Anda di halaman 1dari 51

TEORI DASAR LOGGING

TEORI DASAR LOGGING

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir terhadap


kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu menentukan besaran-besaran fisik
batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif, lithologi batuan)
maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu
sendiri, yaitu sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan
reservoir.
3.1. Jenis-Jenis Logging
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging ini dibagi menjadi log
listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.
3.1.1. Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor
dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang
diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin
atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan
dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran
yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya.
Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan formasinya dapat dinyatakan
dengan suatu faktor tahanan formasi (F), yang dinyatakan dengan persamaan :
Ro = F x Rw ………………………………………………………. (3-1)
dimana :
F = faktor formasi
Ro = tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %
Rw = tahanan air garam (air formasi)
Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi dikemukakan oleh G.E. Archie
dan Humble sebagai berikut :
Persamaan Archie : F = Ф-m ………………….……….……… (3-2)
Persamaan Humble : F = 0,62 x Ф-2,15 ……….………………... (3-3)
dimana :
m = faktor sementasi batuan
F = faktor formasi
Ф = porositas
Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan sebenarnya (Rt) dengan
tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro), yaitu sesuai dengan persamaan berikut :
………………………………………………………. (3-4)
dimana :
n = eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.
Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air formasi (Sw), porositas (Ф),
tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air formasi (Rw) serta eksponen saturasi (n). Secara
matematis hubungan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
……………………….…… (3-5)
Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Resistivity Log
3.1.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena adanya
perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur dengan elektroda tetap
di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah elektroda dan
sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam lubang sumur dan elektroda
yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan
sebuah potensiometer untuk mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk
defleksi positif ataupun negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan
dalam batuan dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus
listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan.
Gambaran skematis dari gejala SP pada formasi degan resistivity tinggi dapat dilihat pada
gambar 3.1.

Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)

Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai berikut:


A. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka lapisan shale bersifat
permeable terhadap kation Na+ dan kedap terhadap anion Cl-. Jika lapisan shale memisahkan
dua larutan yang mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak menembus
shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi ke larutan yang mempunyai konsentrasi
rendah, sehingga terjadi suatu potensial.
Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara air filtrat dengan air
formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl- dapat saling berpindah selama ion Cl- mempunyai
mobilitas yang lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran muatan negatif Cl- dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah.
B. Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang melewati unsure-unsur
dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini tergantung dari perbedaan tekanan yang
menghasilkan aliran dan tahanan dari elektrolit pada suatu media porous. Potensial elektrolit
disini dapat diabaikan karena pada umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur dengan
tekanan formasi tidak begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir lumpur
kecil.
Jika pengaruh SP log melalui lapisan cukup tebal dan kondisinya bersih dari clay, maka defleksi
kurva SP akan mencapai maksimum. Defleksi SP yang demikian disebut statik SP atau SSP,
yang dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
……………..………………………………… (3-6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= , dalam oF
= , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan permeabel, menentukan batas-
batas lapisan, menentukan harga tahanan air formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan
dari beberapa sumur di dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk dan besar defleksi
tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan formasi, tahanan lapisan batuan,
tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter lubang bor, dan invasi air filtrat lumpur. Satuan
ukuran dalam spontaneous potensial adalah millivolt (mv).
3.1.1.2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya,
yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi, dan banyaknya
hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Gambar resistivity log dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kurva Resistivity Log


(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)
A. Normal Log
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 3.3, dengan menganggap bahwa
pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-elektrode adalah homogen dengan
tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda A dan B merupakan elektroda potensial ,
sedangkan M dan N merupakan elektroda arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir
melingkar keluar melalui formasi den besarnya potensial tersebut adalah:

………………………………………………… (3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true
resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi. Skema dasar
dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A
dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak
A dan O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap
kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan
dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada
permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke
elektrode M dan N adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan lapisan cukup
tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial yang dicatat pada
referensi O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan
tersebut dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity semu bukan
resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi oleh diameter
lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur
(Di), tahanan zone invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan
dibawahnya (Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal
dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.

Gambar 3.3. Skema Rangkaian Dasar Normal Log


(”Resistivity Measurement Tools”, Schlumberger, October 1984)

Gambar 3.4. Skema Rangkaian Dasar Lateral Log


(”Resistivity Measurement Tools”, Schlumberger, October 1984)

C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang konduktif
sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan pengukuran
resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base
mud dan fresh water serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan
yang dapat berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps)
yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil yang ditempatkan pada
insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan
menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini
ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal
yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada
konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf)
berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Gambar 3.5. Skema Rangkaian Dasar Induction Log
(Gatlin, C. :”Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, Prentice Hall Inc., New
York, 1962)

Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh didalam
lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua
jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari induction log adalah dalam
suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan
ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt
maka induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak sensitif
terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m
tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log ini adalah menggunakan
lumpur yang tidak banyak mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang
dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak dipengaruhi
oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau tidak
memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi
informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan yang
berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang konstan dialirkan
melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh
kontak pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2 mempunyai
potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan
electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M’1M’2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir
horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8. Perbedaan
dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan
lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran
Rt dengan Induction Log mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat
digunakan dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar
(salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil
base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.

Gambar 3.6. Skema Alat Laterolog


(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)

E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai
indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo
dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud
cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat
microresistivity log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena dengan
pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval total. Pada prinsipnya
microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng
(pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini
mempunyai tiga electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0,
M1, dan M2 yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)

Gambar 3.7. Skema Posisi Microlog di Dalam Sumur


(”Resistivity Measurement Tools”, Schlumberger, October 1984)

Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada elektrode
M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat pengukuran, ketiga
elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan menggunakan pegas yang dapat
dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing A0O = 1 ½
inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini arus listrik yang diberikan
dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik antara elektrode M1 dan M2. Sistem
inverse pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini mempumyai
investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem A0M1M2 dan pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan potensialnya pada M2. Micronormal
digunakan untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous
permeable ini ditandai dengan adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang
dinyatakan oleh munculnya separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan hanya
berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi sangat
tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua kurva positif jika R2” >
R1”x1” dan fluida hidrokarbon yang terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan
hidrokarbon air tawar. Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang
terkandung biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel. Kriteria yang
harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang pertama sebagai indikator
lapisan porous permeabel didalam susunan sand-shale dengan range tahanan batuan formasi 1 –
200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud
cake kurang dari ½ inch dan kedalaman invasi lumpur lebih besar atau sama dengan 4 inch.
Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor formasi (F),
melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact dibawah kondisi tertentu.
Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi dari zone produktif dan
zone non produktif. Microlaterolog (MLL) Alat ini digunakan untuk menentukan Rxo pada
batuan yang keras, dimana lumpur yang digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi.
Sehingga dengan mengetahui Rxo maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F = Rxo/Rmf
sehingga selanjutnya besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam satu
kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode
pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1 yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 3.8. Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL
didalam Lubang Bor (Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-
8, Jakarta, 1 Mei 1997) Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah
arus konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya
dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu
diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama
dengan nol sehingga tidak ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari
Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan
potensial yang dicatat. MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya
salt mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang
bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL
mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah
penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo.
Proximity Log (PL) Proximity Log pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL,
akan tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan
16 inch dan tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk. Proximity Log
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa dipengaruhi oleh mud cake
sampai ketebalan mud cake ¾ - 1 inch, mempunyai radius investigasi yang lebih besar dari ML
maupun MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan lubang bor, biasanya alat ini
diturunkan bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud cake. Dalam pembacaan
PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu
harus diadakan koreksi. Hasil pembacaan proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut : RPL ………………………………..……….. (3-9) dimana J adalah faktor
pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai
harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch maka harga
RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL akan mengukur Rt
jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis harga RPL = Rt. Operasi
pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi batuan invaded
karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan
ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa dengan alat
microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang
suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag
mempunyai fungsi memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang
hamper sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang
diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah
rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.

Gambar 3.9. Penampang Bantalan MSFL


(”Resistivity Measurement Tools”, Schlumberger, October 1984)

3.1.2. Log Radioaktif


Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun yang tidak
dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan dengan log listrik adalah
tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran,
Log Radioaktif dapat dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat
pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log. Hasil pengukuran alat porositas dapat
digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang memadai.

3.1.2.1. Gamma Ray Log


Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang terjadi
karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar
ionisasi yang ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas
sinar gamma yang bersangkutan.
Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif yang tinggi, terutama
terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean formasi) biasanya mengandung
sifat radioaktif yang kecil, kecuali lapisan tersebut mengandung mineral-mineral tertentu yang
bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang mengandung garam-garam potassium yang
terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka dapat digunakan untuk
membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi. Selain itu pada formasi shaly sand,
sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat
berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data logging.
Besarnya volume shale dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
…………………………..…………………... (3-10)
dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi dengan kandungan satu
mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
……………………………………………….…… (3-11)
dimana :
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
= konsentrasi berat dari mineral
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon GR adalah
penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan persamaan (3-12). Sedangkan
untuk formasi dengan kandungan dua mineral radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda,
serta keberadaannya dalam jumlah yang berbeda maka GR yang terbaca pada log adalah :
……..………………………………..…… (3-12)
persamaan (3-12) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan ρb sehingga persamaannya
dapat ditulis menjadi :
.GR = B1 V1 + B2 V2 …………………………………………… (3-13)
dimana :
B1 = ρ1 A1
B2 = ρ2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan permeabel disaat SP Log
tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila kurva SP kehilangan karakternya (Rmf =
Rw), atau ketika SP tidak dapat merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif
(oil base mud). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga
dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan
uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk korelasi antar
sumur.
3.1.2.2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa melihat atau
memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi. Neutron terdapat
didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan partikel netral yang mempunyai
massa sama dengan atom hidrogen.

Gambar 3.10. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi


(Dewan, T.J.:”Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, Pennwell Publishing
Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)

Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron dipancarkan
secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang
diletakkan pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi
logging, neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan
berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen
turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa
atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang
kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai
tertangkap dan terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon.
Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma
akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas atau didalam
lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber
dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang
menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini
menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.
Proses pelemahan partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( )
dalam satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
.....…………………………….…… (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang mengandung
liquid dengan porositas antara 1 % – 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada formasi non
shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk
batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air,
digunakan besama-sama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan
membantu didalam evaluasi lapisan shaly.

Gambar 3.11. Proses Pelemahan Partikel Neutron


(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)

Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi
sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus
batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang
mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi
akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas
sumber radiasi. Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan
formasi. Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
……………………………….............…………. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma

Gambar 3.12. Skema Rangkaian Dasar Density Log


(Dewan, T.J.:”Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, Pennwell Publishing
Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)

Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan menunjukkan besarnya
densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron
yang rendah pada detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini
disebabkan yang diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas
elektron akan berhubungan dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung
pada densitas matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di
casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20
% - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan
kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor,
sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi batuan dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
…………………….....………………………….... (3-16)
dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi

Tabel III-1. Harga Density Matrik Batuan


(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)

Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena itu dalam
pembacaan ρb perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
………………….. (3-17)
dimana:
ρclay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan
neutron log dengan cara mengukur interval transite time (Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver
(penerima). Jarak antar keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan merambat
kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas
batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan
terpantul kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu
penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat
dikonversikan dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (Δt) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan porositasnya.
Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada porositasnya. Pada tabel III-2.
dapat dilihat beberapa harga transite time matrik (Δtma) dengan berbagai lithologi.

Tabel III-2. Transite Time Matrik untuk Beberapa Jenis Batuan


(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)

Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus terdapat hubungan antara transit
time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata
yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat
dibawah ini :
.............................................................................. (3-18)
dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat digunakan sebagai
indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter) dan lithologi
terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log dapat dilihat pada gambar 3.13.
Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas
yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan
dengan rod. Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang
bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu dapat berguna untuk
pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log
listrik akan mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran
pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan
kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi
lithologi karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.

Gambar 3.13. Skema Peralatan Dasar Caliper Log


(Lynch J. S.:”Formation Evaluation”, Harper & Row Publisher, New York, Evanston and
London, First Edition, 1962)

3.2. Interpretasi Logging


Lapisan prospek dapat teridentifikasi degan melakukan interpretasi logging. Interpretasi logging
ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif
dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Sedangkan
interpretasi kuantitatif dilakukan untuk menentukan harga Vclay, Φ, Rfluida, Sw dan
permeability batuan. Simbol-simbol yang digunakan dalam interpretasi log dapat dilihat pada
gambar 3.14.
3.2.1. Interpretasi Kualitatif
Setelah selesai melakukan logging maka selanjutnya yang akan dikerjakan adalah melakukan
interpretasi terhadap data pengukuran secara kualitatif guna memperkirakan kemungkinan
adanya lapisan porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat harus dilakukan pengamatan terhadap log yang kemudian satu sama lainnya
dibandingkan. Tujuan dari interpretasi kualitatif adalah identifikasi lithologi dan fluida
hidrokarbon yang meliputi identifikasi lapisan porous permeabel, ketebalan dan batas lapisan,
serta kandungan fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data berbagai log porositas, seperti plot
antara log density-neutron dan log sonic-neutron. Sedangkan lapisan berpori dapat ditentukan
berdasarkan pengamatan terhadap log SP, log resitivity, log caliper, dan log gamma ray.
Penentuan jenis lithologi, apakah shale atau batupasir atau batu gamping ataupun merupakan seri
pasir shale didasarkan pada defleksi kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun
fluida hidrokarbon dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-CNL dengan
berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.

Gambar 3.14. Simbol-Simbol yang Digunakan pada Interpretasi Log


(“Log Interpretation Charts”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

3.2.1.1. Identifikasi Lapisan Porous Permeabel


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan: defleksi SP, separasi resistivity,
separasi microlog, caliper log, dan gamma ray log. Adapun masing-masing log diatas dapat
diketahui sebagai berikut :
1. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas dengan air formasi
(terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel umumnya ditunjukkan dengan adanya
penambahan defleksi negatif (kekiri) dari shale base line.
2. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering ditunjukkan dengan adanya
separasi antara kurva resistivity investigasi rendah.
3. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan mengakibatkan terjadinya mud
cake pada dinding lubang bor. Dua kurva pembacaan akibat adanya mud cake oleh microlog
menimbulkan separasi pada lapisan permeabel dapat dideteksi oleh adanya separasi positif
(micro inverse lebih kecil daripada micro normal).
4. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga dapat memberikan pendeteksian lapisan
permeabel.
5. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radioaktif
dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi kurva gamma ray log, pada umumnya defleksi
kurva yang membesar menunjukkan intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan
defleksi menunjukkan intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan permeabel.
3.2.1.2. Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross thickness) dan
ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness) merupakan tebal lapisan
yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan dari suatu lapisan batuan. Sedangkan
ketebalan bersih (net thickness) merupakan tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari
bagian-bagian permeabel dalam suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan yang berbeda,
dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk mengetahui batas-batas
penyebaran suatu lapisan batuan secara menyeluruh, dimana pada umumnya digunakan untuk
maksud-maksud kegiatan eksplorasi. Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk
maksud-maksud perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta “net sand isopach”.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah: SP log, kurva
resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari defleksi kurva log – log
tersebut:
1. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan permeabel.
2. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
3. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan hasil penyebaran
yang vertikal.
4. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale, disamping itu dapat
digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing, biasanya dikombinasikan dengan neutron log.
3.2.2. Interpretasi Kuantitatif
Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan lithologi batuan,
tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi shaliness, harga porositas (Ф), saturasi air (Sw), dan
permeabilitas (K).
3.2.2.1. Penentuan Lithologi Batuan
A. M-N Plot
Pengeplotan dari tiga data log porositas (log sonic, log neutron, dan log density) untuk
interpretasi lithologi dapat dilakukan dengan M-N plot.
Persamaan dari M-N plot ini adalah sebagai berikut:
...................................................................... (3-19)
.................................................................................. (3-20)
Pada persamaan (3-19) maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah untuk
mempermudah skala, ФN dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk fresh mud diberikan
harga , ρf = 1, dan ФNf = 1. Untuk lebih jelas mengenai parameter matrik dan fluida serta harga
M dan N pada fresh mud dan salt mud dapat dilihat pada tabel III-3. Sedangkan untuk
mengidentifikasi mineral dan gas yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar
3.15.

Tabel III-3. Harga M dan N untuk Beberapa Mineral


(“Log Interpretation Principle/Aplication”, Schlumberger Educational Services, USA, 1989)

B. Chart Rhob dengan Nphi


Crossplot ini digunakan Untuk menentukan mineral-mineral clay yang terkandung pada lapisan
shale, dengan memasukkan harga dari density log dan dari neutron log. Pada chart ini terdapat
lima jenis mineral, yaitu quartz, montmorilonite, illite, kaolinite, dan chlorite. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 3.16.

3.2.2.2. Penentuan Resistivity Air Formasi (Rw)


Tahanan jenis air (Rw) merupakan parameter penting dalam menentukan harga saturasi air (Sw)
batuan selama menggunakan log listrik. Ada beberapa metode yang dgunakan untuk menentukan
resistivity air formasi, yaitu:

Gambar 3.15. Plot M-N


(“Log Interpretation Chart”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)

A. Analisis Air Formasi


Pengukuran harga Rw ini dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan melakukan
pencatatan terhadap temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga Rw pada temperatur
formasi dimana contoh air formasi tersebut berasal maka digunakan persamaan:
dalam oF ......................................... (3-21)
dalam oC ......................................... (3-22)

Gambar 3.16. Chart Rhob vs Nphi


(“Log Interpretation Chart”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
B. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:
Baca SSP pada kurva SP
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi:
dalam oF ............................................... (3-23)
dalam oC ................................................ (3-24)
Menentukan Rmfeq
.......................................................................... (3-25)
Menentukan konstanta SP
dalam oF ....................................................... (3-26)
dalam oC ......................................................... (3-27)
Menentukan Rweq dari SP
.................................................................................. (3-28)
Menentukan Rw dari gambar 3.17. dalam oF atau gambar 3.18. dalam oC
C. Metode Ratio
........................................................................................ (3-29)
Asumsi yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:
R(LLD) = Rt dan R(MSFL) = Rxo
Formasi bersih (Vcl < 15%)
Rw konstan
Formasi permeabel
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5

Gambar 3.17. Grafik SP-2


(“Log Interpretation Chart”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
Gambar 3.18. Grafik SP-2m
(“Log Interpretation Chart”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
3.2.2.3. Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan radioaktif alam yang tinggi,
sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan gambaran adanya shale, karena shale
mengandung radioaktif yang sangat tinggi. Pada formasi reservoir bersih biasanya mempunyai
tingkatan radioaktif rendah atau dapat disebut 0% shale. Dalam batuan reservoir shaly tingkatan
radioaktif tergantung dari kandungan shale. Pada kurva SP adanya shale akan mengakibatkan
defleksi SP akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP pada formasi bersih pada formasi air
asin begitu pula harga R (tahanan) juga turun.
Ada beberapa cara untuk menentukan adanya kendungan shale (Vsh) secara kuantitatif, yaitu
sebagai berikut :
a) Vsh SP Log
Harga Vsh dari SP log dapat ditentukan dari rumus:
 ....................................................................... (3-30)
dimana:
SP log = pembacaan kurva SP pada formasi yang dimaksud
SSP = harga pembacaan pada kurva SP maksimal
Vsh SP akan menjadi rendah pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena defleksi SP
tidak sebesar salt water. Oleh karena itu rumus diatas digunakan pada lapisan pasir yang terisi air
yang mempunyai tahanan batuan rendah sampai menengah serta baik untuk laminated shale.
b) Vsh Rt (Resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif (quartz) serta tidak
dijumpai adanya porositas tergantung dari tahanan clay dan isi clay itu sendiri.
......................................................... (3-31)
dimana:
Jika harga adalah 0,5 – 1 maka harga b = 1
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rsh = tahanan lapisan shale yang berdekatan dengan lapisan produktif
Rt = tahanan batuan dalam pengamatan
Rmax = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon (umumnya lapisan clean hidrokarbon)
c) Vsh GR (Gamma Ray)
Bila tingkat radioaktif clay konstan dan tidak ada mineral lain yang radioaktif, maka pembacaan
gamma ray setelah koreksi terhadap kondisi terhadap kondisi lubang bor dapat dinyatakan
sebagai fungsi linier:
GR = A + (B.Vsh) ................................................................... (3-32)
Yang mana harga Vsh dapat ditulis:
............................................................. (3-33)
dimana:
GRlog = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman
GRmin = pembacaan GR pada lapisan non shale
GRmax = pambacaan GR pada lapisan shale
d) Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
....................................................................... (3-34)
dimana:
ФN = harga porositas neutron pada pengamatan
ФNsh = harga porositas neutron dari lapisan yang berdekatan
3.2.2.4. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density log (semua formasi,
tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang kompak dan batuan shaly), dan sonic log
(dalam batuan keras dan consolidated atau kompak).

A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada porositas tetapi
juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan porositas harus mengetahui
lithologinya. Harga dari porositas neutron (ФN) dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
ФNlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (ФNc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФNsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan fluida batuan.
Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan ФD yang mempunyai harga sesuai
dengan persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (ФDc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФDsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang dianalisa, gr/cc
ρf = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density log. Harga
ФS dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
Δtlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk setiap
kedalaman, μ sec/ft
Δtma = transite time matrik batuan, μ sec/ft
Δtf = transite time fluida (air), μ sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi (Sw),
diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan Dual Water,
persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam penulisan tugas akhir ini,
persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia,
persamaan Dual Water, dan persamaan Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)

Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr)


....................................................................................... (3-47)
Menentukan porositas efektif
................................................................ (3-48)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................. (3-49)
B. Persamaan Dual Water
Menentukan volume shale
......................................................................... (3-50)
Menentukan porositas koreksi dari neutron dan density log terhadap shale
................................................................... (3-51)
…………………………………………. (3-52)
Menentukan porositas efektif
No gas: ………………........................................ (3-53)
With gas: …………………………………… (3-54)
Menentukan porositas total didekat lapisan shale
………………………………..…… (3-55)

Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
……………………………………………... (3-56)
…………………………………………………….. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
…………………………………………………….. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
……………………………………………………. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
……………………………………………………... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
……………………………………….…… (3-61)
……………………………………………………. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
Δtlog = interval transit time formasi, μsec/ft
Δtma = interval transit time matriks batuan, μsec/ft
Δtf = interval transit time fluida, μsec/ft (189 μsec/ft untuk fresh mud, 185 μsec/ft untuk salt
mud)
Δtsh = interval transit time shale, μsec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ρma = densitas matriks batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk, gr/cc
ρf = densitas fluida, gr/cc
ρsh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)

Menentukan saturasi air formasi


............................. (3-72)
dimana:
Rw = resistivity air formasi, ohm-m
Rt = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m
Ф = porositas koreksi terhadap volume shale, fraksi
Vsh = volume shale
Rsh = resistivity shale, ohm-m
3.2.2.6. Menentukan Permeability
Selain menghasilkan hasil akhir berupa harga Vsh, Φe, dan Sw ELANPlus juga mengeluarkan
hasil permeability (K). Permeability yang digunakan pada tugas akhir ini adalah permeability
dari hasil ELANPlus. Semua data log yang dimasukkan ke ELANPlus ini diproses oleh
ELANPlus itu sendiri yang menghasilkan output harga permeability yang diinginkan.
Permeability yang dihasilkan ELANPlus dapat dilihat pada gambar 3.19.
PEMILIHAN KOMBINASI LOGGING
PEMILIHAN KOMBINASI LOGGING YANG OPTIMUM

Kombinasi logging optimum adalah kombinasi logging sumuran yang minimal yang mampu
menghasilkan data petrofisik yang diinginkan dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
Untuk mendapatkan suatu kombinasi logging sumuran yang optimum, maka perlu dilakukan
pemilihan terhadap berbagai jenis logging sumuran yang tersedia di lapangan atau ditawarkan
oleh berbagai perusahaan jasa logging, seperti Schlumberger, Western Atlas, Wellex, dan lain-
lain. Agar diperoleh data petrofisik yang akurat dari kombinasi logging sumuran, maka dalam
pemilihan alat haruslah tepat dan disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya.

