pengkoreksian
menggunakan core
resistivitas
formasi
(Rtterbaca)
yang
rendah
batuan yang terkena dampak adanya mineral berat dan mencari solusi yang
diterapkan pada core yang terkena efek mineral tersebut. Dibuat dua macam core
sintetis yaitu core yang kotor atau yang dicampur dengan mineral berat dan core
yang bersih atau tanpa mineral berat. Core yang kotor dibagi dua berdasarkan
jenis penyebaran mineral beratnya, yaitu core laminasi dan core dipersed. Core
naiknya volume mineral berat naik pula porositas. Untuk core dispersed yaitu core
no 17, 3, dan 4 range porositasnya 24-30 %. Sebagai validator digunakan core no
16.
Faktor Tortuositas (a) adalah perbandingan antara panjang lintasan antar
grain dengan panjang core. Pada penelitian diambil a=1. Untuk mempermudah
proses penarikan garis miring waktu mencari faktor sementasi (m) dan eksponen
saturasi (n). Faktor sementasi (m) , dari penelitian didapatkan m untuk core bersih
= 2.118 , core laminasi = 1.9429 , core dispersed = 1.8536. Terlihat bahwa faktor
sementasi core bersih lebih besar dari m core laminasi ataupun core dispersed. Hal
ini dikarenakan adanya mineral berat yang berpengaruh pada faktor formasi
sedangkan faktor formasi merupakan perbandingan antara resistivitas batuan
jenuh (Ro) dengan resistivitas air formasi (Rw). Untuk eksponen saturasi (n), pada
core clean core no 1 mempunyai eksponen saturasi = 1.864. Core no 5, eksponen
saturasi = 1.8979. Core no 16, eksponen saturasi = 1.890. Core no 20, eksponen
saturasi = 1.8265. Pada core laminasi core no 9 dengan volume berat mineral =
3%, eksponen saturasinya = 1.740. Untuk core no 10 dengan volume mineral
berat = 6%, eksponen saturasinya = 1.432. Core no 11 volume mineral berat =
9%, eksponen saturasinya = 1.126. Pada core dispersed core no 17 dengan volume
berat mineral = 3%, eksponen saturasinya = 1.784. Core no 3 dengan volume
berat mineral = 6%, eksponen saturasinya 1.372. Core no 4 dengan volume berat
mineral = 9%, eksponen saturasinya = 1.102. Sama seperti core laminasi, terlihat
bahwa kenaikan volume mineral berat akan menurunkan eksponen saturasinya.
Hal ini terjadi karena mineral berat menurunkan resistivitas batuan.
Mengenai saturasi air (Sw), baik pada core clean maupun core yang ada
berat mineralnya saturasinya dihitung dengan metode archie. Cara ini dipakai
karena tidak digunakannya shale sebagai bahan pembentuk core sintetis. Karena
pengaruh yang cukup signifikan adanya mineral berat terhadap resistivitas core
maka akan terjadi peningkatan saturasi air. Contohnya pada core no 4 didapat
saturasi air tanpa koreksi (SWTcorr) = 60.31%. SWTcorr ini sangat berbeda bila
dibandingkan dengan hasil SWlabnya = 46.32%. Oleh karena itu, perhitungan
saturasi air dengan menggunakan Rtterbaca (SWTcorr) yang terpengaruh oleh adanya
mineral berat akan menjadi tidak akurat. Dari hasil pengukuran di laboratorium
untuk core kotor, terlihat penurunan resistivitas yang terjadi pada core kotor lebih
besar pada saturasi air yang kecil. Ini terjadi karena mineral berat konduktif yang
memiliki pengaruh dominan terhadap penurunan resistivitas. Pengaruh penurunan
resistivitas oleh mineral berat menurun seiring bertambahnya kandungan air
karena elektrolit dalam air ikut berperan dalam penurunan resistivitas.
Resistivitas batuan jenuh (Ro) adalah batuan yang memiliki Sw = 100%.
Resistivitas batuan jenuh (Ro) tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus. Digunakan core no 4 sebagai contoh pada penelitian ini. Mengenai
resistivitas batuan (Rt), contohnya dapat dilihat pada core no 10. Rt yang
didapatkan selanjutnya disebut dengan Rtterbaca, dihitung menggunakan persamaan.
Mengenai faktor formasi contohnya bisa dilihat pada core no 1. Mengenai
resistivity index, adalah perbandingan antara tahanan listrik suatu batuan yang
mengandung hidrokarbon terhadap batuan yang jenuh dengan air formasi.
Contohnya bisa dilihat pada core no 10.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA