Anda di halaman 1dari 151

Mekanika Reservoir &

Praktikum AIB
By. Muhammad Khair

BAB 1
PETROLEUM SYSTEM

Petroleum System
Petroleum System Process
Petroleum System Element

Petroleum System Process

Generation, yakni proses di mana Batuan induk mengalami


pemanasan dan tekanan yang tinggi, serta waktu yang cukup
untuk merubah material organik menjadi hidrokarbon.
Migration merupakan proses pergerakan atau perpindahan
hidrokarbon keluar dari batuan induk hingga terakumulasi di
trap.
Accumulation merupakan proses terakumulasinya volume
hidrokarbon setelah bermigrasi menuju perangkap.
Preservation merupakan sisa hidrokarbon dalam reservoir &
tidak terubah oleh proses biodegradation ataupun waterwashing.
Timing merupakan waktu yang dibutuhkan perangkap untuk
terbentuk sebelum dan selama hidrokarbon bermigrasi.

Petroleum System Element

1. Source Rock
Merupakan endapan sedimen yang mengandung

bahan -bahan organik yang cukup untuk dapat


menghasilkan minyak dan gas bumi ketika
endapan tersebut tertimbun dan terpanaskan,
dan dapat mengelurakan minyak dan gas bumi
tersebut dalam jumlah yang ekonomis.
Bahan organik yang terkandung pada source rock
disebut Kerogen.

Tipe Kerogen
Tipe 1

Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe


seperti ini dapat mengahsilkan minyak dengan kualitas baik
dan mampu menghasilkan gas.
Tipe 2
Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe
seperti ini merupakan bahan utama minyak dan gas bumi
Tipe 3
Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batubara.
Tipe seperti ini umumnya menghasilkan gas dan sedikit
minyak.
Tipe 4
Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak
mampu menghasilkan minyak dan gas.

Contoh: Batu Serpih/Shale (Batu lempung yang pipih)

dan Coal (Batubara).

2. Reservoir Rock
Batuan yang mampu menyimpan dan mampu

mengalirkan hidrokarbon.
Syarat batuan tersebut harus memiliki porositas
sebagai penyimpan hidrokarbon dan permeabilitas
sebagai tempat mengalirnya hidrokarbon.

Contoh: Batu pasir (sandstone), batu gamping

(limestone), batuan dolomit (batuan gamping yang


terdolomitasi / terkena proses pelarutan air formasi
sehingga terdapat unsur Mg didalamnya).

3. Migration Route
Jalur transportasi minyak dan gas dari Source Rock

menuju Reservoir.
Dapat berasal dari rekahan (karena proses tektonik &
pelarutan batuan dari air formasi) ataupun dari
permeabilitas lapisan batuan diatas source rock.
Dalam transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses
yaitu:
o Migrasi primer

Migrasi didalam skuen dari Source Rock


o Ekspulsion
Dari sekuen Source Rock menuju carrier bed
o Migrasi Skunder
Transportasi carrier bed menuju ke trap

4. Seal Rock
Seal Rock atau Cap Rock merupakan batuan yang

memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil


sehingga cairan hidrokarbon tidak dapat melalui
batuan tersebut yang mengakibatkan minyak dan
gas bumi terjebak.
Syarat batuan ini ialah impermeable (tidak
memiliki/sangat sedikit terdapat pori yang
berhubungan sehingga tidak memiliki kemampuan
mengalirkan fluida.

Contoh: Batu lempung (Shale)

5. Trap
Bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu

menahan minyak dan gas bumi untuk terakumulasi


dan tidak berpindah lagi.
Syarat suatu trap harus terdiri dari batuan reservoir
sebagai tempat penyimpan hidrokarbon dan suatu set
seal sebagai penutup agar tidak terjadi migrasi lagi,
dimana keduanya tertata dalam bentuk ataupun
susunan lapisan yang menyebabkan HC terakumulasi.

Tipe Trap
Trap Struktural

Trap ini dipengaruhi oleh kejadian deformasi


perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan
dan patahan yang merupakan respon dari kejadian
tektonik.

