BAB III
TEORI DASAR LOGGING
Resistivity Log
3.1.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging
karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang
sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua
buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan
kedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan.
Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk
mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif
ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam
batuan dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara
arus listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik)
dalam batuan. Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi degan resistivity
tinggi dapat dilihat pada gambar 3.1.
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
K c = konstanta lithologi batuan
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk
dan besar defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan
formasi, tahanan lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter
lubang bor, dan invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous
potensial adalah millivolt (mv).
3.1.1.2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Gambar
resistivity log dapat dilihat pada gambar 3.2.
R × i
V = ………………………………………………… (3-7)
4π ( AM )
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri
dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
R × i 1 1
V = − ..................................................................... (3-8)
4π AM AN
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan
lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya
potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya
resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh
diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah
resistivity semu bukan resistivity yang sebenarnya (R t). Hal ini disebabkan
pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e),
tahanan lumpur (R m), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone invaded
(R i) dan uninvaded (R t), tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya (R s).
Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity relative
tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang
tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-
m.
pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai
konduktifitas formasi (Cf ) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
garam (R mf > R w) serta pada formasi dengan R t kurang dari 100 ohm-m tapi akan
lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya,
antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak
dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran R t hanya memerlukan koreksi yang sederhana
atau tidak memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat
melengkapi informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang
bor, lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi
lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus I o
yang konstan dialirkan melalui elektrode A o lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus
tersebut diatur secara otomatis oleh kontak pengontrol sehingga dua pasang
elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2 mempunyai potensial yang sama. Selisih
potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan electrode
dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M’ 1M’2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari A o. Disini arus listrik dari Ao dipaksa
mengalir horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan
Laterolog 8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada
jumlah elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini
mengukur harga R t terutama pada kondisi pengukuran R t dengan Induction Log
mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan
dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi R t/R m dan R t/R s besar
(salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di
dalam oil base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (R xo)
dan sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud
cake. Hasil pembacaan R xo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(R mc) dan ketebalan
mud cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya
diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity log yang
sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL), Proximity Log
(PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan
permeabel, karena dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay
dalam suatu interval total. Pada prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode
dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng (pad) karet, dengan tujuan
agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga
Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL didalam Lubang Bor
( Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997 )
Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah arus
konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat A o dan
lainnya dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara
otomatis dan kontinyu diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara
elektrode M1 dan M2 praktis sama dengan nol sehingga tidak ada arus yang
mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari Ao dipaksa mengalir horizontal
kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan potensial yang
dicatat.
MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya salt
mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta
keadaan lubang bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal
(kurang dari 4 inch) MLL mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (R t)
karena MLL digunakan untuk daerah penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud
cake juga mempengaruhi pembacaan harga R xo.
Proximity Log (PL)
dimana :
GR log = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GR max = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GR min = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi
dengan kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
ρ 1 × V 1
GR = A1 ……………………………………………….…… (3-11)
ρ b
dimana :
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
ρ 1V 1
= konsentrasi berat dari mineral
ρ b
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon
GR adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan
persamaan (3-12). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral
persamaan (3-12) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan ρ b sehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi :
ρ b .GR = B1 V1 + B2 V2 …………………………………………… (3-13)
dimana :
B1 = ρ1 A1
B2 = ρ2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila
kurva SP kehilangan karakternya (R mf = R w), atau ketika SP tidak dapat merekam
karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat digunakan
untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan
uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk
korelasi antar sumur.
3.1.2.2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa
melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air
formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron
merupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom hidrogen.
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari
neutron dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang
ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak spacing pendek
sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron
meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan berkurang
karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti
elemen turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah
atom dengan massa atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi
neutron banyak berkurang kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam
formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan terintegrasi dengan inti-
inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon. Inti-inti ini akan terangsang
untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma akan merekam
radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak
dan gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada
jarak yang sangat dekat dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar
gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang menjadi dasar hubungan antara
jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini menunjukkan apabila
jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah. Proses
pelemahan partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron
log ( Φ N ) dalam satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
dibawah ini:
Φ N = 1.02 × Φ NLog + 0.0425 .....…………………………….…… (3-14)
dimana:
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma
dari sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada
saat sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan
elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan
sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi.
Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
N o
ln = ρ × k × S ……………………………….............…………. (3-15)
N t
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada detektor. Densitas elektron
merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang diukur adalah densitas
elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan
dengan densitas batuan sebenarnya, ρ b yang besarnya tergantung pada densitas
matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana
tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada
lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh
salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand
dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik
apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan
agar alat tetap menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut
biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi batuan
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
ρ ma − ρ b
Φ D = …………………….....………………………….... (3-16)
ρ ma − ρ f
dimana:
ρ b = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
Φ D = porositas dari density log , fraksi
dimana:
ρclay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai log
porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log sonic-neutron. Sedangkan
lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap log SP, log
resitivity, log caliper, dan log gamma ray. Penentuan jenis lithologi, apakah shale
atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri pasir shale didasarkan
pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun fluida
hidrokarbon dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-CNL
dengan berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.
Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi SP, separasi
resistivity, separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log. Adapun masing-
masing log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
1. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas
dengan air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel
umumnya ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri) dari
shale base line.
2. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan
dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
3. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan
terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat
adanya mud cake oleh microlog menimbulkan separasi pada lapisan permeabel
dapat dideteksi oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih kecil daripada
micro normal).
4. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat
memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
5. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan
memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi kurva
gamma ray log, pada umumnya defleksi kurva yang membesar menunjukkan
intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan defleksi
menunjukkan intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan permeabel.
