Anda di halaman 1dari 20

BAB III

PENENTUAN LITHOLOGI BATUAN

3.1. TUJUAN PENENTUAN LITHOLOGI BATUAN


Tujuan dari penentuan lithologi batuan adalah untuk mengidentifikasi
lapisan porous dan permeabel di suatu sumur, korelasi lapisan antar sumur dan
besarnya volume lapisan shale.

3.2. DASAR TEORI


Penentuan litholgi batuan ini memiliki dua tipe metode, yaitu metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu dengan mengamati batuan
secara langsung melalui mud logging dan analisa coring. Dengan metode ini
dilakukan deskripsi mineral dari cutting atau core sehingga dapat menentukan
jenis batuannya. Setelah mengetahui jenis batuan, lithologi dan facies nya dapat
ditentukan. Metode tidak langsung yaitu menentukan lithologi batuan dengan
mengintepretasikan dari data log, menggunakan Caliper Log, Spontaneous
Potential Log, dan Gamma Ray Log.
3.2.1. Mineral, Batuan, Lithologi, dan Facies
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu
dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Mineral memiliki sifat fisik, yaitu :
 Kilap
Kilap merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya.
 Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat
dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral
karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung
keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya.
 Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral
terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang
mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan
badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah
skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal
sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala
1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
 Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal
ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar
suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat
warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli
mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu
umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
 Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri
pada satu atau lebih arah tertentu.. Tidak semua mineral mempunyai sifa
ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar
dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam
sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat
ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur.
 Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam
arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan
dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk
secara alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang
terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut. Secara umum, batuan terbagi
menjadi tiga, yaitu :
 Batuan beku (igneous rock)
Merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat
hasil pembentukan magma yang mendingin.
 Batuan Sediment (sediment rock)
Merupakan batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
denudasi atau hasil reaksi kimia.
 Batuan Metamorf (metamorphic rock)
Merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal yang
mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat
sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, tekanan
dan temperatur).
Dan ketiga jenis batuan diatas adalah penyusun dari lapisan-lapisan  bumi
mulai dari kerak bumi sampai inti bumi. Bates dan Jackson (1985), mengartikan
litologi menjadi 2:
 Lithologi adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan
karakteristiknya,seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir
sinonim dengan Petrografi.
 Lithologi adalah karakteristik fisik dari batuan.
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi
karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi
memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di
bawah, atas dan di sekelilingnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini
memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau
dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan
yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya.
Menurut Slley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat
dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri,
litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Fasies sedimen
merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis
lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat
dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi
dari berbagai data, diantaranya :
 Geometri :
a. regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan
chanel)
b. intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
 Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus)
dikombinasi dengan log sumur (GR dan SP)
 Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall
core
 Struktur sedimen : dari core
3.2.2. Metode Penentuan Lithologi Batuan
Metode penentuan lithologi batuan terbagi menjadi dua metode yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu menentukan lithologi
batuan dengan analisa cutting yang termasuk proses dari mud logging dan analisa
coring. Metode tidak langsung yaitu dengan mengintepretasikan data dari
lithology tools. Lithologi tools ini terdiri dari Caliper Log, Spontaneous Potential
Log, dan Gamma Ray Log.
3.2.2.1. Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau
perpindahan mud dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger yaitu :
