28)

Sedangkan volume n mol gas pada kondisi reservoir, adalah :

Z r nRT r
Vr =
Pr ...........................................................................(1-29)

Substitusikan kedua persamaan tersebut ke dalam persamaan Bg pertama, maka


akan diperoleh harga Bg, yaitu:

zT
B g =0.0282
P , cuft/SCF.............................................................(1-30)

ZT
B g = 0 , 00504
P ,Bbl/SCF.....................................................(1-31)

c. Kompresibilitas gas

19
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
1 dV
Cg = −
V dP( )
T
..................................................................... (1-32)
d. Viskositas gas
Viskositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viskositas gas non hidrokarbon.
Viskositas gas akan berbanding lurus dengan temperatur. Jadi bila temperaturnya
naik, maka viskositasnya akan semakin besar. Dalam viskositas sifat-sifat gas
akan berlawanan dengan cairan. Untuk gas sempurna, viskositasnya tidak
tergantung pada tekanan. Bila tekanannya dinaikkan, maka gas sempurna akan
berubah menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya akan mendekati sifat-sifat
cairan.

∑ μ gi Y i M i 0,5
μg =
∑ Y i M i 0,5 .................................................................... (1-33)

Dimana :
g = viskositas gas campuran pada tekanan atmosfer
gi = viskositas gas murni
Yi = fraksi mol gas murni
Mi = berat molekul gas murni
e. Faktor Deviasi Gas
Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan pipa
produksi membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan, volume, dan
temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut dinyatakan oleh persamaan
keadaan :
P.V=n.R.T........................................................................................... (1-34)
Dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf

20
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol
Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas memiliki persamaan diatas menjadi :
P.V=n.z.R.T...................................................................................... (1-35)

Penentuan harga z dari suatu gas alam dapat dilakukan melalui pengukuran
langsung, menggunakan korelasi Standing dan Katz, dan menggunakan “equation
of state”. Dengan diketahuinya harga Ppc dan Tpc, maka harga Pr dan Tr dapat
dihitung. Untuk menentukan harga z (deviation faktor), Katz dan Standing telah
membuat korelasi berupa grafik : z = f (P r,Tr) dapat dilihat pada gambar 1.7.
Grafik tersebut memberikan hasil yang memuaskan bila gas tidak mengandung
CO2 dan H2S. Untuk gas yang mengandung kedua unsur tersebut perlu dilakukan
korelasi untuk harga Ppc dan Tpc dahulu sebelum menghitung Pr dan Tr.
3. Sifat fisik air formasi
a. Densitas air formasi
Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume, specific volume
yang dinyatakan dalam volume per satuan massa dan specific gravity, yaitu
densitas air formasi pada suatu kondisi tertentu yaitu pada tekanan 14,7 psi dan
temperatur 60 F. Beberapa satuan yang umum digunakan untuk menyatakan
sifat-sifat air murni pada kondisi standard adalah sebagai berikut : 0,999010 gr/cc,
8,334 lb/gal, 62,34 lb/cuft, 350 lb/bbl (US), 0,01604 cuft/lb.
ρw
w = 62,34 .....................................................................................(1-36)
Dimana :

τw = specific gravity air formasi


w = density, lb/cuft
vw = specific volume, cuft/lb
62,3 = densitas air murni pada kondisi standart
b. Viskositas air formasi

21
Kekentalan air formasi akan naik seiring dengan turunnya temperatur,
kenaikan tekanan dan juga adanya penambahan garam ke dalam air menyebabkan
kenaikan kekentalan air. Pengaruh adanya gas hidrokarbon dalam larutan air
formasi, akan mengurangi sebagian kecil atau sedikit pada kekentalan air formasi.
c. Kelarutan gas dalam air formasi
Kompresibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan volume yang
disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
Besarnya kompressibilitas air murni (Cpw) tergantung pada tekanan, temperatur
dan kadar gas terlarut dalam air murni. Secara matematik, besarnya
kompressibilitas air murni dapat ditulis sebagai berikut :
1 ΔV
C wp = − ( )
V ΔP T .......................................................................... (1-37)
Dimana :
Cwp = Kompresibilias air murni, psi-1
V = Volume air murni, bbl
V; P= Perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni

Gambar 1.7. Faktor Kompressibilitas untuk Natural Gas 8)


d. Faktor volume formasi air formasi
Faktor volume air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume air
formasi dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor volume formasi air

22
formasi ini dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, yang berkaitan dengan
pembebasan gas dan air dengan turunnya tekanan, pengembangan air dengan
turunnya tekanan dan penyusutan air dengan turunnya temperatur. Harga faktor
volume formasi air-formasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)................................................................... (1-38)

Dimana :

Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl

Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF


Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi
e. Kelarutan gas dalam air formasi
Standing dan Dodson telah menentukan kelarutan gas dalam air formasi
sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka menggunakan gas dengan
berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan gas ini dalam air murni serta dua contoh
air asin.
1.3. Kondisi reservoir
Kondisi reservoir meliputi tekanan reservoir dan temperatur reservoir
sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan maupun fluida reservoir. Kondisi
reservoir berhubungan dengan kedalamaan reservoir. Sehingga untuk reservoir
yang berbeda, kondisinya juga akan berbeda tergantung kedalamannya.
1.3.1. Tekanan reservoir
Tekanan merupakan sumber energi yang menyebabkan fluida dapat
bergerak. Sumber energi atau tekanan tersebut pada prinsipnya berasal dari
pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan oleh adanya beban formasi
diatasnya (overburden) dan timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang
besarnya dipengaruhi oleh tegangan permukaan dan sifat-sifat kebasahan batuan.
Setelah menemukan akumulasi hidrokarbon, maka salah satu test yang
harus dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan reservoir, yaitu tekanan
awal reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan gradien

23
tekanan reservoir. Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat
pertama kali diketemukan. Tekanan dasar sumur pada sumur yang sedang
berproduksi disebut tekanan aliran (flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut
ditutup maka selang waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur.
Tekanan yang bekerja di dalam reservoir pada dasarnya disebabkan oleh:
1. Tekanan hidrostatik

Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-pori
batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat dituliskan sebagai
berikut :
Ph=0 .052. ρ .h ............................................................................... (1-39)
Dimana :
ρ = densitas fluida, (ppg atau gr/cc)
Ph = tekanan hidrostatik, (psi atau ksc)
h = tinggi kolom fluida, (ft atau meter)

Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0,433 psi/ft, sedangkan air asin
adalah 0,465 psi/ft.
2. Tekanan overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang dialami oleh formasi karena
beban berat batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat
seluruh beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu. Gradien tekanan
overburden adalah menyatakan tekanan overburden dan tiap kedalaman.

3. Tekanan kapiler
Tekanan kapiler disebabkan oleh adanya gaya yang dipengaruhi tegangan
permukaan antara fluida yang bersinggungan, besarnya volume dan bentuk pori
serta sifat kebasahan dari batuan reservoir. Besarnya tekanan kapiler berbeda-beda
pada setiap kondisi. Untuk menghitung besarnya tekanan kapiler dapat digunakan
persamaan :
h
Pc= ( ρ −ρ )
144 w o ......................................................................... (1-40)

24
Keterangan :

h = ketinggian antara minyak dan air dimana tekanan kapiler sama


dengan nol (pada oil water contact), ft.

w = densitas air, lb/cuft

o = dengan minyak, lb/cuft

4. Tekanan normal
Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi dimana tekanan
hidrostatik fluida formasi dalam keadaan normal sama dengan tekanan kolom
cairan yang ada dalam dasar formasi sampai permukaan. Bila isi dari kolom yang
terisi berbeda cairannya maka besarnya tekanan hidrostatis akan berbeda.
Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan pengendapan geologi.
Karena pada umumnya sedimen diendapakan pada lingkungan air garam, maka
banyak tempat di dunia ini mempunyai gradien tekanan antara 0,433 psi/ft sampai
0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai gradien tekanan formasi antara 0,433
psi/ft sampai 0,465 psi/ft merupakan tekanan normal.
5. Tekanan subnormal
Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien
tekanan dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya rekahan-
rekahan batuan, atau adanya gaya diatrophisma (penekanan batuan dan isinya
oleh gaya pada kerak bumi).
6. Tekanan abnormal
Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft. Tekanan abnormal tidak mempunyai
komunikasi tekanan secara bebas sehingga tekanannya tidak akan cepat
terdistribusi dan kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan abnormal berkaitan
dengan sekat (seal) terbentuk dalam suatu periode sedimentasi, kompaksi atau
tersekatnya fluida didalam suatu lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang
permeabilitasnya sangat rendah.

