Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI


PENENTUAN SATURASI AIR

DISUSUN OLEH :
PLUG L

STUDIO PENILAIAN FORMASI


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
BAB IV
PENENTUAN SATURASI AIR

4.1. TUJUAN
Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi adalah mengetahui
seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi. Dengan data
saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi.
Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi yang
mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu.

4.2. DASAR TEORI


4.2.1. Definisi Saturasi
Saturasi merupakan ruang pori-pori batuan reservoir mengandung fluida
yang biasanya terdiri dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing-
masing fluida, maka perlu diketahui saturasi masing-masing fluida tersebut.
Saturasi adalah perbandingan antara volume fluida tertentu (air, minyak dan gas)
terhadap jumlah volume pori-pori.
4.2.2. Konsep Resistivitas
Resistivitas didefinisikan sebagai daya tahan batuan terhadap arus listrik.
Resistivitas batuan bisa diukur melalui well logging. Ada dua jenis alat untuk
mengukur resistivitas. Lateral log mengukur resistivitas secara langsung dan
induksi yang mengukur konduktivitas. Resistivitas dan konduktivitas memiliki
hubungan berbanding terbalik dimana semakin besar nilai resistivitas maka
semakin kecil nilai konduktivitas. Batuan reservoir memiliki karakteristik
resistivitas sebagai berikut:
a. Matriks batuan : resistivitas tinggi
b. Air formasi : resistivitas rendah
c. Minyak : resistivitas tinggi
d. Gas : resistivitas tinggi
e. Water-based mud filtrate : resistivitas rendah
f. Oil-based mud filtrate : resistivitas tinggi
Pada dasarnya batuan reservoir memiliki resistivitas yang tinggi. Namun
resistivitas batuan lebih tergantung pada fluida yang mengisi pori batuan. Jika
reservoir terisi minyak/gas, maka resistivitas akan tinggi dan jika terisi air
formasi/water-based mud filtrate, maka resistivitas akan rendah. Resistivitas
adalah pengukuran dasar dari saturasi fluida reservoir dan merupakan fungsi dari
porositas, jenis fluida dan jenis batuan. Hubungan antara resistivitas air (Rw) dan
resistivitas batuan basah (Ro) ditunjukkan dengan persamaan:

F = Ro / Rw ....................................................................................... (4.1)

Profil Resistivitas:
a. Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)
Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk
menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank
Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam (deep
resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 Ohm-m.
b. Invaded Zones (Zona Invasi)
Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow
resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu oleh
fluida pemboran. Simbol yang digunakan pada logging di dalam lubang
sumur bisa dilihat di gambar bawah ini:
Gambar 4.1. Profil Resistivitas
(duniaperminyakan.wordpress.com/2016/02/04/resistivitas)

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengukuran Resistivitas


a. Tekanan dan Temperatur
Resistivitas berpengaruh besar terhadap temperatur namun sedikit terhadap
tekanan. Semakin tinggi temperatur, maka resistivitas akan semakin kecil.
b. Komposisi Garam
Resistivitas fluida formasi tergantung pada konsentrasi dan jenis garam
yang terlarut di dalamnya. Garam terlarut direpresentasikan dengan NaCl
ekuivalen atau biasa disebut salinitas.
Matriks, minyak dan gas adalah insulator listrik yang tidak dapat
mengalirkan aliran listrik dan mengakibatkan resistivitas dari ketiga benda
tersebut bisa dikatakan tak terhingga jika dimasukkan ke rumus di bawah ini.
Ro
F= .................................................................................................. (4.2)
Rt

Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan
listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan. Resistivity
pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada formation water resistivity
(Rw) dan formation resistivity factor (Fr).

Ro
Fr= ................................................................................................ (4.3)
Rw

Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas (∅). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoir-nya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortousity factor (a)
dan cementation exponent (m).

a
Fr= ................................................................................................. (4.4)
∅m

True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).

