DASAR TEORI
3.1.
hubungannya dengan fluida reservoir yang mengisinya dalam kondisi statis dan
dinamis (jika ada aliran). Analisa core adalah salah satu metoda untuk
menentukan besaran fisik batuan secara langsung.
Porositas Batuan ()
VbVg
Vp
100 = 100
Vb
Vb
.....................................................(3-1)
Keterangan :
= Porositas batuan
Vb
= Volume batuan
Vm
= Volume matriks
Vp
= Volume pori
37
38
packing
butiran
yang
membentuk
batupasir
sangat
39
Gambar 3.1
Metode packing Yang Mempengaruhi Besarnya Porositas
(Gatlin, Carl Petroleum Engineering - Drilling and Well Completion)
Berdasarkan waktu terjadinya, cara terjadinya dan hubungan dari pori pori
batuan, maka porositas dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan
sedimen diendapkan, seperti : Intercrystalline, Intergranular or
interparticle, Bedding planes, Miscellaneous (vug, cavernous dan pori
pori yang disebabkan organisme).
2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terjadi setelah proses
pengendapan batuan, seperti akibat proses pelarutan, dolomitisasi,
rekahan dan lain - lain.
40
yang terbentuk
Dolomitisasi,
dalam
proses
ini
batugamping
(CaCO3)
Volume
poriositas total
100%
bulk volume
...................................... (3-2)
Volume
41
Gambar 3.2
Perbedaan Porositas Absolute Dan Porositas Efektif Batuan
(Clark, J.C Elements of Petroleum Reservoirs)
3.1.1.2.
Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori total pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak (So) adalah :
So
Sw
Sg
42
Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah, demikian juga
untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume batuan adalah V, ruang poriporinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon
adalah :
So V + Sg V = (1 Sw ) V ........................................... (3-9)
43
dengan
menggunakan
sampel
batuan
Dalam
percobaan
Henry
Darcy
menggunakan batupasir tidak kompak yang dialiri air, dapat dilihat pada gambar
3.3. Batupasir silindris yang porous ini 100% dijenuhi cairan dengan viskositas
(cp), dengan luas penampang A (cm2), dan panjangnya L (cm). Kemudian dengan
memberikan tekanan masuk P1 (atm) pada salah satu ujungnya maka terjadi aliran
dengan laju sebesar Q (cm3/sec), sedangkan P2 (atm) adalah tekanan keluar. Dari
sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolut batuan.
Gambar 3.3
Diagram Percobaan Permeabilitas Henry Darcy
(Slider, H.C Worldwide Practical Petroleum Reservoir Engineering Methods)
44
Q.
P
A.( )
....................................................................................... (3-10)
Keterangan:
k
Q. .
A.( P1 P2 )
............................................................................. (3-11)
45
Ko
Qo .o .
A.( P1 P2 )
............................................................................ (3-12)
Kw
Qw . w .
A.( P1 P2 )
............................................................................ (3-13)
K ro
Kg
Ko
K
Krw w
K rg
K
K
K
,
,
................................................. (3-14)
Gambar 3.4
Kurva Permeabilitas Efektif untukSistem Minyak dan Air
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
46
Gambar 3.5
Kurva Permeabilitas Efektif untukSistem Minyak dan Gas
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
Permeabilitas relatif minyak dan air mempengaruhi fraksi aliran (fractional flow)
untuk reservoir horizontal, persamaan fraksi aliran sebagai berikut:
fw
1
w kro
o krw
.....................................................................(3-15)
Jika fw = 1 maka yang mengalir adalah 100% air tidak ada aliran minyak,
sedangkan Jika fw = 0 maka yang mengalir adalah 100% minyak tidak ada aliran
air. Harga fw yang besar menunjukkan efisiensi pendesakan minyak oleh air kecil,
harga fw yang kecil 1 menunjukkan
efisiensi pendesakan minyak oleh air besar.
o
N
s in
< 0
F r a c tio n a l F lo w
o
Hubungan fractional flowM dengan
saturasi air dapat dilihat pada gambar 3.6.
> 1
s in
= 0
M
o
g
s in
M
D is p la c in g F lu id S a tu ra t io n
= 1
> 0
< 1
1
47
Gambar 3.6
Hubungan Fractional Flow Dengan Saturasi Air
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
48
Gambar 3.7
Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
3.1.2.2.
Tekanan Kapiler
49
perbedaan tekanan antara fluida non-wetting fasa (Pnw) dengan fluida wetting
fasa (Pw), hubungan tekanan dalam pipa kapiler dapat dilihat dari gambar 3.8.
Gambar 3.8
Hubungan Tekanan Dalam Pipa Kapiler
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
Berdasarkan gambar 3.8, sebuah pipa kapiler dalam suatu bejana terlihat
bahwa air naik ke atas di dalam pipa akibat gaya adhesi antara air dan dinding
pipa yang arah resultannya ke atas. Gaya gaya yang bekerja pada sistem tersebut
adalah :
1. Besar gaya tarik keatas adalah 2 rAT, dimana r adalah jari-jari pipa kapiler.
2. Sedangkan besarnya gaya dorong ke bawah adalah r2 h g (w-o).
Di reservoir biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting fasa),
sedangkan minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi.
Pc = Po - Pw...............................................................................................(3-17)
Perbedaan tekanan permukaan antara minyak dengan air berhubungan
dengan perbedaan densitas dan ketinggian dari kenaikan air.
Pc = (w o) g h ....................................................................................(3-18)
Keterangan :
50
o
h
gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara matematis dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r AT = r2 g h......................................................................(3-19)
Dimana
cos
Pc = g h , AT =
Pc
2 cos
g h
r
..............................................................(3-20)
Keterangan :
= tinggi kolom, cm
3.1.2.3.
Kompressibilitas Batuan
51
1 Vr
Vr P
............................................................................(3-21)
Keterangan:
Cr = Koefisien kompressibilitas matrik batuan, psi-1
Vr = Volume material padatan (grains),cm3.
T = Temperatur konstan, oF.
P = Tekanan pori, Psi.
Kompressibilitas bulk, CB
Didefinisikan sebagai fraksi perubahan volume dari batuan terhadap satuan
perubahan tekanan. Secara matematika dirumuskan koefisien kompressibilitas
sebagai :
CB =
1
VB
VB
........................................................................... (3-22)
Keterangan :
Cb = Koefisien kompresibilitas batuan, psi-1
Vb = Volume bulk,cm3.
52
CP =
1
VP
VP
........................................................................... (3-23)
Keterangan :
Cp = Koefisien kompresibilitas pori batuan, psi-1
Vp = Volume pori batuan,cm3.