25
Pada proses kompaksi normal, mengecilnya volume pori akibat dari
pertambahan berat beban diatasnya dapat mengakibatkan fluida yang ada didalam
pori terdorong keluar dan mengalir ke segala arah menuju formasi di sekitarnya.
Berat batuan diatasnya akan ditahan oleh partikel-partikel sedimen. Kompaksi
normal umumnya menghasilkan suatu gradient tekanan formasi yang normal.
Kompaksi abnormal akan terjadi jika pertambahan berat beban diatasnya
tidak menyebabkan berkurangnya ruang pori. Ruang pori tidak mengecil karena
fluida didalamnya tidak bisa terdorong keluar. Tersumbatnya fluida didalam ruang
pori disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam formasi lain yang
menyebabkan permeabilitas sangat kecil.
7. Tekanan rekah
Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatis maksimum yang dapat ditahan
oleh formasi tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi tersebut. Besarnya
gadien tekanan rekah dipengaruhi oleh tekanan overburden, tekanan formasi, dan
kondisi kekuatan batuan. Selain hasil log gradien tekanan rekah dapat ditentukan
dengan memakai prinsip “leak of test” yaitu memberikan tekanan sedikit-sedikit
sedemikian rupa sampai terlihat tanda-tanda formasi akan pecah, dengan
ditunjukkan kenaikan tekanan terus-menerus dan tiba-tiba menurun drastis.
1.3.2. Temperatur Reservoir
Berdasarkan anggapan bahwa inti bumi berisi magma yang sangat panas,
maka dengan bertambahnya kedalaman temperaturnya akan naik. Besar kecilnya
kenaikan temperatur ini akan tergantung pada gradient temperaturnya yang biasa
disebut sebagai gradient geothermis. Besaran gradient geothermis ini bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain, dimana harga rata-ratanya adalah 2°F/100 ft.
Gradient geothermis yang tertinggi adalah 4°F/100 ft, sedangkan yang terendah
adalah 0.5 °F/100 ft. Variasi yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan
oleh sifat konduktivitas thermal beberapa jenis batuan.

Besarnya gradien geotermal dari suatu daerah dapat dicari dengan


menggunakan persamaan:
T formasi−T standard
Gradien geothermal = .................................... (1-41)
kedalaman formasi

26
Harga gradien geotermal berkisar antara 1.11° sampai 2"F/100 ft. Seperti
diketahui temperatur sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik fluida reservoir
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Td= Ta + Gt x D.................................................................................... (1-42)
Keterangan :
Td = Temperatur reservoir pada kedalaman D ft, °F
Ta = Temperatur pada permukaan, °F
Gt = Gradien temperatur, °F
D = Kedalaman, ratusan ft.
Pengukuran temperatur formasi dilakukan setelah completion dan
temperatur formasi ini dapat dianggap konstan selama kehidupan reservoir,
kecuali bila dilakukan proses stimulasi.

1.4. Jenis-Jenis Reservoir


Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : berdasarkan
perangkap reservoir, fasa fluida, dan mekanisme pendorong.

1.4.1 Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat yang nyata, yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam keseluruhan. Fasa yang
penting yang terdapat dalam produksi hidrokarbon adalah fasa cair (minyak atau
kondensat) dan fasa gas (gas alam). Diagram fasa adalah diagram tekanan dan
temperatur yang merupakan fungsi komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu
reservoir.

1.4.1.1.Reservoir Minyak

Reservoir minyak dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu reservoir minyak
jenuh dan resevoir minyak tak jenuh.

1. Reservoir Minyak Jenuh


Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan (minyak) dan gas
terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi pada P dan

27
T reservoir terdapat dibawah garis gelembung. Titik awal dari tekanan reservoir
berada dibawah titik Pbnya, sehingga fluida reservoir ada dua fasa yaitu fasa gas
dan minyak (sebagai fasa cair). Penurunan P res akan merubah harga GOR produksi
sebagai akibat terbebaskannya gas dari larutan.

2. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak dikatakan tak jenuh apabila dalam reservoir hanya
mengandung satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat
terjadi bila tekanan reservoir-nya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya. Pada
reservoir tak jenuh cenderung mengandung komponen berat yang relatif lebih
banyak dibandingkan dengan reservoir minyak jenuh sehingga hasil yang
diperoleh di permukaan berlainan.

Adanya perbedaan fasa hidrokarbon berupa cairan seperti minyak dan fasa
gas dipengaruhi karna adanya perubahan suhu maupun tekanan di dalam
reservoir. Perubahan suhu dan tekanan tersebut yang menyebabkan terjadi
perubahan fasa selama perjalanan hidrokarbon dari reservoir ke permukaan pada
waktu hidrokarbon tersebut diproduksikan. Keadaan ini biasanya digambarkan
dengan diagram fasa. Dengan diagram fasa ini maka reservoir dapat dibagi
menjadi beberapa jenis tergantung keberadaan fluidanya, yaitu:

a. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-molekul
yang besar, berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile). Diagram fasa-nya
mencakup rentang temperatur yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 1.8. Garis pada lengkungan fasa mewakili volume
cairan yang konstan, diukur sebagai persentase dari volume total. Garis-garis ini
disebut iso-vol atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir selama produksi.
Tekanan dan temperatur separator yang terletak di permukaan juga ditandai.

Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak dikatakan dalam
keadaan tak jenuh (undersaturated) karena minyak dapat melarutkan banyak gas

28
pada kondisi ini. Jika tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada
titik gelembungnya dan dikatakan dalam keadaan jenuh (saturated).

Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas yang dapat


dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas terlarut untuk
membentuk fasa gas bebas dalam reservoir.

Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas tambahan


mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam persentase adalah seratus
dikurangi persentase cairan. Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di
sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan kasus istimewa dari
saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.

13)
Gambar 1.8. Diagram Fasa dari Black Oil

Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari reservoir ke


permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan pada minyak. Walaupun demikian,
kondisi separator yang berada pada lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah
cairan yang relatif cukup besar sampai di permukaan. Apabila diproduksikan
maka minyak berat ini biasanya menghasilkan gas oil ratio permukaan sebesar
500 scf/stb dengan gravity 30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna
hitam dan lebih pekat lagi.

b. Volatile oil

29
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat dan
lebih banyak intermediates (yaitu etana sampai heksana) dibanding black oil.
Diagram fasa dari volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.9.
Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black oil.
Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan mendekati
temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis vertikal menunjukkan
jalur penurunan tekanan pada temperatur konstan selama produksi. Harap
diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung,
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir. Suatu volatile oil
dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir pada tekanan hanya beberapa ratus psi
di bawah tekanan gelembung.

Gambar 1.9. Diagram Fasa dari Volatile Oil 13)

Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil melintasi kondisi


separator. Oleh karena itu disebut volatile oil (minyak yang mudah menguap).
Apabila diproduksikan maka minyak ringan ini biasanya menghasilkan gas oil
ratio permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan gravity sekitar 50oAPI.
Cairan produksi biasanya berwarna gelap.

c. Reservoir Retrograde Gas

30
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk minyak dan
titik kritik-nya berada jauh di arah bawah dari lengkungan. Perubahan tersebut
merupakan akibat dari kandungan retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit
hidrokarbon berat daripada minyak. Diagram fasa dari retrograde gas memiliki
temperatur kritik lebih kecil dari temperatur reservoir dan cricondentherm lebih
besar daripada temperatur reservoir. Terlihat seperti pada Gambar 1.10.
Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas memberikan
titik embun, titik-2. Dengan menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas
untuk membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini sebagian tidak mengalir
dan tidak dapat diproduksi.

