Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei
1997)
………………………………………………… (3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true
resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi. Skema dasar
dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A
dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak
A dan O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap
kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan
dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada
permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke
elektrode M dan N adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan lapisan cukup
tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial yang dicatat pada
referensi O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan
tersebut dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity semu bukan
resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi oleh diameter
lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur
(Di), tahanan zone invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan
dibawahnya (Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal
dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang konduktif
sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan pengukuran
resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base
mud dan fresh water serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan
yang dapat berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps)
yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil yang ditempatkan pada
insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan
menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini
ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal
yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada
konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf)
berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Gambar 3.5. Skema Rangkaian Dasar Induction Log
(Gatlin, C. :”Petroleum Engineering Drilling and Well Completion”, Prentice Hall Inc., New
York, 1962)
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh didalam
lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua
jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari induction log adalah dalam
suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan
ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt
maka induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak sensitif
terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m
tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log ini adalah menggunakan
lumpur yang tidak banyak mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang
dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak dipengaruhi
oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau tidak
memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi
informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan yang
berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang konstan dialirkan
melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh
kontak pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M’1M’2 mempunyai
potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan
electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M’1M’2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir
horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8. Perbedaan
dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan
lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran
Rt dengan Induction Log mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat
digunakan dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar
(salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil
base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai
indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo
dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud
cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat
microresistivity log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena dengan
pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval total. Pada prinsipnya
microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng
(pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini
mempunyai tiga electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0,
M1, dan M2 yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)
Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada elektrode
M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat pengukuran, ketiga
elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan menggunakan pegas yang dapat
dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing A0O = 1 ½
inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini arus listrik yang diberikan
dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik antara elektrode M1 dan M2. Sistem
inverse pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini mempumyai
investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem A0M1M2 dan pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan potensialnya pada M2. Micronormal
digunakan untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous
permeable ini ditandai dengan adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang
dinyatakan oleh munculnya separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan hanya
berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi sangat
tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua kurva positif jika R2” >
R1”x1” dan fluida hidrokarbon yang terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan
hidrokarbon air tawar. Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang
terkandung biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel. Kriteria yang
harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang pertama sebagai indikator
lapisan porous permeabel didalam susunan sand-shale dengan range tahanan batuan formasi 1 –
200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud
cake kurang dari ½ inch dan kedalaman invasi lumpur lebih besar atau sama dengan 4 inch.
Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor formasi (F),
melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact dibawah kondisi tertentu.
Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi dari zone produktif dan
zone non produktif. Microlaterolog (MLL) Alat ini digunakan untuk menentukan Rxo pada
batuan yang keras, dimana lumpur yang digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi.
Sehingga dengan mengetahui Rxo maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F = Rxo/Rmf
sehingga selanjutnya besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam satu
kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode
pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1 yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 3.8. Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL
didalam Lubang Bor (Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-
8, Jakarta, 1 Mei 1997) Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah
arus konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya
dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu
diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama
dengan nol sehingga tidak ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari
Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan
potensial yang dicatat. MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya
salt mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang
bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL
mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah
penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo.
Proximity Log (PL) Proximity Log pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL,
akan tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan
16 inch dan tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk. Proximity Log
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa dipengaruhi oleh mud cake
sampai ketebalan mud cake ¾ - 1 inch, mempunyai radius investigasi yang lebih besar dari ML
maupun MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan lubang bor, biasanya alat ini
diturunkan bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud cake. Dalam pembacaan
PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu
harus diadakan koreksi. Hasil pembacaan proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut : RPL ………………………………..……….. (3-9) dimana J adalah faktor
pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai
harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch maka harga
RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL akan mengukur Rt
jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis harga RPL = Rt. Operasi
pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi batuan invaded
karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan
ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa dengan alat
microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang
suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag
mempunyai fungsi memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang
hamper sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang
diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah
rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron dipancarkan
secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang
diletakkan pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi
logging, neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan
berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen
turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa
atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang
kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai
tertangkap dan terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon.
Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma
akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas atau didalam
lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber
dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang
menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini
menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.
