KARAKTERISTIK RESERVOIR
2
3
Batupasir Orthoquartzite
Batupasir ini terbentuk dari mineral kuarsa yang dominan dan beberapa
mineral lain yang stabil seperti kwarsa, tourmalin, zirkon dan lain sebagainya
dengan mineral pengikatnya adalah karbonat dan silika. Tabel (II-1) menyajikan
komposisi kimia batupasir orthoquartzite dengan unsur SiO2 yang merupakan
unsur tertinggi bila dibandingkan dengan unsur yang lainnya.
Tabel II-1.
Komposisi kimia batupasir orthoquartzite (%) 11)
Batupasir Graywacke
Batuan ini tersusun oleh mineral berbutir kasar, terutama mineral kwarsa
dan feldspar serta fragmen-fragmen batuan lainnya, dengan mineral pengikatnya
adalah clay dan karbonat. Tabel (II-2) menyajikan komposisi kimia batupasir
graywacke, dengan unsur SiO2 merupakan unsur tertinggi bila dibandingkan
dengan unsur yang lainnya, tetapi lebih rendah dari batupasir orthoquartzite
4
Tabel II-2.
Komposisi kimia batupasir graywacke (%) 11)
Batupasir Arkose
Batupasir ini umumnya tersusun oleh mineral kwarsa dan feldspar dengan
jumlah yang sangat banyak, yaitu berkisar antara 80% - 95%. Tabel (II-3)
menyajikan komposisi kimia batupasir arkose, dengan unsur SiO 2 merupakan
unsur tertinggi bila dibandingan dengan unsur yang lainnya, tetapi merupakan
unsur terkecil bila dibandingkan dengan kedua batupasir tersebut diatas. Tabel (II-
4) menunjukkan komposisi mineral arkose.
Tabel II-3.
Komposisi kimia batupasir arkose (%) 11)
5
Tabel II-4.
Komposisi mineral batupasir arkose (%) 11)
Tabel II-5.
Komposisi kimia dari limestone (%) 11)
7
Dolomit adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur karbonat lebih dari 50 Sebagai contoh, untuk batuan yang
unsur kalsitnya dominan disebut calcitic. Komposisi kimia dari dolomit ini pada
dasarnya hampir sama dengan komposisi kimia dari limestone, hanya saja pada
dolomit MgO-nya merupakan senyawa yang jumlahnya cukup besar. Komposisi
kimia dari dolomit dapat dilihat pada Tabel (II-6).
Tabel II-6.
Komposisi kimia dari dolomit (%) 11)
8
Tabel II-7.
Komposisi kimia dari batuan shale (%) 11)
9
Sifat fisik batuan reservoir merupakan sifat penting batuan reservoir dan
hubungannya dengan fluida reservoir yang mengisinya dalam kondisi statis dan
dinamis (jika ada aliran). Berikut membahas mengenai sifat fisik batuan reservoir
yang meliputi: porositas, wettabilitas, tekanan kapiler, saturasi fluida,
permeabilitas dan kompressibilitas batuan.
2.1.2.1. Porositas
Vp Vb - Vg
= x 100 % = x 100% …….................... (2-
1)
Vb Vb
Keterangan :
Vg = Volume butiran
Sedangkan ditinjau dari sudut teknik reservoir, porositas dibedakan menjadi dua,
yaitu :
2.1.2.2. Permeabilitas
K dP
v= - ........................................................................... (2-4)
11
dL
Keterangan :
k = Permeabilitas, Darcy
= Viskositas, cp
pada persamaan lainnya dimana kecepatan aliran fluida (v) sebanding dengan laju
alir (Q) dan berbanding terbalik dengan luas penampannya (A), dalam persamaan
sebagai berikut :
Q
v= ........................................................................................ (2-5)
A
kA dP
Q= - .......................................................................... (2-6)
dL
Keterangan :
k = Permeabilitas, Darcy
= Viskositas, cp
12
…………………………………….. (2-7)
Keterangan :
= viskositas fluida, cp
P = tekanan, atm
Pori-pori batuan reservoir umumnya terisi oleh lebih dari satu macam fluida,
sehingga permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Qo o L Qw w L Qg g L
ko = ; kw = ; kg = ; ........ (2-8)
A(P1-P2) A (P1-P2) A(P1-P2)
ko kw kg
kro = , krw = , krg = , ........................... (2-9)
k k k
Gambar 2.1.