3.2.1.2.Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan
yang berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk
Φ Nf − Φ N
N = .................................................................................. (3-20)
ρ b − ρ f
Pada persamaan (3-19) maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah
untuk mempermudah skala, Ф N dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk
fresh mud diberikan harga ∆t f = 189 , ρf = 1, dan Ф Nf = 1. Untuk lebih jelas
mengenai parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan salt
mud dapat dilihat pada tabel III-3. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral dan
gas yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.15.
pada lapisan shale, dengan memasukkan harga ρ b dari density log dan Φ N dari
neutron log. Pada chart ini terdapat lima jenis mineral, yaitu quartz, montmorilonite,
illite, kaolinite, dan chlorite. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.16.
T s + 6.77
Rmf ( Tf ) = × Rmf (Ts ) dalam oF ............................................... (3-23)
T f + 6.77
T s + 21.5
Rmf ( Tf ) = × Rmf (Ts ) dalam oC ................................................ (3-24)
T f + 21.5
Menentukan R mfeq
Menentukan konstanta SP
Menentukan R w dari gambar 3.17. dalam oF atau gambar 3.18. dalam oC
C. Metode Ratio
Rt
R w = Rmf × ........................................................................................ (3-29)
R xo
R w konstan
Formasi permeabel
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan radioaktif
alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan gambaran adanya
shale, karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi. Pada formasi
reservoir bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif rendah atau dapat disebut
0% shale. Dalam batuan reservoir shaly tingkatan radioaktif tergantung dari
kandungan shale. Pada kurva SP adanya shale akan mengakibatkan defleksi SP
akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP pada formasi bersih pada formasi
air asin begitu pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh) secara
kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
a) Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:
SP log
V sh SP = 1 − ....................................................................... (3-30)
SSP
dimana:
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud
SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal
Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon,
karena defleksi SP tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas
digunakan pada lapisan pasir yang terisi air yang mempunyai tahanan batuan
rendah sampai menengah serta baik untuk laminated shale.
b) Vsh R t (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif
(quartz) serta tidak dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan
isi clay itu sendiri.
1
R R − Rt b
R sh
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rt
dimana:
GR log = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman
GR min = pembacaan GR pada lapisan non shale
GR max = pambacaan GR pada lapisan shale
d) Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
Φ N
(V sh ) N = ....................................................................... (3-34)
Φ Nsh
dimana:
Ф N = harga porositas neutron pada pengamatan
Ф Nsh = harga porositas neutron dari lapisan yang berdekatan
3.2.2.4. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density
log (semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang kompak
dan batuan shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated atau
kompak).
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada
porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan
porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron (Ф N) dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
Φ N = (1.02 × Φ NLog + 0.0425 ............................................................ (3-35)
dimana:
Ф Nlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Ф Nc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
Φ Nc = Φ N − (V sh × Φ Nsh ) ................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Ф Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan
fluida batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan Ф D yang
mempunyai harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:
ρ ma − ρ b
Φ D = ................................................................................ (3-37)
ρ ma − ρ f
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Ф Dc) dapat diketahui
dari persamaan dibawah ini:
Φ Dc = Φ D − (V sh × Φ Dsh ) ................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФDsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρ b = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap
kedalaman yang dianalisa, gr/cc
ρ ma − ρ b
Φ D = ................................................................................. (3-43)
ρ ma − ρ f
2Φ Nc + 7Φ Dc
Φ d −n = ........................................................................ (3-45)
9
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
1
V −V Φ m
1
sh
n
= sh + d − n × S xo
2 2
2 .............................................. (3-46)
R xo R sh a × Rmf
1
V 1−V 2 Φ m2
sh
n
= sh + e × S w 2 .................................................. (3-49)
Rt R sh a × R w
B. Persamaan Dual Water
Menentukan volume shale
GRlog− GRmin
V sh = ......................................................................... (3-50)
GRmax − GRmin
Menentukan porositas koreksi dari neutron dan density log terhadap shale
Φ Nc + Φ Dc
No gas: Φe = ………………........................................ (3-53)
2
2 2
Φ Nc + Φ Dc
With gas: Φe = …………………………………… (3-54)
2
δ = 0.5 − 1.0
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
V sh × Φ tsh
S b = …………………………………………………….. (3-57)
Φ t
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
R
S wt = b + b 2 + w ……………………………………….…… (3-61)
Rwa
1 − Rw
S b
b=
Rb ……………………………………………………. (3-62)
2
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
S wt − S b
S w = .................................................................................. (3-63)
1 − S b
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR )
GRlog− GRmin
I GR = ........................................................................ (3-64)
GRmax − GRmin
Φ Nsh
Φ Ncorr = Φ N −
× 0.3 × V sh ................................................... (3-69)
0.45
Φ Dsh
Φ Dcorr = Φ D −
× 0.13 × V sh ................................................. (3-70)
0.45
Φ Ncorr 2 + Φ Dcorr 2
Φ N − D = ............................................................... (3-71)
2
0.4 × Rw V sh
2
V sh 5Φ 2
S w = × − + + ............................. (3-72)
Φ 2 R sh R sh Rt × Rw
dimana:
R w = resistivity air formasi, ohm-m
R t = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m
Ф = porositas koreksi terhadap volume shale, fraksi
Vsh = volume shale
R sh = resistivity shale, ohm-m
3.2.2.6. Menentukan Permeability
Selain menghasilkan hasil akhir berupa harga V sh, Φe, dan Sw ELANPlus
juga mengeluarkan hasil permeability (K). Permeability yang digunakan pada tugas
akhir ini adalah permeability dari hasil ELANPlus. Semua data log yang
dimasukkan ke ELANPlus ini diproses oleh ELANPlus itu sendiri yang
menghasilkan output harga permeability yang diinginkan. Permeability yang
dihasilkan ELANPlus dapat dilihat pada gambar 3.19.