DISUSUN OLEH :
PLUG L
4.1. TUJUAN
Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi adalah mengetahui
seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi. Dengan data
saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi.
Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi yang
mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu.
F = Ro / Rw ....................................................................................... (4.1)
Profil Resistivitas:
a. Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)
Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk
menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank
Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam (deep
resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 Ohm-m.
b. Invaded Zones (Zona Invasi)
Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow
resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu oleh
fluida pemboran. Simbol yang digunakan pada logging di dalam lubang
sumur bisa dilihat di gambar bawah ini:
Gambar 4.1. Profil Resistivitas
(duniaperminyakan.wordpress.com/2016/02/04/resistivitas)
Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan
listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan. Resistivity
pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada formation water resistivity
(Rw) dan formation resistivity factor (Fr).
Ro
Fr= ................................................................................................ (4.3)
Rw
Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas (∅). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoir-nya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortousity factor (a)
dan cementation exponent (m).
a
Fr= ................................................................................................. (4.4)
∅m
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
Ro
F '= ................................................................................................. (4.5)
Rt
F’ dalam persamaan di atas mempresentasikan water saturation (Sw), yang
merupakan persentasi dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukkan beberapa persamaan, maka Sw
dapat dihubungkan dengan fluida dalam suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan
dengan properti oleh eksponen n (saturation exponent) yang biasanya
diasumsikan dengan nilai 2.
a. Archie Water Saturation
a Rw
Sw= n
√ ×
∅ m Rt
..................................................................................... (4.6)
b. Hydrocarbon Saturation
Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity)
Rt = Resistivitas dalam formasi kandungan air
F = Faktor formasi
a. Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf ..................................................................... (4.9)
Rxo
Dimana:
Rw = Resistivity water
Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi
Rt = Nilai resistivity
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi
b. Metode SP
Rmf
SSP=− K log .......................................................................... (4.10)
Rw
Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.
Rxo
Maka: SP=− K log ...................................................................... (4.11)
Ro
Dimana:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)
c. Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan cross plot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).
4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie
Pada percobaan Archie menggunakan batugamping, nilai a (eksponen
tortuosity) dan m (eksponen sementasi) selalu konstan (a=1 dan m=2). Untuk,
batupasir akan berbeda pula nilai a dan m-nya. Pada umumnya a dan m yang
digunakan adalah sebagai berikut :
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
Sw =
0,4 . R w
ϕe 2 [√ 5 . ϕe 2 V sℎ V sℎ
+ ( )
R w . Rt R sℎ
−
R sℎ ]
.................................................... (4.16)
Sw =
[√ 0,8 R w q 2 q
. +
Фs 2 R t 2
−() ]
