Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PENENTUAN SATURASI AIR

4.1. TUJUAN PENENTUAN SATURASI AIR


Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi tidak lain adalah untuk
mengetahui seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi.
Karena dengan data saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida
dalam suatu formasi. Dan juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi
yang mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu.

4.2. DASAR TEORI


4.2.1. Definisi Saturasi
Ruang pori–pori batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri
dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing – masing fluida, maka
perlu diketahui saturasi masing – masing fluida tersebut. Saturasi adalah sebagai
perbandingan antara volume fluida tertentu (air, minyak dan gas) terhadap jumlah
volume pori – pori.

4.2.2. Konsep Resistivitas


Resistivitas didefinisikan sebagai daya tahan batuan terhadap arus.
Resistivitas batuan bisa diukur melalui well logging. Ada dua jenis alat untuk
mengukur resistivitas. Lateralog mengukur resistivitas secara langsung dan
induksi yang mengukur konduktivitas. Resistivitas dan konduktivitas memiliki
hubungan dimana C = 1 / R. Batuan reservoir memiliki karakteristik resistivitas
sebagai berikut:
 matriks batuan : resistivitas tinggi
 air formasi : resistivitas rendah
 minyak : resistivitas tinggi
 gas : resistivitas tinggi
 water-based mud filtrate : resistivitas rendah
 oil-based mud filtrate : resistivitas tinggi
Pada dasarnya batuan reservoir memiliki resistivitas yang tinggi. Namun
resistivitas batuan lebih tergantung pada fluida yang mengisi pori batuan. Jika
reservoir terisi minyak / gas, maka resistivitas akan tinggi dan jika terisi air
formasi / water-based mud filtrate, maka resistivitas akan rendah. Resistivitas
adalah pengukuran dasar dari saturasi fluida reservoir dan merupakan fungsi dari
porositas, jenis fluida dan jenis batuan. Hubungan antara resistivitas air (Rw) dan
resistivitas batuan basah (Ro) ditunjukkan dengan persamaan:

F=Ro/ Rw...........................................................................................(4-1)

Profil Resistivitas

 Invaded Zones (Zona Invasi)


Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow
resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu
oleh fluida pemboran. Zona ini terletak paling dekat dengan lubang bor.

 Trantition Zone (Zona Transisi)


Pada zona ini pembagian fluida adalah (nyaris) 50-50. sehingga mulai
muncul efek dari keberadaan fluida formasi yang sebenarnya. Merupan
zona transisi yang berisi zona air filtrate dan zona air resistivity. Zona
transisi ini terletak setelah zona invasi dan cukup jauh dari lubang bor.

 Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)


Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk
menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank
Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam (deep
resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 ohm.m.
Zona ini terletak paling jauh dari lubang sumur dan terletak setelah zona
transisi.
Simbol yang digunakan di logging di dalam lubang sumur bisa dilihat di
gambar bawah ini:

Gambar 4.1
Profil Resistivitas
(Sumber : https://duniaperminyakan.wordpress.com

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengukuran Resistivitas

 Tekanan dan Temperatur


Resistivitas berpengaruh besar terhadap temperatur namun sedikit terhadap
tekanan. Semakin tinggi temperatur, maka resistivitas akan semakin kecil.

 Komposisi Garam
Resistivitas fluida formasi tergantung pada konsentrasi dan jenis garam
yang terlarut di dalamnya. Garam terlarut direpresentasikan dengan NaCl
ekuivalen atau biasa disebut salinitas.
Matrik, minyak dan gas adalah insulator listrik, yang tidak dapat
mengalirkan aliran listrik dan mengakibatkan resistivitas dari ketiga benda
tersebut bisa dikatakan tak terhingga jika dimasukkan ke dalam rumus dibawah.
Ro
F= ....................................................................................................(4-2)
Rt

Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan

listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan.
Resistivity pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada
formation water resistivity (Rw) dan formation resistivity factor (Fr).

Ro
Fr= .................................................................................................(4-3)
Rw
Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas (∅). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoirnya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortousity factor (a)
dan cementation exponent (m).

a
Fr= ...................................................................................................(4-4)
∅m
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
Ro
F '= ...................................................................................................(4-5)
Rt
F’ dalam persamaan diatas mempresentasikan water saturation (Sw), yang
merupakan persentasi dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukkan beberapa persamaan, maka Sw
dapat dihubungkan dengan fluida dalam suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan
dengan properti oleh eksponen n (saturation exponent) yang biasanya
diasumsikan dengan nilai 2.
Archie Water Saturation
a Rw
Sw= n
√ ×
∅ m Rt
......................................................................................(4-6)

Hydrocarbon Saturation
Shc=1−Sw............................................................................................(4-7)

Determinasi harga Rw dapat ditentukan dengan berbagai metode


diantaranya dengan menggunakan metode crossplot resistivitas-neutron,
resistivitas-sonic dan resistivitas-densitas. Harga Rw juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus Archie, serta dari percobaan di
laboratorium.

Rumus SSP dipakai jika terdapat lapisan mengandung air (water-bearing)


cukup tebal dan bersih, serta defleksi kurva SP yang baik. Keakuratan dari
penentuan harga Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:

1. Komponen elekrokinetik dari Sp diabaikan.

2. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik).

3. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang


tinggi.

Berdasarkan hal tersebut serta rekaman penampang mekanik pada daerah


penelitian tidak mempunyai kurva defleksi SP yang cukup baik, maka di dalam
formasi kandungan air, kejenuhan air adalah 1 di daerah murni dan terkontaminasi
Sw = Sxo = 1, sehingga rumus Archie menjadi:

Rt
Rwa= ................................................................................................(4-8)
F

Keterangan:

Rwa = resistivitas formasi (apparent resistivity)

Rt = resistivitas dalam formasi kandungan air

F = faktor formasi

 Menggunakan Rt/Rxo
Rt
Rw= × Rmf @ Tf ............................................................................(4-9)
Rxo

dimana:

Rw = Resistivity water

Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi

Rt = Nilai Resistivity

Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi

 Metode SP
Rmf
Dimana SSP=−K log
Rw

Pada zona air (SW = 1), Rxo = F x Rmf, dan Ro = F x Rw.

Rxo
Maka: SP=−K log
Ro

dimana:

K = 60 + (0,133 x temperatur formasi)

Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log


Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika Sw = 100%)

 Metode Pickett Plot


Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan
faktor sementasi (m). Metode ini menggunakan crossplot nilai porositas
dan nilai resistivity dalam (ILD atau LLD).

4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie


Pada percobaan Archie menggunakan batu gamping, nilai a (eksponen
tortuosity) dan m (eksponen sementasi) selalu konstan (a=1 dan m=2). Untuk,
batupasir akan berbeda pula nilai a dan m-nya. Pada umumnya a dan m yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel IV-1
Harga A & M Batuan Carbonat

Sandstone
Exponen
Carbonates Porosity > 16% Porosity < 16%
t
(humble) (tixier)
A 1.0 0.62 0.81
M 2.0 2.15 2.0

True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).

Ro=F ' × Rt ..........................................................................................(4-10)


F’ dalam persamaan diatas merepresentasikan water saturation (Sw), yang
merupakan persentasi dari pori dalam suatu formasi yang ditempati oleh air
formasi yang konduktif. Dengan memasukan beberapa persamaan, maka Sw dapat
dihubungkan dengan physical properties dan konduktif properti (fluida) dalam
suatu formasi tersebut. Sw ini berkaitan dengan properti oleh eksponen n
(saturation exponent) yang biasanya diasumsikan dengan nilai 2 pada metode
Archie.
n Ro Fr × R w a Rw
Sw = = = m × .............................................................(4-11)
Rt Rt Ф Rt