Ro
F '= ................................................................................................. (4.5)
Rt
F’ dalam persamaan di atas mempresentasikan water saturation (Sw), yang
merupakan persentasi dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukkan beberapa persamaan, maka Sw
dapat dihubungkan dengan fluida dalam suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan
dengan properti oleh eksponen n (saturation exponent) yang biasanya
diasumsikan dengan nilai 2.
a. Archie Water Saturation
a Rw
Sw= n
√ ×
∅ m Rt
..................................................................................... (4.6)

b. Hydrocarbon Saturation

Sℎc=1− Sw .......................................................................................... (4.7)

Determinasi harga Rw dapat ditentukan dengan berbagai metode


diantaranya dengan menggunakan metode cross plot resistivitas-neutron,
resistivitas-sonik dan resistivitas-densitas. Harga Rw juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus Archie, serta dari percobaan di
laboratorium.
Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)
cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurva SP yang baik. Keakuratan dari
penentuan harga Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
a. Komponen elektrokinetik dari Sp diabaikan.
b. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
c. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut serta rekaman penampang mekanik pada daerah
penelitian tidak mempunyai kurva defleksi SP yang cukup baik, maka di dalam
formasi kandungan air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan terkontaminasi
Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi:
Rt
Rwa= .............................................................................................. (4.8)
F

Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity)
Rt = Resistivitas dalam formasi kandungan air
F = Faktor formasi

a. Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf ..................................................................... (4.9)
Rxo
Dimana:
Rw = Resistivity water
Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi
Rt = Nilai resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
b. Metode SP
Rmf
SSP=− K log .......................................................................... (4.10)
Rw
Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.
Rxo
Maka: SP=− K log ...................................................................... (4.11)
Ro
Dimana:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
c. Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan cross plot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).
4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie
Pada percobaan Archie menggunakan batugamping, nilai a (eksponen
tortuosity) dan m (eksponen sementasi) selalu konstan (a=1 dan m=2). Untuk,
batupasir akan berbeda pula nilai a dan m-nya. Pada umumnya a dan m yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2. Harga A & M Batuan karbonat


(academia.edu/9255218/PETROFISIK)

True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).

Ro=F ' × Rt .......................................................................................... (4.12)

F’ dalam persamaan di atas merepresentasikan water saturation (Sw),


yang merupakan persentasi dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukan beberapa persamaan, maka Sw dapat
dihubungkan dengan physical properties dan konduktif properti (fluida) dalam
suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan dengan properti oleh eksponen n
(saturation exponent) yang biasanya diasumsikan dengan nilai 2 pada metode
Archie.
n Ro Fr × R w a Rw
Sw = = = m× ............................................................. (4.13)
Rt Rt Ф Rt