P = Tekanan pori, psi
3.1.2.4.
Sementasi batuan (m) dan konstanta batuan (a) berhubungan dengan faktor
formation batuan (f), dimana faktor formasi adalah perbandingan resistivitas
batuan yang dijenuhi air 100 % (Ro) dengan resistivitas air (Rw), dapat ditulis
dengan persamaan 3-24.
F=
Ro a
=
Rw m
.................................................................................... (3-24)
53
Gambar 3.9
Log Plot Faktor Formasi (F) Vs Porositas Batuan ()
(Richard
M. Bateman.
Open
Hole Log
Analysis
Formation
Evaluation)
Dari gambar
3.9 nilai
sementasi
batuan
(m) And
merupakan
slope
(kemiringan)
dan konstanta batuan (a) merupakan intercept dari log plot hubungan faktor
formasi dengan porositas batuan. Harga semetasi batuan dari berbagai jenis batuan
dapat dilihat pada tabel III-1.
Tabel III-1
Nilai Sementasi Batuan (m)
Jenis Batuan
Highly
cemented
(limestone,
m
dolomite,
quartzite)
2.0 2.2
1.8 2.0
1.4 1.7
Unconsolidated sands
1.3
54
Rt
1
= n
Ro Sw
....................................................................... (3-26)
- 1
.1
Slope = n = 2
.01
- 3
.001
Sw
Log Sw
Gambar 3.10
Log Plot Resitivity Index (I) Vs Saturasi Air (Sw)
(Richard M. Bateman. Open Hole Log Analysis And Formation Evaluation)
55
Dari gambar 3.10 nilai eksponen saturasi (n) merupakan slope (kemiringan)
dari log plot resitivity index (I) Vs saturasi air (Sw). Nilai eksponen saturasi (n)
menurut Rush dapat dilihat pada gambar 3.11.
Gambar 3.11
Resitivity Index Vs Brine Saturation
(Amyx, J. W. Petroleum Reservoir Engineering - Physical Properties)
3.2.
Metoda Logging
Well Logging merupakan pekerjaan penilaian formasi pada saat pemboran,
sebelum di casing (Open Hole) ataupun setelah dicasing (Cased Hole) dengan cara
menurunkan rangkaian Peralatan logging (logging tools) ke dasar lubang bor
dengan menggunakan wireline cable secepat mungkin dengan memperhatikan
kondisi sumur, kemudian direkam dengan menarik keatas dengan kecepatan
pengukuran diatur konstan antara 1800 s/d 6000 ft/jam, tergantung pada jenis alat
logging yang dipakai, ilustrasi dapat dilihat pada gambar 3.12.
56
Gambar 3.12
Ilustrasi Wireline Logging
(Pirson, J S Handbook of Well Log Analysis for Oil And Gas Formation Evaluation)
Logging memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi kuantitas
dan kualitas pada lapisan yang di tembus saat pemboran. Untuk mendapatkan
hasil log yang akurat peralatan logging perlu di kombinasikan, dalam
mengkombinasikan peralatan logging perlu memperhatikan faktor faktor yang
mempengaruhi kombinasi logging diantaranya yaitu:
1. Jenis fluida pemboran.
2. Jenis formasi batuan reservoir.
3. Invasi mud filtrat.
4. Kondisi lubang bor.
5. Ketebalan lapisan porous.
6. Distribusi porositas dan resistivitas.
7. Kondisi optimum masing-masing log.
57
2.
Ed
Suatu potensial elektrokimia yang timbul pada perbatasan antara invanded
zone (zona invasi) dan non-invanded zone dalam lapisan permeable.
3.
4.
58
Untuk lebih jelas prinsip dasar pengukuran SP log dapat di lihat pada
gambar 3.13.
Gambar 3.13
Prinsip Dasar Pengukuran SP log
Defleksi J.T.
kurva
SP selaluofdibaca
dari
shale
base
line,
dimana bentuk dan
(Dewan,
Essentials
Modern
Open
Hole
Log
Interpretation)
besar defleksi dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, konduktivitas formasi,
invansi lumpur, diameter lubang bor, kandungan shale dalam formasi, dan
perbandingan antara Rmf (Mud Filtrate Resistivity) dengan Rw (Water
Resistivity), sehingga dapat mengetahui lapisan porous permeable, menentukan
batas-batas lapisan, mengestimasi harga tahanan air formasi, dan digunakan dalam
korelasi batuan dari beberapa sumur. Apabila terdapat lapisan permeable akan
ditandai dengan adanya defleksi SP Log dari Shale Base Line, Contoh defleksi
kurva SP log dapat dilihat pada gambar 3.14
59
Gambar 3.14
Contoh Defleksi Kurva SP log
(Rider, Macolm The Geological Interpreetation Off Well Log)
60
( Rmf
Rw )
.................................................................... (3-28)
Keterangan :
SSP
Rmf
Rw
sendiri
berdasarkan defleksi kurva ke arah negatif yang mendekati garis sand line tanpa
dapat menjelaskan secara rinci isi kandungan lapisan antara air asin atau
hidrokarbon sebenarnya. Penentuan nilai Rw dapat dilihat dari persamaan 3-29
yang berdasarkan pada persamaan 3-28.
Rw
Rmfcorr
ssp
10 K
............................................................................ (3-29)
Dimana :
Ts 6.77
Rmfcorr Rmf
Tf 6.77
Tf Ts
..................................................... (3-30)
BHT Ts
Depth formasi
Total Depth
.......................................(3-31)
Penentuan nilai Rwe dari pembacaan grafik dapat dilihat dari gambar
3.15. Nilai Rwe akan digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan harga
resistivitas air yang sebenarnya (Rw) dengan melihat gambar 3.16.
61
Gambar 3.15
Menentukan Nilai Rwe dari SP Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
62
Gambar 3.16
Grafik Menentukan Rw dari Rwe
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Vshale SP
SP log SP clean
SP shale SP clean
...................................................... (3-32)
Keterangan :
SP Log : Harga log pada chart SP,
SP Clean
SPShale
63
64
Gambar 3.17
Defleksi Kurva GR Log
(Rider, Macolm The Geological Interpreetation Off Well Log)
Penentuan besarnya kandungan shale dalam batuan formasi (Vclay) dapat
dilakukan dari persamaan berikut :
Vshale GR
Gr Log GR Min
Gr Max GR Min
............................................................. (3-33)
Keterangan
Vshale
GRmin
GRmax
3.2.1.2.