4.2.4. Metode-Metode Penentuan Rw


Metode Rasio Resistivitas
Pada metode ini harga Rw tidak tergantung dari porositas. Dari persamaan
kejenuhan Archie dapat diperoleh suatu persamaan Sw sebagai fungsi rasio dari
resistivitas daerah terinvasi (Invaded Zone) dengan resistivitas daerah tak
terinvasi (Uninvaded Zone). Kemudian analisa secara kuantitatif dapat meliputi
meliputi analisis porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air formasi, saturasi,
permeabilitas, dan ketebalan lapisan produktif. Determinasi harga Rw dapat
ditentukan dengan berbagai metode diantaranya dengan menggunakan metode
cross-plot resistivitas-neutron, resistivitas-sonic, dan resistivitas-densitas. Harga
Rw juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus SSP (statik SP) dan rumus
Archie, serta dari percobaan di laboratorium. Keakuratan dari penentuan harga
Rw dengan metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Komponen elekrokinetik dari SP diabaikan.
b. Rmf kadang-kadang jelek (filtrasi lumpur tidak baik) .
c. Hubungan antara Rwe-Rw dan Rmfe-Rmf, khususnya pada Rw yang
tinggi.
Pada lapisan yang mengandung air dengan kondisi yang bersih dan
menunjukkan harga Rwa paling kecil serta mendekati harga Rw sumur terdekat,
merupakan harga Rw pada interval yang dievaluasi (Schlumberger, 1986; dalam
Abdurrahman C, dkk, 2008).

4.2.5. Metode-Metode Penentuan Saturasi Air

4.2.5.1. Automatic Compensated Method


Metode ini pada dasarnya menggunakan data sonic porosity dan Induction
resistivity langsung ke dalam rumus Archie. Efek dari porositas yang dihitung
sonic log dijadikan faktor kompensasi untuk mengoreksi perhitungan saturasi
(Dewan, J. T., 1983). Metode ini cocok digunakan untuk dispersed shale dan
batuan berporositas tinggi (Dewan, J. T., 1983). Metode Automatic Compensation
ini hanya menggunakan log resistivitas dan log sonic dalam melakukan analisis
saturasi air. Kehadiran shale dalam metode ini diduga mengakibatkan pembacaan
Rt menjadi terlalu kecil dan membuat pembacaan Φs terlalu tinggi, kedua faktor
tersebutlah yang dapat membuat kesalahan pada penentuan nilai saturasi air
(Dewan, J. T., 1983). Meskipun demikian penelitian tentang porositas tetap
membutuhkan adanya koreksi atas kehadiran shale untuk mendapatkan nilai
porositas efektif. (Dewan, J. T., 1983). Dalam menentukan nilai saturasi air,
metode ini menggunakan persamaan di bawah ini
Sw =0,9 √ R w /R t /∅ s...............................................................................(4-12)
∅ e =∅ s−V sh . ∅ ssh....................................................................................(4-13)
Keterangan:
Metode Automatic Compensation ini memiliki kelebihan diantaranya
adalah, metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir
yang memiliki kandungan dispersed shale, selain itu metode ini juga dapat
dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi. Metode Automatic Compensation ini selain memiliki
beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah bahwa pada metode ini cara persebaran shale dan jenis shale yang belum
diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan
perhitungan saturasi
air.

4.2.5.2. Simandoux Method


Pada tahun 1963, Simandoux mempublikasikan persamaan saturasi yang
dibuatnya, dimana pada saat itu banyak berbagai kalangan yang menerimanya.
Persamaan saturasi yang dipublikasikannya ini berdasarkan log resisitivitas, log
densitas dan log neutron (dalam Dewan, J. T., 1983). Metode simandoux
menggunakan log densitas dan log neutron untuk menentukan porositas. Adapun
fraksi lempung dapat ditentukan dari log Gamma Ray, SP dan indikator kehadiran
shale lainnya. Metode ini telah menjadi tulang punggung bagi service company,
dan program interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir. Metode ini
baik digunakan pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale.
(Dewan, J. T., 1983) Dalam bentuk yang berbeda, dan pada reservoar yang terdiri
dari batupasir, persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Dewan, J. T.,
1983).