Contoh: Antiklin, Fault, Saltdome

Trap Stratigrafi

Trap reservoir ini dipengaruhi oleh variasi perlapisan


secara vertikal dan lateral, perubahan facies batuan
dan ketidakselarasan, serta variasi lateral dalam
litologi pada suatu lapisan reservoir dalam
perpindahan minyak bumi.

Contoh: Reef, Unconformity, Pinch-Out

Trap Kombinasi

Trap ini merupakan kombinasi antara 2 trap, baik


secara struktural maupun stratigrafi, dimana trap ini
merupakan faktor bersama dalam membatasi
pergerakan dari minyak bumi.

Contoh: Piercment dome, anticline fault.

BAB 2
SIFAT-SIFAT FISIK BATUAN

Sifat-Sifat Fisik Batuan


Porositas
Permeabilitas

Saturasi
Wettabilitas
Tekanan Kapiler

Kompressibilitas

POROSITAS

A. Pengertian Porositas
Porositas () : didefinisikan sebagai fraksi atau persen

dari volume ruang pori-pori terhadap volume batuan


total (bulk volume).

Vp
Vb

x100%

Vb Vg
Vb

x100%

Vp
V p Vg

x100%

B. Klasifikasi Porositas
Berdasarkan Pembentukannya
Porositas Primer, terbentuk bersamaan dengan proses

pembentukan batuan.
Porositas Sekunder, terbentuk setelah terjadi proses
pembentukan batuan. Porositas sekunder dapat
berupa:
Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk

karena adanya kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari


variasi beban seperti lipatan, atau patahan.
Pelarutan batuan, air formasi melarutkan mineral-mineral yang
terkandung pada batuan.
Dolomitisasi, dalam proses ini batuan gamping (CaCO3)
ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2).

Berdasarkan Teknik Reservoirnya


Porositas Total / Absolut, adalah perbandingan antara

volume seluruh pori (pori-pori total) terhadap volume


total batuan (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.

abs

Vp

x 100%
Vb

Porositas Efektif, adalah perbandingan antara volume

pori-pori yang berhubungan terhadap volume total


batuan (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.
g b
Volume pori yang berhubungan
x100%
eff
x100% eff
Volume total batuan
g f

C. Ilustrasi Porositas

Porositas Distribusi Kubus, Rhombohedral, & Acak.

90

90 o
90 o

a. Cubic (porosity = 47,6 %)

90

90 o

90

b. Rhombohedral (porosity = 25,96 %)

D. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Porositas
Ukuran dan Bentuk Butir

Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan, tetapi
mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan bentuk butir
didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai
standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka
porositas batuan akan lebih meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.
Distribusi dan Penyusunan Butiran

Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir yang
tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya jika batuan
tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan sama besar.
Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.
Derajat Sementasi dan Kompaksi

Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan akibat


adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan sementasi pada
batuan akan menutup pori-pori batuan tersebut.

E. Distribusi Kumulatif Ukuran


Butiran dari Graywacke
Semakin banyak material pengotor, seperti: silt & clay

yang terdapat dalam batuan akan menyebabkan


mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
A) Shaly sand
B) Batu Pasir

F. Klasifikasi Porositas
Porositas (%)

Kualitas

05

Jelek sekali

5 10

Jelek

10 15

Sedang

15 20

Baik

20

Sangat bagus

G. Aplikasi Pengukuran Porositas


pada Dunia Perminyakan
Untuk perhitungan cadangan dengan metode

volumetrik.

7758 xx(1 Sw) xVb


OOIP
x100%
Bo

PERMEABILITAS

A. Pengertian Permeabilitas
Kemampuan batuan untuk dialiri fluida.

Asumsi darcy:
Alirannya steady state
Fluida 1 fasa
Viskositas konstan
Kondisi aliran isothermal

Formasi homogen & arah alirannya horizontal


Fluidanya incompressible

Satuan permeabilitas adalah:


Q(cm 3 / sec).(centipoise )L(cm)
K (darcy )
A( sqcm).P(atm )

Dari persamaan diatas dapat dikembangkan untuk


berbagai kondisi aliran yaitu aliran linier dan radial,
masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.

Q A

P1

P2

B. Jenis-Jenis Permeabilitas
Permeabilitas Absolut (K abs)
Fluida yang mengalir hanya satu fasa.

Permeabilitas Effektif (K eff)


Fluida yang mengalir lebih dari satu fasa.

Permeabilitas Relatif
Perbandingan K eff dengan K abs.

C. Klasifikasi Permeabilitas

D. Hubungan Saturasi VS
Permeabilitas

E. Data Permeabilitas pada saat


di Lapangan
Wireline Information, sebagai berikut :
Convention Core
Whole Core
Core Plugs

Probe Permeameter
Well and Drill Steam Test
Wireline Log

F. Aplikasi pada Dunia Perminyakan


Untuk mengetahui optimasi laju alir pada saat satu

fasa (sebelum melewati Pb).


Untuk mengetahui Produktifitas Index (PI).

SATURASI

A. Pengertian Saturasi
Perbandingan volume pori yang terisi fluida dgn Vp

total.

Rumus saturasi utk fasa di reservoir :

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ukuran & distribusi pori-pori batuan

Ketinggian diatas free water level


Adanya perbedaan Pc

C. 4 Hal Penting dalam Saturasi


Saturasi fluida bervariasi dalam reservoir.
Saturasi fluida akan bervariasi dgn kumulatif

produksi minyak.
Saturasi minyak dan saturasi gas dinyatakan sbg
pori yg di isi hidrokarbon.
Adanya saturasi yg tersisa di dalam reservoir.

D. Istilah-Istilah dalam Saturasi


WC (Water Connate): air yg berada direservoir.
Swc (Saturasi Water Connate): saturasi air yg di

reservoir.
Water Cut: perbandingan water yg terproduksi
terhadap total fluida yg diproduksi.
Water Influx: water yg mengisi pori yang
ditinggalkan oleh oil yang telah terproduksi.
Free Water Level: Batas tertinggi yang ditempati
air bebas.
Zona Transisi: Zona dimana tidak diketahui fluida
apa yang mendominasi.

Soirr, Swirr dan Sgirr


Jumlah fluida yg tidak dapat diproduksikan.

Penyebab :
Isolated Pore

Pori-pori yang terisolasi oleh matrix sehingga fluida


dalam pori ikut terisolasi/tak bisa mengalir.
Pressure
Ketika pressure formasi tidak kuat mengangkat fluida
produksi ke surface.
Re ( jari-jari pengurasan) terbatas

E. Aplikasi Pengukuran Saturasi


pada Dunia Perminyakan
Untuk perhitungan cadangan dengan metode

volumetrik.

7758 xx(1 Sw) xVb


OOIP
x100%
Bo

WETTABILITY

A. Pengertian Wettability
Wettability adalah kecendrungan dari suatu fluida

untuk menyebar atau melekat pada permukaan


batuan.

Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda

padat, maka salah satu fluida akan bersifat


membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi.
AT = so - sw = wo. cos wo
dimana :
so = tegangan permukaan minyak-benda padat,

dyne/cm
sw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
wo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
wo = sudut kontak minyak-air.

B. Hal Penting dalam Wettability


Suatu cairan dikatakan membasahi zat padat jika tegangan

adhesinya positip ( < 90o), yang berarti batuan bersifat


water wet. Sedangkan bila air tidak membasahi zat padat
maka tegangan adhesinya negatip ( > 90o), berarti batuan
bersifat oil wet.
Distribusi cairan dalam sistem pori pori batuan
tergantung pada kebasahan.
Distribusi pendulair ring adalah keadaan dimana fasa yang
membasahi tidak kontinyu dan fasa yang tidak membasahi
ada dalam kontak dengan beberapa permukaan butiran
batuan.
Sedangkan distribusi funiculair ring adalah keadaan
dimana fasa yang membasahi kontinyu dan secara mutlak
terdapat pada permukaan butiran.

C. Ilustrasi Wettability

TEKANAN KAPILER

A. Pengertian Tekanan Kapiler


Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan

tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang


tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan
dari fluida tersebut.
Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan
tekanan antara fluida non-wetting fasa (Pnw)
dengan fluida Wetting fasa (Pw) atau:

Pc=Pnw - Pw

B. Tujuan
Untuk menentukan kedalaman yang tepat saat

perforasi.

C. Hal-Hal Penting dalam Pc


Di

reservoir biasanya air sebagai fasa yang


membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan
gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung
pada ukuran pori-pori dan macam fluidanya. Secara
kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan
sebagai berikut :

2. . cos
Pc
.g.h
r

Perubahan ukuran

pori-pori
dan
densitas fluida akan
mempengaruhi
bentuk
kurva
tekanan kapiler dan
ketebalan
zona
transisi.

D. Imbibisi & Drainage


Imbibisi: Wetting phase meningkat, non wetting

phase menurun. Terjadi saat produksi (water influx)


& saat melakukan water flooding.
Drainage: Non wetting phase meningkat, wetting
phase menurun. Terjadi saat migrasi oil & saat
melakukan EOR (injeksi yang bukan air).

Reservoir minyak yang

mepunyai API gravity


rendah maka kontak
minyak-air
akan
mempunyai
zona
transisi yang panjang
(fluida yang berbeda).

Batuan

reservoir
dengan permeabilitas
yang
besar
akan
mempunyai
tekanan
kapiler yang rendah
dan ketebalan zona
transisi
yang
tipis
daripada
reservoir
dengan permeabilitas
yang rendah.

KOMPRESIBILITAS

A. Pengertian Kompressibilitas
Kompressibilitas batuan adalah perubahan volume batuan

akibat perubahan tekanan yang mempengaruhinya.


Menurut Geerstma (1957) terdapat tiga konsep
kompressibilitas batuan, antara lain :
Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan

volume material padatan (grains) terhadap satuan perubahan


tekanan.
Kompressibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume
bulk batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan
volume pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Diantara konsep diatas, kompressibilitas pori pori batuan

dianggap yang paling penting dalam teknik reservoir


khususnya

B. Konsep Kompressibilitas
Pada saat fluida dalam pori batuan berkurang maka

terjadi pengosongan ruang pori, kondisi ini


menyebabkan tekanan di dalam pori berkurang
karena berat batuan di atasnya maka batuan akan
terkompaksi dan ruang pori semakin mengecil. Jika
suatu saat akan dilakukan perhitungan cadangan
setelah produksi berjalan beberapa waktu, maka
faktor kompresibilitas ini perlu dipertimbangkan. Hal
ini menyatakan bahwa kompresibilitas volume pori
adalah merupakan fungsi porositas.

C. Jenis Tekanan yang dialami Batuan


Tekanan dalam (internal stress) yang disebabkan

oleh tekanan hidrostatik fluida yang terkandung


dalam pori-pori batuan.
Tekanan luar (external stress) yang disebabkan oleh
berat batuan yang ada diatasnya (overburden
pressure).

Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan

reservoir akan mengakibatkan perubahan tekanandalam dari batuan, sehingga resultan tekanan pada
batuan akan mengalami perubahan pula.
Adanya perubahan tekanan ini akan mengakibatkan
perubahan pada butir-butir batuan, pori-pori dan
volume total (bulk) batuan reservoir. Untuk padatan
(grains) akan mengalami perubahan yang serupa
apabila mendapat tekanan hidrostatik fluida yang
dikandungnya

D. Persamaan Kompresibilitas
Perubahan

bentuk volume bulk batuan dapat


dinyatakan sebagai kompressibilitas Cr atau :

1 dVr
Cr
.
Vr dP
Sedangkan

perubahan bentuk volume pori-pori


batuan dapat dinyatakan sebagai kompressibilitas Cp
atau :
1 dV p
Cp
. *
V p dP

BAB 3
PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN

A. Penetuan sifat fisik batuan


dilakukan dengan 3 cara:
1. Analisa Core
Pengambilan core (sampel formasi dibawah
permukaan)
dari
dalam
sumur
dengan
menggunakan core bit. Pengujian sifat fisik batuan
dengan metode ini dilakukan pada praktikum AIB.
Coring dilakukan dengan cara:
Conventional coring
Sidewall coring

Conventional Core

Side Wall Coring

Analisa Logging
dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang

dibor dengan menggunakan peralatan logging (Tool Log).


