Anda di halaman 1dari 36

BAB III

TEORI DASAR

Penilaian formasi merupakan salah satu bagian dari ilmu teknik

perminyakan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

analisis ciri dan sifat batuan di bawah permukaan dengan menggunakan

pengukuran pada parameter lubang sumur atau logging. Analisis log meliputi

kegiatan penentuan litologi (jenis batuan), karakteristik batuan reservoir

(petrophysic), dan fluida yang terkandung di dalam batuan (fluid content).

Analisis log merupakan bagian dari penilaian formasi yang dilakukan

untuk menentukan parameter batuan reservoir serta sebagai acuan untuk

mengetahui kondisi di bawah permukaan dan kondisi formasi yang diamati.

Dalam proses analisis log terdiri dari dua tahapan, yaitu analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Dalam analisa kualitatif dapat diketahui litologi, fluid content,

dan permeable zone. Sedangkan dalam analisis kuantitatif dapat diketahui

porositas, saturasi air, dan ketebalan produkti formasi (net pay). Parameter utama

yang ditentukan dari perhitungan dari data log sumur adalah porositas dan saturasi

air. Selain porositas dan saturasi air, ketebalan formasi yang mengandung

hidrokarbon diperlukan untuk memperkirakan total cadangan. Untuk

mengevaluasi suatu reservoir, perlu diketahui sifat fisik atau karakteristik batuan

yang mempengaruhi pengukuran log seperti volume shale, resistivitas air formasi,

porositas, dan saturasi air. Pemahaman terhadap sifat-sifat serta konsep yang

mewakili batuan reservoir penting untuk melakukan analisis log. Analisis log

12

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
13

akan memberikan hasil sifat-sifat fisik batuan yang diperlukan untuk menganalisis

secara kualitatif dan kuantitatif mengenai indikasi keberadaan hidrokarbon di

batuan reservoir.

3.1. Karakteristik Batuan Reservoir

Tujuan utama analisis log adalah untuk mengetahui parameter yang

digunakan untuk menentukan jumlah cadangan hidrokarbon yang terkandung di

dalam formasi serta untuk mengetahui letak kedalaman hidrokarbon tersebut.

Untuk itu diperlukan karakterisrisik batuan reservoir (petrophysics) seperti

porositas, saturasi hidrokarbon, ketebalan lapisan produktif dan luas area. Selain

itu litologi, suhu dan tekanan formasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan

analisis log.

3.1.1. Porositas

Porositas adalah volume ruang yang terdapat di dalam batuan atau dapat

diartikan sebagai perbandingan antara volume pori dalam batuan dengan volume

total batuan. Porositas dilambangkan dengan simbol Ø. Satuan porositas adalah

fraksi atau persen. Secara matematis porositas dituliskan dengan persamaan

sebagai berikut :

bulk volume−grain volume


∅= × 100% ................................................................ (3.1)
bulk volume

Dimana :

∅ = porositas ,%

PV = Pore Volume ( Volume Pori Batuan ), cc

BV = Bulk Volume ( Volume Total Batuan ), cc

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
14

GV = Grain Volume ( Volume Butiran), cc

Gambar 3.1 adalah bagian porositas pada batuan pasir

Gambar 3.1

Porositas pada batuan pasir5

Besarnya porositas pada tiap batuan reservoir berbeda-beda, tergantung

kepada jenis litologi dan lingkungan pengendapannya. Berdasarkan hubungan

antar porinya, porositas dibagi menjadi dua yaitu porositas absolute dan porositas

efektif. Porositas absolute adalah perbandingan volume pori total dengan volume

total batuan (fluida tidak dapat mengalir). Sedangkan porositas efektif adalah

perbandingan antara volume pori yang saling berhubungan dengan volume total

batuan (fluida dapat mengalir). Dalam memperkirakaan jumlah cadangan

hidrokarbon di dalam suatu reservoir porositas yang digunakan adalah porositas

efektif, karena diharapkan fluida hidrokarbon yang terdapat di dalam pori yang

saling berhubungan pada batuan dapat mengalir serta diproduksikan dengan

maksimal.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
15

Berdasarkan pembentukannya porositas juga terbagi menjadi dua, yaitu

porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang

terbentuk pada awal proses pengendapan batuan terjadi, tanpa mengalami proses

geologi yang dapat mengubah struktur batuan. Besar atau kecilnya porositas

primer dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

 Susunan butir

 Penyebaran butir ( sorting )

 Bentuk atau kebundaran butir ( roundness )

 Kompaksi dan sementasi

Sedangkan porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk setelah

proses pengendapan dan terbentuk karena adanya proses pembentukan porositas

sekunder, antara lain adalah karena :

 Pelarutan

 Rekristalisasi

 Retakan dan rekahan

Untuk mendapatkan porositas batuan dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Di antaranya adalah dengan melakukan analisis batuan core di laboratorium

atau dengan cara analisis data log. Ada beberapa peralatan logging yang dapat

digunakan untuk mengukur porositas, diantaranya adalah sonic log, density log,

dan neutron log. Dalam penggunaan peralatan log tersebut tergantung pada

kondisi lubang pemboran (borehole environment) yang diteliti, selain itu fluida

pemboran yang digunakan juga akan mempengaruhi pembacaan yang dihasilkan

dari peralatan logging yang digunakan. Peralatan ini dapat digunakan sendiri

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
16

ataupun dikombinasikan dengan peralatan lainnya untuk mendapatkan hasil yang

lebih akurat.

3.1.2. Saturasi Fluida

Di dalam formasi terdapat fluida yang antara lain adalah air, minyak, dan

gas. Minyak dan air temasuk liquid, sedangkan gas termasuk fluida namun bukan

liquid. Saturasi fluida adalah perbandingan antara volume fluida yang mengisi

pori batuan dengan volume total pori batuan. Pada awal pembentukan reservoir

pori-pori batuan sudah terisi oleh air, kemudian dengan adanya proses migrasi

sebagian air didesak oleh fluida hidrokarbon yang mengisi pori tersebut. Namun

tidak seluruh pori akan terisi oleh fluida hidrokarbon, masih ada tersisa air yang

ada di dalam pori batuan. Air yang berada di dalam pori batuan ini dinamakan

connate water.

Dalam tahap produksi tidak mungkin untuk dapat menguras semua

hidrokarbon oleh tenaga dorong fluida saja atau teknik perolehan cadangan

lainnya. Sebagian kecil hidrokarbon akan tetap terperangkap dalam volume pori.

Saturasi hidrokarbon ini disebut dengan saturasi hidrokarbon residual (Shr). Jika

lapisan hidrokarbon memiliki interval yang cukup tebal, saturasi air dalam batuan

tersebut akan mendekati nilai minimum yang disebut dengan saturasi air

minimum atau irreducible water saturation (Swi). Saturasi air minimum yang

tidak dapat diperkecil lagi ini terjadi karena adanya gaya kapiler, sehingga air

menempel di butir batu dan tidak dapat dipindahkan.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
17

Dalam analisis log saturasi air (Sw) perlu diketahui untuk dapat

memperkirakan jumlah cadangan yang terdapat di dalam suatu reservoir. Faktor-

faktor yang memperngaruhi harga Sw di dalam reservoir antara lain :

 Ukuran dan distribusi pori

 Sifat kebasahan batuan ( wettability )

3.1.3. Permeabilitas

Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida tanpa

merusak karakterisktik dari batuan itu sendiri. Permeabilitas batuan biasa

disimbolkan dengan k. Satuan dari permeabilitas itu sendiri adalah millidarcy

(md). Permeabilitas batuan penting untuk diketahui, karena akan berpengaruh

langsung terhadap kemampuan pengurasan dan pergerakan fluida di dalam batuan

reservoir.

Berdasarkan jumlah fluida yang ada di dalam reservoir, permeabilitas

batuan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

 Permeabilitas absolut, yaitu permeabilitas batuan apabila fluida yang

mengalir di dalam batuan tersebut hanya terdiri dari satu jenis fluida.

 Permebilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida yang

mengalir di dalam batuan tersebut terdiri lebih dari satu jenis fluida.

 Permeabilitas relatif, yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif

dengan permeabilitas absolut.

3.2. Daerah Invasi

Proses logging dilakukan setelah selesainya pengeboran. Selama proses

pengeboran dialirkan fluida pengeboran yang salah satu fungsinya adalah untuk

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
18

mengontrol tekanan formasi agar tidak terjadi blow out. Tekanan hidrostatik fluida

pengeboran yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan tekanan formasi.

Hal ini menyebabkan adanya filtrat dari fluida pengeboran yang masuk ke dalam

formasi akibat dari perbedaan tekanan yang ada. Masuknya filtrat fluida

pengeboran ke dalam formasi menyebabkan formasi terbagi menjadi 3 zona.

Gambar 3.2 merupakan penampang lingkungan lubang bor.

Gambar 3.2

Penampang Lingkungan Lubang Bor7

Di dalam masing-masing zona tedapat parameter-parameter yang berbeda, hal ini

tergantung pada invasi filtrat pemboran ke dalam formasi.

 Flushed Zone, yaitu zona yang terdekat dengan lubang bor. Zona ini

terinvasi seluruhya oleh filtrat fluida pengeboran.

 Transition Zone, yaitu zona yang terletak lebih dalam sehingga di dalam

zona ini terisi sebagian oleh filtrat fluida pengeboran dan fluida formasi .

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
19

 Uninvaded zone, yaitu zona yang terletak paling jauh dari lubang bor.

Zona ini tidak terpengaruhi oleh filtrat fluida pengeboran dan hanya terisi

oleh fluida formasi.

3.3. Peralatan Logging

Terdapat berbagai macam peralatan logging yang dapat digunakan untuk

melakukan pengukuran pada lubang sumur. Berbagai macam alat tersebut

digunakan berdasarkan keperluan yang diinginkan atau berdasarkan kondisi yang

ada di lapangan. Secara umum alat logging dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

log permeabel, log resistivitas dan log porositas. Gambar 3.3 merupakan

jangkauan pengamatan peralatan log.

Gambar 3.3

Jangkauan Pengamatan Peralatan14

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
20

3.3.1. Log Permeabel

Sesuai dengan sebutannya, log permeabel berfungsi untuk membedakan

antara lapisan yang permeabel dan impermeabel. Alat yang termasuk log

permeabel adalah Gamma Ray log (GR) dan Spontaneous Potential log (SP).

3.3.1.1. Gamma Ray Log

Gamma ray log (GR) adalah alat yang mengukur tingkat radioaktif alami

yang terdapat pada batuan formasi. Unsur-unsur radioaktif yang diukur antara lain

Thorium, Uranium dan Potasium.

GR log akan menembakkan sinar gamma ke dalam formasi, kemudian

sinar gamma tersebut akan menembus batuan formasi dan akan direkam oleh

detektor. Hasil rekaman yang ada di detektor kemudian akan didefleksikan

berdasarkan jenis lapisan yang ditembus.

Defleksi gamma ray diukur dalam satuan API. Defleksi akan membesar

jika melewati lapisan shale. Hal ini dikarenakan unsur radioaktif yang terdapat di

dalam lapisan shale sangat tinggi, sehingga defleksi kurva GR akan mempunyai

nilai yang tinggi. Sebaliknya pada lapisan yang bersih (clean sand) unsur

radioaktif relatif rendah sehingga defleksi kurva GR cenderung mempunyai nilai

yang rendah. GR log sangat baik digunakan untuk mencari lapisan yang

permeabel. Hal ini dikarenakan GR log dapat memisahkan dengan baik antara

lapisan yang permeabel (clean sand) dengan lapisan yang impermeabel (shale).

Hal ini dapat sangat berguna apabila SP tidak berfungsi karena formasi yang

sangat resistif atau ketika SP digunakan pada lumpur yang tidak konduktif.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
21

Selain untuk menentukan lapisan permeabel dan impermeabel GR log

juga dapat digunakan untuk mendeteksi lapisan-lapisan mineral yang tidak

mengandung lapisan radioaktif seperti lapisan batu bara. Log GR digunakan

secara luas untuk korelasi pada sumur-sumur yang berselubung. Gabungan

perekaman alat GR dengan CCL (Casing Collar Locator) memungkinkan untuk

meningkatkan keakuratan penempatan alat perforasi di depan lapisan yang akan di

tembak. Gambar 3.4 menunjukkan defleksi kurva gamma ray.

Selain itu GR log dapat direkam pada sumur yang telah dipasang

selubung (cased hole logging), yang berguna untuk kurva korelasi dalam operasi

well completion dan work over. Hal ini digunakan untuk mengganti kurva SP di

sumur yang berisi lumpur ait asin, udara, atau lumpur berbahan dasar minyak atau

oil base mud (OBM).

Gambar 3.4

Defleksi Kurva Gamma Ray Log Pada Batuan Formasi11

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
22

GR log memiliki berbagai jenis alat, salah satu diantaranya adalah

Natural Gamma ray Tool (NGT). Salah satu kelebihan NGT dibandingkan dengan

GR log lainnya adalah selain dapat mengukur tingkat radioaktif batuan, NGR juga

dapat mengukur kuantitas dari zat radioaktif dan tingkat energy dari zat radioaktif

tersebut. Sehingga NGR dapat mengukur konsentrasi dari thorium, uranium, dan

potassium dari batuan formasi.

3.3.1.2. Spontaneous Potential Log

Spontaneous Potential log (SP log) adalah alat yang merekam perbedaan

potensial listrik yang terdapat di dalam lubang bor. SP log terdiri dari dua buah

elektroda. Satu buah elektroda yang bergerak bebas berada di dalam lubang bor

sedangkan satu elektroda lagi berada dalam posisi diam di permukaan. Kurva

pada log SP menampilkan potensial listrik yang dihasilkan oleh interaksi air

formasi yang muncul bersamaan dengan fluida pengeboran yang konduktif dan

ion-ion tertentu yang terkandung dari batuan serpih (shale).

Defleksi pada kurva SP menunjukkan arus listrik yang mengalir pada

lumpur di dalam lubang bor. Arus ini disebabkan oleh adanya gaya listrik di

dalam formasi yang berasal dari energi elektrokinetik dan elektrokimia. Log SP

tidak dapat direkam dalam lubang yang berisi lumpur non-konduktif karena

lumpur tersebut tidak dapat memberikan kontinuitas arus listrik antara elektroda

SP dan batuan formasi. Selain itu apabila resistivitas filtrat lumpur dan resistivitas

air formasi hampir sama, defleksi yang dihasilkan akan menjadi kecil dan kurva

akan lebih rata. SP log diukur dalam satuan millivolts (mV).

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
23

Log SP sensitif terhadap salinitas air dan filtrat lumpur. Jika salinitas air

formasi lebih besar dari salinitas filtrat lumpur, maka kurva SP akan berdefleksi

ke arah kiri (defleksi negatif). Sedangkan apabila salinitas filtrat lumpur lebih

besar dibandingkan salinitas air formasi maka kurva SP akan berdefleksi ke arah

kanan (defleksi positif). Pada lapisan formasi yang permeabel kurva akan

menunjukan penyimpangan ke kiri dari shale baseline. Pada lapisan yang cukup

tebal defleksi ini akan cenderung konstan yang dapat didefinisikan sebagai sand

baseline. Pada lapisan shale, defleksi kurva biasanya didefleksikan sebagai garis

lurus pada log, yang biasa disebut shale baseline.

Defleksi pada kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan

yang berbeda, tapi selalu memiliki sudut kemiringan. Jika pada lapisan permeabel

yang cukup tebal, kurva log SP akan mendekati konstanta nilai maksimum (SSP).

Defleksi pada kurva SP merupakan pengukuran perbedaan potensi listik dalam

lubang bor karena arus SP. Total potensi listrik filtrat lumpur terhadap semua

perbedaan potensi listrik dalam batuan formasi disebut Statis SP atau SSP.

Bentuk kurva dan besarnya defleksi SP tergantung pada beberapa faktor,

yaitu :

 Rasio dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air (Rmf/Rw).

 Ketebalan (h) dan resistivitas formasi (Rt) dari lapisan permeabel.

 Resistivitas dari lumpur (Rm) dan diameter lubang bor (dh).

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
24

Fungsi utama dari SP adalah untuk menentukan lapisan yang permeabel

atau impermeabel, membedakan lapisan shaly dan non-shaly, serta dapat

digunakan untuk menentukan dari resistivitas air formasi (Rw). Dalam

penggunaannya kurva log SP dan umumnya dicatat pada track 1 bersamaan

dengan kurva GR. Dan pada kondisi di lapangan GR dan SP log sering digunakan

bersamaan dengan log resistivitas dan log porositas. Gambar 3.5 menunjukkan

defleksi dari kurva SP.

Gambar 3.5

Defleksi Kurva SP11

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
25

3.3.2. Log Resistivitas

Log Resistivitas merekam ketahanan batuan formasi dan fluida pengisi

pori batuan untuk dilewati arus listrik. Resistivitas dari suatu zat adalah

kemampuan suatu benda untuk melewatkan arus listrik. Resistivitas formasi

diukur dengan mengirimkan arus listrik kedalam formasi dan mengukur

kemudahan aliran listrik melalui batuan formasi tersebut atau mengukur seberapa

besar arus listrik menginduksi ke dalam formasi. Satuan ketahanan listrik adalah

ohm-meter (ohm-m). Resistivitas formasi biasanya berkisar antara 0,2 - 1.000

ohm-m. Resistivity log biasanya ditampilkan pada Track 2 dalam gabungan

beberapa log (composite log).

Berdasarkan jangkauan pengamatannya log resistivitas dapat dibedakan

menjadi beberapa tipe, yaitu :

1) Shallow investigation , yaitu pengukuran dengan jangkauan dekat.

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui resistivitas di daerah flushed

zone (Rxo).

2) Medium investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan sedang.

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetetahui harga resistivitas di daerah

transition zone.

3) Deep investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan dalam.

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui harga resistivitas formasi

yang berada di daerah uninvaded zone.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
26

Gambar 3.6 menunjukkan defleksi kurva log resistivitas.

Gambar 3.6

Defleksi Kurva Resistivity Log11

Dalam penggunaannya resistivitas log sering digunakan bersamaan untuk

semua daerah jangkauan. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui resistivitas

formasi (Rt) yang sebenarnya. Beberapa log resistivitas yang sering digunakan

antara lain induction log, laterolog, dan micro spherically focused log (MSFL).

3.3.2.1. Induction Log

Induction log adalah alat yang digunakan untuk mengukur resistivitas

formasi pada kondisi lubang bor yang tidak konduktif. Hal ini dikarenakan

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
27

induction log bekerja dengan cara memancarkan arus bolak-balik yang

berfrekuensi tinggi dengan intensitas sedang yang dikirim melalui kumparan

pemancar. Arus yang dikirim tersebut akan menciptakan medan magnet yang

menginduksi arus listrik yang ada di formasi. Alat induksi akan mengubah sinyal

yang diterima ke arus DC yang sebanding , kemudian dikirim ke komputer. Lalu

komputer akan menerjemahkan sinyal DC tersebut ke nilai konduktivitas

kemudian diubah menjadi nilai resistivitas dalam satuan ohm –m.

Induction log ini sangat menguntungkan apabila dibandingkan dengan

konvensional electric log. Hal ini dikarenakan induction log dapat digunakan pada

sumur yang konduktif maupun yang tidak konduktif. Selain itu alat ini dapat

digunakan untuk pengukuran dengan radius yang dalam dan dapat meminimalisir

pengaruh sumur dan daerah invaded zone, sehingga harga dari resistivitas formasi

(Rt) dapat diketahui.

3.3.2.2. Laterolog

Alat laterolog bekerja dengan memfokuskan arus lisrik ke dalam formasi

dalam bentuk lembaran tipis. Pada penggunaannya di lapangan laterolog sering

digunakan bersamaan antara laterolog deep (LLD) dan laterolog shallow (LLS)

atau sering disebut dual laterolog. Gambar 3.7 merupakan prinsip kerja alat dual

lateralog.

Dual laterolog dapat mengukur nilai resistivitas dari dua daerah yang

berada di dalam formasi. LLD mengukur harga resistivitas yang berada di daerah

uninvaded zone, sedangan LLS dapat mengukur resistivitas yang berada di

invaded zone. Sebagai asumsi awal harga resistivitas yang direkam dari LLD

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
28

dapat dianggap sebagai nilai resistivitas formas (Rt), namun untuk lebih

mendapatkan hasil yang lebih akurat, LLD perlu dikoreksi terhadap beberapa

faktor. Faktor yang paling mempengaruhi terhadap nilai LLD adalah kondisi

lubang bor dan ketebalan formasi.

Gambar 3.7

Prinsip Kerja Alat Dual Lateralog4

Dual laterolog sangat baik digunakan pada lubang bor yang

menggunakan lumpur air tawar atau air asin (water base mud). Dual laterolog

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peralatan konvensional

lainnya, yaitu:

 Mampu mengukur resistivitas pada uninvaded zone dan transition zone.

 Dapat dikombinasikan dengan peralatan log lainnya, seperti GR, SP,

MSFL.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
29

 Dapat digunakan pada kondisi lumpur yang memiliki tingkat salinitas

menengah sampai tinggi.

3.3.2.3. Microlog

Microlog adalah peralatan logging yang digunakan untuk mengukur

harga resistivitas yang berada di daerah flushed zone. Alat ini juga sering disebut

sebagai Rxo log karena parameter yang diukur adalah Rxo (resistivitas pada

flushed zone). Penting untuk mengetahui Rxo. Hal ini dikarenakan Rxo dapat

digunakan untuk menentukan hidrokarbon yang terdesak, porositas total formasi,

resistivitas lumpur dan ketebalan kerak lumpur (mud cake). Peralatan yang

termasuk dalam microlog antara lain. Microlaterolog (MLL), proximity log

,microspherically focused log (MSFL).

Microlaterolog (MLL) adalah alat yang sudah sangat lama. Alat ini

menggunakan bantalan karet (rubber pad) yang ditempelkan pada dinding lubang

bor yang bertujuan untuk memancarkan arus listrik ke dalam lapisan formasi.

Jarak jangkauan pengamatan dari alat ini kurang dari 15 inch dengan ketebalan

mud cake kurang dari 3/8 inch.

Proximity log adalah microlog yang mampu melakukan pengukuran pada

lapisan yang lebih dalam. Jarak pengamatan alat ini dapat mencapai 40 inch

dengan ketebalan mud cake kurang dari 1 inch. Namun dalam penggunannya baik

MLL maupun proximity log tidak dapat dikombinasikan dengan RT log.

Microspherically focused log (MSFL) merupakan alat pengukur resistivitas pada

flushed zone yang sering digunakan. Hal ini dikarenakan alat ini dapat digunakan

pada kondisi lubang bor yang berisikan lumpur berbahan dasar air asin maupun

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
30

air tawar. Selain itu radius pengamatan dari MSFL dapat mencapai jarak 15 inch

dengan ketebalan mud cake kurang dari ¾ inch. MSFL serupa dengan alat MLL

yaitu menggunakan banalan karet yang ditempelkan di dinding lubang bor untuk

mengukur resistivitas flushed zone. Gambar 3.8 merupakan penampang MSFL.

Gambar 3.8

Penampang MSFL4

3.3.3. Log Porositas

Sesuai dengan namanya log porositas digunakan untuk menentukan

porositas total dari formasi. Yang termasuk dalam log porositas adalah neutron

log, density log dan sonic log. Ketiga alat ini memiliki dapat digunakan sendiri

maupun dikombinasikan dengan log porositas lainnya. Bahkan dalam

penggunannya log porositas ini dapat dikombinsaikan juga dengan peralatan log

lainnya seperti GR.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
31

3.3.3.1. Neutron Log

Neutron Log digunakan untuk mengetahui porositas batuan formasi.

selain itu neutron log juga bisa digunakan untuk mengukur volume shale. Neutron

log biasanya ditampilkan pada Track 3, bersamaan dengan density log. Neutron

log dapat merespon keberadaan hidrogen dalam lapisan batuan dengan baik. Di

dalam lapisan yang berisi air atau minyak, neutron log akan dapat merefleksikan

adanya cairan yang mengisi pori-pori batuan.

Prinsip kerja neutron log adalah dengan mengukur konsentrasi atom

hidrogen yang terkandung di dalam lapisan batuan dengan cara memancarkan

partikel neutron dengan kecepatan tinggi yang kemudian akan bertubrukan dengan

atom hidrogen yang berada di dalam batuan. Ketika bertumbukan dengan atom

hidrogen, partikel neutron akan melemah karena kehilangan sebagian energinya.

Kehilangan energi tersebut akan bergantung pada kandungan hidrokarbon yang

terdapat pada lapisan tesebut. Dengan kata lain porositas batuan dapat ditentukan

dengan mengukur jumlah neutron yang kembali ke detektor.

Neutron log merekam keberadaan atom hidrogen yang terdapat di dalam

batuan, sehingga di dalam lapisan yang mengandung air ataupun minyak alat ini

akan merefleksikan adanya cairan yang mengisi pori batuan.. Rekaman neutron

pada formasi yang bersih (clean sand) dapat dianggap sebagai nilai porositas

batuan, karena minyak dan air mempunyai jumlah hidrogen yang hampir sama.

Akan tetapi neutron log tidak dapat membedakan antara atom hidrogen bebas

dengan atom-atom hidrogen yang secara kimia melekat pada batuan, sehingga

rekaman hasil neutron pada formasi shale yang mengandung banyak atom-atom

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
32

hidrogen di dalam susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas yang

lebih tinggi.

Beberapa jenis alat neutron antara lain sidewall neutron porosity (SNP),

dan compensated neutron log (CNL). Peralatan neutron log ini terdiri dari dua

bagian utama, yaitu neutron source dan detector (thermal dan epithermal).

Sidewall neutron porosity (SNP) dirancang untuk digunakan pada sumur

open hole dengan diameter lubang minimum 5 inch. Salah satu keunggulan SNP

adalah dapat meminimalisir pengaruh lubang bor (borehole effect), karena alat ini

menempel pada dinding lubang bor. Selain itu SNP juga bisa digunakan pada

sumur yang berisi berbagai jenis lumpur. Hasil defleksi kurva neutron log dapat

dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9

Defleksi Kurva Neutron Log11

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
33

Compensated neutron log (CNL) adalah peralatan yang lebih baru

dibandingkan dengan SNP. Keunggulan alat ini adalah memiliki radius

pengamatan yang lebih jauh dibandingkan dengan SNP. Selain itu CNL juga bisa

digunakan pada open hole well maupun cased hole well. CNL juga bisa

dikombinasikan dengan peralatan lainnya untuk mendapatkan porositas yang lebih

akurat. Namun kekurangan dari CNL adalah tidak dapat bekerja dengan baik jika

digunakan pada sumur dengan bahan dasar lumpur air asin.

3.3.3.2. Density Log

Density log adalah alat yang digunakan untuk mengukur porositas batuan

formasi. Selain itu density log juga dapat digunakan untuk mendeteksi lapisan

yang mengandung gas dan menentukan berat jenis hidrokarbon yang mengisi

pori-pori batuan.

Prinsip kerja density log adalah dengan menembakkan sinar gamma ke

dalam batuan formasi, yang kemudian sinar gamma tersebut akan bertabrakan

dengan elektron-elektron yang berada di dalam formasi. Akibat dari tabrakan

tersebut sinar gamma akan kehilangan energi dan arahnya akan terbaurkan. Sinar

gamma yang terbaurkan tersebut akan direkam oleh detektor. Sinar gamma yang

terekam di alat detektor tergantung pada jumlah elektron yang ditabrak di dalam

formasi. hasil rekaman pantulan sinar gamma tergantung pada jenis litologi batuan

yang ditembus oleh pancaran sinar gamma.

Rekaman density log berhubungan dengan berat jenis formasi (ρ). Dalam

penentuan berat jenis formasi (bulk density) dipengaruhi oleh beberapa parameter,

diantaranya berat jenis butir batuan (ρma), porositas batuan (Ø), berat jenis fluida

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
34

formasi (ρma), ukuran lubang bor dan ketebalan kerak lumpur (mud cake). Hasil

defleksi kurva density log dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10

Defleksi Kurva Density Log11

Salah satu peralatan density log adalah Formation Density Compensate

(FDC). FDC terdiri dari source, long space detector, short space detector. Kedua

detektor yang ada pada density log ini berfungsi sesuai dengan radius

kedalamannya. Selain FDC ada pula Litho Density Tool (LDT). LDT merupakan

salah satu peralatan density log yang banyak digunakan. Litho Density Tool

merupakan jenis alat FDC yang telah disempurnakan. Selain untuk pengukuran

berat jenis batuan, alat ini juga mengukur indeks penyerapan fotoelektrik dari

batuan formasi. Pengoperasian alat LDT ini sama halnya seperti alat FDC yaitu

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
35

dengan menggunakan lengan penyangga (eccesentring arm) untuk menempelkan

alat pada dinding lubang bor. Tabel 3.1 merupakan harga densitas untuk berbagai

material.

Tabel 3.1

Harga Densitas Untuk Berbagai Material8

Material ρma (gr/cc)

Sandstone 2.65

Limestone 2.71

Dolomite 2.85

Anhydrite 2.96

Gypsum 2.32

Air Tawar (fresh water) 1.00

Air Asin (salt water) 1.10

Minyak 0.85

3.3.3.3. Sonic Log

Sonic log merupakan peralatan logging yang dapat digunakan untuk

mengukur porositas batuan. Sonic log merupakan salah satu acoustic log, karena

alat ini mengukur sifat perambatan bunyi yang ada di dalam batuan.

Selain digunakan untuk mengukur porositas batuan, sonic log juga dapat

digunakan untuk beberapa hal, yaitu:

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
36

 Mengukur volume batuan yang digunakan dalam analisis seismic.

 Melengkapi data untuk syntetic seismograms.

 Dapat mengidentifikasi ada tidaknya rekahan di dalam formasi.

Jika pada lapisan formasi yang diamati terdapat rekahan ataupun

gerohong, maka sonic log akan cenderung mengabaikan pengaruh dari rekahan

tersebut. Hal ini sering dikenal sebagai porositas sekunder, akibat dari hal

tersebut, harga porositas yang direkam dari sonic log cenderung menjadi lebih

rendah dibandingkan dengan porositas total batuan yang sebenarnya. Hasil

defleksi kurva sonic log dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11

Defleksi Kurva Sonic Log11

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
37

Prinsip kerja alat ini adalah dengan memancarkan bunyi dengan interval

yang teratur dari sebuah sumber bunyi (transmitter), sehingga bunyi tersebut akan

merambat melalui batuan dan kemudian akan diterima oleh alat penerima

(receiver). Alat penerima akan merekam atau mencatat lamanya waktu

perambatan bunyi (t) di dalam batuan formasi. Satuan perambatan bunyi tersebut

diukur dalam satuan microseconds. Harga Δtma dan Vma untuk beberapa material

dan fluida dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Δtma dan Vma Untuk Beberapa Material dan Fluida 8

Δtma Vma
Material
(μsec/ft) (ft/sec)

Sandstone 55.6 18000

Limestone 47.5 21000

Dolomite 43.5 23000

Anhydrite 50 20000

Gypsum 52.5 19000

Batuan Garam (salt) 67 15000

Air tawar (fresh water) 200 5000

Air asin (100.000 ppm NaCl) 189 5300

Air asin (200.000 ppm NaCl) 176 5700

Minyak 232 4300

Udara 919 1088

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
38

Defleksi yang tercatat pada kurva sonic log adalah rekaman yang

dihasilkan dari waktu perambatan bunyi yang terekam pada alat penerima

(receiver). Besarnya waktu perambatan bunyi itu sendiri bergantung pada

beberapa hal, diantaranya adalah litologi batuan dan fluida pengisi pori batuan.

Berdarkan hasil pengukuran yang dilakukan, dapat diketahui bahwa waktu

perambatan bunyi di dalam cairan (minyak dan air) lebih besar apabila

dibandingkan dengan di dalam zat padat (matriks batuan). Waktu perambatan

bunyi dalam batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi pada fluida.

Beberapa jenis alat sonic log yang banyak digunakan adalah conventional

sonic log, BHC (borehole compensated) sonic log, LSS (long spaced) sonic tool,

dan Array sonic tool. BHC mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

conventional sonic tool, karena BHC mempunyai 2 transmitter dan 4 receiver

sedangkan conventional sonic tool hanya memiliki 1 transmitter dan 2 receiver.

Selain itu, hasil pengukuran pada BHC juga tidak dipengaruhi oleh kedudukan

alat tersebut.

Long Spaced (LSS) sonic tool dilengkapi dengan 2 transmitter dan 4

receiver yang mempunyai jarak transmitter-receiver sebesar 8 ft-10 ft dan 10 ft-

12 ft. LSS dapat mengukur interval waktu transit di dalam formasi dengan lebih

dalam dibandingkan dengan alat BHC. Array sonic tool merupakan jenis alat log

yang terbaik karena dapat mengukur Δt pada formasi dengan sangat baik serta

dapat menjangkau formasi yang sangat jauh dan dalam.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
39

3.4. Analisis Log

Hasil dari pekerjaan well logging adalah rekaman data log yang dapat

berupa chart atau tabulasi angka-angka. Data awal tersebut lah yang digunakan

untuk mengevaluasi formasi batuan. Analisis log adalah pekerjaan untuk

menerjemahkan atau menafsirkan hasil rekaman kurva-kurva untuk mendapatkan

harga dari parameter-parameter yang dibutuhkan untuk mengevaluasi formasi

tersebut.

Terdapat dua metode untuk menganalisis rekaman log, yaitu:

 Analisis kualitatif, yaitu metode analisis log yang dilakukan untuk

menentukan litologi batuan, lapisan permeabel, kandungan fluida, dan

OWC/GOC.

 Analisis kuantitatif, yaitu metode analisis yang dilakukan untuk

mengetahui harga porositas batuan, saturasi air, saturasi hidrokarbon

tersisa dan saturasi hidrokarbon yang dapat dikeluarkan/berpindah.

3.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah analisis terhadap hasil rekaman log yang

dilakukan dengan cara melihat (quick look) dan membaca atau menafsirkan kurva

hasil rekaman log tanpa dilajukan dengan perhitungan. Dalam analisis kualitatif

dapat diketahui litologi batuan, lapisan permeabel, kandungan fluida dan

OWC/GOC.

Litologi batuan dapat diketahui dengan melihat kurva SP maupun GR

yang ada. Kurva SP dan GR juga dapat digunaan untuk menentukan lapisan yang

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
40

permeabel atau tidak. Lapisan permeabel ditunjukkan dengan harga GR yang

kecil.

Untuk menentukan kandungan fluida (fluid content) dapat diketahui

melalui resistivity log di track 2 dari rekaman composite log. Apabila pada lapisan

permeabel yang telah ditentukan memiliki harga resistivitas yang besar, maka

lapisan tersebut dapat diindikasikan mengandung hidrokarbon (hydrocarbon

prospect).

Untuk mengetahi jenis fluida pengisi pori batuan dapat dilihat melalui

kombinasi alat neutron log dan density log. Apabila pada lapisan yang

mengandung hidrokarbon defleksi kurva neutron akan mengecil dan kurva density

akan mengecil juga. Hasil rekaman kedua alat ini akan menghasilkan persilangan

(cross over) yang mengindikasikan terdapatnya hidrokarbon. Apabila persilangan

menimbulkan separasi besar, maka dapat diindikasikan fluida pengisi pori tersebu

adalah gas. Sedangkan minyak menghasilkan separasi yang tidak terlalu besar dan

apabila defleksi kedua alat ini berhimpitan fluida pengisinya adalah air.

Adanya lapisan yang mengandung hidrokarbon harus dilihat melalui

rekaman ketiga alat log, yaitu log permeabel, log resistivitas dan log porositas.

Ketiga alat ini harus dikombinasikan karena mempunyai keterkaitan satu sama

lain. Apabila pada suatu lapisan mengandung hidrokarbon, maka pada rekaman

log permeabel harga GR akan mengecil dan resistivitas pada lapisan tersebut

cenderung tinggi serta pada porositas log aan menimbulkan separasi antara kurva

neutron dan density.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
41

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kualitatif adalah analisis terhadap hasil rekaman log yang

dilanjutkan dengan melakukan perhitungan untuk mengetahui harga parameter-

parameter petrofisik yang dibutuhkan seperti porositas, saturasi air, kandungan

serpih (shale), dan saturasi hidrokarbon.

Analisis log secara kuantitatif harus dapat membedakan antara lapisan

yang bersih (clean formation) dan lapisan yang kotor (shaly formation). Shaly

formation dapat mempengaruhi keakuratan dalam perhitungan sifat petrofisiknya.

Selain itu, lumpur pemboran yang terinvasi kedalam batuan formasi juga akan

mempengaruhi perhitungan parameter petrofisik batuan tersebut.

3.4.2.1. Temperatur Formasi

Analisis log secara kuantitatif dimulai dengan menghitung temperatur

formasi (Tf). Tempeartur formasi ini diperlukan untuk mendapatkan harga

resistivity mud filtrat (Rmf), resistivity mud cake (Rmc), dan resistivity mud (Rm)

pada temperatur formasi. Beberapa parameter yang dibutuhkan untuk menentukan

temperatur formasi adalah kedalaman formasi, temperatur dasar lubang bor

(BHT), kedalaman total sumur (TD) dan temperatur di permukaan (Ts).

Perhitungan temperatur formasi akan memerlukan data-data yang diperoleh dari

kepala log (log header) menggunakan rumus persamaan 3.2:

BHT−Ts
GT = ℉/ft .................................................................................................. (3.2)
TD

Keterangan:

GT = Gradien Temperatur, ℉/ft

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
42

BHT = Temperatur Dasar Sumur, ℉

Ts = Temperatur Permukaan, ℉

TD = Total Depth, ft

Setelah diketahui gradien temperaturnya maka temperatur di tiap kedalaman dapat

dihitung dengan persamaan 3.3

TF = [DF × GT] + Ts ℉ ......................................................................................... (3.3)

Keterangan:

TF = Temperatur Formasi, ℉

DF = Kedalaman Formasi, ft

GT = Gradien Temperatur, ℉/ft

Ts = Temperatur Permukaan, ℉

3.4.2.2. Resistivitas Air Formasi

Resistivitas air formasi perlu untuk membantu perhitungan saturasi air

formasi. Sifat-sifat lumpur pemboran yang dihitung antara lain resistivitas kerak

lumpur (Rmc), resistivitas filtrat lumpur (Rmf) dan resistivitas lumpur pemboran

(Rm). Seluruh sifat-sifat lumpur tersebut dihitung pada kedalaman dan suhu

formasi menggunakan persamaan 3.4 berikut.

T +6.77
R2 = R1 (T1 +6.77) ................................................................................................... (3.4)
2

Keterangan:

R1 = Resistivity pada kedalaman (1), Ωm

R2 = Resistivity pada kedalaman (2), Ωm

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
43

T1 = Temperatur pada kedalaman (1), ℉

T2 = Temperatur pada kedalaman (2), ℉

3.4.2.3. Volume Serpih (Vsh)

Adanya shale atau serpih dalam suatu formasi dapat menyebabkan

kekeliruan dalam perhitungan porositas dan saturasi air. Shale tidak hanya dapat

mengurangi keakuratan analisis log dalam batuan sandstone, tetapi juga

berpengaruh dalam batuan limestone dan dolomite. Ketika shale terdapat dalam

lapisan formasi, maka peralatan log porositas seperti sonic log, density log dan

neutron log akan merekam harga porositas yang terlalu besar. Perhitungan volume

shale dibutuhkan untuk menganalisa formasi batuan shaly sand. Volume shale

(Vsh) dapat dihitung dengan menggunakan 2 (dua) rekaman log, yaitu: Gamma

Ray,dan Spontaneous Potensial.

1) Volume Shale dari Gamma Ray Log

GR log−GR min
Vshale = GR max−GR min .......................................................................................... (3.5)

Keterangan:

Vshale = Volume shale, fraksi

GR log = Pembacaan log pada lapisan yang diteliti, API

GR min = Pembacaan log pada lapisan bersih, API

GR max = Pembacaan log pada lapisan 100% shale, API

2) Volume Shale dari SP log

PSP
Vshale = 1 − SSP .................................................................................................... (3.6)

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
44

Keterangan:

Vshale = Volume shale, fraksi

PSP = Pembacaan log pada lapisan yang diteliti, mV

SSP = Pembacaan log pada lapisan bersih, mV

3.4.2.4. Porositas

Analisis log untuk menentukan porositas batuan reservoir dapat

ditentukan dari beberapa alat log seperti sonic log, neutron log, density log dengan

metode yang berbeda untuk lapisan bersih (clean formation) dan lapisan berserpih

(shaly formation). Berikut adalah beberapa persamaan yang digunakan untuk

menentukan porositas (Ø) yaitu :

1) Density log

Untuk clean formation:

ρma−ρb
∅D = ........................................................................................................... (3.7)
ρma−ρf

Untuk Shaly formation:

∅Dcorr = ∅D − (∅dsh × Vsh) .............................................................................. (3.8)

Keterangan:

∅D = Porositas dari density log, fraksi

ρma = Densitas matriks batuan, gr/cc

ρb = Densitas batuan, gr/cc

ρf = Densitas filtrate lumpur, gr/cc

∅Dcorr = Porositas koreksi dari density, fraksi

∅dsh = Porositas shale dari density log, fraksi

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
45

2) Neutron Log

Untuk menentukan porositas dari neutron log pada clean formation

ditentukan dengan membaca langsung kurva log NPHI dan melakukan koreksi

terhadap lubang bor dengan menggunakan chart Schlumberger Por-14 c dan Por-

14 d. Sedangkan untuk shally formation menggunakan persamaan:

∅Ncorr = ∅N − (∅Nsh × Vsh) .............................................................................. (3.9)

Keterangan:

∅Ncorr = Porositas koreksi dari Neutron, fraksi

∅Nsh = Porositas shale dari Neutron log, fraksi

∅N = Porositas dari pembacaan neutron log, fraksi

Vsh = Volume shale, fraksi

3) Kombinasi Neutron – Density Log

∅Ncorr+∅Dcorr
∅ND = ............................................................................................. (3.10)
2

Untuk shaly formation (Schlumberger, 1975):

∅Ncorr2 +∅Dcorr2
∅ND = √ ....................................................................................... (3.11)
2

Keterangan:

∅Ncorr = Porositas koreksi dari Neutron, fraksi

∅Dcorr = Porositas koreksi dari density, fraksi

∅ND = Porositas dari neutron – density, fraksi

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
46

3.4.2.5. Saturasi Air (Sw)

Saturasi air atau kejenuhan air adalah besarnya fraksi dari pori-pori

batuan formasi yang terisi oleh air. Simbol untuk saturasi air adalah Sw. Untuk

menghitung saturasi air dapat dibagi menjadi dua perhitungan Sw, yaitu pada

clean formation dan shaly formation. Berikut adalah beberapa metode yang

digunakan untuk menghitung saturasi air :

1) Clean Formation

a) Metode Archie

Rw
Sw = √F × ............................................................................................. (3.12)
Rt

2) Shaly formation

a) Metode Indonesia
1

Sw n/2 = √Rt
Vsh ....................................................................... (3.13)
Vsh(1− 2 ) ∅m/2
+
√Rsh √a.Rw

Keterangan:

Vsh = Volume shale (fraksi)

∅e = Porositas efektif (fraksi)

a = Koefisien lithologi yang berkisar antara 0,6 – 2

m = Faktor sementasi yang berkisar antara 1 – 3

n = Saturasi eksponen (n = 2)

Rw = Resistivitas air formasi (Ωm)

Rt = Resistivitas formasi pada uninvaded zone (Ωm)

Rsh = Resistivitas formasi pada lapisan shale (Ωm)

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194
47

b) Metode Simandoux

c.Rw 5∅e 2 V 2 V
Sw = 2 × [√((R ) + (Rsh ) ) − Rsh ] ................................................ (3.14)
∅e w .Rt sh sh

Keterangan:

∅e = Porositas efektif (fraksi)

Vsh = Volume shale (%)

c = Konstanta (sandstone = 0,4 ; limestone/karbonat = 0,45)

Rw = Resistivitas air formasi (Ωm)

Rt = Resistivitas formasi pada uninvaded zone (Ωm)

Rsh = Resistivitas formasi pada lapisan shale (Ωm)

3.4.2.6. Ketebalan Produktif

Ketebalan produktif atau net pay adalah ketebalan formasi batuan yang

benar-benar dianggap produktif. Simbol untuk net pay adalah h. Untuk dapat

membedakan net pay atau ketebalan produktif (h) dan non produktif digunakan

cut off reservoir. Cut off adalah penghilangan beberapa bagian reservoir yang

tidak produktif untuk menentukan ketebalan formasi yang produktif. Secara

umum yang dimaksud dengan net pay adalah ketebalan formasi yang dihitung

menggunakan harga cut off Ø, Vsh dan Sw.

Interpretasi Log Untuk Menentukan Interval Perforasi Formasi K Lapangan X


Devraldo Sandhika
Perpustakaan-Universitas Trisakti, 2016, telp. 5663232 ext. 8112,8113,8114,8151,8194

Anda mungkin juga menyukai