Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang organisme hidup dengan ukuran mikroskopis dan dikenal juga

dengan mikroorganisme atau jasad renik yang hanya bisa diamati

melalui mikroskop. Mikroorganisme seperti bakteri memerlukan nutrisi

untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam ruang lingkup

laboratorium mikrobiologi, bakteri bisa di tumbuhkan dalam sebuah

media pertumbuhan (Josephine dkk dalam Nurhidayanti, 2022).

Media merupakan sarana pertumbuhan yang mengandung

nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai makanannya.

Suatu media untuk dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik

diperlukan persyaratan antara lain media harus mempunyai pH yang

sesuai, media tidak mengandung zat-zat penghambat, media harus

steril, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah

digunakan mikroorganisme (Nurdin dan Gaby, 2020).

Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan

meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor,

unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air,

dan energi (Cappucino dalam Nurdin dan Aan, 2021). Untuk itu, media

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri harus memenuhi syarat

nutrisi yang dibutuhkan. Media biakan dapat berupa cairan, padatan,


dan setengah padat (semi solid) tergantung bakteri yang akan

ditumbuhkan. Salah satu contoh media yang sering digunakan untuk

menumbuhkan dan mengembangbiakkan sebagian besar bakteri

adalah media NA (Nutrient Agar).

Media Nutrient Agar (NA) merupakan media yang berbentuk

serbuk berwarna putih kekuningan, berbentuk padat karena memiliki

kandungan agar sebagai pemadatnya. Menurut Thohari dkk (2019)

Komposisi terpenting media Nutrient Agar adalah karbohidrat dan

protein yang terdapat dalam ekstrak daging dan pepton sesuai dengan

kebutuhan sebagian besar bakteri. Media NA biasanya digunakan

dalam penelitian hitung jumlah koloni bakteri sehingga dibuat dan

disterilisasi dalam jumlah yang banyak sesuai dengan kebutuhan

sampai akhir penelitian. Sisa media yang belum dipakai disimpan di

lemari pendingin pada suhu 10°C. Jika akan digunakan kembali media

dipanaskan diatas hot plate hingga berulang kali.

Pencegahan agar pemanasan tidak berdampak negatif

terhadap kualitas media adalah dengan proses sterilisasi yang cukup

dilakukan satu kali. Sterilisasi dilakukan menggunakan autoclave untuk

mencegah dekomposisi/penguraian karbohidrat berupa gula dan

pembentukan formasi senyawa toksik yang menghambat pertumbuhan

mikroorganisme (Hafsan, 2014). Meskipun sterilisasi terbaik adalah

dengan autoclave pada suhu 121°C - 134°C, perlu diingat bahwa

proses pemanasan dapat merusak media, baik langsung disebabkan


oleh panas itu sendiri oleh reaksi diantara komponen-komponen media

maupun oleh karena produksi toksin akibat pemanasan. Maka dari itu

penting untuk mengoptimalkan proses pemanasan sehingga media

menjadi steril dengan kerusakan seminimal mungkin (Mursalim dkk,

2022).

Penelitian Wati (2018) menyebutkan bahwa pemanasan media

diatas tiga kali tidak direkomendasikan untuk dipakai kembali karena

kandungan nutrisi pada media sudah rusak sehingga mikroba yang

tumbuh tidak optimal. Pemanasan berulang dapat menyebabkan

perubahan komposisi media berupa penguraian kandungan yang

mendukung pertumbuhan bakteri seperti vitamin, asam amino, dan

asam lemak, serta merubah pH (Angraeni dkk, 2021). Hal ini didukung

oleh pendapat Suprapti dkk (2020) bahwa destruksi/kerusakan nutrisi

terjadi karena produk beracun yang disebabkan oleh proses

kemooksidasi dapat terbentuk selama proses pemanasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angraeni dkk

(2021) bahwa pemanasan berulang media PCA memberikan pengaruh

signifikan terhadap penurunan nilai pH dan jumlah koloni bakteri yang

tumbuh. pH media PCA mengalami penurunan dari 6.82 setelah

pemanasan 1x menjadi 6.36 setelah pemanasan 4x dan jumlah koloni

bakteri yang tumbuh pada media PCA yaitu 5,28 x 10 2 koloni/ml pada

media PCA setelah pemanasan 1x berkurang menjadi 3,9 x 101

koloni/ml setelah pemanasan 4x. Hal ini menandakan bahwa


pemanasan berulang menyebabkan nilai pH semakin menurun dan

Koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA semakin sedikit.

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknologi Laboratrium Medis

Poltekkes Kemenkes Makassar yang menjadi tempat untuk melakukan

praktikum/penelitian di bidang bakteriologi masih dijumpai adanya

pemanasan berulang media sebelum digunakan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pemeriksaan klinis untuk membuktikan dampak dari proses

pemanasan media NA bila dilakukan secara berulang terhadap

perubahan komposisi nutrisi yang terkandung dalam media, pH media

dan jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Untuk mengetahui perubahan

komposisi nutrisi maka dilakukan pemeriksaan terhadap kadar

karbohidrat, protein, lemak dan serat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Replikasi Pemanasan Media

Nutrient Agar Terhadap Nutrisi Media, pH Media dan Jumlah Koloni

Bakteri”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh replikasi pemanasan media Nutrient Agar

terhadap nutrisi media ?

2. Bagaimana pengaruh replikasi pemanasan media Nutrient Agar

terhadap pH media ?
3. Bagaimana pengaruh replikasi pemanasan media Nutrient Agar

terhadap jumlah koloni bakteri ?

Anda mungkin juga menyukai