Analisa Cutting
meneliti cutting yang berasal dari lumpur pemboran

yang disirkulasikan kedalam sumur pemboran.

BAB 4
PRAKTIKUM ANALISA INTI BNATUAN
(AIB)

A. Pengertian AIB
Analisa Inti Batuan adalah tahapan analisa setelah

contoh formasi
diperoleh.

dibawah

permukaan

(core)

B. Tujuan AIB
Menentukan secara langsung informasi tentang sifat

sifat fisik batuan.


Dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan
hidrokarbon dari suatu sumur.
Tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan
untuk pegangan melaksanakan well completion.
Merupakan
suatu
informasi
penting
untuk
melaksanakan proyek secondary dan tertary recovery.
Data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan
pembanding dan kalibrasi dan metode logging.

C. Prosedur Analisa Inti Batuan


Analisa inti batuan rutin, yakni analisa yang rutin

dilakukan. Analisa Inti Batuan Rutin umumnya


berkisar
tentang
pengukuran
porositas,
permeabilitas absolut dan saturasi fluida.

Analisa Inti Batuan Spesial, yakni analisa yang

dilakukan hanya pada kejadian tertentu. Dapat


dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Pengukuran pada kondisi statis (pengukuran tanpa

injeksi), meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan


cepat rambat suara, grain density, wettability,
kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas
fungsi tekanan (Net Over Burden) dan studi petrography.
Pengukuran pada kondisi dinamis (pengukuran dengan
injeksi), meliputi permeabilitas relatif, thermal-recovery,
gas residual, water flood evaluation, liquid permeability
(completion evaluation, workover dan injection fluid).

D. Kegiatan Praktikum AIB


Penentuan Porositas.
Pengukuran Saturasi.

Pengukuran Permeabilitas.
Sieve Analysis.
Pengukuran Kadar Larut Sample Terhadap Larutan

Asam.
Penentuan Tekanan Kapiler.

PENENTUAN POROSITAS

1. Peralatan
Timbangan & Anak timbangan
Vacum pump & Vacum desikator
Beaker glass ceper
Porometer

2. Bahan
Core (Inti Batuan)
Kerosine (Sebagai asumsi pengganti fluida reservoir,

karna memiliki densitas yang hampir sama).

3. Pengukuran Porositas
Persamaan:

Vp
Vb

x100%

Vb Vg
Vb

x100%

Vp
V p Vg

x100%

3.a. Metode Menimbang


Core Kering Mula Mula (W1)
Core Dijenuhi Oleh Kerosene (W2)
Core Dijenuhi Kerosene diangkat diudara (W3)

W3 W2
Vb
B.J kerosin

W1 W2
W3 W1
Vg
Vp
B.J kerosin
B.J kerosin

Vp
Vb

x100%

3.b. Metode Mercury Injection Pump


Penentuan Skala Picnometer
Volume picnometer kosong
=
|skala awal skala akhir|

Penentuan Volume Bulk


Volume picnometer + core

|skala awal skala akhir|

Volume Bulk= Vpicnometerkosong-Vpicnometer+core


Penentuan Volume Pori
=

|skala awal skala akhir|

PENGUKURAN SATURASI

1. Peralatan
Retort
Solvent

extractor termasuk reflux condensor


(pendingin) water trap dan pemanas listrik
Timbangan
Gelas ukur
Exicator
Oven

2. Bahan
Fresh Core

Air
Minyak
Toluena (sebagai katalisator untuk mempercepat

pemisahan).