Resistivity Tools
Metode induksi
65
66
Gambar 3.18
Zona Invasi Lubang Bor
(Schlumberger,Log Interpretation Principles and Applications)
Keterangan gambar :
Rm = Resistivitas lumpur
Rmc = Resistivitas kerak lumpur ( mud cake )
hmc = Ketebalan kerak lumpur ( mud
cake )
= Resistivitas serpih
Rt
= Ketebalan lapisan
dh
di
dj
67
68
Logging ini terdiri dari kurva normal (normal device) dan kurva lateral
(lateral device). Conventional resistivity log ini apabila dikombinasikan dengan
SP log sering disebut dengan Conventional Electrical Survey (ES).
a. Normal Log
Normal log memberikan pengukuran resistivitas yang selalu menggunakan
empat elektroda. Anggapan yang digunakan dalam pengukuran ini adalah medium
yang mengelilingi elektroda-elektroda homogen dengan tahanan batuan R ohm-m.
Digunakan pada kondisi open hole, zona invasi shallow (0.5 1.5 ft), zona invasi
medium (1.5 3 ft) dan lumpur pemboran konduktif. Normal log device terdiri
dari dua kurva defleksi, yaitu:
-
akan
menunjukkan
besarnya
voltage
dari
formasi
yang
69
Untuk lebih jelas prinsip pengukuran normal log dapat dilihat pada
gambar 3.19, contoh defleksi kurva normal log dapat dilihat pada gambar 3.20.
Gambar 3.19
Prinsip Pengukuran Normal Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Gambar 3.20
Contoh Defleksi Kurva Normal Log dan Lateral Log
(Rider, Macolm The Geological Interpreetation Off Well Log)
70
R .i
4 ( AM )
.................................................................................... (3-34)
Keterangan :
V
AM
= Konstanta (3.14)
b. Lateral Log
Lateral log digunakan pada kondisi open hole, lumpur pemboran jenis
fresh water base mud, kedalaman invasi lebih dari 3 ft, range resistivity 1 500
ohm-m. Lateral log berfungsi untuk menentukan Rt dan water bearing zone.
contoh defleksi kurva lateral log dapat dilihat pada gambar 3.20.
Lateral log mempunyai empat elektroda, dua elektroda arus, A dan B, dan
dua elektroda potensial, M dan N. Elektroda M dan N berjarak 32 in. Sedangkan
elektroda A berjarak 18 ft 8 in dari titik O yang terletak di tengah-tengah M dan
N. Titik O disebut reference level, yaitu titik yang diinginkan untuk diukur. Arus
listrik yang konstan dialirkan melalui elektroda A, perbedaan potensial antara
elektroda M dan N ditempatkan pada permukaan ekipotensial lingkaran yang
berpusat di A. Untuk lebih jelas prinsip pengukuran lateral log dapat dilihat pada
gambar 3.20. Perbedaan tegangan yang dipindahkan antara elektroda M dan N
ditentukan dengan persamaan 3-35 :
71
R.i 1
1
4 AM N
........................................................................... (3-35)
Keterangan :
V
= Tegangan (volt).
= Elektroda (inchi).
= Konstanta (3.14).
Gambar 3.21
Prinsip Pengukuran Lateral Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
2. Laterolog Log
Conventional Log memiliki dua kelemahan utama, yaitu:
-
Pada lapisan yang relatif tipis, respon dari alat terkadang menyimpang.
Apparent resistivity yang terekam sangat berbeda dengan true
72
kualitatif.
Pada salt water based mud, arus yang dipancarkan terkurung di dalam
kolom lumpur. Sehingga apparent resistivity yang terekam hanya
mendekati Rm atau Rmc.
73
Gambar 3.22
Prinsip Pengukuran laterolog 7
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Gambar 3.23
Skematis yang Difokuskan laterolog 7
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
b. Laterolog 3
Laterolg 3 merupakan pengembangan dari laterolog 7. Laterolog 3
mengurangi pengaruh lubang bor, formasi yang berdekatan, penyimpangan dari
penyebaran arus pada lapisan tipis masuk jauh kedalam formasi. Fungsi dari alat
74
ini digunakan untuk menentukan Rt dan water bearing zone. Kondisi optimum
laterolog 3 pada lumpur pemboran jenis salt water base mud, Kedalaman invasi
1.5 3 ft, Resolusi vertikal 2 ft, Resistivitas lebih dari 200 ohm-meter. Prinsip
pengukuran laterolog 3 dapat dilihat pada gambar 3.24
Gambar 3.24
Prinsip Pengukuran Laterolog 3
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Prinsip pengukuran Laterolog 3 sama dengan Laterolog 7, tetapi pada
Laterolog 3 menggunakan elektroda yang besar, Ao dan dua elektroda panjang (5
ft) yang ditempatkan secara sistematis terhadap Ao tersebut. Seperti pada
Laterolog 7, melalui A1 dan A2 mengalir arus yang menahan potensial pada sonde
tetap sama, sehingga arus dapat terfokuskan. Besarnya arus Io sebanding dengan
tahanan formasi. Ketebalan O1,O2 lebih kecil dari ketebalan Io pada Laterolog 7
sebesar 12.
c. Laterolog 8
Fungsi laterolog 8 untuk menentukan Resistivity investigasi (Ri), laterolog
8 mempunyai pengukuran investigasi yang dangkal dengan elektroda yang kecil
pada dual induction-laterolog sonde. Lateralog 8 memberikan hasil vertikal yang
75
detail, dan pembacaan banyak dipengaruhi oleh lubang bor dan invaded zone
dibanding dengan laterolog 7 dan laterolog 3. Penggunaan dari laterolog 8
biasanya adalah bersamaan dengan Dual Induction Log.
Kondisi optimum
laterolog 8 digunakan pada Lumpur pemboran jenis fresh water base mud,
kedalaman invasi 0.5 1.5 ft, resolusi vertikal 2 ft, kondisi lubang bor open hole,
harga resistivitas < 200 ohm-meter.
Prinsip pengukuran laterolog 8 ini sama dengan laterolog 7 kecuali pada
laterolog 8 mempunyai spacing yang pendek. laterolog 8 memberikan hasil
vertikal yang detail dan pembacaannya banyak dipengaruhi oleh lubang bor dan
invaded zone dibanding dengan laterolog 7 dan laterolog 3. Sehingga secara
singkat, perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah
elektroda dan ketebalan lapisan yang dideteksi.
d. Dual Laterolog
Dual laterolog adalah alat laterolog yang paling maju. Alat ini dapat
menyajikan beberapa pengukuran secara bersama-sama, yaitu deep laterolog
(LLd) dan shallow laterolog (LLs). Fungsi dual laterolog adalah menentukan
resistivity flushed zone (Rxo) dan resistivity invaded zone (Rt). Kondisi optimum
dual laterolog digunakan pada lumpur salt water base mud, kondisi lubang bor
open hole, kedalaman invasi LLs 0.5 1.5 ft, kedalaman invasi LLd lebih dari 3
ft, resolusi vertikal 2 ft, kecepatan logging 2000 6000 ft/hr.