4.2.4. Metode-Metode Penentuan Rw


Pada metode ini harga Rw tidak tergantung dari porositas. Dari persamaan
kejenuhan Archie dapat diperoleh suatu persamaan Sw sebagai fungsi rasio dari
resistivitas daerah terinvasi (Invaded Zone) dengan resistivitas daerah tak terinvasi
(Uninvaded Zone). Kemudian analisa secara kuantitatif dapat meliputi meliputi
analisis porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi,
permeabilitas, dan ketebalan lapisan produktif. Determinasi harga Rw dapat
ditentukan dengan berbagai metode diantaranya dengan menggunakan metode
cross-plot resistivitas-neutron, resistivitas-sonic, dan resistivitas-densitas. Harga
Rw juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus
Archie, serta dari percobaan di laboratorium. Keakuratan dari penentuan harga
Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Komponen elekrokinetik dari SP diabaikan.
b. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).
c. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang tinggi.
Pada lapisan yang mengandung air dengan kondisi yang bersih dan
menunjukkan harga Rwa paling kecil serta mendekati harga Rw sumur terdekat,
merupakan harga Rw pada interval yang dievaluasi (Schlumberger, 1986; dalam
Abdurrahman C, dkk, 2008).
4.2.5. Metode-Metode Penentuan Saturasi Air
4.2.5.1. Automatic Compensated Method
Metode ini pada dasarnya menggunakan data sonic porosity dan Induction
resistivity langsung ke dalam rumus Archie. Efek dari porositas yang dihitung
sonic log dijadikan faktor kompensasi untuk mengoreksi perhitungan saturasi
(Dewan, J. T., 1983). Metode ini cocok digunakan untuk dispersed shale dan
batuan berporositas tinggi (Dewan, J. T., 1983). Metode Automatic Compensation
ini hanya menggunakan log resistivitas dan log sonic dalam melakukan analisis
saturasi air. Kehadiran shale dalam metode ini diduga mengakibatkan pembacaan
Rt menjadi terlalu kecil dan membuat pembacaan Φs terlalu tinggi, kedua faktor
tersebutlah yang dapat membuat kesalahan pada penentuan nilai saturasi air
(Dewan, J. T., 1983). Meskipun demikian penelitian tentang porositas tetap
membutuhkan adanya koreksi atas kehadiran shale untuk mendapatkan nilai
porositas efektif. (Dewan, J. T., 1983). Dalam menentukan nilai saturasi air,
metode ini menggunakan persamaan di bawah ini
Sw =0,9 √ R w /R t /Фs .............................................................................. (4.14)

Фe =Ф s −V sℎ .Ф ssℎ ................................................................................ (4.15)

Metode Automatic Compensation ini memiliki kelebihan diantaranya


adalah, metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir
yang memiliki kandungan dispersed shale, selain itu metode ini juga dapat
dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi. Metode Automatic Compensation ini selain memiliki
beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah bahwa pada metode ini cara persebaran shale dan jenis shale yang belum
diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan
perhitungan saturasi air.
4.2.5.2. Simandoux Method
Pada tahun 1963, Simandoux mempublikasikan persamaan saturasi yang
dibuatnya, dimana pada saat itu banyak kalangan yang menerimanya. Persamaan
saturasi yang dipublikasikannya ini berdasarkan log resistivitas, log densitas dan
log neutron (dalam Dewan, J. T., 1983). Metode Simandoux menggunakan log
densitas dan log neutron untuk menentukan porositas. Adapun fraksi lempung
dapat ditentukan dari log Gamma Ray, SP dan indikator kehadiran shale lainnya.
Metode ini telah menjadi tulang punggung bagi service company, dan program
interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir. Metode ini baik digunakan
pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale (Dewan, J. T., 1983).
Dalam bentuk yang berbeda, dan pada reservoir yang terdiri dari batupasir,
persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Dewan, J. T., 1983).

Sw =
0,4 . R w
ϕe 2 [√ 5 . ϕe 2 V sℎ V sℎ
+ ( )
R w . Rt R sℎ

R sℎ ]
.................................................... (4.16)

Metode Simandoux ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan


ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik
dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang memiliki kadar
salinitas air yang tinggi atau saline water. Metode Simandoux ini selain memiliki
beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah bahwa metode ini hanya dapat meng-cover zona dengan salinitas tinggi.
Selain itu, metode ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis
shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.2.5.3. Dispersed Clay Method
Dispersed clay menggunakan log densitas dan log sonic untuk
mendapatkan data porositas. Peneliti terdahulu menggunakan porositas total,
sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan porositas efektif pada dispersed
clay. Perbedaan ini akan menunjukkan beda derajat kelempungan yang berada
pada suatu shaly sand formation (Dewan, J. T., 1983). Metode ini mengusulkan
bahwa clay atau shale memiliki ukuran halus dan mengalami pertumbuhan pada
batupasir menggantikan rongga pori pada batupasir. Akibat pertumbuhan
lempung atau clay tersebut menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar dan
banyak air yang terserap oleh lempung atau clay tersebut. Dispersed clay
menggantikan porositas yang ada, sehingga nilai maksimum Vdis sama dengan
nilai porositas asli, namun nilai dari volume batupasir bernilai tetap dan tak
terubah (dalam Bateman, R. M., 1985).
Electrical model dari dispersed clay mempertimbangkan bahwa porositas
total terisi dengan resistivitas campuran lempung dengan kandungan fluida seperti
air dan hidrokarbon (dalam Bateman, R. M., 1985). Jika demikian, maka
konduktivitas total formasi merupakan pertambahan dari total porositas yang
didefinisikan oleh Archie (baik lubang pori yang saling berhubungan dan lubang
pori yang terisi oleh lempung atau clay) dan konduktivitas lempung yang
bergantung baik pada saturasi air dan fraksi lempung, oleh karena itu pada kasus
dispersed clay, persamaan untuk menghitung saturasi air adalah sebagai berikut
(Dewan, J. T., 1983).