3. Penentuan Saturasi
Penentuan

saturasi dilakukan dengan prinsip


destilasi, dimana core akan dipanaskan hingga akan
teruapkan fluida yang terkandung dalam fresh core.
Setelah diketahui volume fluida yang teruapkan,
dapat diketahui saturasinya.
Penguapan untuk water & oil memiliki titik didih
yang berbeda, dimana titik didih water lebih rendah
dibanding oil. Jadi akan dilakukan 2 kali pemanasan
saat mengukur saturasi, yang pertama untuk
pengukuran saturasi water & yang kedua untuk
pengukuran saturasi oil.

PENGUKURAN PERMEABILITAS

1. Peralatan
Core Holder untuk Liquid Permeameter
Thermometer R, Fill Connection
Cut off valve

Special Lid an Over Flow Tube


Burette
Discharge-fill valve assemble

Gas pressure line and pressure regulator


Gas inlet
Stopwatch

2. Bahan
Fresh Core
Gas

3. Hal-Hal Penting pd Gas Permeameter


Efek gas slippage: berubahnya harga permeabilitas

absolut akibat adanya ekspansi gas


Efek klinkenberg: adanya perbedaan gas & liquid

pada saat melewati formasi


Koreksi Klinkenberg: koreksi yg digunakan untuk

memperoleh nilai permeabilitas yg sebenarnya

4. Penentuan Permeabilitas Absolute


Hitung permeabilitas core dari data yang dihasilkan

gas permeameter dengan penginjeksian tekanan yang


berbeda sebanyak 3 kali.
Kemudian plot data k dengan 1/P ke grafik semilog.
Buat trendline dari grafik tersebut dan dapatkan
persamaannya.
Dari persamaan yang didapatkan y=ax+b, dimana y =
permeabilitas, dan x = 1/P. Untuk mendapatkan
permeabilitas absolute dari efek klikenberg
disubtitusikan x = 1/P = 0. Sehingga diketahui kabs =
a(0)+b, maka Kabs = b.

SIEVE ANALYSIS

1. Pengertian Sieve Analysis


Penentuan persentase berat butiran agregat yang

lolos dari suatu set seive.


Pemilihan besar keseragaman butiran menurut
Schwartz yaitu:
C < 3, merupakan pemilahan yang seragam
C > 5, merupakan pemilahan yang jelek
3 < C < 5, merupakan pemilahan yang sedang

2. Tujuan
Untuk mengkumulatifkan persen berat terhadap

besar butir (grain size) menentukan baik- buruknya


pemilahan (sorted).
Untuk menentukan metode-metode penanggulangan
masalah kepasiran.
Untuk menentukan kadar lempung silt pasir.

3. Jenis Formasi

Consolidated: Formasi sementasi baik/kompak,


sehingga ikatan antar butiran baik.
Unconsolidated: Formasi sementasi buruk/tidak
kompak, sehingga ikatan antar butiran kurang baik.

4. Penyebab Problem Kepasiran


Drag Force (tenaga pengerukan) yg besar
Aliran fluida dan viskositas meningkat

Produksi di zona pasir


Adanya lapisan unconsolidated disekitar formasi

Hilangnya kompaksi batuan


Disebabkan aliran fluida reservoir

Penurunan Tekanan laju alir


Akibatnya kekompakan formasi unconsolidated mulai

berkurang akibat penurunan tekanan laju alir

5. Efek Problem Kepasiran


Erotion
Reduce Production
Formation damage

Equip damage
Tubing instability

6. Penanggulangan Problem Kepasiran

Mengurangi Drag Force.


Menggunakan metode mekanik:

Screen Liner : berupa saringan yg dipasang pada tubing.


Gravel Pack : berupa kerikil yg diinjeksikan menggunakan coil
tubing.

Sand Consolidation : injeksi resin ke formasi untuk


menguatkan ikatan antar butir batuan.