Diagram percobaan permeabilitas 2)
14
Gambar 2.2.
Kurva Permeabilitas relatif untuk sistem air-minyak 2)
2.1.2.3. Wettabilitas ( Derajat Kebasahan )
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan fasa fluida untuk
membasahi permukaan padatan jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immiscible). Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak (atau
gas) yang ada diantara matrik batuan.
Gambar 2.3.
Gaya-gaya setimbang di dalam sistem air-minyak-zat padat 2)
Apabila dalam batuan reservoir terdapat dua macam fluida yang berada
bersama-sama dalam pori-pori batuan, maka salah satu diantara fluida tersebut
akan mempunyai sifat lebih membasahi dari pada fluida lainnya. Kecenderungan
suatu fluida untuk membasahi batuan disebabkan oleh adanya gaya adhesi, yaitu
gaya tarik menarik partikel yang berlainan, yang merupakan faktor tegangan
permukaan antara batuan dan fluida. Secara matematis besarnya tegangan adhesi
dinyatakan sebagai :
Keterangan :
Pada Gambar 2.3. menunjukkan adanya keseimbangan gaya yang terjadi pada
permukaan air-minyak dan padatan. Untuk menentukan apakah suatu batuan
bersifat water wet atau oil wet, dapat dilihat dari besarnya sudut kontak () yang
terbentuk, yang besarnya 0o < < 180o. Bila < 90o , menunjukkan bahwa
batuan bersifat water wet (basah air), dan bila > 90o, menunjukkan bahwa
batuan bersifat oil wet (basah minyak).
2Cos
Pc = = gh…………...................................... (2-11)
r
Keterangan :
Gambar 2.4.
Kurva tekanan kapiler 1)
Keterangan :
Sg + So + Sw = 1 ..........................................…………........ (2-13)
Keterangan :
Sg = Saturasi gas
So = Saturasi minyak
Sw = Saturasi air
1. Akibat adanya perbedaan berat jenis antara minyak, gas dan air, maka
umumnya saturasi gas akan tinggi pada bagian atas perangkap reservoir,
begitu juga saturasi air akan tinggi pada bagian bawah perangkap reservoir.
2. Batuan reservoir umumnya water wet, sehingga saturasi cenderung tinggi pada
pori-pori batuan yang kecil.
3. Saturasi fluida akan bervariasi sejalan dengan kumulatif produksi minyak,
sehingga tempat yang ditinggalkan minyak akan diganti oleh air atau gas
bebas.
4. Saturasi minyak dan gas sering dinyatakan dengan ruang pori-pori yang terisi
hidrokarbon. Oleh karena itu apabila volume contoh batuan adalah V, maka
ruang pori-porinya adalah . V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah :
So V + Sg V = (1 - Sw ) . . V…………....................(2-14)
18
Gambar 2.5.
Variasi Pc terhadap Sw 1)
Kiri : Variasi zona transisi dengan fluida gravity berbeda
Kanan : Variasi zona transisi dengan permeabilitas berbeda
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori,
perubahan batuan dan volume total batuan. Koefisien penyusutan ini disebut
kompressibilitas batuan.