Sw =
[√ 0,8 R w q 2 q
. +
Фs 2 R t 2
−() ]
2 ................................................................... (4.17)
(1 − q )

Dimana q dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:


( Фs −Ф d )
q= ......................................................................................... (4.18)
Фs

Menghitung porositas efektif dengan persamaan di bawah ini:

Фe =Ф d −V sℎ .Ф sℎ ................................................................................. (4.19)

Metode dispersed clay ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode


ini baik digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran shale
atau clay sudah diperhitungkan sehingga hasil perhitungan tentunya akan lebih
baik dan juga metode ini masih menunjukkan hasil yang cukup baik pada kasus
laminated shale. Metode dispersed clay ini selain memiliki beberapa kelebihan
tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah, metode ini dibuat
untuk kasus tertentu, maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada kasus
tertentu, tidak dapat secara umum dan dalam kasus ini hanya berlaku pada
dispersed clay saja.
4.2.5.4. Indonesia Equation Method
Pada tahun 1971, Poupon and Leveaux mengusulkan sebuah model
empiris yang disebut sebagai “Indonesia Equation Method”. Persamaan ini
dikembangkan berdasarkan karakteristik tipikal dari fresh water atau air fresh
yang berada pada suatu formasi dan tingginya kandungan shale yang berkisar
antara 30% - 70% yang sering dijumpai pada reservoir minyak di Indonesia
(Poupon & Leveaux, 1971). Dalam metode ini, hubungan konduktivitas antara Rt
dan Sw merupakan hasil dari konduktivitas lempung, air formasi dan
konduktivitas lainnya yang diakibatkan interaksi anatara kedua konduktivitas
tersebut tersebut. Berikut ini adalah hubungan empiris dari penjelasan di atas
(Poupon & Leveaux, 1971).
V sℎd Фe m/ 2
1
=
[ +
√ R t √ R sℎ √ a . R w ]
.......................................................................... (4.20)

V sℎ
d=1− atau d=1 ............................................................................. (4.21)
2
Metode Indonesia ini memiliki kelebihan diantaranya yakni metode ini
dapat memperhitungkan kehadiran shale. Selain itu, metode ini sangat baik dalam
melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang mengandung low salinity
water/fresh water. Metode Indonesia ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu
masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah metode ini hanya dapat
meng-cover zona salinitas rendah. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan
cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu
akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.3. DATA DAN PERHITUNGAN
4.3.1. Data
a. Depth BHT = 6564,24 ft
b. Depth yang dianalisa = 4400 ft
c. Temperature Surface (Ts) = 75 ºF
d. Hole Diameter (HD) = 12,25 inci
e. Invantion Diameter (di) = 30 inci
f. Bed Thickness = 10 ft
g. ESSP = -63,96 mV
i. BHT = 219,6 ºF
j. Faktor koreksi = 1,066
4.3.2. Perhitungan
4.3.2.1. Penentuan Rw
BHT −Ts
1. Tf = Ts +
( DepthBHT xKedalaman..analisa )