5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kombinasi Logging Yang Optimum


Dalam pemilihan kombinasi alat logging yang optimum, haruslah disesuaikan dengan kondisi
lingkungan lubang sumur yang akan dilogging. Dengan mengidentifikasikan kondisi lubang
sumur, akan meminimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi operasi logging nantinya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan kombinasi logging, antara lain: jenis fluida
pemboran, jenis formasi batuan reservoir, invasi mud filtrat, kondisi lubang bor, ketebalan
lapisan formasi, distribusi porositas dan resistivitas dan kondisi optimum alat log itu sendiri.
Dalam mengkombinasikan peralatan logging juga perlu diperhatikan data-data apa yang
diinginkan sehingga terjamin keakuratan datanya.

5.1.1. Jenis Lumpur Pemboran


Jenis fluida pemboran akan berpengaruh terhadap pemilihan log listrik, khususnya pemilihan
resistivity log. Pemilihan resistivity log berdasarkan atas kadar garam dari lumpur pemboran.
Induction log lebih optimum untuk sumur dengan lumpur air tawar, sedangkan laterolog
optimum untuk lumpur air asin.
Ada beberapa jenis lumpur pemboran yang umum digunakan sebagai fluida pemboran, yaitu :
lumpur dasar air (water base mud), oil base mud dan oil base emulsion mud, serta fluida
gas/udara (gaseous drilling fluids/empty hole).
5.1.1.1. Water Base Mud
Lumpur jenis ini dibagi menjadi dua macam, yaitu fresh water mud dan salt water mud.
A. Lumpur Air Tawar (Fresh Water Mud)
Lumpur ini mempunyai kadar garam rendah ( kurang dari 10.000 ppm atau 1% berat garam dan
kadar Ca kurang dar 50 ppm). Dimana fasanya adalah air tawar. Lumpur ini akan mempengaruhi
pengukuran log listrik sehingga pengukuran resistivity tinggi. Ada beberapa lumpur yang
termasuk disini, yaitu :
Spud Mud/Natural Mud, lumpur ini merupakan lumpur yang biasa digunakan pada permulaan
pemboran (pemasangan casing conductor), sehingga tidak akan berpengaruh pada logging.
Chemicals Threated Muds, lumpur ini merupakan lumpur yang ditambah pengobatan kimia
(additive), seperti : bentonite treated, phospat treated, caustic muds, dll.
Bahan-bahan yang ditambahkan akan mempengaruhi sifat kelistrikan. Pada dasarnya lumpur ini
memiliki sifat tidak menghantarkan listrik (resistivitas tinggi) dan konduktivitas rendah, akan
tetapi seperti adanya Galena akan menambah sifat konduktivitas lumpur tersebut. Sedangkan
untuk bahan-bahan lainnya, sangat sedikit pengaruhnya terhadap sifat kelistrikan batuan tersebut.
B. Lumpur Air Asin (Salt Water Mud)
Lumpur ini mempunyai kadar garam tinggi, lebih dari 10.000 ppm. Adanya kadar garam ini baik
unsaturated salt water mud (lumpur yang dijenuhi oleh NaCl/garam) dapat menimbulkan sifat
fluida/lumpur yang konduktif, sehingga menyebabkan pengukuran resistivity yang rendah.
Lumpur ini antara lain dicirikan dengan adanya filtrat loss yang besar sekali, kecuali ditreated
dengan organic colloid sehingga membentuk mud cake yang tebal. Meskipun pengaruh terhadap
logging sangat buruk, lumpur ini biasanya digunakan pada kondisi yang khusus seperti pada
pemboran formasi garam.
5.1.1.2. Oil Base Mud
Lumpur ini mempunyai kadar minyak sebagai fasa kontinyu dengan kadar air rendah (3%-5%),
maka lumpur ini relatif tidak sensitif terhadap kontaminasi air. Dan disamping itu akan bersifat
tidak konduktif dan mempunyai harga resistivity yang tinggi sehingga mempengaruhi peralatan
logging terutama log listrik. Karena filtratnya yang kecil, dapat menyulitkan pengukuran yang
menggunakan pengaruh adanya invasi lumpur.
5.1.1.3. Gaseous Drilling Fluids
Biasanya digunakan untuk daerah yang mempunyai formasi keras dan kering. Gas atau
mempunyai sifat tidak konduktif (tidak mengalirkan arus listrik), sehingga dapat mempengaruhi
alat-alat logging (khususnya yang berhubungan dengan adanya arus listrik).
5.1.2. Jenis Batuan Reservoir
Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh jenis batuan formasi.
Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, kita
akan memilih alat logging yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan
dilogging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat. Terdapat tiga jenis formasi
batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini yaitu :
A. Formasi lunak (soft formation)
Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (uncosolidated). Tahanan batuan kecil
sampai dengan menengah. Mempunyai porositas besar lebih dari 20%. Karena memiliki Φ>20%,
diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d: diameter lubang bor). Batuannya yaitu pasir
(sandstone) dan shale (shaly sand).

B. Formasi sedang (intermediate formation)


Yaitu formasi yang cukup kompak (moderate consolidated). Tahanan formasi sedang dan
mempunyai porositas antara 15% - 20%. Diameter invasi lumpur Di = 3d. Golongan formasi ini
adalah batu pasir.
C. Formasi keras (hard formation)
Formasi ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang. Tahanan batuan sangat tinggi.
Porositasnya kurang dari 15%, diameter invasi lumpur (Di) = 10d. Jenis batuan keras limestone
dan dolomite.
5.1.3. Invasi Mud Filtrat
Proses banyaknya air filtrat lumpur yang masuk ke dalam formasi selama pembentukan mud
cake di dalam lubang bor dikenal sebagai invasi mud filtrat(filtrat loss). Banyaknya filtrat loss
yang masuk ini tergantung dari jenis lumpur pemborannya dan lapisan batuan yang dibor. Jauh
dekatnya filtrat loss yang menginvasi zona porous permeabel tergantung dari porositas dan
permeabilitasnya, dimana bila porositas kecil dan permeabilitas batuannya besar maka invasi
filtrat lumpur akan jauh, tapi jika porositas besar dan walaupun permeabilitas juga besar maka
invasi filtrat lumpur akan dangkal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter filtrat lumpur atau diameter zona yang terinvasi
antara lain :
Jenis lumpur.
Perbedaan tekanan antara lumpur dan formasi.
Permeabilitas batuan.
Porositas batuan.
Proses pemboran.
Jenis Lumpur
Jumlah air filtrat yang terinvasi ke dalam formasi tergantung kepada additive dan tipe material
yang digunakan untuk membuat lumpur. Setiap jenis lunpur akan mempengaruhi diameter
invasi, terganung kepada sifat water loss dari lumpur tersebut.
Perbedaan Tekanan antara Lumpur dan Formasi
Perbedaan tekanan yang ada antara kolom lumpur dan formasi, dimana tekanan kolom lumpur
lebih besar dari tekanan formasi dengan maksud untuk mencegah terjadinya kick dan akan
menyebabkan air filtrat lumpur masuk ke dalam formasi yang permeabel. Gambaran rata-rata
beda tekanan yang bagus adalah kurang lebih 100 psi.
Permeabilitas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke dalam formasi yang permeabel, sehingga permeabilitas batuan yang
besar akan mendukung masuknya mud filtrat mencapai kedalaman invasi yang cukup jauh.
Tetapi dengan bertambahnya waktu, kemudahan masuknya mud filtrat ke dalam formasi semakin
menurun seiring dengan terbentuknya mud cake.

Porositas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke formasi yang porous, sehingga porositas batuan merupakan faktor
penentu kedalaman invasi. Porositas batuan besar maka kedalaman invasi semakin menurun,
karena formasi yang mempunyai volume pori per foot yang besar, kapasitas penyimpanan mud
filtrat akan besar pula. Mud filtrat yang masuk ke dalam formasi yang memilki porositas batuan
besar akan memenuhi pori batuan terlebih dahulu sebelum invasi lebih jauh. Sehingga
kedalaman invasinya lebih dangkal bila dibandingkan dengan formasi yang memilki porositas
batuan kecil.

Diameter invasi mud filtrat merupakan fungsi dari porositas dan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
ϕ > 20 %, Di = 2d
20 % > ϕ > 15 %, Di = 3d
15 % > ϕ > 10 %, Di = 4d
10 % > ϕ > 5 %, Di = 10d
Keterangan :
Di = diameter invasi mud filtrat, ft
d = diameter lubang bor, ft
ϕ = porositas, %
Proses Pemboran
Proses pemboran juga berpengaruh terhadap kedalaman invasi mud filtrat, karena selama proses
pemboran memungkinkan mud cake yang sebelumnya sudah terbentuk pada dinding sumur
mengalami kerusakan (terkikis sebagian atau total). Kerusakan dari mud cake ini mengakibatkan
proses invasi terulang lagi untuk membentuk mud cake baru, sehingga mud filtrat semakin
bertambah dan invasinya semakin dalam.

5.1.4. Kondisi Lubang Bor


Adanya kondisi lubang bor yang kurang baik dapat mempengaruhi pembacaan parameter-
parameter reservoir. Kombinasi logging dipengaruhi oleh adanya selubung lubang bor atau
casing. Tidak semua alat logging dapat menembus casing. Data-data pemboran yang didapat
untuk mengetahui kondisi lubang bor antara lain : diameter lubang bor, diameter bit yang
mendeteksi terjadinya guguran pada dinding lubang bor, dan kedalaman lubang bor.
5.1.5. Ketebalan Lapisan Porous
Setiap jenis log akan mengukur karakteristik formasi porous dengan akurat apabila ketebalan
lapisan yang diukur lebih besar dari jarak (spasi) antar elektrodanya. Maka data ketebalan lapisan
akan menjadi acuan dalam pemilihan setiap jenis log, khususnya jenis log resistivity. Sebagai
contoh, jka ketebalan lapisan porous tipis – tipis disarankan menggunakan jenis alat log yang
mempunyai sistem difokuskan ( microspherical focus log, laterolog, induksi log ).
5.1.6. Distribusi Porositas dan Resistivitas
Pada dasarnya semua logging dirancang dengan batasan pengukuran tertentu. Oleh arena itu,
memilih porosity tool maupun resistivity tool yang sesuai perlu memperhatikan distribusi
porositas dan resistivitas batuannya. Dengan mengetahui variasi harga ini, maka dapat ditentukan
porosity tool dan resistivity tool yang sesuai.
Batuan unconsolidated untuk formasi yang bersih dari clay (clean sands) porositasnya lebih besar
dari 25%, sedangkan untuk shaly sand mempunyai porositas lebih dari 20%, biasanya
mempunyai tahanan batuan antara kecil sampai menengah (low resistivity-moderate resistivity).
Moderately consolidated memiliki porositas antara 15% - 20% , biasanya mempunyai tahanan
formasi batuan sedang (intermediate resistivity). Batuan yang tight mempunyai porositas batuan
yang kecil atau dibawah 15%, sehingga mempunyai tahanan batuan sangat tinggi (high
resistivity).
Untuk mengetahui distribusi porositas dan resistivitas batuan, dapat dilakukan pendekatan
dengan mengolah data porositas dan resistivitas hasil pengukuran logging dari sumur eksplorasi
dengan metode statistik. Hasil analisa stastistik ini biasanya disajikan dalam bentuk grafik
frekuensi, seperti grafik histogram dan grafik polygon.
Gambar 5.1.Bentuk Histogram dan Polygon yang Menunjukkan Batuan Tight