6.a. Screen Liner


Ada 2 jenis lubang saringan

6.b.1. Pelaksanaan Gravel Pack


Pembersihan perforasi dengan clean fluid
Penentuan ukuran Gravel Pack
Lakukan Squeeze gravel pack
Produksikan sumur

6.b.2. Jenis-jenis Gravel Pack


Open Hole Gravel Pack
Dipasang pada dinding formasi

Inside Gravel Pack


Dipasang antara casing yg diperforasi dengan screen

liner

6.b.3. Metode Penempatan GP


Metode Wash Down
Metode Reverse Circulation
Metode Crossover Tool
Metode Modified

Metode Wash Down


Gravel diendapkan sampai ketinggian tertentu diatas

zona perforasi
Turunkan screen liner dgn wash pipe, agar screen liner
dapat menembus gravel
Biarkan gravel mengendap di sekeliling screen liner

Metode Reverse Circulation


Gravel di pompakan melalui annulus antara casing

dengan string.
Lalu fluida pendorong akan kembali keatas melalui
screen dan kepermukaan melalui string.
Dipakai pada saat regravel (penempatan perbaikan
gravel) utk mengisi gravel antara casing dengan
string.

Metode Crossover Tool


Mensirkulasi gravel melalui tubing dengan bantuan

pompa dan fluida.


Fluida pendorong akan kembali keatas melalui
crossover dan kembali kepermukaan melalui annulus
antara tubing dan casing.

Metode Modified
Peralatan crossover diganti dengan alat bypass yg

dipasang dalam tubing dibawah packer.


Setting packer lalu jatuhkan bola besi pada alat
bypass.
Kemudian alat bypass akan jatuh ke dalam gravel dan
mensqueeze gravel kedalam zona perforasi.

6.c. Sand Consolidation

7. Peralatan Utama
Electric Sieve Shacker

8. Bahan
Batuan Reservoir

9. Penentuan Koeffisien Keseragaman


Butir (C)
%Berat Kumulatif

d 40
c
d 90

Berat Kumulatif
=
100 %
berat
Menurut Schwartz adalah:
C < 3, merupakan pemilahan
yang seragam
C > 5, merupakan pemilahan
yang jelek
3< C < 5, merupakan pemilahan
yang sedang

PENENTUAN KADAR LARUT SAMPLE


TERHADAP LARUTAN ASAM

1. Tujuan
Menentukan asam yang sesuai untuk formasi ketika

hendak melakukan acidizing.

2. Stimulasi
Stimulasi

adalah usaha
untuk
meningkatkan
produktivitas HC dari formasi dengan meningkatkan
harga permeabilitas formasi yang mengalami kerusakan
sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar.
Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang
mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh
adanya kerusakan formasi (formation damage) atau
faktor lain disekitar lubang sumur.
Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi Acidizing
(Pelarutan batuan dengan menggunakan cairan asam)
dan Hydraulic Fracturing (Injeksi tekanan diatas tekan
fracture untuk membuat rekahan).

3. Skin
Besaran

yang menunjukan ada atau tidaknya


kerusakan pada formasi sebagai akibat dari aktifitas
pemboran ataupun produksi.
S = negatif (-) menunjukan terjadinya perbaikan pada

formasi (stimulated),
S = positif (+), menunjukan adanya kerusakan pada
formasi (damage),
S = 0, menunjukan kondisi reservoir awal yang belum
mengalami perubahan (initial).

4. Proses Pengasaman
Matrix acidizing : Asam di injeksikan ke formasi pada

tekanan dibawah tekanan rekah, dengan tujuan agar


reaksi asam menyebar ke formasi secara radial. Matrix
Acidizing digunakan baik untuk batuan Karbonat
(limestone/dolomite) maupun sand stone.
Acid Fracturing : penginjeksian asam ke dalam formasi
untuk memakan permukaan rekahan yang sudah ada
(memperbesar ukuran rekahan).
Acid Washing : Asam yang di injeksikan untuk
melarutkan scale disekitar sumur, menghilangkan
endapan yang dapat larut dalam asam atau untuk
membuka saluran-saluran meliputi pipa dan lubang
perforasi.

5. Syarat Asam
Tidak terlampau reakitf terhadap logam.

Segi keselamatan dalam proses acidizing.


Dapat melarutkan batuan / mineral.

6. Asam yang Umum Dipakai untuk


Acidizing

7. Additive yang digunakan pada


Asam
Inhibitors : Pencegahan korosi pada pipa.
Surfactant : Membuat batuan tetap suka akan air.