Prinsip pengukuran dual laterolog yaitu dengan menyediakan dua arus
yang berbeda konfigurasi dan frekuensi. Pola dari arus pada Dual Laterolog
menunjukkan dua set elektroda yang sama digunakan untuk mendapatkan kurva
deep dan shallow dengan menggunakan arus pada dua frekuensi yang berbeda.
Pengukuran dalam menggunakan frekuensi 35 Hz dan pengukuran dangkal di buat
pada frekuensi 280 Hz. LLd mencapai penetrasi dalam menggunakan susunan
elektroda panjang (28 ft) dan mengembalikan arus ke elektroda permukaan.
Sedangkan LLs mengembalikan arus ke elektroda terdekat yang akan memberikan
penetrasi dangkal. LLd dan LLs mempunyai resolusi vertikal yang sama (24 in),
76
Gambar 3.25
Pola Arus Pada Dual Laterolog
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Gambar 3.25
Contoh Defleksi Kurva Dual Laterolog
(Rider, Macolm The Geological Interpreetation Off Well Log)
3. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik batuan formasi dengan Conventional
Resistivity Log memerlukan adanya lumpur bor yang bersifat konduktif agar dapat
menghantarkan listrik ke formasi. Akibatnya tidak satupun peralatan tersebut
77
yang dapat digunakan apabila lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base
mud, atau udara. Untuk mengatasi hal-hal semacam ini, maka dikembangkan
peralatan khusus yang dapat digunakan tanpa terpengaruh oleh kondisi-kondisi
tersebut diatas, peralatan tesebut adalah Induction Log. Fungsi induction log
adalah untuk menentukan batuan sebenarnya (Rt) dan korelasi batuan tanpa
memandang jenis lumpur yang digunakan
Kondisi optimum induction log digunakan pada lumpur yang digunakan
yaitu fresh water mud, porositas batuan antara medium-high ( > 15%), kondisi
lubang open hole dan Invasi lumpur lebih dari 40 in.
Prinsip pengukuran induction log dengan mengirimkan arus bolak-balik
dengan frekuensi tinggi ( 20.000 cps) yang mempunyai intensitas konstan
melalui kumparan pengirim (transmitter coil) sehingga menghasilkan medan
elektromagnetik yang mana akan menimbulkan arus induksi didalam formasi.
Arus induksi yang berputar ini akan menimbulkan pula medan magnet kedua
yang dapat dideteksi oleh receiver coil. Besarnya medan magnet kedua ini akan
sebanding dengan konduktivitas formasi. Skema rangkaian induction log dapat di
lihat pada gambar 3.27
78
Gambar 3.27
Prinsip Pengukuran Induction Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
79
pengukuran resistivitas formasi dangkal (invaded zone), tapi SFL belum bisa
memberikan pengukuran yang akurat untuk resistivitas flushed zone (Rxo).
Prinsip Pengukuran SFL dapat dilihat pada gambar 3.28, contoh defleksi kurva
SFL dapat dilihat pada gambar 3.29.
Gambar 3.28
Prinsip Pengukuran SFL
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
b. Dual Induction Log
Dual induction log berfungsi untuk menentukan resistivity investigasi (Ri)
dan menentukan resistivitas batuan sebenarnya (Rt). Pada Dual Induction Log
biasanya terdapat enam atau lebih coils dengan spacing sekitar 40 in, antara
transmitter - receiver utama untuk mendapatkan pembacaan kurva dalam (ILd).
Coils yang lebih sedikit digunakan untuk mendapatkan kurva medium (ILm). ILd
dan ILm mempunyai resolusi vertikal yang sama. Tetapi ILm mempunyai
penetrasi hanya setengah dari penetrasi
dikombinasikan dengan Shallow Laterolog seperti LL8 atau SFL seperti pada
gambar 3.29.
Kondisi optimum pada dual induction log digunakan pada semua jenis
lumpur pemboran, kondisi lubang bor open hole, ketebalan mud cake 1.5 in,
resolusi vertikal 4 ft, kedalaman invasi dangkal 1.5-3 ft dan kedalaman invasi
dalam 3 ft. Defleksi kurva dual induction log dapat dilihat pada gambar 3.29.
80
Gambar 3.29
Contoh Defleksi Kurva SFL Dan Dual Induction Log
(George B. Asquith,Basic Well Log Analysis)
4. Microresistivity Log
Microresistivity Log dirancang untuk memperoleh harga tahanan formasi
pada flushed zone (Rxo) dan sebagai indikator lapisan porous permeabel yang
ditandai dengan adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo oleh Microresistivity
Log ini dipengaruhi oleh tahanan mud cake (Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc).
Ketebalan mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang
direkam oleh Caliper Log. Kondisi optimum microresistivity log digunakan pada
lubang bor open hole dan daerah invasi pada flushed zone ( 1- 6 in).
81
menggunakan tiga
elektroda dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng karet, fungsi
microlog untuk menenukan resistivity flused zone (Rmf). Kondisi optimum
microlog digunakan pada lumpur pemboran jenis fresh water base mud,
kedalaman invasi 1 6 in, harga resistivity 0.5 100 ohm-m, ketebalan mud cake
0.5 in.
Saat pengukuran microlog, lempeng karet menekan dinding lubang bor
dengan bantuan sebuah susunan pegas. Microlog digunakan untuk menentukan
variasi diameter lubang bor antara 6 hingga 16 dan kedalaman formasi yang
diselidiki hanya mencapai 1 hingga 4. Ketiga elektroda tersebut masingmasing mempunyai spacing sekitar 1 inchi. Microlog merekam dua buah kurva
resisivity yaitu micro inverse dan micro normal. Micro normal mempunyai daerah
penyidikan yang lebih dalam dan pengaruhnya terhadap mud cake relatif lebih
tebal jika dibandingkan dengan micro inverse. Adanya mud cake inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut. Prinsip
arus pada pengukuran microlog dapat dilihat pada gambar 3.30. Contoh defleksi
kurva microlog dapat dilihat pada gambar 3.31.