Proses pelemahan partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( )
dalam satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
.....…………………………….…… (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang mengandung
liquid dengan porositas antara 1 % – 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada formasi non
shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk
batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air,
digunakan besama-sama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan
membantu didalam evaluasi lapisan shaly.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi
sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus
batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang
mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi
akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas
sumber radiasi. Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan
formasi. Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
……………………………….............…………. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan menunjukkan besarnya
densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron
yang rendah pada detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini
disebabkan yang diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas
elektron akan berhubungan dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung
pada densitas matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di
casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20
% - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan
kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor,
sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi batuan dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
…………………….....………………………….... (3-16)
dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi
Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena itu dalam
pembacaan ρb perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
………………….. (3-17)
dimana:
ρclay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan
neutron log dengan cara mengukur interval transite time (Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver
(penerima). Jarak antar keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan merambat
kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas
batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan
terpantul kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu
penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat
dikonversikan dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (Δt) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan porositasnya.
Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada porositasnya. Pada tabel III-2.
dapat dilihat beberapa harga transite time matrik (Δtma) dengan berbagai lithologi.
Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus terdapat hubungan antara transit
time dengan porositas. Seorang sarjana teknik, Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata
yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat dilihat
dibawah ini :
.............................................................................. (3-18)
dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat digunakan sebagai
indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter) dan lithologi
terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper log dapat dilihat pada gambar 3.13.
Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas
yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan
dengan rod. Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang
bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu dapat berguna untuk
pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log
listrik akan mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran
pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan
kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi
lithologi karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada porositas tetapi
juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan porositas harus mengetahui
lithologinya. Harga dari porositas neutron (ФN) dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
ФNlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (ФNc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФNsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan fluida batuan.
Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan ФD yang mempunyai harga sesuai
dengan persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (ФDc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФDsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang dianalisa, gr/cc
ρf = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density log. Harga
ФS dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
Δtlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk setiap
kedalaman, μ sec/ft
Δtma = transite time matrik batuan, μ sec/ft
Δtf = transite time fluida (air), μ sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi (Sw),
diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan Dual Water,
persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam penulisan tugas akhir ini,
persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia,
persamaan Dual Water, dan persamaan Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
……………………………………………... (3-56)
…………………………………………………….. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
…………………………………………………….. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
……………………………………………………. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
……………………………………………………... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
……………………………………….…… (3-61)
……………………………………………………. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
Δtlog = interval transit time formasi, μsec/ft
Δtma = interval transit time matriks batuan, μsec/ft
Δtf = interval transit time fluida, μsec/ft (189 μsec/ft untuk fresh mud, 185 μsec/ft untuk salt
mud)
Δtsh = interval transit time shale, μsec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ρma = densitas matriks batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk, gr/cc
ρf = densitas fluida, gr/cc
ρsh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)
Kombinasi logging optimum adalah kombinasi logging sumuran yang minimal yang mampu
menghasilkan data petrofisik yang diinginkan dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
Untuk mendapatkan suatu kombinasi logging sumuran yang optimum, maka perlu dilakukan
pemilihan terhadap berbagai jenis logging sumuran yang tersedia di lapangan atau ditawarkan
oleh berbagai perusahaan jasa logging, seperti Schlumberger, Western Atlas, Wellex, dan lain-
lain. Agar diperoleh data petrofisik yang akurat dari kombinasi logging sumuran, maka dalam
pemilihan alat haruslah tepat dan disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diameter filtrat lumpur atau diameter zona yang terinvasi
antara lain :
Jenis lumpur.
Perbedaan tekanan antara lumpur dan formasi.
Permeabilitas batuan.
Porositas batuan.
Proses pemboran.
Jenis Lumpur
Jumlah air filtrat yang terinvasi ke dalam formasi tergantung kepada additive dan tipe material
yang digunakan untuk membuat lumpur. Setiap jenis lunpur akan mempengaruhi diameter
invasi, terganung kepada sifat water loss dari lumpur tersebut.
Perbedaan Tekanan antara Lumpur dan Formasi
Perbedaan tekanan yang ada antara kolom lumpur dan formasi, dimana tekanan kolom lumpur
lebih besar dari tekanan formasi dengan maksud untuk mencegah terjadinya kick dan akan
menyebabkan air filtrat lumpur masuk ke dalam formasi yang permeabel. Gambaran rata-rata
beda tekanan yang bagus adalah kurang lebih 100 psi.