Sw =
0,4 . R w
ϕe 2 [√ 5 . ϕe 2 V sh V sh
+ ( )−
R w . Rt R sh R sh ]
....................................................(4-14)

Keterangan:
Metode Simandoux ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan ini
kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik
dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang memiliki kadar
salinitas air yang tinggi atau saline water. Metode Simandoux ini selain memiliki
beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah bahwa metode ini hanya dapat mengcover zona dengan salinitas tinggi.
selain itu, metode ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale
yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan dampak
yang berbeda pula pada pembacaan log.

4.2.5.3. Dispersed Clay Method


Dispersed clay menggunakan log densitas dan log sonic untuk
mendapatkan data porositas. Peneliti terdahulu menggunakan porositas total,
sedangkan peneliti yang sekarang menggunkan porositas efektif pada dispersed
clay. Perbedaan ini akan menunjukkan beda derajat kelempungan yang berada
pada suatu shaly sand formation (Dewan, J. T., 1983). Metode ini mengusulkan
bahwa clay atau shale memiliki ukuran halus dan mengalami pertumbuhan pada
batupasir menggantikan rongga pori pada batupasir. Akibat pertumbuhan
lempung atau clay tersebut luas permukaan menjadi lebih besar dan banyak air
yang terserap oleh lempung atau clay tersebut. Dispersed clay menggantikan
porositas yang ada. Sehingga nilai maksimum Vdis sama dengan nilai porositas
asli, akan tetapi nilai dari volume batupasir bernilai tetap dan tak terubah (dalam
Bateman, R. M., 1985). Electrical model dari dispersed clay mempertimbangkan
bahwa porositas total terisi dengan resistivitas campuran lempung dengan
kandungan fluida seperti air dan hidrokarbon (dalam Bateman, R. M., 1985). Jika
demikian, maka konduktivitas total formasi merupakan pertambahan dari total
porositas yang didefinisikan oleh Archie (baik lubang pori yang saling
berhubungan dan lubang pori yang terisi oleh lempung atau clay) dan
konduktivitas lempung yang bergantung baik pada saturasi air dan fraksi
lempung, oleh karena itu pada kasus dispersed clay, persamaan untuk menghitung
saturasi air adalah sebagai berikut (Dewan, J. T., 1983).

Sw =
[√ 0,8 R w q 2 q
. +
Фs 2 R t 2
− () ]
2 ...................................................................(4-15)
(1−q )
Keterangan:
Dimana q dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.

( ∅ s−∅ d )
q= ...........................................................................................(4-16)
∅s

Menghitung porositas efektif dengan persamaan di bawah ini.


∅ e =∅d −V sh . ∅ sh....................................................................................(4-17)

Metode dispersed clay ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode


ini baik digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran shale
atau clay sudah diperhitungkan sehingga hasil perhitungan tentunya akan lebih
baik dan juga metode ini masih menunjukkan hasil yang cukup baik pada kasus
laminated shale. Metode dispersed clay ini selain memiliki beberapa kelebihan
tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah, metode ini dibuat
untuk kasus tertentu, maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada kasus
tertentu saja, tidak dapat secara umum dan dalam kasus ini hanya berlaku pada
dispersed clay saja.

4.2.5.4. Indonesia Equation Method


Pada tahun 1971, Poupon and Leveaux mengusulkan sebuah model
empiris yang disebut sebagai “Indonesia Equation Method”. Persamaan ini
dikembangkan berdasarkan karakteristik tipikal dari fresh water atau air fresh
yang berada pada suatu formasi dan tingginya kandungan shale yang berkisar
antara 30% - 70% yang sering dijumpai pada reservoar minyak di Indonesia
(Poupon & Leveaux, 1971). Dalam metode ini, hubungan konduktivitas antara Rt
dan Sw merupakan hasil dari konduktivitas lempung, air formasi dan
konduktivitas lainnya yang diakibatkan interaksi anatara kedua konduktivitas
tersebut tersebut. Berikut ini adalah hubungan empiris dari penjelasan di atas
(Poupon & Leveaux, 1971).
d m/ 2
V ∅
1
[
= sh + e
√ R t √ R sh √ a . R w ]
..........................................................................(4-18)