Gambar 1.10. Diagram Fasa dari Retrograde Gas 13)

Jalur tekanan reservoir pada diagram fasa menunjukkan bahwa pada


beberapa tekanan yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di
laboratorium; walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi secara
luas di reservoir karena selama produksi keseluruhan komposisi dari fluida
reservoir berubah.

d. Reservoir Gas Kering (Dry Gas)


Suatu reservoir gas kering akan mengandung fraksi ringan seperti methana
dan ethana dalam jumlah banyak serta sedikit fraksi yang lebih berat. Pada
Gambar 1.11. ditunjukkan bahwa baik kondisi separator maupun kondisi
reservoir-nya akan tetap pada daerah fasa tunggal. Untuk reservoir gas kering ini
tidak akan dijumpai adanya hidrokarbon cair akibat adanya proses penurunan

31
tekanan dan temperatur, baik pada kondisi di permukaan maupun di reservoir.
Istilah kering disini diartikan bebas dari hidrokarbon cair kecuali air formasi.

e. Wet Gas
Wet gas akan mengandung komponen (fraksi) berat lebih besar
dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan menghasilkan diagram fasa yang
lebih besar dan menggeser titik kritis pada temperatur yang lebih tinggi, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.12. Dari gambar tersebut terlihat bahwa fluida yang
mengisi reservoir gas basah pada setiap saat akan berbentuk fasa tunggal. Pada
kondisi separator, reservoir gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah
dua fasa dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi yang terjadi
di separator.

Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah tidak akan terjadi
kondensasi retrograde isothermal selama proses penurunan tekanan, cairan yang
terbentuk dalam separator dalam jumlah yang sedikit dan komponen berat yang
terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam reservoir gas basah biasanya
ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai 10000 cuft/bbl dengan derajat gravity
lebih besar dari 600 API.

Gambar 1.11. Diagram Fasa Dari Dry Gas 13)

32
Gambar 1.12. Diagram Fasa Dari Wet Gas 13)
1.4.2 Berdasarkan Mekanisme Pendorong

Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir secara


alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi ke
permukaan. Proses pendorongan akan terjadi bila energi produksinya lebih besar
dari seluruh energi yang hilang selama aliran fluida reservoir menuju lubang bor.

Sumber energi alamiah yang digunakan untuk memindahkan minyak dan


gas dari reservoir ke lubang sumur meliputi energi gravitasi minyak yang bekerja
jarak vertikal dari kolom produktifnya, energi penekanan akibat dari pembebasan
gas yang terlarut dalam minyak atau air, energi sebagai akibat kompresi dari
minyak dan air dalam daerah produksi dari reservoir-nya, energi kompresi air
yang berada di sekeliling zona produksi, energi yang berasal dari pengaruh
tekanan kapiler serta energi yang berasal dari kompresi batuannya sendiri.
Berdasarkan pengaruh yang paling dominan dari setiap sumber energi diatas,
maka mekanisme pendorong reservoir yang utama adalah water drive, gas cap
drive, solution gas drive, segregation drive, dan combination drive.

1.4.2.1.Water Drive Reservoir

Energi pendesakan yang mendorong minyak untuk mengalir adalah berasal


dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada batuan reservoir-
nya. Dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air merupakan

33
fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi
minyak bumi maka air yang berada disana tersingkir dan digantikan oleh minyak.
Dengan demikian karena volume minyak ini terbatas, maka bila dibandingkan
dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih
keci;,dapat dilihat pada Gambar 1.13.

Ditinjau dari cara pendesakannya Water Drive ini dibedakan menjadi 3


macam, yaitu :

 Edge Water Drive


 Bottom Water Drive
 Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Water Drive

Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut di tinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis .Untuk reservoir dengan jenis pendesakan
water drive maka bagian minyak yang terproduksi akan lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis pendesakan lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume
minyak yang ada. Sehingga minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal
didalam reservoir akan lebih sedikit.

Gambar 1.13. Water Drive Reservoir 14)

Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini


mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :

34
 Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
 GOR rendah dan relatif konstan
 WOR naik dengan cepat dan kontinyu
 Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%

1.4.2.2.Gas Cap Drive Reservoir

Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama
kali diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap akan
berkembang ke bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini,
umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan jika dibandingkan dengan
solution gas drive. Hal ini disebabkan bila volume gas cap drive telah demikian
besar, maka tekanan minyak akan jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam
minyak akan melepaskan diri menuju ke gas cap, dengan demikian minyak akan
bertambah ringan, encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor (Gambar
1.14.).

Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke


bawah, air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan
reservoir relatif kecil penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoir-nya
akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis
ini akan mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga residu oil yang masih
tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive.

Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong gas ini


mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :

 Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung secara kontinyu
 GOR akan meningkat terus
 Produksi air diabaikan

35
 Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan awal dalam
reservoir (initial oil in place).

Gambar 1.14. Gas Cap Drive Reservoir 14)

1.4.2.3.Solution Gas Drive Reservoir

Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, depletion gas drive, atau
internal gas drive, disebabkan oleh karena energi pendesak minyaknya adalah
terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya yang
semula merupakan fasa cair menjadi gas. Kemudian gas yang terbentuk ini ikut
mendesak minyak ke sumur produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir
karena produksi.

Gambar 1.15. Solution Gas Drive Reservoir 14)

Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi

36
akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa
mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi
rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan menjadi
berkurang sebab volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas
oil produksi dan gas oil ratio reservoir harganya hampir sama. Pada Gambar 1.15.
memperlihatkan karakteristik tekanan dan GOR pada reservoir depletion drive.

Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan hampir-
hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya terisolir, sehingga
meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksi
atau ikut terproduksi bersama minyak. Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5
- 30 %. Dengan demikian untuk reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi
primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa
minyak ini akan diproduksikan juga, maka perlu dipergunakan suatu energi
tertentu ke dalam suatu reservoir untuk mempengaruhi tekanan atau sifat fisik
sistem fluida reservoir-nya, sehingga dengan demikian diharapkan sisa minyak
yang tertinggi dapat diperkecil.

Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai kelakuan


seperti dibawah ini :

 Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara kontinyu.


 Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian naik
sampai maksimum dan turun dengan tajam.
 Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
 Produksi air dianggap tidak ada
1.4.2.4.Segregation Drive Reservoir

Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi


pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air
membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya
gravitasi).

37
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program
ini perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.

Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas


zona produktif, dan juga dari kemiringan dari formasinya. Faktor-faktor
kombinasi seperti misalnya, viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir
pada atau sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan
cukup curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan
minyak dalam struktur lapisannya seperti pada Gambar 1.16.

Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir


tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang
ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan
tekanan dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas
yang terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga
tekanan cepat akan habis.

Gambar 1.16. Gravitational Segregation Drive Reservoir 2)

Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini
sangat bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi
untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya gravity drainage ini maka

38
recovery yang didapat akan tinggi. Pernah tercatat bahwa recovery dari gravity
drainage ini melebihi 80% dari cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana
bekerja juga solution gas drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil.

Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :

 Penurunan tekanan relatif cepat


 GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara kontinyu
 Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
 Recovery sekitar 20 - 60 %

1.4.2.5.Combination Drive Reservoir

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam


beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam
keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan.
Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama
combination drive reservoir.

Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. Sehingga sifat-sifat reservoir-nya jadi lebih kompleks jika
dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.

Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap
akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada
pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak
sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi
karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian
peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak
yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya
tinggi dan efesiensi produksinya lebih tinggi.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan seperti
dibawah ini :

39
 Penurunan tekanan relatif cukup cepat
 WOR akan naik secara perlahan
 Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari
reservoir tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
 Faktor perolehan dari combination drive adalah lebih besar dibandingkan
dengan solution gas drive tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gas
cap dan water drive.
1.5. Penentuan cadangan
1.5.1. Pengertian cadangan
Cadangan (reserves) adalah perkiraan volume minyak, kondensat, gas
alam, natural gas liquids dan substansi lain yang berkaitan yang secara
komersial dapat diambil dari jumlah yang terakumulasi di reservoir
dengan metode operasi yang ada dengan kondisi ekonomi dan atas dasar
regulasi pemerintah saat itu. Perkiraan cadangan didasarkan atas
interpretasi data geologi dan/atau engineering yang tersedia pada saat itu.
Pada dasarnya, besar cadangan dapat berubah selama masa produksi
sejalan dengan bertambahnya informasi dan data reservoir dan /atau
karena keadaan ekonomi yang memaksa adanya perubahan. Cadangan
tidak termasuk minyak dan gas dan material lainnya yang sudah berada
dalam tanki penimbun baik di permukaan maupun di bawah permukaan.
Cadangan dapat ditindak lanjuti untuk dihitung apabila telah memenuhi
beberapa kriteria, antara lain adalah :