Gambar 5.2.Bentuk Histogram dan Polygon yang Menunjukkan Batuan Consolidated

Gambar 5.3. Bentuk Histogram dan Polygon yang Menunjukkan Batuan yang Unconsolidated

Pada gambar 5.1. grafik polygon lebih condong ke arah porositas dibawah 15 %, berarti
batuannya merupakan batuan tight. Sedangkan pada gambar 5.2. grafik polygon cenderung
simetris, artinya batuan tersebut moderately consolidated. Pada gambar 5.3. menunjukkan grafik
polygon yang condong ke arah porositas diatas 25 %, artinya batuan yang unconsolidated.
5.1.7. Kondisi Optimum Masing – Masing Alat Log
Untuk mendapatkan data yang maksimal, diperlukan alat-alat log pada kondisi optimum. Berikut
ini adalah tabulasi jenis-jenis alat logging beserta kondisi optimumnya
Tabel 5-1
Kondisi Optimum Alat Logging
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
LITHOLOGI TOOL SP log Membedakan lapisan porous permeabel (sandstone, limestone,
dolomite) dari lapisan nonpermabel (shale dan clay)
Menentukan nilai Rw
Menentukan batas dan ketebalan lapisan
Digunakan pada lumpur jenis water base mud
Rm ≠ Rw
Pada clean sand formation
Open hole
Invasi lumpur dangkal
GR log Menentukan lapisan permeabel
Membedakan lapisan-lapisan shale dan non shale.
Mengetahui besarnya kandungan clay (Vclay)
Mendeteksi mineral-mineral radioaktif Open hole maupun cased hole
Kedalaman penetrasi 6-12 inch
Resolusi vertikal ±3 ft
RESISTIVITY TOOL Conventional Resistivity Log Normal log Untuk short normal adalah
menentukan Ri
Untuk long normal adalah menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur pemboran konduktif
Lubang bor open hole
Ketebalan lapisan lebih besar daripada spacing

Lanjutan
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Conventional Resistivity Log Lateral log Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur jenis water base mud
Open hole
Susunan sand dan shale yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft – 24 ft
Range resistivity antara 1-500 Ohm-meter
Focused Log Laterolog Laterolog 7 Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur pemboran yang konduktif
Ketebalan lapisan > 32 in
Rmf / Rw < 5 Diameter lubang bor > 12 in
Invasi lumpur > 40 in
Rxo atau Ri < Rt Rt/Rm > 50
Laterolog 3 Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan Resolusi vertikal 3 – 6 in
Lumpur pemboran yang konduktif
Tebal lapisan > 12 in
Rmf / Rw < 5 Rt/Rm > 50
Rxo < Rt Resisitivtas > 200 ohm-meter

Lanjutan
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Focused Log Laterolog Laterolog 8 Mengukur harga Ri
Lumpur pempboran yang konduktif
Open hole
Rmf > 2Rw
Harga resistivitas < 200 ohm-meter Dual Laterolog Menentukan resistivitas zona shallow dan
deep Resistivitas 0,2 – 40000 ohm Resolusi vertikal 2 ft Rmf < 2 Rw Kecepatan logging 5000 –
6000 ft/hr Kombinasi dengan Rxo log Lumpur jenis salt water base mud Rasio kontras yang
tinggi dari Rt/Rm SFL Menentukan Rt Lumpur pempboran yang konduktif Open hole Rmf >
2Rw
Harga resistivitas < 200 ohm-meter Resolusi vertikal ±1 ft Kecepatan logging 5000-6000 ft/jam
Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM RESISTIVITY TOOL
Microresistivity Log Microlog Menentukan Rxo Menentukan zona permeabel Sebagai inidikator
lapisan porous permeabel di dalam susunan sand-shale dengan range resistivity batuan formasi
antara 0,5 sampai 100 ohm-meter. Porositas batuan lebih besar dari 15 %. Rxo/Rmc lebih kecil
dari 15. Ketebalan mud cake kurang dari 0,5 inch. Kedalaman invasi lumpur 4 inch atau lebih
besar. Microresistivity log Menentukan harga Rxo dimana apabila menggunakan microlog
hasilnya kurang akurat Kondisi lumpur salt mud. Porositas batuan medium (lebih kecil dari 15
%) Range tahanan formasi berkisar 0,5-100 ohm meter. Ketebalan mud cake lebih kecil dari 0,25
inch. Rxo/Rmc lebih besar dar 15. Kedalaman invasi filtrat lumpur lebih besar atau minimal
sama dengan 4 inch. Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Microresistivity Log Proximity log Menentukan Rxo Digunakan pada
batuan karbonat atau sand. Porositas batuan medium. Lumpur water base mud. Range tahanan
batuan berkisar 0.5-100 ohm-meter. Invasi lumpur cukup dalam. Ketebalan mud cake lebih kecil
dari 3/4 inch SFL Menentukan Rxo Didalam lapisan invaded carbonate atau sand Lumpur jenis
fresh water base mud Porositas batuan medium (<15%) Open hole Kedalaman invasi filtrat
lumpur > 4”
Ketebalan mud cake 3/4” – 3/8”
Harga resistivitas batuan formasi 0,5 - 100 ohm-meter
Induction log Dual Induction log Menentukan Rt Resistivitas formasi rendah (Rt < 10) Ketebalan
lapisan antara 5-6 ft Rmf /Rw > 20
Rt/Rm < 10 D < 10 in Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
POROSITY TOOL Density log FDC Menentukan ρ_b Kondisi lubang bor yang tidak kasar
Open hole Densitas batuan formasi 2 – 2,9 gr/cc Kedalaman penetrasi 4 in Vertical bed
resolution 3 ft Kecepatan logging 1800 ft/hr LDL Menentukan Pe Menentukan ρ_(b ) Formasi
batuan unconsolidated sand Open hole Porositas antara 20% - 40% Densitas batuan formasi yang
rendah Neutron log SNP Menentukan porositas formasi Kondisi open hole Diameter lubang bor
7 7/8 in Temperatur 75º F Resolusi vertikal 2 ft Kedalaman investigasi 8 in CNL Menentukan
porositas formasi dengan merasakan jarak fast neutron travel pada formasi Kondisi open hole
Diameter lubang bor 7 7/8 in Temperatur 75º F Resolusi vertikal 3 ft Porositas antara 11% - 22%
Kedalaman investigasi 10 in Kecepatan logging 1800 ft/hr Sonic log BHC Mengukur
compressional interval transit time formasi (∆tc) Identifikasi lithologi Vertical resolution 2 ft
Kedalaman penetrasi 1 in Kecepatan logging 5000 ft/hr Formasi kompak (porositas 15 % - 25 %)
Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled hole
Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM POROSITY TOOL Sonic
log LSS Mengukur shear interval transit time (∆ts) Merekam sifat mekanik batuan Identifikasi
lithologi Korelasi yang lebih baik pada data sesimik Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur,
tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled hole Open hole Porositas antara 20% - 40%
Unconsolidated sand formation LOG TAMBAHAN Dipmeter log Mengetahui arah dan besar
penyimpangan lubang bor Pemetaan bawah permukaan. Resistivitas tinggi ( >200 ohm-m)
Diameter lubang bor ± 8 inch
Dip > 10º
Caliper log Mengukur diameter lubang bor
Korelasi lithologi
Menyeleksi gauge section untuk setting packer Dapat mengukur lubang bor dengan diameter
sampai 36 inch

5.2. Pemilihan Kombinasi Logging yang Optimum Untuk Menentukan Lapisan Produktif
5.2.1. Prosedur Pemilihan Kombinasi Logging yang Optimum
A. Pengumpulan Data – Data Yang Mempengaruhi Pemilihan Kombinasi Logging yang
Optimum
Persiapan/pengumpulan data “borehole environtment” yang akan disurvey log. Data tersebut
dapat dikoleksi/dikumpulkan dari data sumur sebelumnya (sumur eksplorasi).
Kegiatan/studi pemilihan kombinasi log optimum biasanya dilakukan setelah proses pemboran
eksplorasi berhasil menemukan lapisan-lapisan porous-permeabel mengandung hidrokarbon,
untuk program penilaian formasi sumur-sumur pengembangan (development well).
Data yang perlu disiapkan :
Jenis fluida pemboran
Jenis batuan reservoir yang akan disurvey
Karakteristik invasi filtrat lumpur (diameter zona yang terinvasi filtrat)
Kondisi lubang bor (variasi diameter lubang bor)
Ketebalan lapisan-lapisan porous-permeabel produktif
Distribusi porositas dan resitivitas lapisan-lapisan porous-produktif
Kondisi optimum pengukuran dari peralatan log yang ada
B. Mempelajari dan Memahami Kondisi Optimum Dari Setiap Jenis Alat Log
Mempelajari/memahami kondisi optimal dari setiap log yang ada dipasaran atau yang disarankan
oleh company sangat penting untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan secara akurat.
Karena tidak mungkin satu alat log bisa cocok untuk semua kondisi. Sebagai contohnya, SP log
akan optimal penggunaannya apabila digunakan pada kondisi open hole, clean sand formation,
dengan porositas batuan yang cukup besar, invasi filtrate lumpur yang dangkal,serta
menggunakan lumpur jenis water base mud. Kondisi optimum dari peralatan logging dapat
dilihat pada tabel 5-1.
C. Memilih Jenis Alat Logging Yang Sesuai Dengan Kondisi Lubang Bor
1. Jenis lumpur pemboran yang digunakan :
Fresh water base muds, semua jenis alat logging yang dapat digunakan, khusus untuk pemilihan
resistivity tools, induction log lebih optimum digunakan.
Salt water base muds, semua jenis alat logging dapat digunakan. Khusus untuk pemilihan
resistivity tools, laterolog lebih optimum digunakan.
Oil base muds, pada kondisi ini resistivity tools yang biasa digunakan adalah induction log, dan
untuk pemilihan alat logging lain yang dapat digunakan antara lain : gamma ray, neutron log,
density log dan sonic log.
Gaseous Drilling Fluid, dapa kondisi ini resistivity tools yang bisa digunakan adalah induction
log, dan untuk pemilihan alat logging lain yang dapat digunakan antara lain : gamma ray,
neutron log, density log dan sonic log.
2. Jenis Batuan Formasi
Sandstone : untuk kondisi clean maupun shaly sand dengan zona air, SP dapat digunakan dengan
optimum.
Limestone : SP log akan bergerak lamban, pada kondisi ini GR log dapat digunakan dengan
optimum dan juga dapat memberikan nilai Vclay yang lebih baik.
Dolomite : GR log lebih optimum digunakan.
Shale : GR log, dengan mengabaikan komponen uranium dapat memberikan Vclay yang lebih
baik.
Shalysand : SP log dan GR dapat digunakan dengan mengoreksi kandungan shale.
Carbonate : GR log lebih superior untuk membedakan antara lapisan permeabel dan non-
permeabel.
3. Kedalaman Invasi Mud Filtrat :
Invasi zona flushed zone (1-6 inch) :
Microlog
Proximity log
Microlaterolog
Micro Spherically Focused log
Invasi dangkal (0,5-1,5 ft)
16” Normal log
Spherically Focused log
Laterolog 8
Invasi medium (1,5-3 ft)
64” Normal log
Medium Induction log
Laterolog 7
Laterolog 3
Invasi dalam (> 3ft)
18 ft Lateral log
Deep induction log
Deep Laterolog

4. Kondisi Lubang Bor :


Open hole : semua jenis logging tools dapat digunakan
Cased hole :Gamma Ray Log dan Neutron Log dapat digunakan kecuali untuk jenis SNP dan
CNL.
Varisasi diameter lubang bor : Capiler.

