Anda di halaman 1dari 13

PENILAIAN FORMASI

Neutron Log dan Perhitungan Saturasi Air

BAYU DEFITRA
153610529

PRODI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
LOG NEUTRON

Prinsip dasar dari log neutron adalah mendeteksi kandungan atom


hidrogen yang terdapat dalam formasi batuan dengan menembakan atom
neutron ke formasi dengan energi yang tinggi. Neutron adalah suatu partikel
listrik netral yang mempunyai massa hampir sama dengan atom hidrogen.
Partikel-partikel neutron memancar menembus formasi dan bertumbukan
dengan material formasi, akibat dari tumbukan tersebut neutron akan
kehilangan energi. Energi yang hilang saat benturan dengan atom di dalam
formasi batuan disebut sebagai porositas formasi (ф N). Hilangnya energi
paling besar bila neutron bertumbukan dengan sesuatu yang mempunyai massa
sama atau hampir sama, contohnya atom hidrogen. Dengan demikian besarnya
energi neutron yang hilang hampir semuanya tergantung banyaknya jumlah
atom hidrogen dalam formasi.

Gambar 1 Respon Log Neutron(Malcolm Rider, 2002)


Kandungan air akan memperbesar harga porositas neutron. Jika pori-
pori didominasi oleh minyak dan air harga porositas neutron kecil. Apabila
formasi terisi oleh gas, maka nilai log netron kecil mendekati batuan sangat
kompak (2– 6%), karena konsentrasi atom hidrogen pada gas lebih kecil
daripada minyak dan air. Batuan yang kompak dimana porositas mendekati
nol akan menurunkan harga neutron. Lapisan serpih mempunyai porositas
besar antara 30–50% dalam kurva log, tetapi permeabilitas mendekati nol.
Pengaruh serpih dalam lapisan permeabel akan memperbesar harga porositas
neutron. Kandungan air asin atau air tawar dalam batuan akan memperbesar
harga porositas neutron. Kurva log neutron ini tidak dapat untuk korelasi
karena tidak mewakili litologi suatu batuan.
Log neutron dalam perekamannya langsung menunjukkan porositas
batuan dengan menggunakan standar matrik batugamping. Untuk batuan selain
batugamping, harga porositasnya dinyatakan dalam porositas neutron atau
porositas formasi (𝜑𝑁). Untuk mendapatkan harga porositas sebenarnya harus
digunakan gabungan kurva log yang lain seperti log densitas ( D).
Kombinasi Log Densitas (RHOB) dan Log Neutron (NPHI)
Berdasarkan sifat – sifat defleksi kurva 𝑏 dan 𝜑𝑁 maka dapat
memberikan keuntungan tersendiri pada lapisan – lapisan yang mengandung
hidrokarbon. Pada lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung
mempunyai defleksi ke kiri (makin kecil harga 𝑏 nya), sedangkan pada log
neutron, harga porositasnya akan cenderung makin ke kanan (makin kecil
harga 𝜑𝑁 nya), dan pada lapisan shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan
gejala yang sebaliknya.
Dengan demikian, pada lapisan hidrokarbon akan terjadi separasi antara
kedua kurva, dimana separasi disebut positif, sebaliknya pada lapisan shale
terjadi separasi negative.
Gambar 2 Log penentu jenis litologi (Bateman, 1985)
PERHITUNGAN SATURASI AIR

Parameter-parameter fisis suatu batuan merupakan aspek penting dalam


dunia eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Paramter-parameter tersebut
menjadi indikator untuk menentukan keberadaan minyak dan gas dalam batuan,
parameter tersebut di antaranya : porositas, densitas dan water saturation (Sw).
Untuk menghitung parameter fisis tersebut dibutuhkan sebuah metode, salah
satunya ialah metode well-log. Metode ini merekam parameter-parameter fisis
batuan setiap ke dalaman pada sumur. Dari parameter tersebut, kita dapat
mengetahui kondisi suatu sumur hidrokarbon. Water saturation (Sw) merupakan
salah satu parameter yang sangat penting dalam mengestimasi keberadaan minyak
dan gas yang terdapat dalam batuan. Water saturation (Sw) tidak dapat diukur
langsung, tapi nilainya dapat didekati dengan menggunakan persamaan-persamaan
matematis yang telah dirumuskan oleh para ahli petrophysics. Persamaan tersebut
di antaranya persamaan Archie, persamaan Indonesia, dan persamaan rasio
resistivitas. Variabel-varibel yang digunakan dalam perhitungan water saturation
(Sw) adalah parameter fisis batuan lainnya yang didapat dari data log dan data core.
1. Water Saturation (Sw) dan Perhitungannya
Water saturation (Sw) adalah persentasi dari pori-pori batuan yang terisi oleh air.
Sisa bagian ruang pori batuan yang terisi oleh minyak atau gas disebut kejenuhan
hidrokarbon (Sh).
Sh = 1 – Sw ....................................................................(1)
Asumsi umu adalah reservoir mula-mula terisi oleh air dan selang waktu perubahan
geologi, hidrokarbon yang terbentuk di tempat lain pindah ke formasi berpori
menggantikan air pada ruang pori dalam batuan. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mendekati nilai water saturation (SW) yaitu persamaan Archie,
persamaan Indonesia, dan persamaan rasio resistivitas.
1.1 Persamaan Archie
Persamaan Archie merupakan persamaan dasar dalam menentukan water
saturation dan menjadi dasar dari persamaan-persamaan lainnya.
𝐹 𝑥 𝑅𝑤
𝑆𝑤𝑛 = .....................................................................(2)
𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚

Di mana
Sw = Saturasi Air
Rw = Resistivitas Air
Rt = Resistivitas batuan yang di jenuhi air kurang dari 100%
a = Konstanta batuan (pada sandstone = 0.81 dan limestone = 1)
φ = Porositas batuan (%).
m = Faktor sementasi.
n = Faktor saturasi

Persamaan Archie memegang peranan penting, hal tersebut dapat dilihat dengan
adanya resistivitas air (Rw) yang didapat dari Lithologi Tools, resistivitas batuan
yang dijenuhi air kurang dari 100 % (Rt) dari Resistivity Tools dan porositas (Ø)
dari Porosity Tools. Persamaan ini digunakan menghitung saturasi air garam, dan
dapat digunakan apabila sifat litologi seperti : ukuran butir, penyortiran dan clay-
mineral content telahdiketahui.

1.2 Persamaan Indonesia


Persamaan Indonesia pada mulanya digunakan untuk memodelkan formasi-
formasi di Indonesia yang volume serpihnya besar dan air formasi terdiri dari air
tawar. Persamaan Indonesia merupakan persamaan dengan pendekatan porositas
efektif. Porositas efektif merupakan porositas total yang telah telah dikoreksi
terhadap kandungan serpih dalam formasi. Persamaan ini merupakan persamaan
empiris yang diturunkan berdasarakan persamaan Archie untuk formasi bersih.

𝑛 1
√𝑅
2 𝑡
𝑆𝑤 = 𝑉 ............................................................(3)
1−( 𝑠ℎ )
𝑉
2 √𝜙𝑚𝑒
𝑠ℎ
+
√𝑅𝑠ℎ √𝑎𝑅𝑤

di mana
Sw = water saturation (%)
Rt = resistivitas formasi (ohm.m)
Vsh = volume shale (%)
Rsh= resistivitas shale (ohm.m)
Rw= resistivitas air formasi (ohm.m)
a = faktor formasi
m = faktor sementasi
n = eksponen saturasi
φ = porositas (%)

Volume shale diperoleh dari pembacaan log GR dan resistivitas serpih yang
diperoleh dari log resistivitas pada zona sshale pada sumur yang sama. Persamaan
Indonesia sangat dipengaruhi oleh volume serpih dan resistivitas serpih. Semakin
besarnya volume shale dalam formasi, resistivitas akan semakin mengecil.
Sebaliknya, untuk mendapatkan volume shale yang kecil maka harus diperoleh
kondisi dengan resistivitas shale yang cukup besar. Akan tetapi shale pada
persamaan ini ada pada garis non linier sehingga efektif untuk mereduksi pengaruh
kandungan shale yang tinggi dalam formasi. Persamaan Indonesia efektif untuk
menentukan saturasi air formasi dengan kandungan shale lebih besar dari 40 %.

1.3 Metode Rasio Resistivitas


Metode rasio resistivitas mengasumsikan bahwa formasi dibagi menjadi dua
bagian, terinvasi lumpur bor dan tak terinvasi lumpur bor. Kedua zona tersebut
memiliki faktor formasi (F) yang sama, tetapi masing-masing mengandung air
dengan resistivitas berbeda, Rt (true resistivity) untuk zona tak terinvasi dan Rxo
(flushed zone resistivity) untuk zona terinvasi. Bila sumur selesai di bor, formasi
yang dekat dengan lubang bor akan terkontaminasi pleh filtrasi lumpur. Bila lapisan
mengandung minyak, umumnya daerah dekat lubang bor mempunyai resistivitas
rendah, sedangkan resistivitas di daerah yang jauh dari lubang bor lebih tinggi.
Sehingga perbandingan antara alat resistivitas dangkal dengan alat resistivitas
dalam akan memberikan tanda hidrokarbon. Persamaan Archie seperti pada
persamaan (2). Sedangkan saturasi air untuk zona terinvasi adalah
𝑛 𝑅𝑚𝑓
𝑆𝑥𝑜 =𝐹 .................................................................(4)
𝑅𝑥𝑜

Secara empiris, dari pengukuran di lapangan diperoleh Sxo = (Sw)1/5 , dan dengan
membagi persamaan (2) dan (4) maka diperoleh persamaan (5) sebagai berikut :
𝑅 𝑅𝑥𝑜
𝑆𝑤 = (𝑅𝑤 )...............................................................(5)
𝑚𝑓 𝑅𝑡

Persamaan (5) merupakan persamaan untuk menentukan saturasi air dengan metode
rasio resistivitas. Metode ini tidak membutuhkan informasi tentang porosiats dan
faktor formasi.

2. Penegolahan Data dan Perhitungan Parameter Fisis Batuan


Pada tugas ini dilakukan dengan analisa data log secara kualitatif dan kuantitatif
dengan korelasi korelasi data core. Penentuan nilai saturasi air dilakukan dengan
menggunakan persamaan Archie, persamaan Indonesia dan metode rasio
resisitivitas. Data yang digunakan ilah sumur Walakpa-1, di antaranya data :
DEPTH, GR, SP, CALI, NPHI, RHOB, LLD, LLS dan MSFL beserta data core
yang didownload dari website USGS. Pengolahan data menggunkan Microsoft
Excel 2010 dan Interactive-Petrophysics.
Sebelum melakukan proses pengolahan data, sebaiknya data sumur yang
digunakan diperiksa kelengkapannya sehingga memudahkan dalam mencari
informasi mengenai data sumur tersebut. Setelah dipastiakn data dalam keadaan
bagus, selanjutnya dapat melakukan pengolahan data. Tahap pertama dalam
melakukan pengolahan data adalah melakukan zonasi reservoir. Data log yang
sudah sesuai dengan kedalamannya masing-masing dipilih zona yang merupakan
zona reservoir. Untuk menentukannya, dilihat pada litologi batuan dari log GR dan
log SP. Kedua log tersebut dapat membedakan lapisan batuan yang permeabel dan
impermeabel. Reservoir yang bagus mempunyai porositas dan permeabilitas yang
tinggi, hal tersebut ditunjukkan pada defleksi kurva SP dan rendahnya intensitas
GR. Menandakan bahwa lapisan tersebut kemungkinan adalah sand. Data log lain
yang berguna dalam melakukan zonasi reservoir adalah log resistivitas. Dari log
resistivitas dapat diketahui keberadaan hidrokarbon , ditunjukkan dengan nilai
resisitivitas yang tinggi dari defleksi ke kanan kurva ILD. Reservoir hidrokarbon
dapat juga diidentifikasi dari log densitas dan log porositas NPHI. Zona reservoir
ditunjukkan dengan tingginya nilai kedua log tersebut, dengan log densitas defleksi
ke kanan dan log NPHI defleksi ke kiri. Berikut adalah contoh zonasi reservoir pada
subuah sumur. Setelah dilakukan zonasi maka selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan parameter fisis batuan untuk mendapatkan nilai saturasi air dari zona
reservoir.

Gambar 3 Hasil zonasi reservoir yang ditunjukkan dengan angka

2.1 Perhitungan Resistivitas Benar (Rt)


Resistivitas benar (Rt) merupakan resistivitas batuan pada zona tak terinvasi oleh
lumpur bor yang terisis oleh air dan hidrokarbon. Alat log resistivitas dalam
mengukur resistivitas formasi pada zona tak terinvasi lumpur bor, sehingga
penentuan nilai Rt menggunakan data log resistivitas dalam. Dalam tugas ini nilai
Rt diperoleh dari data log ILD.

2.2 Perhitungan Resistivitas Zona Terinvasi (Rxo)


Resistivitas zona tak terinvasi (Rxo) merupakan resistivitas formasi yang
terkontaminasi oleh lumpur sehingga fluida asal dalam formasi sudah bercampur
dengan filtrat lumpur bor. Data Rxo diperoleh dari pembacaan log LL8.

2.3 Perhitungan Porositas (φ)


Porositas merupakan nilai perbandingan antara volume ruang kosong (pori) pada
batuan dengan volume total batuan. Penentuan porositas menggunakan 2 alat log
porositas yaitu porositas densitas dan porositas neutron (NPHI). Porositas formasi
dapat diestimasi dengan menggunakan kombinasi kedua nilai log tersebut. Di mana
prositas formasi dapat didekati dengan persamaan berikut.
Φ2𝑁 +Φ2𝐷
Φ=√ ..................................................................(6)
2

Dengan Φ adalah porositas total, ΦN porositas neutron dan ΦD porositas densitas.


ρma adalah densitas matriks dalam hal ini ialah sandstone yaitu 2.65 gr/cc dan ρfluid
ialah densitas fluida dalam hal ini ialah air yaitu 1 gr/cc. Sedangkan ρbulk dapat
dibaca langsung dari RHOB.
𝜌𝑚𝑎 −𝜌𝑏𝑢𝑙𝑘
Φ𝐷 = .......................................................(7)
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑

Porositas yang diperoleh dari persamaan (6) adalah porositas total. Untuk
mendapatkan porositas efektif, porositas total dikoreksi dengan persamaan :
Φ𝑡𝑜𝑡 − (𝑉𝑠ℎ 𝑥 Φsh )....................................(8)
Porositas shale diperoleh dari data log NPHI dan porositas densitas pada formasi
yang mengandung shale. Sedangkan, volume shale diperoleh dari log GR.

2.4 Perhitungan Volume Shale


Log gamma ray memiliki kemampuan untuk mengukur derajat kandungan shale
dalam lapisan batuan. Oleh karena itu dalam industri minyak dan gas bumi log GR
sering digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan
Vsh. Langkah pertama yang digunakan untuk menghitung volume shale pada log
GR adalah dengan menentukan indeks GR (IGR) yang dihitung menggunakan
persamaan berikut :
IGR = ( GRlog – GRmin) /(GRmax – GRmin) ...........................................(9)
Di mana :
IGR = Indeks gamma ray
Grlog = pembacaan GR dari formasi
Grmin = skala terkecil GR
Grmax = skala terbesar GR

Namun sebelum ditentukan Vsh , harus diketahui dahulu respon log GR yang
terbaca, respon tersebut dapat membentuk kurva yang linier atau non lionier. Untuk
respon log GR yang linier maka Vsh = IGR . Namun jika respon log non linier maka
Vsh dapat diestimasi dengan beberapa pendekatan diantaranya sebagai berikut :
Larrioonov (1969) untuk batuan tersier :
Vsh = 0.083(23.7 IGR - 1) ..................................................................................(10)
Steiber (1970) :
Vsh = IGR /(3-2. IGR) ......................................................................................(11)
Clavier (1971) :
Vsh = 1.7- [3.38 –( IGR -0.7)2]1/2 .......................................................................(12)

Larionov (1969) untuk batuan yang lebih tua :


Vsh = 0.33 x (22 IGR - 1) ...................................................................................(13)

2.5 Perhitungan Resistivitas Air Formasi (Rw)


Air formasi merupakan air dalam formasi tak terkontaminasi oleh lumpur bor
yang tersaturasi pada batuan berpori. Nilai Rw berguna untuk menentukan Sw
dalam formasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukkan
nilai Rw, pada tugas ini digunakan metode pickett plot. Pickett plot tidak
memberikan informasi tentang temperatur formasi. Pickett plot dimanfaatkan untuk
mengetahui faktor sementasi (m) yang berguna untuk menentukan faktor formasi
(F). Nilai m dalam pickett plot merupakan nilai kemiringan garis 100% saturasi air.

Gambar 4 Metode pickett plot

2.6 Penentuan Rmf


Nilai Rmf dapat dihitung setalah diperoleh nilai Rw dari metode pickket plot.
Rmf dihitung dengan menggunakan metode perbandingan, sebagai berikut.
𝑅𝑡
𝑅𝑤 = 𝑅𝑚𝑓 𝑥 ..........................................................(14)
𝑅𝑥𝑜

Di mana Rt diperoleh dari resistivitas sebenarnya dari data log ILD dan Rxo
diperoleh dari log LL8.

2.7 Kuantitas a, m, dan n


Nilai a, m dan berturut-turut adalah faktor tutuosity, faktor sementasi dan
eksponen saturasi. Pada tugas ini, kuantitas a= 0.81 untuk sand dan nilai m dan n
masing-masing 2. Setelah diperoleh semua nilai parameter fisis zona reservoir maka
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan Sw dengan menggunkan persamaan
Archie, persamaan Indonesia dan metode rasio resistivitas.
REFERENSI

http://teknik-perminyakan-indonesia.blogspot.com/2015/07/gamma-ray-log-
dasar-teori.html
https://www.academia.edu/5146182/Gamma_ray_log
http://novianto-geophysicist.blogspot.com/2013/07/interpretasi-well-log-
bagian-3-sp-log.html
http://digilib.unila.ac.id/128/11/BAB%20III.pdf
https://id.scribd.com/doc/250602690/PERHITUNGAN-WATER-
SATURATION-doc

Anda mungkin juga menyukai