BAB I
KARAKTERISTIK RESERVOIR
1.1 Karakteristik Batuan Reservoir
Reservoir merupakan batuan yang berpori (porous) dan permeable yang
mengandung fluida ( minyak dan gas ).
Komponen reservoir terdiri dari:
1. Wadah, yang berupa batuan reservoir,
2. Isi, yang berupa fluida reservoir,
3. Kondisi reservoir, yang berupa tekanan reservoir dan temperatur reservoir.
Umumnya batuan reservoir terdiri dari batuan sedimen yang berupa
batupasir, batuan karbonat dan batuan shale, atau kadang-kadang batuan vulkanik.
Masing-masing batuan memiliki komposisi kimia yang berbeda-beda dan sifat
fisik yang berbeda - beda pula.
1.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir
1.1.1.1 Batupasir
Batupasir (sandstone) merupakan batuan yang paling sering dijumpai di
lapangan sebagai batuan reservoir. Batu pasir merupakan hasil dari proses
sedimentasi mekanik, yaitu berasal dari proses pelapukan dan disintegrasi, yang
kemudian tertransportasi serta mengalami proses kompaksi dan pengendapan.
Berdasarkan mineral penyusunnya, menurut Krynine batupasir dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu orthoquartzites, pasir lempungan (graywacke), dan
arkose.
1. Orthoquartzites
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari
proses sedimentasi yang menghasilkan unsur silika yang tinggi, tanpa mengalami
metaformosa dan pemadatan, terutama terdiri atas mineral kwarsa (quartz) dan
mineral lainnya yang stabil.
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang relatif bersih yaitu bebas
dari kandungan shale dan clay. Komposisi kimia dari orthoquarzites dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Komposisi Kimia Batupasir Orthoquartzites (%)
2. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsurunsur
mineral yang berbutir besar, terutama kwarsa dan feldspar serta fragmenfragmen
batuan. Material pengikatnya adalah clay dan carbonate. Sortasi (pemilahan)
butir pada graywacke tidak bagus karena lingkungan pengendapannya relatif
curam dan adanya matriks-matriks batuan. Hal ini juga menyebabkan
berkurangnya porositas batuannya. Komposisi mineral dari graywacke
dilihat pada (Tabel 1.2) dan komposisi kimia graywacke pada (Tabel 1.3).
dapat
Tabel 1.2
Komposisi Mineral Batupasir Graywacke (%)
Tabel 1.3
Komposisi Kimia Graywacke (%)
3. Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang biasanya tersusun dari kwarsa sebagai
mineral yang dominan, meskipun seringkali mineral arkose feldspar jumlahnya
lebih banyak dari kwarsa. Sedangkan unsur-unsur lainnya, secara berurutan sesuai
prosentasenya ditunjukkan pada (Tabel 1.4). Komposisi kimia arkose ditunjukkan
pada (Tabel 1.5).
Tabel 1.4
Komposisi Mineral Arkose (%)
Tabel 1.5
Komposisi Kimia Arkose (%)
1.1.1.2.Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah limestone (batugamping), dolomit, dan yang
bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa dipakai untuk
kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % kalsium karbonat atau
magnesium. Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral kalsit,
sedangkan pada dolomit mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomit.
Komposisi kimia Limestone ditunjukkan pada (Tabel 1.6).
Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur karbonat lebi h besar dari 50%, sedangkan untuk batuan
batuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan dolomit
akan mempunyai nama yang bermacammacam tergantung dari unsur yang
dikandungnya. Untuk batuan yang unsur kalsitnya melebihi dolomit disebut
dolomit limestone, dan yang unsur dolomitnya melebihi kalsit disebut dengan
limy, calcitic, calciferous atau calcitic dolomite. Komposisi kimia dolomit
ditunjukkan pada (Tabel 1.7).
Tabel 1.6
Komposisi Kimia Limestone (%)
10
Tabel 1.7
Komposisi Kimia Dolomite (%)
1.1.1.3.Batuan Shale
Batuan shale adalah batuan serpih berbutir halus dengan permeabilitas
yang mendekati nol (impermeabel). Batuan ini dapat berlaku sebagai batuan
reservoir apabila permeabilitasnya besar sebagai akibat perekahan.
Pada umumnya unsur penyusun shale ini terdiri dari lebih kurang 58%
silikon dioksida (SiO2), 15% alumunium oksida (Al2O3), 6% besi oksida (FeO)
dan Fe2O3,
potasium oksida (K2), 1% sodium oksida (Na2), dan 5% air (H2O). Sisanya adalah
oksida metal dan anion seperti terlihat pada (Tabel 1.8).