19
1 dVr
Cr = ………..............................……………... (2-15)
Vr dP
1 dVp
Cp = ......…………......................................... (2-16)
Vr dP*
keterangan :
E = W x 2 r x N ……………………………………………........…. (2-17)
Keterangan :
E = energi mekanik yang dibutuhkan, lb-in
W = weigh on bit, lbf
r = jari-jari pahat, in
R = laju pemboran, ft/hr
N = kecepatan putar, rpm
V = volume batuan yang dihasilkan, in3
V
α=
E ……………………………………………….…………............... (2-19)
(πr 2 ) xR
α=
Wx 2 π rxN ………………………………………………...….............(2-20a)
4 2
πD xR
4
α=
Wx π DxN …………………………………………………………….(2-20b)
1
RD 2
4
α=
WDN ……………………………………………………………….(2-20c)
Keterangan :
α = drillabilitas, in3/lb-in
R = laju penembusan batuan, ft/hr
D = diameter pahat, in
22
2.1.3.3. Hardness
Tabel II-8.
Skala Kekerasan Mineral (Mohs)
Tf ×i
Af =
m ......................................................................
(2-21)
Keterangan :
m = 1359,1 – 714,19 log Wek
Wek = ekivalen beban pada mata bor, lb
i = fungsi yang menghubungkan pengaruh RPM terhadap laju
keausan gigi mata bor.
Tf = waktu pemboran, hour
2.1.3.5. Elastisitas
Elastisitas formasi sangat dipengaruhi oleh tekanan dimana batuan berada. Hal
ini dapat ditunjukkan pada shale, karena shale semakin sukar diukur pada
kedalaman yang semakin bertambah. Adanya lumpur di atas formasi dengan
tekanannya, mempersukar pemboran karena adanya tekanan ini maka strength
batuan akan bertambah. Tidak ada batuan yang elastis keseluruhan (complete),
24
9 KρV 2s
E=
3 K + ρV 2s …………………………………………….…….......…...(2-
22)
K= ρV 2c −4/3 V 2s ………………………………………….………....….(2-
23)
G=ρV 2s …………………………………………………………….…...(2-
24)
V 2c −2
25)
v=
1
2
[ ]
( )
V 2s
V 2c
( )
V 2s
−1
…………………………………………………........…..(2-
Keterangan :
E = modulus Young
K = bulk modulus
G = rigidity modulus
Vc = compressional velocity, ft/sec
Vs = shear velocity, ft/sec
= bulk density, g/cc
v = Poisson’s Rasio
B. Gradient geostatik, yang disebut juga sebagai tekanan beban total atau tekanan
overburden dan disebabkan oleh adanya beban material yang terdapat diatas
suatu titik dalam kerak bumi. Dalam hal ini beban tersebut terdiri dari lapisan
sedimen yang diendapkan dalam air, dan oleh karenanya material tersebut
terdiri dari butiran mineral batuan dan air garam yang terkandung diantaranya.
Gradien geostatik dibagi dalam dua komponen, yaitu:
1. Gradient Lithostatik (vertikal), (PLV).
Secara teoritis nilai gradien geostatik adalah 1 psi per feet. Tekanan ini hanya
sebagian saja meningkatkan tekanan formasi. Mineral merupakan komponen
penyangga beban yang menekannya. Jika beban melampaui kekuatan butir
mineral tersebut, maka sebagian dari beban ikut didukung oleh air formasi
dan memberikan tekanan tambahan pada tekanan reservoir. Tekanan formasi
ini tergantung juga pada jumlah kandungan garamnya. Untuk air murni
gradient tekanannya adalah 0,433 psi/ft. Sedangkan untuk air dengan
komposisi garam 80.000 ppm mempunyai gradien tekanan sebesar 0,465
psi/ft.
Td = Ta + Gt. D……...............................................……….(2-39)
Keterangan :
D = kedalaman, ft
Besarnya gradient temperatur bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain,
dimana harga rata-ratanya 2 oF/100 ft. Gradien geothermis yang tinggi sekitar
4 oF/100 ft sedangkan terendah 0,5 oF/100 ft. Variasi gradien temperatur ini
disebabkan oleh sifat daya hantar panas batuannya