1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi
gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan
aman dan lancar.
2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum
engineering department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke
kantor pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut
meliputi:
 Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
 Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
 Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
 Rate of Penetration (ROP)
 Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di
dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan
bahwa mud log digunakan untuk hal – hal berikut ini:
 Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
 Identifikasi zona yang porous dan permeabel
 Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
 Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan
jenis hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas.
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan
deskripsi cutting. Cutting merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata bor
yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan (Bateman,1985). Sebagian
sampel dimasukkan ke dalam plastik polyethene sebagai sampel basah sementara
sebagian sampel lain yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai sampel
kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang ada
di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat
pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus
dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus meliputi:
 Sifat butir
 Tekstur
 Tipe
 Warna
 Roundness dan sphericity
 Sortasi
 Kekerasan
 Ukuran
 Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
 Tipe partikel karbonat
 Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
 Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)
 Porositas dan permeabelitas
 Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
 Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
 Deteksi Hidrokarbon
3.2.2.2. Analisa Coring
Analisa inti batuan dalam teknik perminyakan pada penerapannya di
lapangan diawali dengan coring. Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk
mendapatkan contoh batuan dari formasi bawah permukaan. Core sampel inilah
yang nantinya diuji dalam laboratorium untuk mengetahui sifat fisik batuannya.
Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan (core) diperoleh.
Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk menentukan secara langsung
informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Studi
dari data analisa inti batuan dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur,
sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan
melaksanakan well completion dan merupakan suatu informasi penting untuk
melaksanakan proyek secondary dan tertiary recovery. Selain itu data inti batuan
ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan kalibrasi dari metode logging.
Prosedur analisa inti batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa inti batuan rutin.
2. Analisa inti batuan spesial.
Analisa inti batuan rutin umumnya berkisar tentang pengukuran porositas,
permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan analisa inti batuan spesial
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis dan
pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi
tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan kecepatan rambat suara, grain density,
wettability, kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan
(Net Over Burden) dan studi petrografi. Yang termasuk pengukuran pada kondisi
dinamis meliputi : permeabilitas relatif, thermal recovery, gas residual, water
flood evaluation, liquid permeability (evaluasi completion, work over dan
injection fluid meliputi surfactant dan polymer).
3.2.2.3. Analisa Caliper Log
Caliper Log adalah pengukuran variasi diameter lubang bor saat
borehole masih dalam open case. Saat drill bit masuk mulai melakukan aktivitas
pengeboran, tentunya akan ada respon yang berbeda dari tiap litologi saat
'diterobos' oleh drill bit. ada yang sulit (alias keras/hard rock), maka nanti lubang
bor yang dihasilkan akan sempit. Sebaliknya, jika batuan yang dibor adalah batuan
yang lunak, maka jelas sudah hasil lubang bornya akan lebar.Dalam Caliper Log
nantinya dikenal istilah-istilah sebagai berikut :
 Caving : diameter yang besar yang dihasilkan saat drill bit
menerobos batuan yang lunak, misalnya coal, shale atau batulempung
atau batuan lain yang lunak secara fisik. Batuan lunak tersebut mudah
patah dan runtuh, nah saat drill bit itu membor bagian litologi tersebut
hasilnya akan ada cave atau caving. Mud drilling nantinya juga akan
mengisi bagian caving ini.
 Mud Cake : biasanya terjadi saat drill bit melewati batuan permeable
yang kaya fluida (air formasi biasanya). Mud cake terbentuk saat lumpur
pengeboran (drilling mud) bertemu dengan air formasi dan kemudian
menempel di batuan permeabel tersebut sehingga terbentuk mud cake,
hasilnya diameter lubang bor akan menyempit pada bagian ini.
 On Gauge : kondisi dimana diameter lubang bor = diameter drill bit.
On Gauge ini yang nantinya agak sulit untuk diinterpretasi karena tidak
muncul kenampakan khusus di hasil Caliper Log.
 Sloughing : biasanya disebabkan karena batuan yang sangat masif.
Sloughing ini akan dengan cepat dikenali dengan adanya penyempitan
diameter borehole. Sloughing adalah salah satu yang dihindari saat
pengeboran.