219,6 −75
Tf = Ts + ( x 4 4 00)
6564,24
= 171,93 ℉
2. R chart (ILM) = 6
Ts
Rmf = Rcℎart ×
Tf
75
Rmf = (6 x )
1 71,93
= 2,62
3. Rmf cor = 0,75 x Rmf = 0,75 x 2,62 = 1,96
4. ESSP (harga maksimum SP log) = -63,96 mV
Ts
5. Rm @ Tf = Rm @ Ts x
Tf
75
= 1,5 ×
171,93
= 0,654 Ω
6. Kc= 61 + ( 0,1333 x Tf )
= 61 + ( 0,1333 x 171,93)
= 83,92
Rmfc
7. Rweq = [ ESSP
]
Kc
10
1 , 96
= [ −6 3,96
]
83 ,92
10
= 0,34
8. Dari grafik SP-2 diperoleh Rw = 0,64 Ω
4.3.2.2. Penentuan Sw
1. Menentukan Ri = R (ILD) = 2,6
2. Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi
= 2,6 x 1,066
= 2,772 Ω
3. Rclay = ILD pada kedalaman GRmax = 1,3
1
Sw=
4. (1− Vclay
2 )
Vclay ∅ ∗c
√ Rt [ + ]
√ Rclay √ axRw
1
Sw=
(1 − 0 ,65
2 )
0 ,65 0 ,15
√ 2 ,772[ + ]
√ 1,3 √ 1 x 0 , 64
Sw = 0,714
*Menggunakan nilai a = 1, m = n = 2, porositas = 0,15