V sh
d=1− atau d =1.............................................................................(4-19)
2
Metode Indonesia ini memiliki kelebihan diantaranya adalah pada metode
ini kehadiran shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik
dalam melakukan perhitungan saturasi air pada formasi yang mengandung low
salinity water / fresh water. Metode Indonesia ini selain memiliki beberapa
kelebihan tentu masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa
metode ini hanya dapat mengcover zona salinitas rendah. Selain itu, metode ini
tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis
shale yang berbeda tentu akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada
pembacaan log.
4.3. DATA DAN PERHITUNGAN SATURASI AIR
4.3.1. Data

a. Depth BHT = 6564,24 ft

b. Depth yang dianalisa = 4300 ft

c. Temperature Surface (Ts) = 75 ºF

d. Hole Diameter (HD) = 12 1/4 inch

e. Invantion Diameter (di) = 30 inch

f. Bed Thickness = 10 ft

g. ESSP = -61.48 mV

i. BHT = 219,26 ºF

j. Faktor koreksi = 1,06547

4.3.2. Prosedur Perhitungan

4.3.2.1. Penentuan Rw

1. Menentukan ketebalan lapisan yang akan dianalisa.

2. Menghitung temperature formasi (Tf) :

BHT−Ts
Tf = Ts +
( DepthBHT
xKedalaman..analisa )
3. Menentukan harga Rm, Rmf dari log resistivity (ILM) kemudian
mengoreksi harga Rmf tersebut dengan formasinya :

R chart xTs
Rmf = Tf

Rmf corr = 0.75 x Rmf

4. Menentukan harga Kc :
Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )

5. Menentukan Rweq :

R mfc
|ESSP /Kc|
Rweq = 10

6. Menentukan Rw dengan grafik SP 2.

4.3.2.2. Penentuan Sw

1. Menentukan Ri : R (ILD)

Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi

2. Menentukan Rclay = ……….. ohm-m

3. Menentukan Sw

1
Sw=
Vclay

√ Rt [ (
Vclay 2
1-

√ Rclay
)
+
Φ∗c
√ a × Rw ]
4.3.3. Perhitungan

4.3.3.1 Penentuan Rw

BHT−Ts
1. Tf = Ts +
( DepthBHT
xKedalaman..analisa )
219,26-75
Tf = Ts + ( x 4300)
6564 ,24
= 169.72 F
Rchart x Ts
2. Rmf =
Tf
R chart (ILM) = 5
75
Rmf = (5 x )
144,3896
= 1.104
3. Rmfcorr = 0.75 x Rmf

= 0,75 x 1.104

= 0.828

4. ESSP (harga maksimum SP log) = -61.48 mV

5. Kc = 61 + ( 0.1333 x Tf )

= 61 + ( 0.1333 x 169.72)

= 83.63

Rmfc
6. Rweq = [
ESSP
]
Kc
10

0.828
= [
−61.48
]
83.63
10

= 0.1524

7. Dari grafik SP-2 diperoleh Rw = 0.19 Ω

4.3. 3.2. Penentuan Sw


1. Ri = R (ILD)
= 1.5
2. Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi
= 1.5 x 1.084

= 1.62 Ω

3. Rclay = ILD @GRmax

= 1.47

1
Sw =
4. (1- Vclay
2 )
Vclay ∅ *c
√ Rt [ + ]
√ Rclay √ axRw
1
Sw =
(1- 1,4 )
0,947 2 0,15
√ 1,331[ + ]
√ 1.5 √ 1x0.19
Sw = 0.89