2 ................................................................... (4.17)
(1 − q )
Фe =Ф d −V sℎ .Ф sℎ ................................................................................. (4.19)
V sℎ
d=1− atau d=1 ............................................................................. (4.21)
2
Metode Indonesia ini memiliki kelebihan diantaranya yakni metode ini
dapat memperhitungkan kehadiran shale. Selain itu, metode ini sangat baik dalam
melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang mengandung low salinity
water/fresh water. Metode Indonesia ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu
masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah metode ini hanya dapat
meng-cover zona salinitas rendah. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan
cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu
akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.3. DATA DAN PERHITUNGAN
4.3.1. Data
a. Depth BHT = 6564,24 ft
b. Depth yang dianalisa = 4400 ft
c. Temperature Surface (Ts) = 75 ºF
d. Hole Diameter (HD) = 12,25 inci
e. Invantion Diameter (di) = 30 inci
f. Bed Thickness = 10 ft
g. ESSP = -63,96 mV
i. BHT = 219,6 ºF
j. Faktor koreksi = 1,066
4.3.2. Perhitungan
4.3.2.1. Penentuan Rw
BHT −Ts
1. Tf = Ts +
( DepthBHT xKedalaman..analisa )
219,6 −75
Tf = Ts + ( x 4 4 00)
6564,24
= 171,93 ℉
2. R chart (ILM) = 6
Ts
Rmf = Rcℎart ×
Tf
75
Rmf = (6 x )
1 71,93
= 2,62
3. Rmf cor = 0,75 x Rmf = 0,75 x 2,62 = 1,96
4. ESSP (harga maksimum SP log) = -63,96 mV
Ts
5. Rm @ Tf = Rm @ Ts x
Tf
75
= 1,5 ×
171,93
= 0,654 Ω
6. Kc= 61 + ( 0,1333 x Tf )
= 61 + ( 0,1333 x 171,93)
= 83,92
Rmfc
7. Rweq = [ ESSP
]
Kc
10
1 , 96
= [ −6 3,96
]
83 ,92
10
= 0,34
8. Dari grafik SP-2 diperoleh Rw = 0,64 Ω
4.3.2.2. Penentuan Sw
1. Menentukan Ri = R (ILD) = 2,6
2. Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi
= 2,6 x 1,066
= 2,772 Ω
3. Rclay = ILD pada kedalaman GRmax = 1,3
1
Sw=
4. (1− Vclay
2 )
Vclay ∅ ∗c
√ Rt [ + ]
√ Rclay √ axRw
1
Sw=
(1 − 0 ,65
2 )
0 ,65 0 ,15
√ 2 ,772[ + ]
√ 1,3 √ 1 x 0 , 64
Sw = 0,714
*Menggunakan nilai a = 1, m = n = 2, porositas = 0,15
Tabel IV-1
Tabulasi Perhitungan Log Radioaktif
No MD (ft) GRmax GRmin GRread Vclay Rw Sw
1 4360 100 15 65 0,59 0,174 0,982
2 4370 100 15 67,5 0,62 0,198 0,979
3 4380 100 15 65 0.59 0,286 0,895
4 4390 100 15 57,5 0,50 0,322 0,894
5 4400 100 15 70 0,65 0,64 0,714
6 4410 100 15 55 0,47 0,395 0,854
7 4420 100 15 63,75 0,57 0,361 0,695
8 4430 100 15 73,75 0,69 0,347 0,900
9 4440 100 15 67,5 0,62 0,209 0,998
10 4450 100 15 63,75 0,57 0,303 0,917
11 4460 100 15 58,75 0,51 1,23 0,630
12 4470 100 15 75 0,71 1,23 0,506
13 4480 100 15 50 0,41 5,15 0,844
14 4490 100 15 62,5 0,56 4,46 0,650
15 4500 100 15 87,5 0,85 4,96 0,487
16 4510 100 15 42,5 0,32 17,48 0,969
17 4520 100 15 80 0,76 0,23 0,775
18 4530 100 15 50 0,41 7,33 0,988
19 4540 100 15 37,5 0,26 6,88 0,961
20 4550 100 15 32,5 0,21 38,36 0,557
21 4560 100 15 92,5 0,91 0,526 0,568
22 4570 100 15 98,75 0,99 0,527 0,601
23 4580 100 15 86,25 0,84 0,528 0,648
24 4590 100 15 92,5 0,91 0,256 0,481
25 4600 100 15 72,5 0,68 3,827 0,637
26 4610 100 15 72,5 0,25 0,399 0,929
27 4620 100 15 65 0,50 1,446 0,841
28 4630 100 15 55 0,77 3,39 0,773
29 4640 100 15 47,5 0,83 4,2 0,935
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum pada minggu kedua berlangsung 2 acara. Acara yang kedua
berjudul “Penentuan Saturasi Air”. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan harga saturasi air formasi. Saturasi merupakan ruang pori-pori batuan
reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri dari air, minyak, dan gas.
Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka perlu diketahui saturasi
masing-masing fluida tersebut. Saturasi air dapat didefinisikan sebagai
perbandingan volume pori batuan yang diisi air dengan volume pori total. Pada
praktikum ini menggunakan metode tidak langsung yaitu dengan
menginterpretasikan data menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log.