82
Gambar 3.30
Prinsip Arus Pengukuran Pada Microlog
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Gambar 3.31
Contoh Defleksi Kurva Microlog
(George B. Asquith,Basic Well Log Analysis)
b. Microlaterolog
Microlaterolog berfungsi untuk menentukan harga Rxo dimana apabila
menggunakan microlog hasilnya kurang akurat. Kondisi optimum microlaterolog
digunakan pada lumpur pemboran jenis salt water base mud, kedalaman invasi 1
-6 in, harga resistivity 0.5 500 ohm-m, ketebalan mud cake lebih kecil dari 0.25
in.
Prinsip microlaterolog sama dengan laterolog. Microlaterolog mempunyai
spacing pendek, arus dapat difokuskan, kedalaman daerah penyelidikan daerah
83
Gambar 3.32
Prinsip Pengukuran Microlaterog
J.T.Log
Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
c. (Dewan,
Proximity
Proximity Log adalah alat bantalan yang mirip dengan Microlaterolog dan
Microlog yang bersinggungan dengan dinding lubang bor dan pembacaan kurva
resistivitas terbebas dari pengaruh mud cake hingga ketebalan 1 in, proximity log
berfungsi untuk menentukan Rxo. Kondisi optimum proximity log digunakan
pada lumpur pemboran jenis fresh water base mud, kedalaman invasi 1 6 in,
harga resistivity 0.5 100 ohm-m, ketebalan mud cake 3/4 in, digunakan pada
batuan karbonat atau sand. Defleksi kurva proximity log dapat dilihat pada
gambar 3.33.
84
Gambar 3.33
Defleksi Kurva Proximity Log
(Dewan,
J.T. Essentials
of Modern
Opendengan
Hole Log
Interpretation)
Prinsip pengukuran
proximity
log sama
microlateralog,
hanya saja
berbeda dalam kemampuan dan kodisi pengukuranya antara lain kedalaman
penyidikanya mencapai kurang lebih 16 dan tidak banyak bergantung pada
ketebalan mud cake yang terbentuk. Hasil pembacaan proximity Log dinyatakan
dalam persamaan 3-36 berikut ini :
RPL=J Rxo+ (1J ) Rt ............................................................... (3-36)
Keterangan :
J
85
Karena
86
Gambar 3.34
Prinsip Pengukuran MSFL
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
3.2.1.3.
Porosity Tools
87
Pada kurva density log dinyatakan dalam satuan gr/cc dan karena energi
yang diterima detektor dipengaruhi oleh matrik batuan ditambah kandungan yang
ada dalam pori-pori batuan, maka satuan gr/cc merupakan besaran bulk density
adalah :
Batubara (coal)
Batubara mempunyai densitas yang paling rendah diantara semua jenis
batuan.
Instrumen pengukuran densitas secara umum terdiri atas sumber energi
gamma ray berupa Cobalt 60 atau Cesium 137 dan dua detektor. Sumber dan
detektornya terletak pada suatu bantalan yang diperkuat lagi dengan dinding
88
lubang. Detektor spasi panjang untuk membaca formasi. Detektor spasi pendek
untuk mengukur material yang terjadi antara bantalan dengan formasi.
Prinsip pengukuran density log yaitu suatu sumber radioaktif dari alat
pengukur dipancarkan sinar gamma dengan intensitas energi tertentu menembus
batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral, mineral tersusun dari atom atom
yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar gamma membentur elektronelektron dalam batuan. Akibat benturan ini sinar gamma akan mengalami
pengurangan energi. Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan
diterima oleh detektor yang berjarak tertentu dari sumbernya, semakin lemah
energi yang kembali maka semakin banyak elektron dalam batuan yang berarti
makin padat butir penyusunan volumenya.
a. Formation Compensated Density Tools (FDC)
Formation compensated density tools (FDC) menggunakan sistem dua
detektor, detektor memegang peranan dalam pengukuran densitas batuan. Fungsi
FDC yaitu untuk menentukan densitas batuan (b) dan porositas batuan ().
Kondisi optimum FDC digunakan pada kondisi lubang bor open hole, densitas
batuan 2 2.9 gr/cc, kedalaman penetrasi 4 in, resolusi vertikal 3 ft, kecepatan
logging 1800 ft/hr. Contoh defleksi kurva FDC dapat dilihat pada gambar 3.37
Prinsip pengukuran FDC yaitu detektor yang letaknya lebih jauh dari
sumber radiasi disebut detektor sumbu panjang, detektor ini memegang peranan
dalam pengukuran densitas. Sedangkan detektor yang lebih dekat dengan sumber
radiasi disebut detektor sumbu pendek, detektor ini sangat dipengaruhi oleh kerak
lumpur. Sehingga kehadiran dari detektor sumbu pendek ini sesungguhnya
merupakan detektor pembantu untuk kompensasi pengaruh kerak lumpur lubang
bor yang tidak baik. Densitas yang terbaca oleh tiap detektor adalah tidak sama,
jika kerak lumpur lebih berat daripada formasi maka akan terbaca densitas yang
lebih tinggi dan sebaliknya untuk kerak lumpur yang lebih tipis. Perbedaan antara
densitas sumbu panjang dan sumbu pendek memberikan besarnya koreksi yang
89
Gambar 3.35
Skema Prinsip Pengukuran FDC
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Dengan diketahuinya densitas batuan dapat digunakan dalam menentukan
besaran porositas pada batuan tersebut. Hubungan porositas dan density log untuk
formasi bersih (clean formation), didapat persamaan:
b= . f + ( 1 ) . ma ..................................................................... (3-37)
Keterangan:
b= a
sehingga:
ma b
ma f
................................................................................... (3-38)
Keterangan :
90
= Densitas lumpur (salt water base mud = 1.1 gr/cc, fresh water base
mud = 1.0 gr/cc)
Tabel III 3
Density Bulk (b) Untuk Berbagai Jenis Batuan
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log
Interpretation)
Compound
Formula
Quartz
Calcite
Dolomite
Anhydrite
Sylvite
Halite
Gypsum
Anthracite
Coal
Bituminous
SiO2
CaCo3
CaCO3MgCO3
CaSO4
KCL
NaCl
CaSO42H2O
Actual
Log-Indicated
Density, b
Density, log
(gr/cc)
2.654
2.710
2.370
2.960
1.984
2.165
2.320
1.400
1.800
1.200
(gr/cc)
2.648
2.710
2.876
2.977
1.863
3.032
2.351
1.355
1.796
1.173
91
Gambar 3.36
Grafik Penentuan Nilai Porositas
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Untuk formasi yang mengandung fluida hidrokarbon, bulk density akan
menjadi rendah karena h lebih kecil dari mf. Persaman 3-34 di atas menjadi
persamaan 3-39 :
b = [Sxo mf + (1 Sxo) h] + (1 - ) ma.......................... (3-39)
Sedangkan pada formasi yang mengandung gas (gas bearing formation).
dapat ditulis dengan persamaan 3-40 berikut :
b = mf 1,07Shr [(1,11 0,15P) 1,15 h] + (1 - ) ma (3-40)
Keterangan:
Shr = (1-Sxo), fraksi
P
= ppm,/106
Dshale
ma shale
ma f
.....................................................................(3-42)
92
93
= Nomor atom.