*Gunakan nilai a = 1, m = n = 2, porositas = 0.15


Tabel IV-1
Tabulasi Data Saturasi
No. Depth (ft) Sw So+Sg
1. 3150 1,0627 -0,0627
2. 3162 0.506 0.494
3. 3164 0.535 0.465
4. 3166 0.402 0.598
5. 3168 0.407 0.593
6 3170 0.391 0.609
7 3172 0.388 0.612
8 3174 0.362 0.638
9 3176 0.322 0.678
10 4300 0.89 0.11
11 4330 0.75 0.25
12 4340 0.639 0.361
4.4. ANALISA DATA
1. Pada kedalaman 3150 feet didapatkan nilai Sw sebesar 1,0627 sehingga
(So+Sg) = -0,0627. Hasil dari perhitungan menunjukkan harga yang tidak
sesuai dengan yang seharusnya, kemungkinan terjadi kesalahan dalam
melakukan perhituangan sehingga didapatkan hasil yang demikian.
2. Pada kedalaman 3162 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,506 sehingga
(So+Sg) = 0,494. Jadi pada kedalaman ini dikatakan kurang prospek.
3. Pada kedalaman 3164 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,535 sehingga
(So+Sg) = 0,465. Jadi pada kedalaman ini dikatakan kurang prospek.
4. Pada kedalaman 3166 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,402 sehingga
(So+Sg) = 0,5971. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
5. Pada kedalaman 3168 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,407 sehingga
(So+Sg) = 0,5924. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
6. Pada kedalaman 3170 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,391 sehingga
(So+Sg) = 0,609. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
7. Pada kedalaman 3172 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,388 sehingga
(So+Sg) = 0,653. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
8. Pada kedalaman 3174 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,362 sehingga
(So+Sg) = 0,653. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
9. Pada kedalaman 3176 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,322 sehingga
(So+Sg) = 0,678. Jadi pada kedalaman ini dikatakan prospek.
10. Pada kedalaman 4300 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,89 sehingga
(So+Sg) = 0,11. Jadi pada kedalaman ini dikatakan tidak prospek.
11. Pada kedalaman 4330 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,75 sehingga
(So+Sg) = 0,25. Jadi pada kedalaman ini dikatakan tidak prospek.
12. Pada kedalaman 4340 feet didapatkan nilai Sw sebesar 0,639 sehingga
(So+Sg) = 0,361. Jadi pada kedalaman ini dikatakan tidak prospek.
4.5. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Penentuan Saturasi Air”. Tujuan dari pratikum
ini adalah untuk untuk mengetahui nilai saturasi air pada suatu formasi dimana
nilai saturasi air dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya fluida pada suatu
formasi. Saturasi air adalah perbandingan volume pori batuan yang diisi fluida
dengan volume pori total. Data interpertasi lithologi batuan didapat dari data yang
dihasilkan dari Spontaneous Potential Log dan Gamma Ray Log yang merupakan
log yang berfungsi untuk mengetahui lithologi batuan pada suatu formasi.
Penentuan saturasi air terbagi menjadi beberapa metode antara lain: metode
Archie, metode Simandoux, metode Waxman-Smith, metode Waxman-Smits-
Juhasz, metode Bulk volume water, persamaan indonesia water saturation.
Pada metode Spontaneous Potential Log didapatkan parameter-parameter
berupa resistivitas air, resistivitas clay, dan resistivitas total, begitu juga pada
Gamma Ray Log juga didapatkan parameter yang akan digunakan dalam
penentuan harga saturasi air. Karena Gamma Ray Log mempunyai prinsip
pengukurannya mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang terjadi
karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal pada sonde,
sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat
berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data
logging. Sedangkan Spontaneous Potential Log mempunyai kegunaan untuk
menentukan harga resisitivitas air formasi (Rw) dan membedakan lapisan bersih
dan shale sehingga kegunaan Spontaneous Potential Log dan Gamma Ray log
pada penentuan saturasi air adalah untuk mendapatkan parameter-parameter