11
Tabel 1.8.
Komposisi Kimia Rata-Rata Batuan (%)
Vp
Vb Vg
x100%
x100% .......................................................................(1.1)
Vb
Vb
dimana,
12
= Porositas, %
Vb
Vg
Vp
,..............................................................(1.2)
C o n n e c te d o r
E ff e c t iv e
P o ro s ity
To t a l
P o ro s ity
Is o la te d o r
N o n - E ff e c t i v e
P o ro s ity
Gambar 1.1
Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan
Porositas Absolut Batuan
baik
distribusinya,
semakin
baik
porositasnya), susunan
13
9 0
9 0
9 0
a . C u b ic
o
o
(p o ro s ity =
9 0
4 7 ,6 % )
9 0
9 0
b . R h o m b o h e d ra l (p o ro s ity =
2 5 ,9 6 % )
Gambar 1.2
Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan
1.1.2.2.Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu fluida melalui celah
suatu material yang mempunyai rongga. Permeabilitas batuan merupakan fungsi
dari tingkat hubungan ruang antar poripori dalam batuan. Definisi kuantitatif
permeabilitas pertamatama dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam
hubungan empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
V
k dP
dL
,........................................................................................(1.4)
dimana :
V
14
dP / dL
Fluidanya incompressible.
Tidak ada reaksi antara fluida yang mengalir dengan batuan yang
dialirinya
15
ujungnya maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P 2 adalah tekanan
keluar. Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q . . L / A . ( P 1 P2 ) adalah
konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung
dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan
mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka
diperoleh harga permeabilitas absolut batuan.
Gambar 1.3
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas
Q. . L
,............................................................................................(1.5)
A.( P1 P2 )
Ko
,
K
K rg
Kg
K
Krw
Kw
,....................................................(1.6)
K
16
Q o . o . L
,..........................................................................................(1.7)
A.( P1 P2 )
Kw
Q w . w . L
,.........................................................................................(1.8)
A.( P1 P2 )
Dimana :
o
viskositas minyak
viskositas air.
dan (1.8)
jika diplot
Gambar 1.4
Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air
17
Gambar 1.5
Kurva Permeabilitas Relatif untuk Sistem Minyak dan Air
1.1.2.3.Saturasi Fluida
Saturasi
fluida
batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori
total
18
porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan mempunyai
Sw yang tinggi dan Sg yang relatif rendah. Demikian juga untuk bagian atas
dari struktur reservoir berlaku sebaliknya.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air
dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan minyak,
saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah poripori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang pori
porinya adalah , maka ruang poripori yang diisi oleh hidrokarbon adalah :
So . . V + Sg . . V = ( 1Sw ) . . V ,.................................................(1.14)
1.1.2.4.Wettabilitas
Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu
fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam sistem minyak-air benda padat, gaya
adhesi AT yang menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
AT = so sw = wo. cos wo ,...(1.15)
Dimana :
AT
so
sw
wo
wo
19
Gambar 1.6
Kesetimbangan Gaya-Gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
A. Water-wet
Minyak
B. Oil-wet Reservoir
Butiran
Gambar 1.7
1.1.2.5.Tekanan Kapiler
Air
20
2. .cos
. g. h
r
,...................
(1.17)
dimana :
Pc
= tinggi kolom, cm
21
akan mempunyai zona transisi yang panjang. Ukuran pori-pori batuan reservoir
sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis daripada
reservoir dengan permeabilitas yang rendah.
Gambar 1.8
Variasi Pc terhadap Sw
1.1.2.6.Kompressibilitas
Kompressibilitas pada batuan menurut Geertsma (1957) terdapat tiga
macam kompresibilitas pada batuan antara lain :
1. Kompresibilitas Matriks Batuan
Kompresibilitas matriks batuan adalah fraksional perubahan volume dari
material padatan batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas Batuan Keseluruhan
Kompresibilitas batuan keseluruhan merupakan fraksional perubahan
volume batuan terhadap satuan perubahan tekanan
22
1 dVr
Vr dP
,..................................................................................................
(1.18)
Sedangkan perubahan dari ruang pori-pori batuan dapat dinyatakan dalam
kompresibilitas Cp (psi-1), yang secara matematis dituliskan dengan :
Cp
1 dVp
Vp dP *
,..............................................................................................(1.19)
Dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains), inch3
Vp = volume poripori batuan, inch3
P
23
1.2.1
dapat berupa gas, air atau padatan tergantung kepada komposisinya yang khusus
serta tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Hidrokarbon yang
berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi, sedangkan yang berupa gas dikenal
sebagai gas bumi.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen. Senyawa karbon dan hidrogen ini mempunyai variasi-variasi ikatan,
yang biasanya dibagi dalam dua golongan besar, yaitu : golongan asiklis (terbuka)
dan golongan siklis.
24
No. Karbon, n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
Nama
Methane
Ethane
Propane
Butane
Pentane
Hexane
Heptane
Octane
Nonane
Decane
Eicosane
Triacontane
Tabel 1. 9.
Alkana (CnH2n+2)
25
Boiling Point
Melting Point
Specific Gravity
Propane
Butane
F
-258.7
-127.5
-43.7
31.1
F
-296.6
-297.9
-305.8
-217.0
60o/60 oF
..........
..........
0.508
0.584
Pentane
96.9
-201.5
0.631
Hexane
155.7
-139.6
0.664
Heptane
209.2
-131.1
0.688
Octane
258.2
-70.2
0.707
Nonane
303.4
-64.3
0.722
10
Decane
345.5
-21.4
0.734
11
Undecane
384.6
-15
0.740
12
Dodecane
421.3
14
0.749
15
Pentadecane
519.1
50
0.769
20
Eicosane
648.9
99
..........
30
Triacontane
835.5
151
..........
No.
Name
1
2
3
4
Methane
Ethane
Tabel 1.10
Sifat sifat Fisik n-Alkana
26
Name
Formula
Boiling
Melting
Specific
Point,
Point,
Gravity,
60o/60 oF
Ethylene
CH2 =CH2
-154.6
-272.5
Propylene
CH2=CHCH3
-53.9
-301.4
1-butene
CH2=CH CH2CH3
20.7
-301.6
0.601
1-pentene
CH2=CH(CH2)2CH3
86
-265.4
0.646
1-hexene
CH2=CH(CH2)3CH3
146
-216
0.675
1-heptene
CH2=CH(CH2)4CH3
199
-182
0.698
1-octene
CH2=CH(CH2)5CH3
252
-155
0.716
1-nonene
CH2=CH(CH2)6CH3
295
0.731
1-decene
CH2=CH(CH2)7CH3
340
0.743
Tabel 1.11
Sifat-Sifat Fisik Alkena
27
tetapi rantai karbonnya merupakan rantai tertutup. Yang umum dari golongan ini
adalah sikloalkana atau dikenal juga sebagai naftena, sikloparafin atau
hidrokarbon alisiklik. Apabila dalam keadaan tidak mengikat gugus lain, maka
rumus golongan naftena atau sikloparafin ini adalah CnH2n. Rumus ini sama
dengan rumus untuk seri alkena, tetapi sifat fisik keduanya jauh berbeda karena
strukturnya yang sangat berbeda.
1.2.1.4. Golongan Aromatik
Pada deret ini hanya terdiri dari benzena dan senyawa-senyawa
hidrokarbon lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini
adalah CnH2n-6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga
ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
Deretan benzena tidak menunjukkan sifat reaktif yang tinggi, ikatan-ikatan
dari deret hidrokarbon aromatik terdapat dalam minyak mentah yang merupakan
sumber utamanya.
Pada suatu suhu dan tekanan standard, hidrokarbon aromatik ini dapat
berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak
berwarna, berbau harum dan mendidih pada temperatur 176 0F.
1.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda antara
reservoir yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia pada air
formasi perlu sekali dilakukan untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya.
Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral,
misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan
alumunium serta bahan-bahan organis seperti
Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri dari kation-kation Ca,
Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida , CO3, HCO3, dan SO4.
Air formasi mempunyai kation-kation dan anion-anion dengan jumlah
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan part per million (ppm). Kation-
28
kation air formasi antara lain adalah : kalsium (Ca ++), magnesium (Mg++), natrium
(Na+), ferum (Fe+), dan Barium (Ba++), sedangkan yang termasuk anion-anion air
formasi adalah klorida (Cl-), karbonat (CO3) dan Bikarbonat (HCO3), serta Sulfat
(SO4).
1.2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir
Beberapa sifat fisik fluida yang perlu diketahui adalah : densitas,
viskositas, faktor volume formasi, kompresibilitas, dan kelarutan gas.
1.2.3.1 Sifat Fisik Minyak
1). Densitas Minyak
Berat Jenis Minyak (Densitas minyak) sering dinyatakan dalam Specific
Gravity. Hubungan antara Berat Jenis Minyak dengan Specific Gravity didasarkan
pada berat jenis air. Berat jenis minyak adalah perbandingan antara berat minyak
dengan volume minyak tersebut. Sedangkan specific gravity (SG) minyak adalah
perbandingan antara densitas minyak dengan densitas air, dengan persamaan yang
dapat dituliskan sebagai berikut :
SG minyak =
o
w
,...........................................................................................
(1.20)
dimana :
o
API =
(1.21)
141,5
131,5
SG
,.....................................................................................
29
Gambar 1.9
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan
30
F
y
x
A
v
,...................................................................................................
(1.22)
dimana :
= viskositas, gr/(cm.sec)
y / v
,..................................................................................
(1.24)
dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.
Tekanan reservoir awal adalah Pi dan harga awal faktor volume formasi
adalah Boi. Dengan turunnya tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point,
maka gas akan keluar dan Bo akan turun.
31
Gambar 1.10
Ciri Alur Faktor Volume Formasi Terhadap Tekanan untuk Minyak
1 V
,..........................................................................................(1.25)
V P
Co
B ob B oi
,............................................................................(1.26)
B oi Pi Pb
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi
= tekanan reservoir
Pb
32
m PM
V
RT
,...............................................................................................(1.27)
dimana :
m = berat gas, lb
V = volume gas, cuft
M = berat molekul gas, lb/lb mole
P = tekanan reservoir, psia
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 psia cuft/lbmole oR
Rumus di atas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal. Sedangkan untuk
gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
g
P Ma
,.....................................................................................................(1.28)
zRT
33
dimana :
z
Vres
,.......................................................................................................(1.29)
Vsc
dimana :
Bg
Vr
Vsc
Z sc nRTsc
Psc
,........ ...........................................................................(1.30)
34
Z r nRTr
Pr
,...........................................................................................(1.31)
zT
,Cuft/SCF
P
,.............................................................................
(1.32)
Bg
0,00504
ZT
,Bbl/SCF ,.....................................................................(1.33)
P
dimana :
Zr
Zsc
Tr
Tsc
Psc
oleh
adanya
perubahan
tekanan
yang
mempengaruhinya.
1 dV
,...................................................................................... (1.34)
V dP
Dalam
pembahasan
mengenai
kompressibilitas
gas
terdapat
dua
dV
dP
n RT
atau
n RT
P
n RT
,............................................................................... (1.35)
P2
35
1
, .......................................................... (2.36)
P
n RT
Z
,..................................................................................... (1.37)
P
dP
n RT
dZ
Z
dP
P2
Cg
1 dV
V dP
Cg
Cg
1
1 dZ
....................................................................................... (1.38)
P Z dP
n RT
P
dZ
Z
P
2
n RT Z
dP
P
C pr
Ppc
................................................................................................... (1.39)
Dimana :
Cpr
= pseudo-reduced compressibility
Ppc
= pseudo-critical pressure
36
w
1
0.01604
62.34 62.34Vw
0,01604
,.....................................
Vw
(1.40)
dimana :
f
Vw
37
Bw = Bwp + R
( Bw ) sat ( Bw ) pure.....................................................(1.41)
swp
4). Kelarutan Air Formasi dalam Gas
Kelarutan air dalam gas adalah penting bagi sifat fisik sejak mulai treating,
proses dan transportasi gas. Kelarutan air dalam gas tergantung pada tekanan,
temperature dan komposisi keduanya ( air dan gas alam ).
5). Kelarutan Air Formasi dalam Cairan Minyak
Pada kelarutan air dalam cairan minyak bumi ini. Reaksi yang ditunjukkan
antara air dan minyak adalah sangat kecil. Karena itu, kelarutan air formasi dalam
cairan minyak sangat terbatas. Data yang ditunjukkan tidak cukup untuk
mengembangkan suatu korelasi dari kelarutan air formasi dalam cairan minyak
pada temperature dan tekanan reservoir.
1.3.
Kondisi Reservoir
Tekanan dan temperatur merupakan besaranbesaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya
(air, minyak, dan gas).
1.3.1. Tekanan Reservoir
Konsep tekanan adalah gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu
fluida, hal ini adalah konsep mekanik dari tekanan. Tekanan merupakan sumber
energi yang menyebabkan fluida dapat bergerak. Sumber energi atau tekanan
tersebut pada prinsipnya berasal dari :
38
1) Pendesakan oleh air formasi yang diakibatkan oleh adanya beban formasi
diatasnya (overburden).
2) Timbulnya tekanan akibat adanya gaya kapiler yang besarnya dipengaruhi
oleh tegangan permukaan dan sifat-sifat kebasahan batuan.
Tekanan yang bekerja di dalam reservoir pada dasarnya disebabkan oleh :
1. Tekanan hidrostatik
Tekanan ini disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi pori-pori
batuan diatasnya. Secara matematis tekanan hidrostatik dapat dituliskan sebagai
berikut :
Ph 0.052. .h
,...............................................................................................
(1.42)
atau :
Ph (
).h
10
,....................................................................................................
(1.43)
dimana :
= densitas fluida, (ppg atau gr/cc)
Ph = tekanan hidrostatik, (psi atau ksc)
h = tinggi kolom fluida, (ft atau meter)
Gradien hidrostatik untuk air murni adalah 0,433 psi/ft, sedangkan air asin
adalah 0,465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut disebut tekanan abnormal.
2. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena
beban (berat) batuan diatasnya atau besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat
seluruh beban yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas.
Pob
,............................................................
.........(1.44)
Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden dan
tiap kedalaman.
39
Gob
Pob
D
,.........................................................................................................
(1.45)
Dimana :
Gob
Pob
= Kedalaman, ft
40
1.4.
Td
Ta
Gt
= Kedalaman, ft
41
2.
3.
Gambar 1.11
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Pembajian
b.
42
Gambar 1.12
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Penyerpihan
c.
Persentuhan dengan bidang erosi yang diakibatkan oleh adanya erosi pada
lapisan batuan permeabel yang miring, kemudian terjadi proses pengendapan
di atasnya dan menjadi lapisan penyekat di atas bidang ketidakselarasan.
Gambar 1.13
Bentuk Perangkap Stratigrafi Akibat Bidang Ketidakselarasan
1.4.1.2.Perangkap Struktur
Perangkap struktur merupakan perangkap yang terbentuk sebagai akibat
peristiwa deformasi pada lapisan batuan, dan sampai dewasa ini merupakan
perangkap yang paling penting. Jelas di sini berbagai unsur perangkap yang
membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoir sehingga dapat menangkap
minyak, disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan patahan.
1. Perangkap Struktur Lipatan
Perangkap struktur lipatan merupakan perangkap struktur yang terbentuk
akibat peristiwa perlipatan pada lapisan penyekat dan batuan reservoirnya, yang
biasanya berbentuk antiklin. Bentuk lapisan penyekat yang terdapat di bagian
43
atasnya harus berbentuk sedemikian rupa sehingga fluida hidrokarbon tidak bisa
mengalir ke mana-mana, baik dari arah atas maupun dari semua arah horizontal.
Gambar 2.15
Gambar 1.14
Perangkap Struktur Lipatan
44
2.
Gambar 1.15
Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Kemiringan Wilayah
Dan Dua Patahan Yang Berpotongan
3.
Gambar 1.16
Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan
45
Lapisan Penyekatnya
4.
Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah dari lapisan
penyekatnya. Di suatu arah mungkin lapisan itu miring tetapi di pihak lainnya
terdapat patahan yang melengkung sehingga semua arah tertutup oleh patahan.
Gambar 1.17
Bentuk Perangkap Struktur Patahan Dengan Pelengkungan
Patahannya
Gambar 2.19
46
Gambar 1.18
Bentuk Perangkap Struktur Patahan Kubah Garam
Gambar 1.19
Bentuk Perangkap Kombinasi Lipatan-Pembajian
2.
47
tertentu, yang kemudian ditahan oleh adanya suatu patahan, dimana akan
berfungsi sebagai penahan/penyekat di arah lain. Sedangkan di arah lainnya
lagi ditahan oleh pembajian.
Gambar 1.20
Bentuk Perangkap Kombinasi Patahan-Pembajian
Tekanan awal reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung dan temperatur
reservoir lebih rendah dari temperatur kritisnya.
48
Fluida reservoir berupa dua fasa, zona gas berada di atas zona minyak, zona
gas tersebut biasanya disebut gas cap.
Gambar 1.21
Diagram Fasa Minyak Jenuh
Pada kondisi mula-mula tidak ada kontak langsung antara zona minyak
dengan fasa gas bebas, dengan kata lain gas cap tidak terbentuk.
Selama penurunan tekanan awal sampai tekanan saturasi (Pb) faktor volume
formasi minyak akan naik sedang kekentalannya akan turun.
Umumnya temperatur reservoir kurang dari 150 0F, specific gravity kurang
dari 35 0API.
49
Gambar 1.22
Diagram Fasa Minyak Tak Jenuh
50
Sedikit sekali (hampir tidak ada) cairan yang diperoleh dari separator di
permukaan, dan
GOR produksi biasanya lebih besar dari 100,000 scf/stb, hal ini yang
membedakannya dari gas basah.
Gambar 1.23
Diagram Fasa Gas Kering
51
Gambar 1.24
Diagram Fasa Gas Basah
Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 10 % cairan dan
90 % mol gas.
52
Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.
Gambar 1.25
Diagram Fasa Gas Kondensat
53
Temperatur reservoir lebih besar dari temperatur kritik, tetapi lebih kecil dari
temperatur krikondenterm fluida hidrokarbonnya.
Fluida hidrokarbon yang keluar dari separator terdiri atas 25 % mol cairan
dan 75 % mol gas.
Warna cairan yang terproduksi adalah terang atau jernih seperti air.
54
Gambar 1.26
Solution Gas Drive Reservoir
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih
kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan
bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir dan
hal ini akan terus-menerus berlanjut hingga tekanan menjadi rendah. Bila tekanan
telah cukup rendah, maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas
di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil ratio produksi dan gas oil
reservoirnya harganya hampir sama (Gambar 1.27.). Reservoir jenis ini pada tahap
teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar.
Produksi air hampir tidak ada karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun
terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat diproduksikan.
55
Penurunan tekanan reservoir yang cepat. Tidak ada fluida ekstra atau tudung
gas bebas yang besar yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan oleh
minyak yang diproduksi.
Produksi minyak bebas air. Tidak ada water drive, sehingga sedikit atau
bahkan tidak ada air yang diproduksi bersama minyak selama umur produksi.
Gas Oil Ratio mula-mula rendah kemudian naik dengan cepat akibat
terbebaskannya sejumlah gas dari minyak sampai maksimum, kemudian turun
akibat adanya ekspansi gas dalam reservoir.
Recovery Faktor rendah. Produksi minyak dengan solution gas drive ini
biasanya merupakan recovery yang tidak efisien, harga RF berkisar 5 % - 30
%. Hubungan permeabilitas relatif (Kg/Ko) menentukan besarnya RF dari
reservoir ini. Selain itu, jika viskositas minyak bertambah, maka RF akan
berkurang.
56
Gambar 1.27
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada Solution Gas Drive Reservoir
Penurunan tekanan relatif cepat serta tidak adanya fluida ekstra atau tudung
gas bebas yang akan menempati ruang pori yang dikosongkan oleh minyak
yang diproduksi.
GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara kontinyu.
Recovery sekitar 20 - 60 %.
57
Gambar 1.28
Gas Cap Drive Reservoir
Gambar 1.29
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada Gas Cap Drive Reservoir
58
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin
lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan karena
produksi minyaknya tidak ekonomis lagi.
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak
yang terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 75 % dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak
sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
Reservoir minyak dengan tenaga pendorong water drive dapat dibagi atas
tiga tipe yaitu : kuat (strong), sedang (moderat) dan lemah (weak).
59
Gambar 1.30
Water Drive Reservoir
60
Kenaikkan GOR cukup cepat, hal ini disebabkan karena mobilitas gas yang
lebih lebih besar dari mobilitas minyak sehingga produksi gas naik naik
dengan cepat.
minyak dari suatu reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery
dari solution gas drive reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage
ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang mempunyai energi pendorong
lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas
cap) maka tudung gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage
tersebut. Reservoir yang tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak
pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu
program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program
ini perolehannya minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas
zona produktif, dan juga dari kemiringan formasinya. Faktor-faktor kombinasi
seperti misalnya, viskositas rendah, specific gravity rendah, mengalir pada atau
sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup
curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak
dalam struktur lapisannya (Gambar 1.31.).
Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir
tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada jumlah gas yang
ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan
tekanan dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas
yang terbebaskan dari larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga
61
Gambar 1.31
Gravity Drainage Drive Reservoir
Gambar 2.32
Kelakuan Gravity Drainage Reservoir
62
Gambar 1.33
Combination Drive Reservoir
akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada
pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak
sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi
karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian
peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak
yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya
tinggi dan efesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 2.34. merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination
drive dengan water drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya.
Gas oil ratio yang konstan pada awal produksi dimungkinkan bahwa tekanan
reservoir masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas
sehingga gas oil ratio akan naik.
63
Gambar 1.34
Kelakuan Combination Drive Reservoir