Gambar 3.1.
Data Caliper Log
(Sumber : www.academia.edu)

3.2.2.4. Analisa Spontaneous Potential Log


Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi
batuan permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih
(reservoar), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida
formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena
perbedaan salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw),
dimana pada dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus
(tidak ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama
dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan
yang pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi
grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas,
adanya lapisan batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan
apabila lapisan permable tersebut mengandung saline water maka nilai Rw <<
Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif, sedangkan lapisan yang
mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan
nilai SP positif. Dengan data log SP ini juga dapat dihitung volume shale dengan
rumus :
Vclay= 1 - ( ASP
ESSP ) ............................................................................................(3-
1)

Gambar 3.2.
Data SP Log
(Sumber : geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisa-
kualitatif

3.2.2.5. Analisa Gamma Ray Log


Dalam analisa kualitatif, Gamma Ray Log (GR Log) dapat digunakan
untuk identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena
prinsip kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar gamma) dari
unsur-unsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium feldspar, yang
umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay). Secara umum
(konvensional), kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada
batuan reservoar yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu
batupasir dan batugamping. Karena karakteristik batu serpih dan lempung yang
memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil (kemudian dianggap sebagai
batuan non-reservoar), dan bersifat “menyerpih” dalam suatu tubuh batuan, maka
dengan analisa Gamma Ray Log ini dapat dilakukan identifikasi litologi,
membedakan zona reservoar dengan zona non-reservoar.
Batupasir dan batugamping yang clean (bebas kandungan serpih), pada
umumnya akan memiliki kandungan material radioaktif yang rendah, sehingga
akan menghasilkan pembacaan nilai GR yang rendah pula. Seiring dengan
bertambahnya kandungan serpih dalam batuan, maka kandungan material
radioaktif akan bertambah dan pembacaan nilai GR akan meningkat. Teknik
interpretasinya, secara sederhana yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off)
antara shale base line (yang menyatakan nilai GR tertinggi) dengan sand base line
(yang menyatakan nilai GR terendah). Sehingga diperoleh zona di sebelah kiri cut
off sebagai zona reservoar, dan zona non-reservoar di sebelah kanan garis cut off.
Dari Gamma Ray Log ini dapat ditentukan volume shale dengan rumus
GR read -GR min
Vclay = ....................................................................................(3-2)
GR max −GR min

Gambar 3.3.
Data Gamma Ray Log
(geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisa
-kualitatif-wireline-log/)
3.3 DATA DAN PERHI TUNGAN
3.3.1 Data Hasil SP Log dan Gamma Ray Log
a. Depth BHT = 6564,24 ft
b. Depth yang dianalisa = 3160 ft
c. SSP = -56.6 mV
d. GRmax = 100 API
e. GRmin = 17.5 API
f. Rm @Ts = 1,5 ohm-m
o
g. BHT = 219,26 F
h. di = 30 inch
i. Tebal lapisan = 10 ft
o
j. Ts = 75 F

3.3.2. Prosedur Perhitungan


3.3.2.1. SP log
1. Menentukan shale base line dari kurva SP Log.
2. Menentukan besarnya harga meksimum SP Log sebagai SSP.
3. Menghitung temperature formasi (Tf) :
BHT−Ts
Tf = Ts +
( DepthBHT xKedalaman..analisa )

4. Menentukan Rm @ Tf :
Ts
Rm @ Ts ×
Rm @ Tf = Tf
5. Menentukan harga Ri dengan chart (ILD).
Ri( ILD )
6. Dari harga Rm @ Tf diameter (di), ketebalan formasi. Cari harga
faktor koreksi dari Chart SP 4 untuk ESP, sehingga harga ESSP dapat
dicari dengan persamaan:
ESSP = SSP x Faktor Koreksi
7. Menetukan ASP dari chart (per kedalaman).
8. Menentukan Vclay :
ASP−SBL
Vclay = 1 - | ESSP |
3.3.2.2. Gamma Ray Log
1. Menentukan kedalaman lapisan yang dianalisa, yaitu 3150 ft
2. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray.
3. Menbaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap
interval kedalaman yang dianalisa.
4. Menentukan besarnya volume clay dengan persamaan :
GR read −GR min
Vclay = GR max −GR min

3.3.3. Perhitungan
BHT −Ts
1. Tf = Ts+( x Kedalaman Analisa ¿
Depth BHT
219−75
= 75+(( x 4300)
6564,24
= 169.72 oF
2. SSP (Harga Maksimum Sp Log)= -56.7 Mv
Ts
3. Rm@Tf = Rm@Ts x
Tf
75
= 1,5 x
169.72
= 0.6628 Ohm
4. k (Faktor Koreksi) = 1.083
Maka Harga ESSP = SSP x K
= -56.7 x 1.083
= -61.489 mv
5. ASP = -3.33 mV
ASP−SBL
6. Vclay = 1-( )
ESSP
−3.33−3.33
= 1-( )
−61.489
=1

7. Menentukan kedalaman Lapisan yang dianalisa, yaitu 4300 Ft


8. GRread = 65
9. Menentukan Besanya Volume Clay
GRread−GRmin
Vclay =
GRmax−GRmin
65−15
=
100−15
= 0.58 API
Tabel III-1
Spontaneous Potensial Log