Tabel III 4
Hamburan Foto Elektrik Untuk Berbagai Lithology
(Rider, Macolm The Geological Interpreetation Off Well Log)
94
2. Neutron Log
Neutron Log pada dasarnya digunakan untuk menentukan porositas total
batuan tanpa memandang apakah pori-porinya diisi oleh hidrokarbon atau air
formasi, dikombinasikan dengan density log dapat membedakan lapisan
hidrokarbon dengan lapisan yang mengandung air (air tawar atau air asin) dan
untuk korelasi batuan.
Kondisi optimum neutron log digunakan pada batuan yang mempunyai
porositas rendah (0% - 20%), kondisi lubang bor cased hole maupun open hole,
95
dapat digunakan untuk semua jenis lumpur, formasi batuan non-shaly, diameter
lubang bor antara 6 10.
Prinsip kerja neutron log adalah dengan melepaskan atom neutron ke dalam
formasi melaui sumber, dan dua detektor perekam dipasang pada suatu alat yang
ditempelkan pada dinding sumur. Atom tersebut akan menabrak atom atom yang
ada di dalam batuan formasi, sehingga mengalami kehilangan energi, lalu akan
dipantulkan kembali ke lubang bor. Detektor akan menghitung atom neutron yang
kembali dari formasi sehingga dapat diketahui banyaknya atom hidrogen di dalam
formasi batuan. Prinsip Pengukuran Neutron log dapat dilihat pada gambar 3.37
Terdapat 3 detektor pada neutron log yang berfungsi mendeteksi energi
thermal neutron, yaitu :
96
Gambar 3.37
Prinsip Kerja Neutron Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Semakin besar pulse yang direkam oleh detector apabila awan thermal
neutron mengembang (less hydrogen) dan semakin kecil pulse apabila awan
thermal neutron mengkerut (more hydrogen). Sehingga banyaknya pulse yang
direkam oleh detector berbanding terbalik dengan porositas, karena semua
hydrogen terkandung dalam batuan yang memiliki pori pori. Contoh defleksi
kurva neutron log dapat di lihat pada gambar 3.38.
97
Gambar 3.38
Defleksi Kurva Porosity Tools Density Neutron Log
(George B. Asquith,Basic Well Log Analysis)
Peralatan log neutron yang dipergunakan pada well logging meluputi :
Keterangan :
N log
...............................................................................................=
98
Sedangkan
Dimana
Nclay
........................................................................... (3-47)
VshaleND
N D
Nshale Dshale
............................................................(3-48)
Ncorr Dcorr
2
................................................................... (3-49)
(2 Ncorr) (7 Dcorr )
9
.................................................(3-50)
3. Sonic Log
Alat ini mengukur kecepatan suara didalam formasi. Kecepatan rambat
gelombang suara biasanya dikenal sebagai interval transit time (t). Interval
transit time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh gelombang suara
untuk menempuh jarak satu feet pada suatu bahan (sec/ft atau sec/ft). Fungsi
dari sonic log menentukan nilai t log dan menentukan porositas batuan.
Prinsip pengukuran sonic log dengan menggunakan dua buah transmitter
gelombang suara dan empat buah alat penerima (receiver). Transmitter
memancarkan gelombang compressional & gelombang freflaksi yang merambat
99
ke dalam formasi, lalu gelombang yang kembali dari formasi ditangkap dengan
menggunakan receiver. Beda waktu tersebut akan menghasilkan transite time
yang diukur dalam satuan (sec/ft). Skema prinsip pengukuran sonic log dapat
dilihat pada gambar 3.39. Perambatan suara didalam formasi tergantung dari
matrik batuan, porositas batuan dan fluida dalam pori-pori tersebut. Gelombang
suara yang merambat dalam formasi akan dipantulkan kemudian ditangkap oleh
receiver. Berdasarkan persamaan Willey yaitu pada persamaan 3-51. Contoh
defleksi kurva neutron log dapat di lihat pada gambar 3.40.
t log tma
tf tma
s =
.............................................................................(3-51)
Gambar 3.39
Prinsip Pengukuran Sonic Log
(Dewan, J.T. Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
100
Gambar 3.40
Contoh Defleksi Kurva Sonic Log
(George B. Asquith,Basic Well Log Analysis)
Kondisi Optimum sonic log digunakan pada Unconsolidated sand
formation, dapat digunakan pada lubang bor yang belum dicasing, dapat
diturunkan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled
hole.
Material
Vma (ft/sec)
tma ( sec/ft)
tma ( sec/ft)
biasa digunakan
Sandstone
18000 19500
55.5 51.0
55.5 51.0
Limestone
21000 23000
47.6 43.5
47.6
Dolomite
23000 26000
43.5 38.5
43.5
Anhydrite
20000
50.0
50.0
Salt
15000
66.7
67.0
= transit time pada matrik batuan, sec/ft. (dapat dilihat pada table III-5)
tf
101
Dalam
.......................... (3-52)
t log tma
t fluid tma
............................................................................... (3-54)
Keterangan:
s
t log
t fluid
t ma
102
t sh
= Porositas (fraksi).
Vsh
Dimana :
( 0 .5 r 2 ) 1
r 2 1
................................................. (3-55)
Vc
Vs
Shear Modulus ( ) Vs 2
........................................................ (3-56)
.................................................. (3-58)
Kondisi Optimum korelasi yang lebih baik pada data seismic, dapat
dilakukan pada semua jenis lumpur, kondisi open hole, porositas antara 20% 40%, unconsolidated sand formation. . Contoh defleksi kurva LSS dapat di lihat
pada gambar 3.41.
103
Gambar 3.41
Contoh Defleksi Kurva LSS
3.2.2. (Dewan,
Interpretasi
J.T. Logging
Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation)
Hasil rekaman formasi yang di tembus akan di interpretasikan secara
kualitatif maupun kuantitatif.
3.2.2.1.
Interpretasi Manual
3.2.2.1.1. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif log didasarkan atas bentuk (defleksi) kurva dari log
yang tergambar dalam slip log, yang umumnya dipengaruhi oleh jenis lithologi,
kandungan fluida dan mineralnya.
Adapun pengamatan ini berupa :
104
Dengan menggunakan SP Log, akan dapat diketahui lapisan shale dan non
shale. Bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas dengan air
formasi (terutama lumpur air tawar/ fresh water mud), lapisan non-shale
umumnya ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (ke kiri)
dari shale base line sedangkan pada formasi shale akan terjadi defleksi positif
(ke kanan) dari shale base line.
2. Separasi Resistivity
Adanya lapisan porous permeabel sering ditunjukkan dengan adanya
separasi antara kurva resistivity investigasi dalam dengan investigasi rendah.
Pada zona yang mengandung air (Rmf > Rw dan Rxo > Rt), pembacaan
resistivitas daerah dangkal lebih besar daripada daerah pengukuran dalam.
Sedangkan pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, perbedaan antara Rxo
dan Rt akan kecil tergantung Rmf/Rw dan Sw/Sxo.
3. Separasi Microlog.
Proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan terjadinya mud
cake pada dinding lubang bor. Dua kurva hasil dari pembacaan akibat adanya
mud cake oleh Microlog akan menimbulkan separasi positif (micro inverse <
micro normal) pada lapisan permeabel.
4. Caliper Log.
Dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya Caliper Log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake sehingga dapat
memberikan/membantu pendeteksian lapisan permeabel.
5. Gamma Ray Log.
Pada formasi yang mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan
radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi kurva Gamma Ray
Log, pada umumnya defleksi kurva yang menunjukkan intensitas radioaktif
yang besar adalah lapisan shale atau clay, sedangkan defleksi kurva yang
105
Kurva SP
Dengan log ini dapat membedakan lapisan shale dan non shale. Saat
terjadi perubahan dari lapisan shale menjadi lapisan non shale (lapisan porous
permeabel) maka kedalaman tersebut dicatat sebagai kedalaman top struktur.
Pada saat alat diturunkan, diindikasikan lapisan berubah dari lapisan porous
permeabel menjadi lapisan shale yang dicatat sebagai kedalaman bottom
struktur. Selisih dari kedalaman top dan bottom struktur dicatat sebagai
ketebalan dari lapisan porous permeabel.
2.
Kurva Resistivity
106
3.
Kurva Microresistivity
Pada kondisi lumpur yang baik (fresh water mud) dapat memberikan hasil
dapat digunakan pada kondisi lubang bor yang telah dicasing biasanya
dikombinasikan dengan Neutron Log, oil base mud, dan gas filled hole. Sama
seperti SP Log, Gamma Ray Log dapat menunjukkan batas dan ketebalan lapisan
porous permeabel.
Perlu diperhatikan pengukuran batas dan ketebalan lapisan, harus
diperhatikan pula masalah kondisi optimum masing-masing alat log.
107
Hasil pengamatan dari resistivity log dibandingkan terhadap hasil pengukuran log
FDC-CNL. Air dan minyak mempunyai indeks hidrogen yang tinggi, sehingga
pada kurva log akan menunjukkan harga yang rendah. Sedangkan gas
menunjukkan indeks hidrogen tinggi pada kurva neutron, tetapi densitas gas lebih
kecil daripada air dan minyak. Adanya gas, minyak dan air bisa ditandai dengan
adanya separasi antara kurva neutron dan density. Gas teridentifikasikan dengan
separasi yang lebih besar daripada minyak dan air, dimana kurva neutron berada
disebelah kanan kurva density
Dengan FDC log akan didapatkan nilai b. Sebagai contoh, nilai b yang
didapat dari logging adalah 2,87. Maka jenis batuannya adalah dolomite.
Dengan LDL akan didapatkan nilai Pe. Nilai Pe yang didapat 1,81 maka
jenis batuannya adalah sandstone.
Dengan BHC akan didapatkan nilai tma sebesar 54 sec/ft. maka jenis
batuannya adalah sandstone.
Dari LDL diketahui nilai shear dan compessional travel time (ts dan tc).
apabila ts/tc = 1,9 maka jenis batuannya adalah limestone.
108
batuan (e) dan saturasi air (Sw) dimana data tersebut diolah dari rekaman hasil
log menggunakan persamaan pendukung dan logging chart. Data yang telah
diolah dapat digunakan untuk memperkirakan cadangan hidrokarbon ditempat
secara akurat. Dalam penulisan skripsi ini penentuan Resistivitas batuan
Resistivitas Air (Rw) dengan metode pengukuran langsung air formasi yang
terproduksi di laboratorium, penentuan Vshale dengan metode Gamma Ray Log
(persamaan 3-33), penentuan prositas batuan efektif dengan metode Neutron
Density, dan penentuan saturasi air (Sw) dengan metode Indonesian Equation.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Temperatur Formasi (Tf) dengan persamaan 3-31.
BHT Tsurface
TF=Ts+
Dept h Formasi
Total Depth
2. Menentukan Rmf koreksi (Rmfcorr) dengan persamaan 3-30.
Ts+ 6.77
Rmf corr=Rmf
Tf + 6.77
Rmfcorr
10
SSP
K
( SPSPclean )
( SPs hSPclean )
109
Vshale=
GR logGR min
GR maxGR min
N D
Ns h Dsh
Sxo
Vshale
Vshale
Rxo
Rsh
e m
a Rmf
............................................ 3-58
Sw
Vshale
1
Vshale
Rt
Rsh
e m
a Rw
....................................................... 3-59
110
3.2.2.2......................................................................................................
Interpretasi dengan software interactive Petrophysics
Interactive petrophysics merupakan software, software ini membantu dalam
interpreatsi logging seperti dalam penentuan lithology batuan, penentuan Vclay,
penentuan porositas batuan, saturasi air serta perhitungan cut-off. Prosedur dalam
interpretasi dengan interactive petrophysics:
1. Input Data:
a. Input data LAS :
Sesuaikan type dan satuan logging yang telah di run, klik load
dan close
Gambar 3.42
Input Data Las
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
111
Gambar 3.43
Input Data Header Log
c. Input gradient temperatur:
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
Klik Calculate pada software IP
Klik Temperature Gradient.
Input temperature permukaan (Ts), bottom hole temperatur
(BHT), kedalaman total seperti pada gambar 3.44.
112
Gambar 3.44
Input Temperature Gradient
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
d. Input data sementasi batuan (m), faktor saturasi (n), dan konstanta
batuan (a).
Klik Display Porosity and Saturation Water Analysis Parameter
Klik Sw Logic
Input data sementasi batuan (m), faktor saturasi (n), dan
Gambar 3.45
2. Print Out Slip/Chart
Log
:
Input Data Parameter SCAL
Klik(Senergy,
View pada
software
IP
Manual
Interactive
Petrophysics)
Klik Log Plot
Klik File
Klik Program Default
Klik Triple Combo, seperti pada gambar 3.46
Gambar 3.46
Print Out Chart Kombinasi Log
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
113
3. Koreksi Data:
a. Koreksi kedalaman total (Splice Curve)
Gambar 3.47
Extend Interval Sumur
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
114
Gambar 3.48
Interactive Curve Splice
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
b. Koreksi Shale Baseline :
Klik Edit
Klik Interactive Baseline Shift
Klik Curva SP log pada Combo Plot Log
Klik Start pada gambar 3.49
Gambar 3.49
Shifting SP Baseline
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
c. Koreksi Gamma Ray log
Klik Display Clay Volume Analysis Parameter pada software
IP.
Klik metode Vshale Koreksi nilai parameter VShale seperti
pada gambar 3.50
Gambar 3.50
Koreksi Parameter VShale
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
115
4. Interpretasi Data :
a. Interpretasi kedalaman zona porous :
Klik Interpretation pada software IP
Klik Clay Volume Parameter
Klik Zone Depth Option, kemudian input kedalaman zona
porous. Seperti pada gambar 3.52
Gambar 3.52
Interpretasi Kedalaman Zona Porous
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
b. Interpretasi Vshale :
Klik Interpretation pada software IP
Klik Clay Volume, pilih metode penentuan Vshale seperti pada
gambar 3.53
Klik Run
116
Gambar 3.53
Interpretasi Vshale
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
c. Penentuan Resistivitas air (Rw)
Penentuan Rw dan sementasi batuan software IP diketahui dengan
Picket Plot, langkah langkah pembuatan picket plot dengan software
IP :
Klik kanan pada kolom resistivity
Klik RLA5 / PHIE, maka muncul picket plot (Resistivity Vs
Porosity)
Drag garis Sw 100% ke titik nilai resistivity terendah di zona
porous, sehingga nilai Rw dan sementasi dapat diketahui, seperti
pada gambar 3.54
117
Gambar 3.54
Picket Plot
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
d. Interpretasi Porositas batuan () dan Saturasi air (Sw) :
Klik Interpretation
Klik Porosity and Saturation Water
Input log curve yang digunakan, pilih model porosity dan metode
penentuan saturasi yang digunakan, model porosity yang digunakan
adalah model Neutron - Density, persamaan saturasi yang
digunakan adalah Indonesian equation, seperti pada gambar 3.55.
plot hasil analisa dengan interactive petrophysic dapat dilihat pada
gambar 3.56
Klik Ok
118
Gambar 3.55
Interpretasi Porositas Dan Saturasi Air
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
Gambar 3.56
Contoh Hasil Interpretasi Dengan Software IP
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
119
Gambar 3.57
Net pay Zone
(Senergy, Manual Interactive Petrophysics)
3.3.
dengan membuat grafik plot Vshale (sumbu y) dan porositas batuan efektif
(sumbu x). Harga porositas batuan efektif dan Vshale diambil dari interpretasi
logging yang telah di uji sumur (DST Test / MDT Test), dari hasil uji sumur
tersebut dapat diketahui adanya aliran (flow) dan yang tidak (no flow) dan pada
zona porous atau pada interval perforasi (zona interest), harga porositas batuan
pada zona porous tersebut diplot dengan harga Vshale, contoh penentuan cut-off
Vshale dan cut-off saturasi seperti pada gambar 3.58.
120
Gambar 3.58
Contoh Penentuan Cut-Off Porositas Batuan Dan Vshale
(Pedoman Study Geology Geofiska Dan Reservoir)
Pada gambar 3.58, zona flow merupakan zona yang teridentifikasi adanya
aliran fluida (minyak, gas dan air) setelah dilakukan uji sumur, sementara zona
yang tidak flow merupakan zona tanpa adanya aliran fluida (minyak, gas, air)
yang disebabkan adanya Vshale yang menghambat aliran fluida.
Apabila dari hasil uji sumur (tes sumur) menunjukan semuanya mengalir
(Flow), maka dalam penentuan cut-off dapat dilakukan berdasarkan laju aliran,
yaitu membuat grafik hubungan antara porositas atau Vshale dengan laju alir
produksi, kemudian tarik garis terdalam yang memiliki trend menurun, untuk
penentuan cut-off porositas, dengan cara yang sama tarik garis terluar untuk
penentuan cut-off Vshale seperti pada gambar 3.59
Gambar 3.59
Contoh Penentuan Cut-off Vshale Dan Porositas Batuan Dengan Laju Alir
(Pedoman Study Geology Geofiska Dan Reservoir)
Penentuan cut-off saturasi air (Sw) dilakukan dengan memplot Water Cut
(sumbu y) dengan saurasi air (sumbu x), dimana water cut dihitung dengan
fracrional flow, fractional flow dapat ditentukan dengan adanya data permeabilitas
121
relatif minyak (Krw) dan permeabilitas relatif air (Krw) dapat dilihat dari
persamaan 3-15, contoh penentuan cut off saturasi air seperti pada gambar 3.60
Gambar 3.60
Contoh Penentuan Cut-off Saturasi Air
(Pedoman Study Geology Geofiska Dan Reservoir)
3.4............................................................................................................ Penentua
n Lapisan Produktif
Untuk membedakan antara lapisan porous yang produktif
dan lapisan
porous yang tidak produktif dari suatu formasi berdasarkan dari nilai cut-off
Vshale, cut-off porositas batuan efektif, dan cut-off saturasi air. Suatu lapisan
yang produktif jika Vshale lapisan produktif lebih kecil dari Vshale cut-off
(Vshaleprod < Vshalecf), porositas batuan untuk lapisan produktif lebih besar dari
porositas batuan cut-off (prod > cf) dan saturasi air untuk lapisan produktif lebih
kecil dari saturasi air cut-off (Swprod < Swcf).
3.5.
122
e manual e software IP
100%
e software IP
........................................................... (3-60)
Penentuan persentase saturasi air dengan persamaan 3-61.
........................................................ (3-61)
Penentuan persentase cut-off Vshale dengan persamaan 3-62
Sw manual Sw software IP
100%
Sw software IP
..............................................(3-63)