Complexing Agents : Bila ada unsur besi dalam

formasi.
Gelling Agents: Mempunyai dua tujuan dalam
pengasaman, yaitu mengurangi Friksi dan
memperlambat reaksi asam.
Diverting
Agents:
Membuat
pengasaman
terdistribusi lebih merata dengan cara menutup
sementara zona yang lebih permabel.
Etc.

8. Faktor yg Mempengaruhi
Laju Reaksi Asam
Temperature
Berbanding lurus

Luas Permukaan Batuan


Berbanding lurus

Tekanan
Berbanding terbalik

Konsentrasi Asam
Berbanding lurus

Komposisi Batuan
Laju reaksi cenderung cepat, kecuali pada batuan dolomit

Kecepatan Aliran Asam


Memiliki pengaruh terhadap daya reaktifnya terhadap

batuan

9. Surface Equipment Acidizing

Acid, yang disimpan dalam wadah yang terbuat dari bahan


Stainless steal atau bahan lain yang tidak bereaksi
terhadap asam.

Inhibitor, campuran yang dicampurkan kedalam asam


untuk memperlambat laju korosi asam terhadap peralatan
downhole atau pipa.

Pompa ESP (Electrical Submersible Pump) ataupun pompa


jenis lain yang gunanya untuk memompa asam masuk
kedalam sumur.

Coiled Tubing, digunakan sebagai media penghantar asam


dari permukaan masuk kedalam formasi, ukuranya
disesuaikan dengan kebutuhan, namun ukuran yang biasa
digunakan umumnya 1.5 -- 2.5.

Spacer, jenis fluida tertentu yang di injeksikan kedalam


formasi setelah seluruh asam sudah habis terinjeksi
kedalam formasi. Fungsinya adalah sebagai pengantar
asam untuk sampai ke formasi sasaran dan fluida spacer
adalah fluida yang tidak mempengaruhi kualitas asam.

10. Tahap Kegiatan Penginjeksian


Asam
Preflush
Memompakan asam berkonsentrasi rendah dgn volume

setengah dari volume asam yg sebenarnya


Tujuannya :
Menghilangkan material yg dpt bereaksi dgn HCl
Menghilangkan ion Na2+, Ca2+, dll yg dpt mengendap ketika
bereaksi dgn HF
Mendinginkan formasi agar penetrasi asam maksimal

Spotting
Proses

utama dalam penginjeksian


memperbaiki permeabilitas batuan.

asam

untuk

Pengaruh laju penginjeksian :


Laju penginjeksian rendah : utk memperbaiki formation damage
disekitar sumur
Laju penginjeksian tinggi : utk mendapatkan jangkauan penetrasi
asam yang lebih jauh ke dalam formasi

After Flush (Postflush)


Proses pendorongan asam yg masih tersisa di tubing

atau pembersihan endapan yang terbentuk setelah


pengasaman.

11. Peralatan
Mortal dan pastle
Oven
Erlenmeyer
Kertas Saring
Soxhelet Aparatus
ASTM 100 Mesh

12. Bahan
Core (Batu Gamping dan Batu pasir)

HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)


Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl

orange) dilarutkan dalam 1 liter aquades atau


air suling.

13. Rumus Penentuan Kadar Larut


Dapatkan data dibawah:
Berat sampel sebelum pengasaman (W)
Berat sampel sesudah pengasaman (w)

Kemudian hitung kadar larut batuan dengan

persamaan:

PENENTUAN TEKANAN KAPILER

1. Peralatan
Mercury Injection Capillary Pressure Apparatus

2. Bahan
Fresh Core
Gas

3. Penentuan Pc
Prosedur pengerjaannya panjang banget ces, jadi gk

ane cantumin disini. Jadi silahkan baca sendiri ya di


modul praktikum. Yohohohoho~

~JAZAAKUMULLAH KHAIRAN
KATSIRAN~

Offisial: Vantat Ayam Corporation


Twitter: @Khair_Rzh
Blog: khairdblackbeard.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai