Faktor Pengontrol
Ada beberapa faktor pengontrol kualitas reservoar, suatu reservoar yang baik
tentunya memiliki nilai porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas adalah
perbandingan volum rongga rongga pori terhadap volum total seluruh batuan.
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan atau reservoir untuk dapat mengalirkan fluida
melalui poripori yang berhubungan. Porositas dan permeabilitas ditentukan dan
dikontrol oleh proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan. Proses sedimentasi
pada lingkungan pengendapan akan menentukan bagaimana geometri, litologi, tekstur
mineralogi dan struktur sedimen. Selain itu faktor diagenesis (sangat kecil) dan
proses tektonik juga berperan dalam mengontrol kualitas reservoar.
o Geometri Batuan
o Litologi Reservoir
o Tekstur
o Diagenesis
Fasies didefinisikan sebagai keseluruhan sifat fisik, kimia, biologi dari satuan
batuan yang menjadi ciri khusus pembeda dari satuan lainnya (Greesly, 1885 dalam
Walker, 1992). Fasies merupakan keseluruhan response (effect) dari proses-proses
yang terjadi di dalam lingkungan pengendapan. Lingkungan pengendapan adalah
bagian dari permukaan bumi dengan karakter fisik, kimia dan biologi yang berbeda
dengan daerah disekitarnya (Selley, 1970).
Model fasies dibentuk dari suatu lapangan migas dengan mengintegrasikan data
well log, core, cutting, seismic dan data pendukung lain. Dengan menggunakan
model fasies suatu reservoar, kita dapat menentukan kelompok-kelompok fasies yang
potensial ataupun tidak potensial.
Geometri Batuan
Ada 2 macam baruan yang penting untuk bertindak sebagai reservoir yaitu
batupasir dan batugamping atau karbonat. Pada diangram dibawah memperlihat kan
perbandingan macam jenis batuan reservoir sebagai cadangan minyak bumi.
Jenis - jenis reservoar klastik (mengutip buku koesumadinata second edition):
Batupasir, (seperti diketahui 60% resevoar itu merupakan batupasir, jadi porositas
yang didapatkan di dalam batupasir ini hanya bersifat intergranular.
o Batupasir kuarsa, merupakan batu yang penting karena reservoir banyak
terdapat di batupasir kuarsa. Memiliki pemilahan yang sangat baik,
butirnya berbentuk bundar dan tidak terdapat matriks kecuali semen aja.
o Batupasir Graywacke, batupasir graywacke terdiri berbagai macam batuan
seperti rijang, beku basalt, feldspar, dan juga mineral mafik dan mineral
lainnya. Yang sangat penting ialah graywacke mempunyai matriks dan ini
akan mengurangi porositasnya. Serat pemilahannya tidak baik, sehingga
sebagai resevoar greywacke tidak terlalu bak.
o Batupasir Arkose, terdiri dari kuarsa dan feldspar. Kebundaran butir tidak
terlalu baik disebabkan sudut-sudut butiran dan juga pemilahan tidak
terlalu baik. Arkose biasanya berasal dari lapukan batuan granit.
o Konglomerat dan detritus kasar juga dapat bertindak sebagai resevoar
karena jika semakin kasar atau semakin besar butir batuan,maka pori-pori
semakin besar dan permeabilitas menjadi lebih baik. Contohnya formasi
talangakar, Sumatera Selatan.
o Batulanau, terkadang juga bertindak sebagai resevoar, tetapi karena
ukuran butirnya halus dan permeabilitas kurang begitu baik. Tetapi jika
batulanau mengalami peretakan atau pelarutan, maka permeabilitasnya
akan lebih baik sebagai batuan resevoar.
Tekstur Batuan
Tekstur batuan sedimen terdiri dari ukuran butir, sortasi, pembundaran dan
kemas. Ukuran butir akan mempengaruhi nilai permeabilitas batuan dan sortasi akan
mempengaruhi porositas (storage capacity) batuan dalam menyimpan hidrokarbon
(Gambar 6).
Gambar 6. Hubungan antara tekstur dengan porositas dan permeabilitas awal (Sneider, 1987).
Sortasi juga akan mempengaruhi nilai porositas dan permeabilitas, dimana
semakin seragam butir penyusun batuan maka nilai porositas dan permeabilitasnya
akan semakin besar, dan sebaliknya ukuran butiran tidak seragam maka butiran yang
lebih kecil akan mengisi ruang kosong diantara butiran yang lebih besar sehingga
nilai porositas dan permeabilitasnya berkurang. Sehingga bila batuan silisiklastik
memiliki nilai porositas yang baik maka nilai permeabilitasnya baik pula (Gambar 7).
Gambar 7. Contoh sayatan tipis yang menunjukkan pori-pori pada Batuan silisiklastik
(batupasir) yang saling berhubungan
Batuan Silisiklastik
Pada batuan karbonat, porositas dan permeabilitas akan dikontrol oleh fasies,
mineralogi dan diagenesa. Fasies dan mineralogi adalah bagian dari faktor yang akan
mempengaruhi kualitas suatu reservoir karbonat (dilihat dari nilai porositas dan
permeabilitasnya). Diagenesa adalah faktor yang paling menentukan kualitas
karbonat, karna diagenesa akan mengubah tektur hasil pengendapan batuan karbonat
Mineralogi
Diagenesis
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi pada sedimen secara alami, sejak proses
pengendapan awal hingga batas dimana metamorfisme akan terbentuk. Diagenesis
tidak begitu mempengaruhi kualitas reservoar silisiklastik, kecuali terdapat faktor
lain, misalnya terdapat mineral glaukonit yang akan menghasilkan semen yang
menutup pori-pori batuan
Deformasi Struktur Geologi
Gambar 11. Adanya sesar akibat proses struktur geologi yang dapat menjadi
perangkap hidrokarbon
Agar dapat menjebak atau menampung fluida, suatu reservoir harus tertutup pada
bagian atas dan pinggirnya oleh suatu lapisan penutup. Artinya wadahnya tidak
terbuka ke atas tetapi terbuka ke bawah sehingga minyak yang mengalir ke arahnya
dapat terperangkap. Pada saat pembentukannya minyak mengalir dari tekanan yeng
besar ke tekanan yang lebih rendah, yaitu permukaan bumi. Jika ada yang
menghentikan pergerakan minyak tersebut, maka minyak akan terakumulasi di
tempat ia terhalang. Dilihat dari proses ini maka bentukan batuan reservoir berfungsi
sebagai suatu perangkap ( trap ). Perangkap itu sendiri yang kita sebut dengan
reservoir.