Tabel IV-1
Tabulasi Perhitungan Log Radioaktif
No MD (ft) GRmax GRmin GRread Vclay Rw Sw
1 4360 100 15 65 0,59 0,174 0,982
2 4370 100 15 67,5 0,62 0,198 0,979
3 4380 100 15 65 0.59 0,286 0,895
4 4390 100 15 57,5 0,50 0,322 0,894
5 4400 100 15 70 0,65 0,64 0,714
6 4410 100 15 55 0,47 0,395 0,854
7 4420 100 15 63,75 0,57 0,361 0,695
8 4430 100 15 73,75 0,69 0,347 0,900
9 4440 100 15 67,5 0,62 0,209 0,998
10 4450 100 15 63,75 0,57 0,303 0,917
11 4460 100 15 58,75 0,51 1,23 0,630
12 4470 100 15 75 0,71 1,23 0,506
13 4480 100 15 50 0,41 5,15 0,844
14 4490 100 15 62,5 0,56 4,46 0,650
15 4500 100 15 87,5 0,85 4,96 0,487
16 4510 100 15 42,5 0,32 17,48 0,969
17 4520 100 15 80 0,76 0,23 0,775
18 4530 100 15 50 0,41 7,33 0,988
19 4540 100 15 37,5 0,26 6,88 0,961
20 4550 100 15 32,5 0,21 38,36 0,557
21 4560 100 15 92,5 0,91 0,526 0,568
22 4570 100 15 98,75 0,99 0,527 0,601
23 4580 100 15 86,25 0,84 0,528 0,648
24 4590 100 15 92,5 0,91 0,256 0,481
25 4600 100 15 72,5 0,68 3,827 0,637
26 4610 100 15 72,5 0,25 0,399 0,929
27 4620 100 15 65 0,50 1,446 0,841
28 4630 100 15 55 0,77 3,39 0,773
29 4640 100 15 47,5 0,83 4,2 0,935
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum pada minggu kedua berlangsung 2 acara. Acara yang kedua
berjudul “Penentuan Saturasi Air”. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan harga saturasi air formasi. Saturasi merupakan ruang pori-pori batuan
reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri dari air, minyak, dan gas.
Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka perlu diketahui saturasi
masing-masing fluida tersebut. Saturasi air dapat didefinisikan sebagai
perbandingan volume pori batuan yang diisi air dengan volume pori total. Pada
praktikum ini menggunakan metode tidak langsung yaitu dengan
menginterpretasikan data menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log.
Penentuan tingkat saturasi air bertujuan mengetahui seberapa besar
volume fluida dalam reservoir. Dengan data saturasi air, maka dapat diketahui
banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi. Selain itu, data Sw dapat digunakan
untuk mengetahui batas kontak antara minyak dan air (WOC) sehingga dapat
menjadi panduan untuk perforasi. Parameter yang diukur dalam percobaan ini
adalah resistivitas total, resistivitas air, resistivitas clay yang didapatkan dari
interpretasi resistivity log, SP log, dan parameter lainnya pada GR log.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk mendapatkan harga
saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia Water Saturation.
Metode ini digunakan karena di Indonesia lapangan-lapangannya mempunyai
harga saturasi yang mendekati dengan metode ini, maka dari itu digunakan
metode Indonesia Water Saturation. Metode ini memiliki kelebihan diantaranya
adalah metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir
yang memiliki kandungan dispersed shale. Selain itu, metode ini juga dapat
dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi. Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki
kekurangan, diantaranya adalah pada metode ini cara persebaran shale dan jenis
shale yang belum diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai
keakuratan perhitungan saturasi air.
Langkah yang pertama dilakukan adalah menentukan temperatur formasi,
menentukan Rchart dengan kurva ILM sehingga didapatkan Rmf dan Rweq
dengan rumus yang telah diketahui. Selanjutnya, menentukan Ri (ILD) pada
kedalaman yang dianalisa sehingga dapat digunakan untuk mencari resistivitas
total dengan mengalikan Ri (ILD) dengan faktor koreksi. Setelah itu, menentukan
Rclay pada saat GR maksimum. Langkah terakhir yakni menghitung nilai saturasi
air dengan rumus yang telah diketahui.
Dalam perhitungan Rw diperoleh hasil Tf = 171,93 oF; Rchart (ILM) = 6
ohmm; Rmf = 2,62 ohmm; Rmfc = 1,96; ESSP = -63,96 mV; Rmf@Tf = 0,654
ohm-m; Kc = 83,92; Rweq = 0,34; Rw = 0,64; dan Sw sebesar 0,714. Hasil
perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai Sw tergolong cukup tinggi. Dari
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 4400 ft tidak prospek
karena lebih dijenuhi oleh air.
Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah untuk
menentukan harga Sw pada suatu lapisan formasi sehingga dapat digunakan
dalam menentukan besarnya OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP (Original
Gas In Place), serta akan berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu
reservoir.
4.5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapatkan hasil;
- Tf = 171,93 ℉
- Rchart (ILM) =6Ω
- Rmf = 2,62 Ω
- Rmfc = 1,96 Ω
- ESSP = -63,96 mV
- Rm@Tf = 0,654 Ω
- Kc = 83,92
- Rweq = 0,34 Ω
- Rw = 0,64 Ω
2. Perhitungan Sw diperoleh :
- R (ILD) = 2,6
- Faktor koreksi = 1,066
- Rt = 2,772
- Sw = 0,714
3. Dari nilai Sw mengindikasikan saturasi air pada batuan kedalaman 4400
ft sebesar 71,4%.
4. Prinsip log resistivitas adalah mengukur tahanan listrik dari formasi yaitu
berupa batuan dan fluida yang terisi di dalamnya, sehingga dapat
berfungsi mengetahui litologi dan jenis fluida.
5. Dalam penentuan saturasi digunakan metode Indonesia karena hasil dari
persamaannya akan mendekati sesungguhnya dengan reservoir di
wilayah lapangan Indonesia.
6. Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah untuk
menentukan harga Sw pada suatu lapisan formasi sehingga dapat
digunakan dalam menentukan besarnya OOIP dan OGIP, serta akan
berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu reservoir.

Anda mungkin juga menyukai