seperti shale base line, resistivitas air formasi, maupun volume shale yang
berikutnya akan digunakan pada rumus perhitungan saturasi air.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk mendapatkan harga
saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia Water Saturation.
Metode ini digunakan karena di Indonesia, lapangan-lapangan nya mempunyai
harga saturasi yang mendekati dengan metode ini, maka dari itu kita
menggunakan metode Indonesia Water Saturation. Metode Indonesian Water
Saturation ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode ini dapat dengan
baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir yang memiliki kandungan
dispersed shale, selain itu metode ini juga dapat dengan baik menentukan saturasi
air pada batu pasir yang memiliki porositas menengah hingga tinggi. Selain
memiliki kelebihan ada pula kekurangan diantaranya adalah bahwa pada metode
ini cara persebaran shale dan jenis shale yang belum diperhatikan secara
maksimal sehingga dapat mengurangi nilai keakuratan perhitungan saturasi air.
Percobaan diawali dengan mencatat data parameter-parameter yang akan
digunakan dalam perhitungan yang diberikan seperti Depth BHT, Depth yang
akan dianalisa, Temperature Surface (Ts), Hole Diameter (HD), Invantion
Diameter (di), Bed Thickness, BHT, ESSP, dan faktor koreksi. Parameter-
parameter tersebut digunakan untuk menentukan nilai Rw dan Sw.
Dari hasil perhitungan pada kedalaman 4300 ft di dapatkan data berupa nilai
Tf sebesar 169.72 oF. Dari harga Tf tersebut akan didapatkan nilai Rm@Tf sebesar
0.662 Ω. Setelah mendapatkan nilai SSP, kemudian dapat diketahui nilai ESSP
sebesar -61.48 mV. Sebelum mendapat nilai Rw, terlebih dahulu mencari harga
Kc dan didapatkan sebesar 83.62. Dari data tersebut maka kita akan mendapat
nilai Rw sebesar 0.154 Ω-meter. Dari data Rm@Tf dan Rw dapat dikatakan
bahwa Rw < Rm@Tf, sehingga menandakan adanya lapisan impermeabel.
Dengan menggunakan persamaan Indonesian Water Saturation untuk
menghitung saturasi air, terlebih dahulu kita menentukan nilai Vclay mana yang
digunakan. Pada percobaan ini nilai Vclay berdasarkan Spontaneous Potential
Log dan Gamma Ray Log. Karena Gamma Ray Log berkerja pada cased hole
maupun open hole dan tidak bergantung pada jenis fluida pemboran yang
digunakan, itu membuat Gamma Ray Log lebih baik daripada Spontaneous
Potential Log dalam mengidentifikasi lapisan shale. Sehingga nilai Vclay yang
digunakan merupakan nilai Vclay yang berasal dari perhitungan Gamma Ray Log.
Sehingga diperoleh harga Sw (saturasi air) pada kedalaman 4300 ft sebesar 0.89.
Dengan harga Sw yang tinggi, maka pada kedalaman 4300 ft tidak prospek untuk
dijadikan reservoir karena lebih dari 50% dijenuhi oleh air.
Aplikasi lapangan pada percobaan ini adalah untuk menentukan nilai
saturasi air formasi yang kemudian digunakan untuk menghitung cadangan
minyak dan gas dengan menggunakan rumus OOIP (Original Oil In Place) dan
rumus OGIP (Original Gas In Place) disuatu lapangan migas.
4.6. KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan air formasi yang ada pada
lapangan migas.
2. Saturasi air (Sw) merupakan perbandingan antara pori yang diisi oleh air
dengan volume pori batuan.
3. Parameter dari hasil data dan perhitungan yaitu resistivity water,
resisitivity clay, resisitivity clay dan Saturasi air.
4. Dari hasil perhitungan diketahui pada kedalaman 4300 ft harga Tf sebesar
169.72 ℉, Rmfcor 0.828 ohm, Rmf sebesar 1.104 ohm, Rweq sebesar
0.154 ohm, dan Sw sebesar 0.89.
5. Dari data diketahui bahwa pada kedalaman 4300 ft memiliki harga Sw
sebesar 0.89 menandakan pada kedalaman tersebut tidak propek karena
lebih dari 50% fluida reservoir berupa air.
6. Jika nilai Rmf ≥ Rw maka menunjukkan bahwa defleksi kurvanya ke kiri,
sedangkan jika nilai Rmf ≤ Rw maka menunjukkan bahwa defleksi
kurvanya ke arah kanan.
7. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah unutk mengetahui saturasi air
pada kedalaman tertentu. Dengan mengetahui Sw maka dapat digunakan
untuk menghitung OOIP dan OGIP.

Anda mungkin juga menyukai