Permeabilitas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke dalam formasi yang permeabel, sehingga permeabilitas batuan yang
besar akan mendukung masuknya mud filtrat mencapai kedalaman invasi yang cukup jauh.
Tetapi dengan bertambahnya waktu, kemudahan masuknya mud filtrat ke dalam formasi semakin
menurun seiring dengan terbentuknya mud cake.
Porositas Batuan
Mud filtrat akan masuk ke formasi yang porous, sehingga porositas batuan merupakan faktor
penentu kedalaman invasi. Porositas batuan besar maka kedalaman invasi semakin menurun,
karena formasi yang mempunyai volume pori per foot yang besar, kapasitas penyimpanan mud
filtrat akan besar pula. Mud filtrat yang masuk ke dalam formasi yang memilki porositas batuan
besar akan memenuhi pori batuan terlebih dahulu sebelum invasi lebih jauh. Sehingga
kedalaman invasinya lebih dangkal bila dibandingkan dengan formasi yang memilki porositas
batuan kecil.
Diameter invasi mud filtrat merupakan fungsi dari porositas dan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
ϕ > 20 %, Di = 2d
20 % > ϕ > 15 %, Di = 3d
15 % > ϕ > 10 %, Di = 4d
10 % > ϕ > 5 %, Di = 10d
Keterangan :
Di = diameter invasi mud filtrat, ft
d = diameter lubang bor, ft
ϕ = porositas, %
Proses Pemboran
Proses pemboran juga berpengaruh terhadap kedalaman invasi mud filtrat, karena selama proses
pemboran memungkinkan mud cake yang sebelumnya sudah terbentuk pada dinding sumur
mengalami kerusakan (terkikis sebagian atau total). Kerusakan dari mud cake ini mengakibatkan
proses invasi terulang lagi untuk membentuk mud cake baru, sehingga mud filtrat semakin
bertambah dan invasinya semakin dalam.
Gambar 5.3. Bentuk Histogram dan Polygon yang Menunjukkan Batuan yang Unconsolidated
Pada gambar 5.1. grafik polygon lebih condong ke arah porositas dibawah 15 %, berarti
batuannya merupakan batuan tight. Sedangkan pada gambar 5.2. grafik polygon cenderung
simetris, artinya batuan tersebut moderately consolidated. Pada gambar 5.3. menunjukkan grafik
polygon yang condong ke arah porositas diatas 25 %, artinya batuan yang unconsolidated.
5.1.7. Kondisi Optimum Masing – Masing Alat Log
Untuk mendapatkan data yang maksimal, diperlukan alat-alat log pada kondisi optimum. Berikut
ini adalah tabulasi jenis-jenis alat logging beserta kondisi optimumnya
Tabel 5-1
Kondisi Optimum Alat Logging
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
LITHOLOGI TOOL SP log Membedakan lapisan porous permeabel (sandstone, limestone,
dolomite) dari lapisan nonpermabel (shale dan clay)
Menentukan nilai Rw
Menentukan batas dan ketebalan lapisan
Digunakan pada lumpur jenis water base mud
Rm ≠ Rw
Pada clean sand formation
Open hole
Invasi lumpur dangkal
GR log Menentukan lapisan permeabel
Membedakan lapisan-lapisan shale dan non shale.
Mengetahui besarnya kandungan clay (Vclay)
Mendeteksi mineral-mineral radioaktif Open hole maupun cased hole
Kedalaman penetrasi 6-12 inch
Resolusi vertikal ±3 ft
RESISTIVITY TOOL Conventional Resistivity Log Normal log Untuk short normal adalah
menentukan Ri
Untuk long normal adalah menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur pemboran konduktif
Lubang bor open hole
Ketebalan lapisan lebih besar daripada spacing
Lanjutan
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Conventional Resistivity Log Lateral log Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur jenis water base mud
Open hole
Susunan sand dan shale yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft – 24 ft
Range resistivity antara 1-500 Ohm-meter
Focused Log Laterolog Laterolog 7 Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan
Lumpur pemboran yang konduktif
Ketebalan lapisan > 32 in
Rmf / Rw < 5 Diameter lubang bor > 12 in
Invasi lumpur > 40 in
Rxo atau Ri < Rt Rt/Rm > 50
Laterolog 3 Menentukan Rt
Menentukan batas lapisan Resolusi vertikal 3 – 6 in
Lumpur pemboran yang konduktif
Tebal lapisan > 12 in
Rmf / Rw < 5 Rt/Rm > 50
Rxo < Rt Resisitivtas > 200 ohm-meter
Lanjutan
ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Focused Log Laterolog Laterolog 8 Mengukur harga Ri
Lumpur pempboran yang konduktif
Open hole
Rmf > 2Rw
Harga resistivitas < 200 ohm-meter Dual Laterolog Menentukan resistivitas zona shallow dan
deep Resistivitas 0,2 – 40000 ohm Resolusi vertikal 2 ft Rmf < 2 Rw Kecepatan logging 5000 –
6000 ft/hr Kombinasi dengan Rxo log Lumpur jenis salt water base mud Rasio kontras yang
tinggi dari Rt/Rm SFL Menentukan Rt Lumpur pempboran yang konduktif Open hole Rmf >
2Rw
Harga resistivitas < 200 ohm-meter Resolusi vertikal ±1 ft Kecepatan logging 5000-6000 ft/jam
Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM RESISTIVITY TOOL
Microresistivity Log Microlog Menentukan Rxo Menentukan zona permeabel Sebagai inidikator
lapisan porous permeabel di dalam susunan sand-shale dengan range resistivity batuan formasi
antara 0,5 sampai 100 ohm-meter. Porositas batuan lebih besar dari 15 %. Rxo/Rmc lebih kecil
dari 15. Ketebalan mud cake kurang dari 0,5 inch. Kedalaman invasi lumpur 4 inch atau lebih
besar. Microresistivity log Menentukan harga Rxo dimana apabila menggunakan microlog
hasilnya kurang akurat Kondisi lumpur salt mud. Porositas batuan medium (lebih kecil dari 15
%) Range tahanan formasi berkisar 0,5-100 ohm meter. Ketebalan mud cake lebih kecil dari 0,25
inch. Rxo/Rmc lebih besar dar 15. Kedalaman invasi filtrat lumpur lebih besar atau minimal
sama dengan 4 inch. Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
RESISTIVITY TOOL Microresistivity Log Proximity log Menentukan Rxo Digunakan pada
batuan karbonat atau sand. Porositas batuan medium. Lumpur water base mud. Range tahanan
batuan berkisar 0.5-100 ohm-meter. Invasi lumpur cukup dalam. Ketebalan mud cake lebih kecil
dari 3/4 inch SFL Menentukan Rxo Didalam lapisan invaded carbonate atau sand Lumpur jenis
fresh water base mud Porositas batuan medium (<15%) Open hole Kedalaman invasi filtrat
lumpur > 4”
Ketebalan mud cake 3/4” – 3/8”
Harga resistivitas batuan formasi 0,5 - 100 ohm-meter
Induction log Dual Induction log Menentukan Rt Resistivitas formasi rendah (Rt < 10) Ketebalan
lapisan antara 5-6 ft Rmf /Rw > 20
Rt/Rm < 10 D < 10 in Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM
POROSITY TOOL Density log FDC Menentukan ρ_b Kondisi lubang bor yang tidak kasar
Open hole Densitas batuan formasi 2 – 2,9 gr/cc Kedalaman penetrasi 4 in Vertical bed
resolution 3 ft Kecepatan logging 1800 ft/hr LDL Menentukan Pe Menentukan ρ_(b ) Formasi
batuan unconsolidated sand Open hole Porositas antara 20% - 40% Densitas batuan formasi yang
rendah Neutron log SNP Menentukan porositas formasi Kondisi open hole Diameter lubang bor
7 7/8 in Temperatur 75º F Resolusi vertikal 2 ft Kedalaman investigasi 8 in CNL Menentukan
porositas formasi dengan merasakan jarak fast neutron travel pada formasi Kondisi open hole
Diameter lubang bor 7 7/8 in Temperatur 75º F Resolusi vertikal 3 ft Porositas antara 11% - 22%
Kedalaman investigasi 10 in Kecepatan logging 1800 ft/hr Sonic log BHC Mengukur
compressional interval transit time formasi (∆tc) Identifikasi lithologi Vertical resolution 2 ft
Kedalaman penetrasi 1 in Kecepatan logging 5000 ft/hr Formasi kompak (porositas 15 % - 25 %)
Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled hole
Lanjutan ALAT LOGGING FUNGSI ALAT KONDISI OPTIMUM POROSITY TOOL Sonic
log LSS Mengukur shear interval transit time (∆ts) Merekam sifat mekanik batuan Identifikasi
lithologi Korelasi yang lebih baik pada data sesimik Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur,
tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled hole Open hole Porositas antara 20% - 40%
Unconsolidated sand formation LOG TAMBAHAN Dipmeter log Mengetahui arah dan besar
penyimpangan lubang bor Pemetaan bawah permukaan. Resistivitas tinggi ( >200 ohm-m)
Diameter lubang bor ± 8 inch
Dip > 10º
Caliper log Mengukur diameter lubang bor
Korelasi lithologi
Menyeleksi gauge section untuk setting packer Dapat mengukur lubang bor dengan diameter
sampai 36 inch
5.2. Pemilihan Kombinasi Logging yang Optimum Untuk Menentukan Lapisan Produktif
5.2.1. Prosedur Pemilihan Kombinasi Logging yang Optimum
A. Pengumpulan Data – Data Yang Mempengaruhi Pemilihan Kombinasi Logging yang
Optimum
Persiapan/pengumpulan data “borehole environtment” yang akan disurvey log. Data tersebut
dapat dikoleksi/dikumpulkan dari data sumur sebelumnya (sumur eksplorasi).
Kegiatan/studi pemilihan kombinasi log optimum biasanya dilakukan setelah proses pemboran
eksplorasi berhasil menemukan lapisan-lapisan porous-permeabel mengandung hidrokarbon,
untuk program penilaian formasi sumur-sumur pengembangan (development well).
Data yang perlu disiapkan :
Jenis fluida pemboran
Jenis batuan reservoir yang akan disurvey
Karakteristik invasi filtrat lumpur (diameter zona yang terinvasi filtrat)
Kondisi lubang bor (variasi diameter lubang bor)
Ketebalan lapisan-lapisan porous-permeabel produktif
Distribusi porositas dan resitivitas lapisan-lapisan porous-produktif
Kondisi optimum pengukuran dari peralatan log yang ada
B. Mempelajari dan Memahami Kondisi Optimum Dari Setiap Jenis Alat Log
Mempelajari/memahami kondisi optimal dari setiap log yang ada dipasaran atau yang disarankan
oleh company sangat penting untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan secara akurat.
Karena tidak mungkin satu alat log bisa cocok untuk semua kondisi. Sebagai contohnya, SP log
akan optimal penggunaannya apabila digunakan pada kondisi open hole, clean sand formation,
dengan porositas batuan yang cukup besar, invasi filtrate lumpur yang dangkal,serta
menggunakan lumpur jenis water base mud. Kondisi optimum dari peralatan logging dapat
dilihat pada tabel 5-1.
C. Memilih Jenis Alat Logging Yang Sesuai Dengan Kondisi Lubang Bor
1. Jenis lumpur pemboran yang digunakan :
Fresh water base muds, semua jenis alat logging yang dapat digunakan, khusus untuk pemilihan
resistivity tools, induction log lebih optimum digunakan.
Salt water base muds, semua jenis alat logging dapat digunakan. Khusus untuk pemilihan
resistivity tools, laterolog lebih optimum digunakan.
Oil base muds, pada kondisi ini resistivity tools yang biasa digunakan adalah induction log, dan
untuk pemilihan alat logging lain yang dapat digunakan antara lain : gamma ray, neutron log,
density log dan sonic log.
Gaseous Drilling Fluid, dapa kondisi ini resistivity tools yang bisa digunakan adalah induction
log, dan untuk pemilihan alat logging lain yang dapat digunakan antara lain : gamma ray,
neutron log, density log dan sonic log.
2. Jenis Batuan Formasi
Sandstone : untuk kondisi clean maupun shaly sand dengan zona air, SP dapat digunakan dengan
optimum.
Limestone : SP log akan bergerak lamban, pada kondisi ini GR log dapat digunakan dengan
optimum dan juga dapat memberikan nilai Vclay yang lebih baik.
Dolomite : GR log lebih optimum digunakan.
Shale : GR log, dengan mengabaikan komponen uranium dapat memberikan Vclay yang lebih
baik.
Shalysand : SP log dan GR dapat digunakan dengan mengoreksi kandungan shale.
Carbonate : GR log lebih superior untuk membedakan antara lapisan permeabel dan non-
permeabel.
3. Kedalaman Invasi Mud Filtrat :
Invasi zona flushed zone (1-6 inch) :
Microlog
Proximity log
Microlaterolog
Micro Spherically Focused log
Invasi dangkal (0,5-1,5 ft)
16” Normal log
Spherically Focused log
Laterolog 8
Invasi medium (1,5-3 ft)
64” Normal log
Medium Induction log
Laterolog 7
Laterolog 3
Invasi dalam (> 3ft)
18 ft Lateral log
Deep induction log
Deep Laterolog
E. Uji Keakuratan Data Hasil Pengukuran Komposisi Kombinasi Log yang Optimum
Setelah ditentukan kombinasi log, maka proses logging dilakukan. Setelah didapatkan data hasil
dari kombinasi logging, maka dilakukan uji keakuratan data hasil dari pengukuran komposisi
kombinasi log terpilih, menggunakan pendekatan statistik.
Akurat, jika harga porositas hasil log sama atau mendekati data porositas hasil analisa core (pada
lapisan yang sama).
Membuat plot Φ log (sumbu x) vs Φ core (sumbu y)
Analisa korelasi dan regresi
Jika kurang akurat (terjadi perbedaan yang tajam antara Φlog terhadap Φcore, dilakukan
pemilihan kembali kombinasi log yang lain (point D)
Gambar 5.4. Korelasi porositas hasil analisa core vs hasil logging
Definisi
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara
aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan
formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan
sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke
kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke
atas. Logging tool akan mengirim sesuatu “sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan
listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool
lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di
permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai
macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika.
Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan Logging
While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan menggunakan kabel setelah
pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. Sedangkan Logging-While-
Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor.
Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga
berupa grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi formasi
(resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat pemboran.
Gambar wireline log dan logging while drilling
Alat Pemboran
Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah serangkaian peralatan yang
disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang bor, seluruh peralatan ini mempunyai
lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud.
Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya
untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung
terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu,
makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan.
Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan dari
rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pemboran.
Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai tempat
perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari system sirkulasi , fluida pemboran melalui
pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly ada bail untuk dikaitkan ke HOOk supaya
memungkinkan turun seluruh rangkaian pemboran.
Peralatan – peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar, berfungsi untuk menutup
semburan /tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara otomatis.
Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang berfungsi untuk menstabilkan
arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian pemboran yang diakibatkan
oleh diferensial pressure.
Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi untuk
melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.
Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub, befungsi untuk alat
penutup semburan /tekanan dari dalam pipa pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel, berfunsi untuk menutup
semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly down.
Operasional Logging
1. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor setidaknya setengah jam menjelang
pemboran selesai.
2. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang sudah dikalibrasi di instansi yang
terkait, atau ada dosimeter yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup dosimeter
saku)
3. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia
4. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu kalibrasi.
5. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela sumber radiasi senantiasa
menghadap ke tempat yang tidak ada manusia
6. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan meremehkan efek dari radiasi.
Hal yang harus diingat bahwa bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan terkena radiasi
hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena radiasi harus diusahakan sebisa
mungkin.
7. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai permintaan geologist, maka segera
probe masuk ke lobang bor.
8. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah probe berhasil mencapai dasar
sumur atau sudah mencapai kedalaman yang diinginkan oleh geologist..
9. Log yang diperlukan adalah Double Gamma Density, Natural Gamma Dan Kaliper.
10. Untuk LSD (Quality Log) Dibuat Scala 1 : 100 sementara untuk SSD (Thickness Log) dibuat
Scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan scala harus didasarkan pada perbedaan kecepatan
perekaman. Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit sementara untuk detail scale sekitar 2
meter permenit. Atau hal ini bisa dibicarakan dengan logging engineer.
11. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke permukaan, segera sumber radiasi
dimasukkan kembali ke container dan diamankan dengan jarak aman.
12. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia berada. Sebaiknya disimpan dalam
lobang tanah yang digali husus sehingga mudah mengeluarkan dan menyimpan. Posisi lobang ini
tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.
Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur besarnya tegangan dan arus
dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik digunakan untuk mengetahui
sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang ada dalam pori-porinya. Dari pengukuran arus
listrik dan tegangan yang di lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat diketahui tahanan
(resistivitas)nya. Jadi alat yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus
dan elektroda tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut sebagai log induksi
(induction log). Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas
formasi < 200 0hm – m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan resistivitas dengan cara
mengukur konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik
berfrekuensi tinggi dengan amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam
batuan. Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah.
Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika:
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm – m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di
anjurkan untuk dipakai.
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversi dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyak menggunakan
parameter dan korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang valid sehingga
mempermudah analisa.
Log SP
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di permukaan
dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging dengan
berbagai jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktif serta berbagai
jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log adalah mengenal lapisan permeable dan serpih
yang non permeable. Log yang digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log.
Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap
dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada sebuah
lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable. Secara alamiah karena
perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan
formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya
adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.
Kegunaan dari log SP adalah untuk :
Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan itu.
Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool ke
dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang sumur lalu
alat tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference potensial
elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed
yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
Kelebihan dan Kekurangan Log SP. Log SP memiliki kelebihan – kelebihan sebagai
berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable
, dengan begitu RHOE bisa kita sebut sebagai jumlah elektron pada suatu
volum tertentu.
suatu atom setara dengan dua kali jumlah elektron pada atom tersebut, . Jadi
perumusan bisa disederhanakan menjadi, ini kita rumuskan untuk sebagian
besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran.
7. Sedangkan densitas bulk LWD seperti yang dijelaskan di atas adalah berdasarkan jumlah
elektron atau indeks densitas elektron, , dimana adalah densitas bulk LWD.
8. Sehingga bisa disimpulkan bahwa atau densitas bulk LWD adalah setara
dengan densitas bulk formasi.
Coba dilihat kembali bahwa , hal ini adalah benar pada hampir semua elemen
yang ditemukan di lingkungan pengeboran, tapi tidak benar pada hidrogen. Karena hidrogen
memiliki 1 proton, 1 elektron, dan tidak memiliki neutron. Jadi pada hidrogen perbandingan
algoritma tersebut tidak sama dengan 1. Ini sangat penting bagi kita karena hidrogen terkandung
di hidrokarbon dan air. Jadi ketika hidrogen terkandung di suatu formasi, maka tidak akan
sama dengan .Untuk mengatasi masalah perhitungan ini saat ditemukan kandungan hidrogen,
maka dilakukan eksperimen untuk menentukan hubungan dan saat hidrogen terdapat di
formasi. Yaitu dengan meletakkan alat pada suatu lempengan batuan kapur yang sudah diketahui
porositasnya sekitar 0% sampai 40%, kemudian pori-porinya diisi dengan air. Melalui
eksperimen ini ditemukan hubungan , yang dipakai Schlumberger
untuk menghitung saat alat LWD berada di lingkungan yang mengandung hidrogen.
Eksperimen juga dilakukan menggunakan lempengan batuan pasir dan dolomite, karena ketiga
jenis batuan ini yang paling sering ditemukan di lingkungan pengeboran. Dengan hasil
eksperimen tersebut maka semua alat LWD Schlumberger yang menghitung densitas harus
dikalibrasi berdasarkan standard ini. Air dan minyak memiliki kandungan hidrogen yang hampir
sama, sehingga tidak perlu adanya koreksi terhadap hasil perhitungan. Namun ketika alat LWD
melintasi bebetuan yang berbeda semisal batuan garam dan gipsum, maka butuh sedikit koreksi
terhadap hasil perhitungan densitas formasi yang diperoleh alat LWD, karena algoritma yang
dipakai hanya diperuntukkan untuk jenis batuan kapur, pasir dan dolomite.
Semua hasil perhitungan ini adalah tidak mesti tepat karena adanya faktor-faktor di
lingkungan pengeboran yang berubah dari waktu ke waktu juga akan mempengaruhi
perhitungan. Koreksi-koreksi ini sangat penting adanya untuk ketepatan hasil akhir perhitungan
parameter fisis yang akan diberikan kepada klien. Koreksi ini berbeda-beda antara satu
perhitungan dengan perhitungan lain, misalnya pada sinar gamma kita harus koreksi dengan
besarnya diameter sumur, berat jenis lumpur bor, kandungan potasium dan besarnya diameter
alat. Porositas memiliki koreksi yang paling rumit karena sangat bergantung pada banyak faktor
lingkungan pengeboran yang berubah setiap saat, seperti suhu di dalam sumur, tingkat ke-asinan
formasi dan lumpur, jenis matrik formasi, besarnya diamter lubang sumur, indeks hidrogen
formasi, dsb.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor
sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya densitas juga dipengaruhi oleh
kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga
porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.
Log Netron
Log Sonik