1. Telah diketemukan (discovered)


2. Dapat diambil (recoverable)
3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)
4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining)
Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti sering disebut
“estimed remaining reserves” atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah
produksi dan cadangan terbukti yang tertinggal disebut “estimated ultimate
recovery” atau cadangan ultimate, sedangkan jumlah total minyak didalam

40
reservoir disebut sebagai “Initial Oil In Place” (IOIP), hanya sebagian IOIP yang
bisa diproduksikan sehingga menjadi cadangan terbukti.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam menentukan cadangan atau pada
umumnya dipakai dalam Teknik Reservoir :
1. Cadangan hidrokarbon adalah volume hidrokarbon yang mengisi pori-pori
batuan yang oleh suatu sebab terperangkap dan terakumulasi dalam suatu
reservoir dengan bentuk dan kondisi tertentu.
2. Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
3. Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan
dan fluida reservoir tersebut.
4. Initial oil in place (IOIP) dan Initial gas in place (IGIP) adalah jumlah oil
dan gas yang mula-mula ada di dalam reservoir.
5. Recoverable reserves adalah cadangan hidrokarbon yang dapat
diproduksikan ke permukaan sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu.
6. Ultimate recovery adalah taksiran tertinggi dari jumlah hidrokarbon yang
mungkin dapat diproduksikan ke permukaan sampai batas ekonomisnya.
1.5.2. Metode penentuan cadangan
1. Metode volumetrik
Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda volumetrik
merupakan salah satu metoda yang paling sederhana, dimana dilakukan sebelum
tahap pengembangan dan data-data yang dibutuhkan juga belum banyak, hanya
data-data geologi serta sebagian data-data batuan dan fluida reservoir.

Persamaan untuk menghitung initial oil in place adalah :

Vb ∅ (1−Swi)
N=7758 RF, STB........................................................................(1-43)
Boi

Sedangkan untuk initial gas in place adalah :

41
Vb ∅ (1−Swi)
G=43560 RF, SCF......................................................................(1-44)
Bgi

Dengan melihat persamaan di atas, maka data-data yang dibutuhkan untuk


melakukan perkiraan cadangan adalah Vb, ϕ, Swi, Boi, dan Bgi. Data sifat-sifat
fisik batuan dan fluida reservoir diperoleh dari hasil laboratorium, sedangkan
untuk menentukan Vb diperlukan data-data geologi yang representatif.
2. Metode Material Balance
Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan besar
cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah cukup
banyak. Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada prinsip
kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila volume suatu
reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-perubahan volume minyak,
gas bebas dan air dalam reservoir harus sama dengan nol.

N p + [ B t + ( R p −Rsi ) ] −(W e−W p B w )


N= mBti ................................................(1-45)
B t−Bti + (B g−B gi )
B gi

(Np = kumulatif produksi; B = faktor volume formasi; Rp = gas oil ratio,


SCF/STB; Rsi = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan awal,
SCF/STB; We = water influx; WpBw = produksi air; subscript: t = total, i
= pada tekanan awal).

3. Metode Decline Curve


Secara alamiah, laju produksi akan mengalami penurunan sejalan dengan
waktu. Decline curve merupakan suatu metoda yang menggambarkan penurunan
kondisi reservoir dan produksinya terhadap waktu. Pada prinsipnya, metoda
decline curve adalah membuat grafik hubungan antara laju produksi terhadap
waktu atau laju produksi terhadap produksi kumulatif.
Bentuk kurva penurunan laju produksi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
 Exponential decline,
 Hyperbolic decline dan

42
 Harmonic decline.
4. Simulasi Reservoir
Pengertian kata simulasi adalah proses pemanfaatan model buatan yang
dibuat untuk mewakili karakteristik reservoir, dengan tujuan untuk mempelajari,
mengetahui ataupun memperkirakan kelakuan dan kinerja aliran fluida pada
reservoir tersebut. Terdapat beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam
pembuatan tiruan sistem tersebut, yang biasa disebut sebagai model. Jenis model
yang dapat digunakan pada simulasi adalah model analog, model fisik, dan model
matematik.

43

Anda mungkin juga menyukai