Ri
N Depth SS Rm Ri/Rm ESS AS Vcl
Tf ◦F (IL k
o (ft) P @Tf @Tf P P ay
D)
- -
169.7 0.662 1,0
1 4300 -57 1.5 2.263 61.4 3.3 1
2 8 83
8 3
170.3 0.660 1.0 0.9
2 4330 -57 1 1.51 -59.7 -3.5
8 2 7 4
- -
170.6 1.0 0.9
3 4340 -57 0.659 0.5 0.75 59.6 3.6
0 5 6
2 4

Tabel III-2
Tabulasi Perhitungan Gamma Ray Log

No. Depth (ft) GRmax GRmin GRread Vclay

1. 4300 100 15 65 0.58

2. 4330 100 15 57.5 0.5

3. 4340 100 15 56.3 0.48


3.4. ANALISA DATA
1. Pada kedalaman 4300 ft, didapat harga Vclay = 1 pada SP log dan
Vclay =0.58 pada GR log Artinya lapisan tersebut dominan shale tidak
prospek
2. Pada kedalaman 4330 ft, didapat harga Vclay = 0.94 pada SP log
dan Vclay = 0.50 pada GR log Artinya lapisan tersebut dominan shale tidak
prospek
3. Pada kedalaman 4340 ft, didapat harga Vclay = 0.96 pada SP log
dan Vclay = 0.48 pada GR log Artinya lapisan tersebut dominan shale tidak
prospek
3.5. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Penentuan Lithologi Batuan”. Tujuan dari
praktium ini adalah untuk mengidentifikasi lapisan porous dan permeabel di suatu
sumur, korelasi lapisan, dan besarnya volume lapisan shale. Lithologi batuan
adalah deskripsi batuan berdasarkan karakteristik fisikya seperti warna, ukuran
butir, dan komposisi mineral. Penentuan litologi batuan dibagi dua metode yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung. Metode secara langsung dilakukan
dengan analisa cutting yang termasuk proses mud logging dan analisa coring.
Sedangkan metode secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menginterpertasi data dari lithology tools (Spontaneous Potential Log, Gamma
Ray Log, dan Caliper Log).
Pada praktikum ini, penentuan lithologi batuan menggunakan interpertasi
dari data Spontaneous Potential Log dan dari data Gamma Ray Log. Dalam
penentuan lithologi batuan pada Spontaneous Potential Log dilakukan dengan
prinsip kerja yaitu mengukur beda potensial yang timbul antara larutan fluida dari
formasi yang bercampur dengan mud filtrat terhadap elektrode yang diletakan di
permukaan. Melalui defleksi kurva dari shale base line pada SP Log, maka kita
dapat menentukan zona lapisan permeabel. Zona lapisan permeabel bisa
didapatkan dari kurva yang paling kanan maupun yang paling kiri dari shale base
line. Sedangkan penentuan lithologi batuan pada Gamma Ray Log dilakukan
dengan prinsip kerja yaitu menangkap dan mengukur radiasi dari sifat
radioaktivitas alami batuan yang dihasilkan oleh unsur radioaktif (Uranium,
Potassium, dan Thorium) yang terdapat dalam batuan. Pada Gamma Ray Log,
zona impermeabel dapat ditunjukan dengan banyaknya sinar gamma yang
ditangkap detector. Semakin banyak sifat radioaktivitas pada batuan, maka dapat
disimpulkan bahwa lapisan batuan tersebut merupakan lapisan impermeabel yaitu
berupa lapisan shale. Karena lapisan shale memiliki sifat radioaktivitas yang
tinggi.
Percobaan diawali dengan mencatat data parameter-parameter yang akan
digunakan dalam perhitungan yang diberikan seperti Depth BHT, Depth yang
akan dianalisa, Temperature Surface (Ts), Hole Diameter (HD), Invantion
Diameter (di), Bed Thickness, dan BHT. Pada Spontaneous Potential Log
parameter yang dicari adalah shale base line, SSP (jangkauan terjauh SP log),
Temperature formasi (Tf), Ri (dari chart ILD), faktor koreksi (dari grafik), ESSP
(SSP x factor koreksi), ASP (Actual SP) pada kedalaman yang dianalisa, dan yang
terakhir perhitungan Vclay. Sedangkan pada Gamma Ray Log parameter yang
dicari adalah GR min, GR max, GRread pada kedalaman yang dianalisa, dan yang
terakhir perhitungan Vclay.
Pada praktikum ini kedalaman yang dianalisa adalah 4300 ft didapatkan
Vclay dari SP log sebesar 1, sedangkan dari Gamma Ray log yaitu 0.58. Rm@Tf
pada SP log sebesar 0.66189 ohm, Tf pada SP log 169.72 ℉, SSP (defleksi
maksimal dari SP log) yaitu -57 Mv, ASP (Actual SP log) yaitu -3.33 Mv.
Sedangkan GRmax dan GRminnya yaitu 100 API dan 15 API. Dari data yang
diperoleh dapat kita ketahui bahwa dikedalaman 4300 merupakan lapisan
impermeable karena memiliki kandungan shale akan tetapi tidak mendominasi.
Dan defleksi kurva SP log dapat dianalisa bahwa kurva yang cenderung
mendekati shale base line (0) bersifat impermeable sehingga pada kedalaman ini
tidak prospek karena Vclaynya 1. Sedangkan pada Gamma Ray log Vclaynya yaitu
0.58. Dari defleksi kurva GR log dapat dianalisa bahwa kurva cenderung
mendekati shale base line sehingga bersifat impermeable atau tidak prospek.
GRread pada kedalaman 4300 ft yaitu 65 API. Pada kedalaman 4330 ft didapat
dari pembacaan SP log Vclay 0,94 berarti lapisan tersebut kurang prospek karena
lapisan tersebut impermeable, sedangkan pada GR log Vclaynya 0.94 berarti
lapisan tersebut kurang prospek karena lapisannya mengandung shale. Pada
kedalaman 4340 ft didapat dari pembacaan SP log Vclay 0.96 berarti lapisan
tersebut kandungan shalenya tinggi sehingga bisa dikatakan tidak prospek,
sedangkan pada pembacaan GR log Vclay 0.5 berarti lapisan tersebut juga
dikatakan tidak prospek karena impermeable dan kandungan shalenya tinggi.
Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah menentukan lithology dari
suatu formasi apakah permeable atau impermeable (berupa shale) sehingga dapat
diindikasikan formasi pada kedalaman tertentu yang prospek menjadi lapisan
reservoir, menentukan komposisi lumpur pemboran yang sesuai dengan kondisi
formasi, jenis bit yang digunakan dalam operasi pemboranan untuk mengetahui
lingkungan pengendapan pada suatu lapisan formasi.

3.6. KESIMPULAN
1. Metode penentuan lithology batuan dibagi menjadi 2, yaitu secara
langsung dan secara tidak langsung. Metode langsung yaitu analisan
cutting (termasuk mud logging) dan analisa core. Metode tidak langsung
yaitu dengan mempresentasikan data dari lithology tools.
2. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya suatu
reservoir, lapisan porous dan permeable, korelasi lapisan antar kedalaman
sumur dan besarnya volume lapisan dengan metode analisa cutting dan
mud logging.
3. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa pada kedalaman 4300 ft
didapatkana Vclay SP log 1 yang berarti lapisan impermeable, sehingga
tidak prospek. Sedangkan Vclay Gamma Ray 0.58 berarti lapisan
impermeable, sehingga tidak prospek.
4. Pada kedalaman 4330 ft didapat dari pembacaan SP log Vclay 0.94 berarti
lapisan tersebut kurang prospek karena lapisan tersebut impermeable,
sedangkan pada GR log Vclaynya 0.5 berarti lapisan tersebut tidak
prospek karena lapisannya mengandung shale.
5. Pada kedalaman 4340 ft didapat dari pembacaan SP log Vclay 0.96 berarti
lapisan tersebut kandungan shalenya tinggi sehingga bisa dikatakan tidak
prospek, sedangkan pada pembacaan GR log Vclay 0.48 berarti lapisan
tersebut juga dikatakan tidak prospek karena impermeable dan kandungan
shalenya tinggi.
6. Pada perhitungan diketahui Grmax = 100 API, Grmin = 15 API sedangkan
Grread 65 API.
7. SP log bertujuan untuk menentukan lithology, dimana batuannya termasuk
shale dan juga untuk menghitung clay.
8. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah menentukan lithologi dari
suatu formasi permeable atau impermebale (berupa shale), menentukam
komposisi lumpur yang sesuai dengan kondisi formasi dan mengetahui
lingkungan pengendapan pada suatu lapisan.

Anda mungkin juga menyukai