5. Ketebalan Lapisan Produktif :


a. Lapisan tipis (≤ 3 ft) :
Microlaterolog
MSFL
Laterolog Shallow
Laterolog Deep
b. Lapisan tebal (≥ 3 ft) :
SP log
Conventional Resistivity Log
Shallow Induction Log
Medium Induction Log
Deep Induction Log
Shallow Laterolog
Deep Laterolog
6. Distribusi Porositas dan Resistivitas :
Distribusi porositas
0 < Φ > 20% : Neutron Log
15% < Φ > 25% : Sonic Log
20% < Φ > 40% : Density Log
Distribusi Resistivitas
Resisitivity antara 0 – 50 ohm-m :
- Conventional Resistivity Log
Resistivity < 200 ohm-m : Penentuan harga Rt : Deep Induction Log Induction (6FF40)
Penentuan harga Rxo : Medium Induction Log Shallow Induction Log Spherically Focused Log
Laterolog-8 Penentuan harga Rmc : Microlog Proximity Log Resisitivity > 200 ohm-m :
Penentuan harga Rt :
Deep Laterolog
Penentuan harga Rxo:
Laterolog-7
Laterolog-3
Shallow Laterolog
Penentuan harga Rmc :
Microlaterolog
MSFL

D. Menentukan Kombinasi Peralatan Logging Yang Terpilih.


Menentukan kombinasi peralatan logging yang terpilih terdiri dari lithology tools, resistivity
toolsdan porosity tools, dengan pertimbangan-pertimbangan pada poin A, B dan C tersebut
diatas.

E. Uji Keakuratan Data Hasil Pengukuran Komposisi Kombinasi Log yang Optimum
Setelah ditentukan kombinasi log, maka proses logging dilakukan. Setelah didapatkan data hasil
dari kombinasi logging, maka dilakukan uji keakuratan data hasil dari pengukuran komposisi
kombinasi log terpilih, menggunakan pendekatan statistik.
Akurat, jika harga porositas hasil log sama atau mendekati data porositas hasil analisa core (pada
lapisan yang sama).
Membuat plot Φ log (sumbu x) vs Φ core (sumbu y)
Analisa korelasi dan regresi
Jika kurang akurat (terjadi perbedaan yang tajam antara Φlog terhadap Φcore, dilakukan
pemilihan kembali kombinasi log yang lain (point D)
Gambar 5.4. Korelasi porositas hasil analisa core vs hasil logging

F. Memutuskan Kombinasi Logging Yang Optimum Berdasarkan Hasil Uji Keakuratan


Kombinasi logging yang optimum adalah kombinasi log yang dapat menghasilkan data porositas
yang sama atau mendekati data porositas hasil dari analisa core.

5.3. Interpretasi Logging


Hasil rekaman sifat-sifat batuan dapat diinterpretasikan baik interpretasi secara kualitatif maupun
kuantitatif. Interpretasi kualitatif log didasarkan atas bentuk (defleksi) kurva dari log yang
tergambar dalam slip log, yang umumnya dipengaruhi oleh jenis lithologi, kandungan fluida dan
mineralnya. Dari interpretasi ini dapat ditentukan lapisan porous permeabel, pada kedalaman
berapa lapisan tersebut berada, batas-batas dan ketebalan lapisan, serta kandungan dalam batuan
formasi. Setelah dilakukan interpretasi kualitatif, langkah selanjutnya adalah melakukan
interpretasi kuantitatif. Dari interpretasi kuantitatf dapat ditentukan/dihitung parameter-
parameter reservoir seperti porositas dan saturasi air. Dimana data-data tersebut diolah dari
rekaman hasil log menggunakan rumus pendukung dan chart. Data-data yang telah diolah dapat
digunakan untuk memperkirakan cadangan hidrokarbon di tempat secara akurat.

5.3.1. Interpretasi Kualitatif


Dalam menganalisa logging ini, pasti diperlukan pengamatan (interpretasi kualitatif) pada
lapisan formasi yang diperkirakan akan produktif. Adapun pengamatan ini dapat berupa
pengamatan : identifikasi kedalaman lapisan porous permeabel, batas dan ketebalan lapisan,
identifikasi lithologi, identifikasi minyak, gas dan air.