Penentuan tingkat saturasi air bertujuan mengetahui seberapa besar
volume fluida dalam reservoir. Dengan data saturasi air, maka dapat diketahui
banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi. Selain itu, data Sw dapat digunakan
untuk mengetahui batas kontak antara minyak dan air (WOC) sehingga dapat
menjadi panduan untuk perforasi. Parameter yang diukur dalam percobaan ini
adalah resistivitas total, resistivitas air, resistivitas clay yang didapatkan dari
interpretasi resistivity log, SP log, dan parameter lainnya pada GR log.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk mendapatkan harga
saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia Water Saturation.
Metode ini digunakan karena di Indonesia lapangan-lapangannya mempunyai
harga saturasi yang mendekati dengan metode ini, maka dari itu digunakan
metode Indonesia Water Saturation. Metode ini memiliki kelebihan diantaranya
adalah metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir
yang memiliki kandungan dispersed shale. Selain itu, metode ini juga dapat
dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi. Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki
kekurangan, diantaranya adalah pada metode ini cara persebaran shale dan jenis
shale yang belum diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai
keakuratan perhitungan saturasi air.
Langkah yang pertama dilakukan adalah menentukan temperatur formasi,
menentukan Rchart dengan kurva ILM sehingga didapatkan Rmf dan Rweq
dengan rumus yang telah diketahui. Selanjutnya, menentukan Ri (ILD) pada
kedalaman yang dianalisa sehingga dapat digunakan untuk mencari resistivitas
total dengan mengalikan Ri (ILD) dengan faktor koreksi. Setelah itu, menentukan
Rclay pada saat GR maksimum. Langkah terakhir yakni menghitung nilai saturasi
air dengan rumus yang telah diketahui.
Dalam perhitungan Rw diperoleh hasil Tf = 171,93 oF; Rchart (ILM) = 6
ohmm; Rmf = 2,62 ohmm; Rmfc = 1,96; ESSP = -63,96 mV; Rmf@Tf = 0,654
ohm-m; Kc = 83,92; Rweq = 0,34; Rw = 0,64; dan Sw sebesar 0,714. Hasil
perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai Sw tergolong cukup tinggi. Dari
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 4400 ft tidak prospek
karena lebih dijenuhi oleh air.
Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah untuk
menentukan harga Sw pada suatu lapisan formasi sehingga dapat digunakan
dalam menentukan besarnya OOIP (Original Oil In Place) dan OGIP (Original
Gas In Place), serta akan berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu
reservoir.
4.5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapatkan hasil;
- Tf = 171,93 ℉
- Rchart (ILM) =6Ω
- Rmf = 2,62 Ω
- Rmfc = 1,96 Ω
- ESSP = -63,96 mV
- Rm@Tf = 0,654 Ω
- Kc = 83,92
- Rweq = 0,34 Ω
- Rw = 0,64 Ω
2. Perhitungan Sw diperoleh :
- R (ILD) = 2,6
- Faktor koreksi = 1,066
- Rt = 2,772
- Sw = 0,714
3. Dari nilai Sw mengindikasikan saturasi air pada batuan kedalaman 4400
ft sebesar 71,4%.
4. Prinsip log resistivitas adalah mengukur tahanan listrik dari formasi yaitu
berupa batuan dan fluida yang terisi di dalamnya, sehingga dapat
berfungsi mengetahui litologi dan jenis fluida.
5. Dalam penentuan saturasi digunakan metode Indonesia karena hasil dari
persamaannya akan mendekati sesungguhnya dengan reservoir di
wilayah lapangan Indonesia.
6. Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah untuk
menentukan harga Sw pada suatu lapisan formasi sehingga dapat
digunakan dalam menentukan besarnya OOIP dan OGIP, serta akan
berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu reservoir.