5.3.1.1. Identifikasi Kedalaman Lapisan Porous Permeabel


Dari identifikasi ini, akan dapat diketahui pada kedalaman berapa saja lapisan porous permeable
berada.
Defleksi SP
Dengan menggunakan SP log, akan dapat diketahui lapisan shale dan non-shale. Bilamana
lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas dengan air formasi (terutama lumpur air
tawar/water base mud), lapisan-lapisan porous permeabel umumnya ditunjukkan dengan adanya
penambahan defleksi negatif dari shale base line. Sedangkan pada formasi shale yang ketat akan
terjadi defleksi positif, yaitu ke arah kanan dari shale base line.
Separasi Resistivity
Adanya lapisan porous permeabel sering ditunjukkan dengan adanya separasi antara kurva
resistivity investigasi dalam dengan investigasi rendah. Pada zona yang mengadung air, jika Rmf
lebih besar dari Rw, Rxo menjadi lebih besar dari Rt, sehingga pembacaan resistivitas daerah
dangkal lebih besar daripada daerah pengukuran dalam. Sedangkan pada lapisan yang
mengandung hidrokarbon, perbedaan antara Rxo dan Rt akan kecil, tergantung Rmf/Rw dan
Sw/Sxo.
Separasi Microlog
Proses invasi lumpur pada lapisan permeabel akan mengakibatkan terjadinya mud cake pada
dinding lubang bor. Dua kurva hasil dari pembacaan akibat adanya mud cake oleh microlog akan
menimbulkan separasi, pada lapisan permeabel dapat dideteksi oleh adanya separasi positif
(micro invers < micro normal). Caliper Log Dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya
caliper log dapat digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake. Sehingga dapat
memberikan/membantu pendeteksian lapisan permeabel. 5.3.1.2. Batas dan Ketebalan Lapisan
Porous Permeabel Batas lapisan biasanya ditunjukkan dengan adanya perubahan lithologi atau
porositas dan permeabilitas batuan. Kurva yang digunakan diharapkan harus sensitif terhadap
perubahan agar memberikan definisi vertikal yang baik. Ketebalan lapisan porous permeabel
ditentukan dengan mengurangi kedalaman top struktur dengan kedalaman bottom struktur dari
lapisan tersebut. Kedalaman top struktur yang dimaksud adalah kedalaman dimana ada
perubahan lithologi atau porositas dan permeabilitas batuan yang mengindikasikan bahwa
lapisan tersebut adalah lapisan porous permeable. Sedangkan kedalaman bottom struktur adalah
kedalaman yang menunjukkan terjadinya perubahan dari lapisan porous permeabel menjadi
lapisan bukan porous permeabel. Log yang umum digunakan adalah : Kurva SP Dengan log ini
dapat membedakan lapisan shale dengan lapisan non-shale. Saat terjadi perubahan dari lapisan
shale menjadi lapisan non-shale (lapisan porous permeable), maka kedalaman tersebut dicatat
sebagai kedalaman top struktur. Pada saat alat terus diturunkan, diindikasikan lapisan berubah
dari lapisan porous permeable menjadi lapisan shale, dicatat sebagai kedalaman bottom struktur.
Selisih dari kedalaman top dan bottom struktur dicatat sebagai ketebalan dari lapisan porous
permeable. Kurva Resistivity Alat yang terbaik dalam pembacannya adalah laterolog/induction.
Karena pada pengukuran dengan menggunakan laterolog sangat sedikit pengaruh adanya dua
lapisan yang berdekatan (adjacent beds), dapat mengidentifikasi zona yang tipis, dan dapat
optimal pada salt mud dimana alat resistivitas yang lain tidak dapat bekerja. Kurva
Microresistivity Log Pada kondisi lumpur yang baik (fresh mud) dapat memberikan hasil
penyebaran vertikal yang baik. Log Sinar Gamma Log ini dapat membedakan adanya shale dan
bukan shale, disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang dicasing, dalam oil base mud
dan gas filled hole. Sama seperti pada SP log, dari gamma ray log akan dapat menunjukkan batas
dan ketebalan lapisan porous permeable. Perlu diperhatikan pengukuran batas lapisan dan
ketebalan lapisan, harus diperhatikan pula masalah kondisi optimum masing-masing alat log
tersebut. 5.3.1.3. Identifikasi Lithologi Setelah mengetahui kedalaman, batas lapisan dan
ketebalan dari lapisan porous permeabel, selanjutnya kita mengidentifikasi lithologi dari lapisan
tersebut. Dari informasi lithologi yang didapat, bisa diprediksi masalah yang akan ditemui
beserta penanganannya. Contohnya apabila jenis lithologi dari lapisan tersebut adalah sandstone.
Maka mungkin saja terjadi problem kepasiran dan bisa ditentukan bagaimana penanganan dari
masalah tersebut. Dengan FDC log akan didapatkan nilai ρb. Sebagai contoh, nilai ρb yang
didapat dari log adalah 2,87. Maka jenis batuannya adalah dolomite. Dengan LDL akan
didapatkan nilai Pe. Nilai Pe yang didapat 1,81 maka jenis batuannya adalah sandstone. Dengan
BHC akan didapatkan nilai tma sebesar 54 µsec/ft. maka jenis batuannya adalah sandstone. Dari
LDL diketahui nilai shear dan compessional travel time (ts dan tc). apabila ts/tc = 1,9 maka jenis
batuannya adalah limestone. 5.3.1.4. Identifikasi Minyak, Gas dan Air Identifikasi minyak, gas
dan air dapat dilakukan dengan mengamati resistivity log dengan mendasarkan kepada sifat air,
minyak dan gas. Karena minyak mempunyai sifat resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan air, maka pada kurva log menunjukkan harga yang tinggi dibandingkan dengan air. Gas
dan minyak dibedakan dengan ketajaman kurva, dimana gas akan lebih tajam kurvanya
dikarenakan sifatnya yang lebih resistif daripada minyak. Sedangkan batas minyak dan air
ditentukan oleh perubahan resistivitas dari besar ke kecil. Hasil pengamatan dari resistivity log
dibandingkan terhadap hasil pengukuran log FDC-CNL. Air dan minyak mempunyai indeks
hidrogen yang tinggi, sehingga pada kurva log akan menunjukkan harga yang rendah. Sedangkan
gas menunjukkan indeks hidrogen tinggi pada kurva neutron, tetapi densitas gas lebih kecil
daripada air dan minyak. Adanya gas, minyak dan air bisa ditandai dengan adanya separasi
antara kurva neutron dan density. Gas teridentifikasikan dengan separasi yang lebih besar
daripada minyak dan air, dimana kurva neutron berada disebelah kanan kurva density. Dengan
pengamatan sifat-sifat tersebut, maka dapat diperkirakan kandungan fluida formasi. 5.3.1.5.
Evaluasi Shaliness Pada shale 100% Gamma-Ray Log dapat mendeteksi adanya tingkatan
radioaktif alam yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan gambaran adanya
shale. Pada reservoar bersih biasanya mempunyai tingkatan radioaktif yang rendah atau dapat
disebut 0% shale. Dalam batuan reservoar shaly tingkatan radioaktif tergantung dari kandungan
shale. Pada kurva SP adanya shale defleksi SP akan menurun (kekanan) mulai dari defleksi SP
pada formasi bersih pada formasi air (air asin). Ada beberapa cara untuk menentukan adanya
kandungan clay (Vclay) seca-ra kwantitatif, sebagai berikut : Vclay SP Log. Harga Vclay dari SP
log ini dapat diturunkan dengan rumus sebagai berikut
………………………………......................( 5-1 ) dimana : SP log = pembacaan kurva SP pada
formasi SSP = harga pembacaan kurva SP maksimum Vclay SP akan menjadi tinggi pada
lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena defleksi SP tidak sebesar pada lapisan air asin.
Oleh karena itu rumus tersebut diturunkan dalam lapisan pasir yang berisi air dan mempunyai
tahanan batuan rendah sampai menengah serta baik untuk laminated shale. Vclay Rt (resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif, quartz serta tidak
dijumpainya adanya porositas adalah tergantung dari tahanan clay dan isi didalam clay itu
sendiri. Kondisi ini dapat dinyatakan dalam rumus Archie, sebagai berikut : Rt = Rclay /
(Vclay)b Jika formasi yang ada porositas kecil dan berisi air akan menurunkan tahanan batuan,
sehingga : (Vclay)Rt = (Rclay/Rt)1/b Vclay ………………………………......(5-2 ) dari
penelitian diperoleh hasil bahwa : jika harga Rclay/Rt = 0,5 – 1, harga b = 1 jika harga Rclay/Rt
< 0,5 harga b = 2 Gambar 5.5 Kurva Vcla y VS Rt sedangkan untuk lapisan shaly mengandung
hidrokarbon, dapat dicari dengan rumus : (Vclay) Rt = ……………………………( 5-3 ) dimana
: Rclay = tahanan lapisan clay yang berdekatan dengan lapisan prospek Rt = tahanan batuan pada
pengamatan. Rlim = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon Vclay GR (Gamma-Ray) Bila
tingkatan radioaktifitas clay konstan dan tidak ada mineral yang radioaktif maka pembacaan
gamma ray setelah dikoreksi terhadap kondisi lubang bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linear.
GR = A + B . Vclay ……………………………………..........( 5-4 ) Yang mana harga Vclay
dapat ditulis : ……………………………… .............….( 5-5 ) dimana : GR1 = pambacaan
gamma ray yang bersih dari clay GR2 = pembacaan gamma ray pada material clay GR =
pambacaan gamma ray pada material prospek Bila ada material lain (selain clay) yang
mengandung radioaktif, maka harga Vclay akan menjadi besar. ≥ Vclay
…………………………….....( 5-6 ) Vclay N (Neutron) Indeks Ф neutron dapat dinyatakan
sebagai : Ф N = Ф . Ф Nf + Ф Nclay . Vclay …………………………..( 5-7 ) Harga Vclay N
dapat dicari dengan menggunakan : (Vclay) N = Ф N / Ф Nclay ≥ Vclay
…………………………..( 5-8 ) dimana : Ф N = harga Ф neutron pada pengamatan Ф Nclay =
harga Ф neutron dari lapisan clay yang berdekatan 5.3.2. Analisa Kuantitatif Analisa logging
secara kuantitatif meliputi analisa porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi,
saturasi dan permeabilitas. 5.3.2.1.Penentuan Porositas Ada beberapa alat yang baik untuk
menentukan porositas yaitu sonic log (dalam batuan keras dan consolidated atau kompak),
density log (untuk semua formasi, tetapi pada prinsipnya dalam batuan yang kurang consolidated
dan batuan shaly) dan neutron log. 5.3.2.1.1.Porositas Dari Single Tool Porosity Tiga jenis
logging yang dapat mengukur Ф yaitu : sonic log, density log dan neutron log. Sonic log, log ini
juga dapa menentukan porositas sama seperti pada log neutron atau density yang dapat diperoleh
dari persamaan dalam pembahasan sonic log atau dapat dari Gambar 5-6 Gambar 5-6. Evaluasi
Porositas dari Sonic Log Schlumberger Density log, dalam menentukan porositas batuan juga
dipengaruhi oleh lithologi dan kandungan fluida batuan seperti ditunjukkan pada Gambar 5-7.
Gambar 5-7. Penentuan Porositas dari Density Log schlumberger Neutron log, pembacaan log
neutron baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada Ф tetapi juga lithologinya, seperti
terlihat pada Gambar 5-8. 5.3.2.1.2. Porositas Dari Dua Buah Tool Porosity Dalam menentukan
porositas yang sebenarnya adalah sulit karena tergantung dari lithologi dan fluidanya. Sehingga
dalam menentukan Ф harus dua atau lebih mineral batuan. Oleh karena itu, disamping dapat
menentukan adanya minyak, gas dan komponen matriks batuan, maka kombinasi logging seperti
: Neutron-Density Log dan Neutron-Sonic Log dapat menentukan Ф batuan yang kompleks.
Sedangkan untuk Sonic-Density Log kurang memberikan Ф yang baik, tetapi berguna untuk
menentukan beberapa mineral evaporate. Untuk menentukan Ф pada dua campuran mineral
adalah mudah dengan menggunakan chart, sedang untuk Ф pada tiga mineral (silica, limestone
dan dolomite) adalah dengan menggunakan chart dengan anggapan bahwa mineral terdiri dari
mineral silika dan dolomit. Cross plot antara Neutron-Density Log Cross plot dari dua porositas
yang sering digunakan untuk menunjukkan Ф dan lithologi. Pada gambar cross plot antara
Neutron-Density log, dimana garis-garis (sandstone, limestone, dolomite) merupakan titik-titik
lithologi murni yang jenuh air dan dibagi menjadi bagian-bagian porositas Gambar 5-8. Cross
plot antara Neutron-Sonic log Cross plot antara Neutron-Sonic log akan memberikan hasil yang
baik untuk lithologi sandstone, limestone dan dolomite, kesalahan pemilihan pasangan lithologi
mempunyai efek yang kecil pada harga Ф yang diperoleh Gambar 5-9. Cross plot antara Sonic-
Density log Cross plot antara Sonic-Density log akan memberikan hasil porositas batuan yang
kurang baik karena kesalahan dalam pemilihan pasangan lithologi akan memberikan hasil Ф
yang jauh berbeda. Tetapi cross plot ini berguna untuk menentukan beberapa mineral evaporate
(penentuan lithologi), dapat dilihat pada Gambar 5-10. Gambar 5-8. Penentuan Porositas dan
Lithologi dari Neutron-Density Log (FDC-SNP) Schlumberger Gambar 5-9. Penentuan Porositas
dan Lithologi dari Neutron-Sonic Log (Sonic-CNL) Schlumberger Gambar 5-10. Penentuan
Porositas dan Lithologi dari Sonic-Density Log Schlumberger Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yaitu faktor yang mempengaruhi teknik cross plot diantaranya pengaruh kondisi
scale, porositas sekunder dan adanya hidrokarbon. Adanya kandungan shale dapat menyebabkan
penyimpangan titik cross plot kearah titik shale pada chart. Titik shale didapat dari pengeplotan
harga porositas apperent (Ф Dsh, ФNsh,Δtsh) yang diamati pada lapisan shale. Harga shale ini
hanya boleh mendekati parameter material shale dalam lapisan permeabel. Sonic log tidak
mengenal porositas vuggy dan rekah tetapi bertanggung jawab atas porositas intergranular dan
porositas sekunder. Sedang alat neutron dan density hanya mengetahui Ф total batuan, Ф
sekunder ini biasanya ditulis sebagai secondary porosity index (SPI). SPI = Ф . Ф
sonic……………….………………………………..(4-9) Keterangan : Ф = porositas yang
diperoleh dari log neutron dan atau density Adanya kandungan gas/hidrokarbon ringan akan
mempengaruhi pembacaan alat density dan neutron, sedangkan sonic hanya terjadi pada formasi
yang tidak kompak. Pengaruh terhadap alat neutron akan menurunkan pembacaan Ф, sedang
untuk sonic juga akan menambah Ф yang sebenarnya. Sehingga pada cross plot diperlukan
koreksi gas/hidrokarbon ringan agar Ф dan indikasi lithologi menjadi besar. 5.3.2.1.3. Porositas
Dari Multi Porosity Logs Multi porosity logs dapat didefinisikan lithologi secara lebih baik,
sehingga dalam menentukan porositas akan menjadi lebih baik pula. Ada dua cara plot yang
umum digunakan yaitu M-N plot dan MID plot. M-N plot Pengeplotan dari tiga data log
porositas (log sonic, log neutron dan log densi-tas) untuk interpretasi lithologi dapat dilakukan
dengan M-N plot. Dan harga M dan N didefinisikan sebagai : ……...
.……………………………….(5-10) ………………………………………..(5-11) Keterangan :
Δt = beda waktu interval dari log ρf = densitas fluida (1.0 fresh mud dan 1.1 salt mud) ρb = bulk
density dari log Фnf = porositas neutron fluida Фn = porositas neutron dari log, porositas neutron
ini dapat ditentukan dari log CNL atau log Sidewall Neutron Porosity (SNP) pengalian 0,01
dimaksudkan supaya harga M dapat mempermudah pemakain skala, Ф N dinyatakan dalam unit
porositas limestone. Untuk fresh mud (lumpur air tawar) diberikan harga Δtf = 189, f – 1,0 dan
ФNf = 1,0. Metode M-N plot didasarkan atas harga parameter matriks (Δtmax, ρma, ФNma) dan
parameter fluida. Untuk lebih jelasnya lihat gambar M-N plot. Tabel 5-2 Menentukan M-N untuk
Macam-macam Mineral Asquith Mineral Fresh Mud (ρt = 1) Salt Mud (ρt = 1.1) M N* M N*
Sandstones (1) Vm = 18,000 .810 .628 .835 .669 Sandstones (2) Vm = 19,500 .835 .628 .862
.669 Limestone .827 .585 .854 .621 Dolomite (1) Ф = 5.5 – 30% .778 .516 .800 .554 Dolomite
(2) Ф = 1.5 – 5.5% .778 .524 .800 .554 Dolomite (3) Ф = 0.1 – 5% .778 .532 .800 .561
Anhydrite ρmn = 2.98 .702 .505 .718 .532 Gypsum 1.015 .378 1.064 .408 Salt 1.269 1.032
Gambar 5-11. M-N Plot untuk Identifikasi Mineral Schlumberger b. MID Plot Metode cross-plot
yang kedua untuk mengidentifikasi lithologi dan porositas sekunder adalah MID (matrix
identification) plot. Seperti M-N plot, MID plot memerlukan : log neutron, log densitas dan log
sonic. Langkah pertama yaitu membuat sebuah MID plot untuk menentukan besarnya parameter
batuan nyata (ρma) dan (Δtma)a menggunakan grafik neutron-density dan sonic-density yang
sesuai. Besarnya densitas batuan nyata (ρma) dan beda waktu interval nyata (Δtma)a kemudian
diplot ke dalam grafik MID plot (Gambar 5-12) Banyaknya kelompok pada segitiga tersebut
dijelaskan oleh anggota akhir kalsit, dolomite dan anhydrite menunjukkan bahwa lithologinya
adalah anhydritic limey dolomite (Gambar 5-12). Data-data menunjukkan bahwa titik-titik yang
terdapat diluar garis antara dolomit dan limestone adalah porositas sekunder. Gambar 5-12. MID
Plot Schlumberger 5.3.2.2.Penentuan Resistivitas Air Formasi (Rw) Ada beberapa metode yang
digunakan untuk menghitung resistivitas air formasi, yaitu : Analisa Air Formasi Pengukuran
harga Rw dilakukan dipermukaan dari contoh air formasi dengan melakukan pencatatan terhadap
temperatur permukaan. Untuk mendapatkan harga Rw pada temperatur formasi dimana contoh
air formasi tersebut berasal maka digunakan persamaan : …………………………...(5-12)
Metode SP Langkah penentuan Rw dari metode SP adalah sebagai berikut : Menentukan
temperatur formasi (Tf) dalam 0F : ………………...……..(5-13) dimana : BHT : temperatur
dasar lubang Ts : temperatur permukaan SSP : Statik SP Menentukan resistivitas filtrat lumpur
(Rmf) pada temperatur formasi: ………………………………...(5-14) Menentukan Rmfc :
Menentukan konstanta SP : Menentukan Rwc dari SP :
……………………………………………………(5-15) 5.3.2.3.Penentuan Resistivitas
Sebenarnya dan Resistivitas Flushed Zone (Rt dan Rxo) Besarnya Rt dapat ditentukan dari hasil
pengukuran daerah yang tidak terinvasi dengan menggunakan Induction Log atau Dual
Laterolog, sedangkan untuk resistivity pada flushed zone (Rxo) menggunakan microresistivity
log yaitu MSFL. 5.3.2.4.Penentuan Lapisan Shale dan Non Shale Ada beberapa cara untuk
menentukan adanya kandungan clay (Vclay) seca-ra kwantitatif, sebagai berikut : Vclay SP Log.
Harga Vclay dari SP log ini dapat diturunkan dengan rumus sebagai berikut
.........................…………………………..(5-16) dimana : SP log = pembacaan kurva SP pada
formasi SSP = harga pembacaan kurva SP maksimum Vclay SP akan menjadi tinggi pada
lapisan yang mengandung hidrokarbon, karena defleksi SP tidak sebesar pada lapisan air asin.
Oleh karena itu rumus tersebut diturunkan dalam lapisan pasir yang berisi air dan mempunyai
tahanan batuan rendah sampai menengah serta baik untuk laminated shale. Vclay Rt (resistivity)
Tahanan batuan dari campuran antara clay dan mineral tidak konduktif, quartz serta tidak
dijumpainya adanya porositas adalah tergantung dari tahanan clay dan isi didalam clay itu
sendiri. Kondisi ini dapat dinyatakan dalam rumus Archie, sebagai berikut : Rt = Rclay /
(Vclay)b Jika formasi yang ada porositas kecil dan berisi air akan menurunkan tahanan batuan,
sehingga : (Vclay)Rt = (Rclay/Rt)1/b Vclay …………………………..............(5-17) dari
penelitian diperoleh hasil bahwa : jika harga Rclay/Rt = 0,5 – 1, harga b = 1 jika harga Rclay/Rt
< 0,5 harga b = 2 Gambar 5-13. Kurva Vclay Rt sedangkan untuk lapisan shaly mengandung
hidrokarbon, dapat dicari dengan rumus : (Vclay) Rt = …………………………..(5-18)
Keterangan : Rclay = tahanan lapisan clay yang berdekatan dengan lapisan prospek Rt = tahanan
batuan pada pengamatan. Rlim = tahanan tertinggi pada lapisan hidrokarbon Vclay GR (Gamma-
Ray) Bila tingkatan radioaktifitas clay konstan dan tidak ada mineral yang radioaktif maka
pembacaan gamma ray setelah dikoreksi terhadap kondisi lubang bor dapat dinyatakan sebagai
fungsi linear. GR = A + B . Vclay …………………………………...(5-19) Yang mana harga
Vclay dapat ditulis : …………………………………………..(5-20) Keterangan : GR1 =
pambacaan gamma ray yang bersih dari clay GR2 = pembacaan gamma ray pada material clay
GR = pambacaan gamma ray pada material prospek Bila ada material lain (selain clay) yang
mengandung radioaktif, maka harga Vclay akan menjadi besar. ≥ Vclay
…………………………...(5-21) Vclay N (Neutron) Indeks Ф neutron dapat dinyatakan sebagai
: Ф N = Ф . Ф Nf + Ф Nclay . Vclay …………………………………..(5-22) Harga Vclay N
dapat dicari dengan menggunakan : (Vclay) N = Ф N / Ф Nclay ≥ Vclay
…………………………………..(5-23) Keterangan : Ф N = harga Ф neutron pada pengamatan
Ф Nclay = harga Ф neutron dari lapisan clay yang berdekatan Saturasi a. Formasi Clean
Sand/Carbonates ...............................................................................(5-24) Keterangan : Rw :
resistivity air, ohm-m Rt : true resistivity, ohm-m n : exponential saturation factor ( n = 2 ) Untuk
formasi pasir m = 2 ; a = 0.81 Untuk formasi limestone dan dolomite m = 2 ; a = 1.00 Humble m
= 2.15 ; a = 0.62 b. Formasi Shally Sand Menentukan harga saturasi air pada zona invasi lumpur
(Sxo) : Menentukan saturasi hidrokarbon sisa (Shr) : Menentukan porositas sebenarnya :
Menentukan saturasi air formasi : (Indonesian equation) Permeabilitas Suatu hubungan empiris
yang umum antara permeabilitas dan porositas dikemukakan oleh Wylie dan Rose, yaitu :
Kemudian Tixer dan Timur menjabarkan rumus Wylie dan Rose ini kedalam sesuatu yang dapat
diterapkan pada hasil rekaman log sumur, antara lain: Rumus Tixer :
……………………............(5-25) Rumus Timur : ……………………….......(5-26) Prosedur
Pemilihan Kombinasi Log Dalam mengevaluasi reservoar secara optimum, maka cara yang
paling cocok digunakan adalah dengan mengkombinasikan alat-alat logging yang sesuai dengan
kodisinya. Baik buruknya dalam mengkombinasikan logging yang cocok dapat mempengaruhi
ketelitian hasil evaluasi reservoar tersebut, seperti dalam memperkirakan kandugnan hidrokarbon
yang terdapat didalam batuan reservoar. Cara penilaian kombiasni logging yang cocok dapat
dilakukan dengan memperhatikan pemilihan logging seperti : formasi batuan reservoar jenis
lumpur kondisi lubang bor adapun cara pemilihan kombinasi logging tersebut diharapkan
semaksimal mungkin dapat mendapatkan data-data yang lengkap, yang sesuai dengan tujuan
didalam teknik perminyakan. Prosedur pemilihan : cari/perkirakan data-data yang mempengaruhi
kombinasi logging (dari hasil eksplorasi atau sumur didekatnya, atau bahkan dari hasil
eksploitasi batuan reservoar dalam satu cekungan) sebagai berikut : batuan reservoar : lithologi
batuan (mineral), fluida pengisi batuan, ketebalan lapisan batuan reservoar, porositas batuan
(untuk memperkirakan diameter invasi Di) dari batuan-batuan (Rxo, Rt, Rw) jenis lumpur
pemboran atau fluida dalam lubang bor, tahanan lumpur pemboran (Rm) dan perkirakan tebal
mud cake. Kondisi lubang bor, ada tidaknya selubung lubang bor (casing), keadaan diameter
lubang bor dan diameter lubang itu sendiri. Tentukan jenis logging yang sesuai dengan jenis
lumpur pemboran, dan kondisi lubang bor. Tentukan kombinasi logging reservoar berdasarkan
kondisi batuan reservoar, lumpur pemboran, kondisi lubang bor serta disesuaikan dengan data-
data yang diinginkan. lithologi batuan dan fluida pengisi batuan lithologi (porous) SP=
digunakan pada fresh water mud kecuali pada 11,5 < ph < 13 Pada salt water mud, disarnakan
skala antara 4-5 mv/devision Gamma-Ray = dapat menyesuaikan Identitas permeabilitas dan
tebal total lapisan, SP, GR, separasi reseistivity log dan radioaktif log Identitas fluida : khusus
pada reservoar gas digunakan Density-Neutron log Porositas batuan Pemilihan pengukuran alat
porositas : Neutron log, porositas < 22%, Density Log porositas 20%-40%, Sonic log porositas
10%-20%, microlog (Rxo log) porositas >15%
dan IES porositas >25%
Pemilihan alat pengukur porositas pada campuran dua mineral, Neutron Sonic Log dan Neutron-
Density Log. Keduanya khusus untuk mineral sandstone, limestone dan dolomite. Sedangkan
untuk mineral evaporit disarankan Sonic-Density Log
Pada lithologi yang kompleks disarankan ketiga log (Neutron-Density-Sonic Log)
Pertimbangan lain, jika formasi mengandung clay maka alat pengukur porositas yang cenderung
lebih baik digunakan adalah Density Log
Kesimpulan alat pengukur porositas yang dapat digunakan dengan memperlihatkan hal-hal
khusus seperti SNP tidak digunakan untuk cased hole, CNL tidak digunakan untuk gas filled
holes,dll
Resistivity batuan
Conventional Resistivity Log
tebal lapisan : untuk limestone device > 64” sedangkan normal
resistivity log >30’
invasi rendah sampai menengah
harga Rt < 50 untuk fresh water Induction Log tebal lapisan disarankan lebih dari 3,5 – 5 ft
radius investigasi dan disesuaikan dengan Di harga Rt/Rm < 10 atau pada fresh water mud harga
Rt < 200 sedangkan salt water mud harga Rt < 5 harga Rxo > Rt
INSTRUMENTASI PEREKAMAN LUBANG BOR

Definisi
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara
aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan
formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan
sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke
kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke
atas. Logging tool akan mengirim sesuatu “sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan
listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool
lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di
permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai
macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika.
Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan Logging
While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan menggunakan kabel setelah
pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. Sedangkan Logging-While-
Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor.
Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga
berupa grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi formasi
(resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat pemboran.
Gambar wireline log dan logging while drilling

Alat Pemboran

Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah serangkaian peralatan yang
disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang bor, seluruh peralatan ini mempunyai
lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud.
Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya
untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung
terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu,
makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan.
Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan dari
rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pemboran.
Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai tempat
perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari system sirkulasi , fluida pemboran melalui
pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly ada bail untuk dikaitkan ke HOOk supaya
memungkinkan turun seluruh rangkaian pemboran.
Peralatan – peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
 Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
 Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar, berfungsi untuk menutup
semburan /tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara otomatis.
 Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang berfungsi untuk menstabilkan
arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian pemboran yang diakibatkan
oleh diferensial pressure.
 Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi untuk
melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.
 Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub, befungsi untuk alat
penutup semburan /tekanan dari dalam pipa pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
 Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel, berfunsi untuk menutup
semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly down.
Operasional Logging
1. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor setidaknya setengah jam menjelang
pemboran selesai.
2. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang sudah dikalibrasi di instansi yang
terkait, atau ada dosimeter yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup dosimeter
saku)
3. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia
4. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu kalibrasi.
5. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela sumber radiasi senantiasa
menghadap ke tempat yang tidak ada manusia
6. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan meremehkan efek dari radiasi.
Hal yang harus diingat bahwa bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan terkena radiasi
hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena radiasi harus diusahakan sebisa
mungkin.
7. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai permintaan geologist, maka segera
probe masuk ke lobang bor.
8. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah probe berhasil mencapai dasar
sumur atau sudah mencapai kedalaman yang diinginkan oleh geologist..
9. Log yang diperlukan adalah Double Gamma Density, Natural Gamma Dan Kaliper.
10. Untuk LSD (Quality Log) Dibuat Scala 1 : 100 sementara untuk SSD (Thickness Log) dibuat
Scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan scala harus didasarkan pada perbedaan kecepatan
perekaman. Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit sementara untuk detail scale sekitar 2
meter permenit. Atau hal ini bisa dibicarakan dengan logging engineer.
11. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke permukaan, segera sumber radiasi
dimasukkan kembali ke container dan diamankan dengan jarak aman.
12. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia berada. Sebaiknya disimpan dalam
lobang tanah yang digali husus sehingga mudah mengeluarkan dan menyimpan. Posisi lobang ini
tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.

Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur besarnya tegangan dan arus
dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik digunakan untuk mengetahui
sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang ada dalam pori-porinya. Dari pengukuran arus
listrik dan tegangan yang di lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat diketahui tahanan
(resistivitas)nya. Jadi alat yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus
dan elektroda tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut sebagai log induksi
(induction log). Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas
formasi < 200 0hm – m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan resistivitas dengan cara
mengukur konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik
berfrekuensi tinggi dengan amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam
batuan. Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah.
Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika:
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm – m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di
anjurkan untuk dipakai.
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversi dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyak menggunakan
parameter dan korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang valid sehingga
mempermudah analisa.

Gambar prinsip kerja log induksi

Log SP
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di permukaan
dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging dengan
berbagai jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktif serta berbagai
jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log adalah mengenal lapisan permeable dan serpih
yang non permeable. Log yang digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log.
Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap
dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada sebuah
lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable. Secara alamiah karena
perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan
formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya
adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.
Kegunaan dari log SP adalah untuk :
 Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
 Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan itu.
 Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
 Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool ke
dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang sumur lalu
alat tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference potensial
elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed
yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
Kelebihan dan Kekurangan Log SP. Log SP memiliki kelebihan – kelebihan sebagai
berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable

Adapun kekurangan – kekurangan dari Log SP yaitu :


1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat.
Log Sinar Gamma
a. Sinar Gamma Alamiah

Gambar. log gamma alamiah


Gamma Ray Log adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.
 Kegunaan log Gamma Ray :
 Evaluasi kandungan serpih
 Menentukan lapisan permeabel
 Evaluasi biji mineral yang radioaktif
 Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
 Korelasi log pada sumur berselubung
 Korelasi antar sumur
Bergantung pada jenis sumber dan sensor sinar gamma yang dipakai pada berbagai
macam alat logging, maka perhitungan ini bisa berupa perhitungan kandungan alami sinar
gamma di formasi, ataupun perhitungan jumlah sinar gamma yang kembali ke sensor setelah
ditembakkan sensor ke formasi. Apapun jenis sensor yang dipakai, sinar gamma digunakan
untuk melihat kandungan radiokatif yang ada di formasi. Selain itu, pada aplikasi sensor
densitas, sinar gamma juga dipakai untuk menghitung tingkat densitas formasi.
Sinar gamma umumnya dipakai untuk membedakan lapisan batuan pasir (sand) dan
batuan lempung (shale). Sebagai aturan dasar, bahwa sand umumnya memiliki kandungan
radioaktif yang lebih sedikit daripada shale. Namun hal ini tidak mesti terjadi pada semua tipe
formasi, di berbagai belahan dunia, kandungan radioaktif juga banyak didapatkan di sand, yang
kemudian dikenal dengan nama dirty sand. Untuk mempermudah pemahaman tentang sinar
gamma kita bisa mengambil aturan dasar yaitu semakin tinggi nilai sinar gamma maka semakin
banyak kandungn shale di formasi, begitu pula sebaliknya. Hal ini akan sangat baik jika
dikombinasikan dengan data resistivitas untuk melihat apakah bisa disimpulkan bahwa nilai sinar
gamma yang tinggi menunjukkan adanya shale dan sebaliknya.
Prinsip kerja Log GR. Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah
mengandung radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K). Radioaktifitas
GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang secara kontinyu memancarkan GR dalam
bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan
dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang
terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah
dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (cacah GR). Alat untuk mengukur GR ada dua macam,
yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT kira – kira
10 inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain mengukur semua GR, juga
mengukur energi GR dan menentukan konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa ada di
alam yaitu ; Uranium (Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana depth
of investigationnya kira – kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi. Adapun alat lain yang
digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang sebuah sumber radioaktif
yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi. Contohnya adalah alat density log, seperti ;
FDC – Formation Density Compensated, dan LDT – Litho Density Tool.

b. Sinar Gamma Untuk Pengukuran Densitas

Gambar. log gamma untuk pengukuran densitas


Densitas adalah jumlah massa per satuan volum. Sedangkan Densitas Bulk adalah
hitungan kotor berat jenis secara total atau rata-rata per satu satuan. Dalam hal ini kita berbicara
entang jumlah massa per satuan volum formasi.
Untuk menentukan densitas bulk ini kita bisa menggunakan aplikasi sinar gamma.
Namun sinar gamma yang dimaksud di sini adalah sinar gamma yang ditembakkan ke formasi
dan bukan sinar gamma yang secara alami terkandung di formasi. Efek sinar gamma yang bisa
kita analisa untuk menghitung densitas adalah Efek Hamburan Compton dan Efek Serapan
Fotolistrik.
Sebagai aturan dasar adalah semakin banyak kandungan elekron suatu materi maka
semakin tinggi nilai densitas materi tersebut.
Ketika sinar gamma energi-sedang menjalar dan berinteraksi dengan atom, sebagian
energinya dipakai untuk melempar elektron keluar dari jalur orbitnya dan sinar gamma-pun
mengalami penurunan tingkat energi menjadi tingkat energi-lemah yang kemudian ia menjalar
lagi, efek ini dikenal dengan nama Hamburan Compton. Ketika sinar gamma energi-lemah ini
menjalar kembali dan berinteraksi dengan atom lainnya, karena tingkat energinya yang rendah
maka ia terserap oleh atom tersebut, efek ini dikenal dengan nama Serapan Fotolistrik. Kedua
efek ini berkaitan langsung dengan jumlah elektron yang terkandung di salam suatu atom.
Semakin banyak elektron, semakin sedikit sinar gamma yang bisa menjalar karena efek
hamburan dan serapan tadi.
Dengan begitu, semakin sedikit pula sinar gamma yang bisa kembali ke sensor yang ada
di alat LWD. Sensor ini menghitung spektrum energi untuk menentukan seberapa banyak sinar
gamma tingkat energi-sedang yang kembali ke sensor dan seperti apa tingkat energi sinar gamma
tersebut. Semakin sedikit sinar gamma yang kembali ke sensor, berarti semakin banyak sinar
gamma yang hilang berinteraksi dengan atom di formasi, yang menunjukkan banyaknya
kandungan elektron di formasi tersebut atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat densitas
formasi tersebut.
Lalu bagaimana hubungan densitas ini dengan keberadaan hidrokarbon di formasi? Alat
LWD beroperasi berdasarkan asumsi bahwa densitas bulk alat sama dengan densitas bulk
formasi. Namun pada kenyatannya teknik perhitungan ini tidak sama, karena alat LWD
menghitung densitas bulk bedasarkan jumlah elektron pada suatu volum materi, sedangkan
densitas bulk formasi bergantung terhadap berat atom atau jumlah proton dan neutron dalam
suatu volum materi. Untuk itu perlu dicari perumusan yang menghubungkan antara densitas bulk
alat LWD dan densitas bulk sebenarnya di formasi.
Berikut solusinya, silahkan dicermati secara pelan-pelan, ini tidak rumit tapi butuh daya
tangkap yang bagus untuk mengerti algoritma perhitungannya:

1. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram atom,


2. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram,

3. Kita definisikan jumlah elektron setiap sentimeter kubik, dimana


densitas bulk formasi, dengan begitu Ne bisa kita sebut sebagai densitas elektron.
4. Berdasarkan densitas elektron bisa kita definisikan indeks elektron sebagai,

, dengan begitu RHOE bisa kita sebut sebagai jumlah elektron pada suatu
volum tertentu.

5. Dari perumusan di atas bisa kita sederhanakan menjadi,


6. Pada sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, berat atom setara
dengan dua kali nomor atom, atau dengan kata lain, jumlah proton dan neutron pada

suatu atom setara dengan dua kali jumlah elektron pada atom tersebut, . Jadi
perumusan bisa disederhanakan menjadi, ini kita rumuskan untuk sebagian
besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran.
7. Sedangkan densitas bulk LWD seperti yang dijelaskan di atas adalah berdasarkan jumlah
elektron atau indeks densitas elektron, , dimana adalah densitas bulk LWD.
8. Sehingga bisa disimpulkan bahwa atau densitas bulk LWD adalah setara
dengan densitas bulk formasi.

Coba dilihat kembali bahwa , hal ini adalah benar pada hampir semua elemen
yang ditemukan di lingkungan pengeboran, tapi tidak benar pada hidrogen. Karena hidrogen
memiliki 1 proton, 1 elektron, dan tidak memiliki neutron. Jadi pada hidrogen perbandingan
algoritma tersebut tidak sama dengan 1. Ini sangat penting bagi kita karena hidrogen terkandung
di hidrokarbon dan air. Jadi ketika hidrogen terkandung di suatu formasi, maka tidak akan
sama dengan .Untuk mengatasi masalah perhitungan ini saat ditemukan kandungan hidrogen,
maka dilakukan eksperimen untuk menentukan hubungan dan saat hidrogen terdapat di
formasi. Yaitu dengan meletakkan alat pada suatu lempengan batuan kapur yang sudah diketahui
porositasnya sekitar 0% sampai 40%, kemudian pori-porinya diisi dengan air. Melalui
eksperimen ini ditemukan hubungan , yang dipakai Schlumberger
untuk menghitung saat alat LWD berada di lingkungan yang mengandung hidrogen.
Eksperimen juga dilakukan menggunakan lempengan batuan pasir dan dolomite, karena ketiga
jenis batuan ini yang paling sering ditemukan di lingkungan pengeboran. Dengan hasil
eksperimen tersebut maka semua alat LWD Schlumberger yang menghitung densitas harus
dikalibrasi berdasarkan standard ini. Air dan minyak memiliki kandungan hidrogen yang hampir
sama, sehingga tidak perlu adanya koreksi terhadap hasil perhitungan. Namun ketika alat LWD
melintasi bebetuan yang berbeda semisal batuan garam dan gipsum, maka butuh sedikit koreksi
terhadap hasil perhitungan densitas formasi yang diperoleh alat LWD, karena algoritma yang
dipakai hanya diperuntukkan untuk jenis batuan kapur, pasir dan dolomite.
Semua hasil perhitungan ini adalah tidak mesti tepat karena adanya faktor-faktor di
lingkungan pengeboran yang berubah dari waktu ke waktu juga akan mempengaruhi
perhitungan. Koreksi-koreksi ini sangat penting adanya untuk ketepatan hasil akhir perhitungan
parameter fisis yang akan diberikan kepada klien. Koreksi ini berbeda-beda antara satu
perhitungan dengan perhitungan lain, misalnya pada sinar gamma kita harus koreksi dengan
besarnya diameter sumur, berat jenis lumpur bor, kandungan potasium dan besarnya diameter
alat. Porositas memiliki koreksi yang paling rumit karena sangat bergantung pada banyak faktor
lingkungan pengeboran yang berubah setiap saat, seperti suhu di dalam sumur, tingkat ke-asinan
formasi dan lumpur, jenis matrik formasi, besarnya diamter lubang sumur, indeks hidrogen
formasi, dsb.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor
sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya densitas juga dipengaruhi oleh
kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga
porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.

Log Netron

Gambar. log netron (kanan: netron tunggal ; kiri: netron ganda)


Pada Netron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka semua partikel
neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya.
Hal yang perlu digarisbawahi bahwa netron hidrogen tidak mewakili porositas batuan karena
penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Netron tidak dapat membedakan antara
atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat dengan mineral batuan,
akibatnya pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen didalam
susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Netron Log adalah shale atau clay dimana
semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesar harga porositas batuan.
Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi defleksi kurva Netron Log dimana semakin
kompak batuan tersebut maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan fluida yang
ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan mempunyai harga porositas
yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air tawar akan memberikan harga porositas neutron
yang mendekati harga porositas sebenarnya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi tinggi kedalam
formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber radioaktif.
Netron log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan porositas
rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.

Log Sonik

Gambar. log sonic


Log sonik merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log densitas dan log netron. Log sonik menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan serta distribusi
porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol dinalakan kecepatan matriks
Sonik log digunakan untuk mengukur porositas batuan formasi dengan cara mengukur
interval transite time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat
didalam batuan formasi sejauh satu feet.

Prinsip Kerja Log Sonik


• Alat sonik mengukur kecepatan suara / sonik dalam formasi
• Transmitter memancarkan suatu “ pressure pulse” berfrekuensi 25 Hz
• Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang kompresional dan gelombang refraksi shear yang merambat dalam formasi.
Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud. Dua gelombang permukaan
sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Rayleigh dan Stoneley)
• Laju / kecepatan gelombang – gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft / sec
tergantung pada litologi
• Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke formasi, lalu
merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk mencapai receiver
• Transmitter memancarkan satu pulsa
• Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu dimana “the
first negative excursion” dideteksi oleh near receiver
• Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
• Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana “the first negative excursion”
dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver – receiver ( span ) sebesar
dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ). dalam microseconds / ft.

Anda mungkin juga menyukai