Anda di halaman 1dari 15

Gilang Putra Bahana

270110130031
Geologi Teknik
C

Geologique Materials Roy E. Hunt


1. Rock and Soil : Identification and Classification
1.1.1 Material Geologi
Definisi
Definisi yang tepat dari dua unsur ini, batuan dan tanah, yang cocok ke segala kasus dan
kondisi sangat susah untuk dirumuskan karena pengaruh zona transisi dimana batuan berubah
menjadi tanah atau tanah mendapatkan sifat seperti batuan sangat signifikan, dimana pengaruh
tersebut bervariasi tergantung kondisi suatu daerah. Secara umum, definisi batuan dan tanah adalah
sebagai berikut.
Batuan
Batuan adalah material dari kerak bumi, yang tersusun atas satu atau lebih mineral yang
terikat bersama sama dan sangat sedikit terkena ubahan dari pelapukan serta sifat utama dari
mineral asalnya masih terlihat.
Tanah
Tanah adalah massa dari partikel atau butiran yang mempunyai ciri tersendiri yang secara
alami muncul. Ringan, terikat bersama, dan muncul sebagai produk dari pelapukan batuan di tempat
asal (in-situ), ataupun telah tertransport, dengan maupun tanpa pencampuran dari unsur organik.
Definisi tanah dan batuan diatas adalah definisi yang ditinjau dari sudut pandang geologi.
Definisi ini tidak cukup untuk pengaplikasian masalah-masalah keteknikan yang berkaitan dengan
hydraulic ataupun sifat mekanik dan fisik seperti kekerasan. Cara untuk membedakan kedua unsur
ini dengan mudah adalah dengan melakukan penggalian. Tanah biasanya lebih gampang digali
daripada batuan, yang membutuhkan ledakan misalnya. Pada suatu literatur, batuan dapat
didefinisikan menurut kepentingan keteknikan sebagai spesimen dengan kuat tekan uniaxial dari
100 psi (6.8 tsf, kg/cm2) atau bahkan lebih.

1.1.2 Grup dan Kelas Batuan


Geologic Bases
Berdasarkan aspek geologi, batuan dikelompokkan berdasarkan asalnya, sebagai batuan
beku, sedimen, atau metamorf dan diklasifikasin berdasarkan karakteristik petrografi, termasuk
kandungan mineral, tekstur, dan kemas.

Engineering Bases
Berdasarkan aspek keteknikan, batuan seringkali dihubungkan dengan sesuatu yang utuh
ataupun insitu. Batuan utuh merujuk kepada suatu blok atau fragmen dari batuan yang tidak cacat,
dimana sifat hydraulic dan mekaniknya dikontrol oleh karakteristik petrografi dari si material, apakah
ia dalam kondisi segar ataupun tidak. Klasifikasi dibawah berdasarkan kuat tekan uniaxial dan
kekerasan.

Batuan in situ merujuk kepada massa batuan yang ada cacat, seperti fracture ataupun lubang, yang
memisahkan massa batuan menjadi blok dari batuan utuh dan dikontrol oleh sifat hydraulic dan
mekanik. Klasifikasi didasarkan atas kualitas batuan, dengan istilah kompeten atau inkompeten.

1.1.3 Grup dan Kelas Tanah


Geologic Bases
Secara geologi, tanah digolongkan berdasarkan:
A.
B.
C.
D.

Asal: lapukan, colluvial, alluvial, angin, es, dan menetap (sedentary)


Cara terjadinya: limpah banjir, estuaria, laut, moraine.
Tekstur: ukuran butir dan gradasi
Pedology (Ilmu pengetahuan tanah): iklim dan morfologi

Engineering Bases
Menurut aspek keteknikan, tanah diklasifikasikan berdasarkan gradasi, plastisitas,
kandungan organik, dan digambarkan secara umum sebagai kohesi dan kohesif, butiran dan tidak
berbutir.

Tanah dikelompokkan berdasarkan karakteristik keteknikannya sebagai lemah atau kuat,


sensitif atau tidak sensitif, dapat ditekan atau tidak, dapat mengembang atau tidak, dapat ditembus
atau tidak, ataupun dikelompokkan berdasarkan fenomena fisik, seperti mudah tererosi, rentan
membeku atau metastable (dapat dilipat atau liquefiable). Tanahsecara umum dikelompokkan
sebagai bongkah, pasir, lanau, lempung, organik, dan campuran.
1.2 Batuan
1.2.1 Tiga Grup
Beku
Batuan beku terbentuk oleh kristalisasi dari magma dibawah permukaan bumi.
Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari sedimen yang tertransportasi (tidak selalu) dan terendapkan
sebagai presipitasi kimia, atau dari sisa hewan maupun tumbuhan, yang mengalami pembatuan
dibawah suhu tinggi dan tekanan tinggi dari sedimen yang menimpanya atau dari reaksi kimia.
Metamorf
Batuan metamorf terbentuk dari batuan lain yang terkena gaya yang besar dari proses
orogenesa, dikombinasikan dengan suhu dan air, atau oleh pemanasan dari magma yang
diinjeksikan ke batuan diantaranya, yang mengakibatkan perubahan komposisi kimia dan
menghasilkan mineral yang baru.

1.2.2 Identifikasi Petrografi


Fungsi
Batuan digambarkan dan diklasifikasikan berdasarkan karakteristik petrografi, mineral yang
dikandungnya, tekstur, dan kemas. Pengetahuan mengenai kandungan mineral dari suatu tipe
batuan sangat berguna dalam memperkirakan karakteristik keteknikan seperti lapukan dari proses
kimiawi pada iklim tertentu. Tanah sisa (lapukan) biasanya berupa material lempung, dan
karakteristiknya sangat berdekatan dengan mineral atau batuan asal.
Komposisi Batuan
Mineral
Batuan biasanya dibentuk oleh dua atau lebih unsur, meskipun beberapa batuan hanya
mengandung satu jenis unsur, seperti carbon, sulfur ataupun logam.
Unsur
Oksigen, silika, aluminium, besi, kalsium, sodium, potassium, dan magnesium menempati
98% kerak bumi. Oksigen dan silika mewakili 75% dari unsur. Unsur-unsur ini bergabung untuk
membentuk batuan.

Kelompok
Kelompok mineral adalah silikat, oksida, silikat hydrous. Karbonat, dan sulfat. Silikat dan
oksida adalah yang paling penting.

Tekstur
Tekstur merujuk kepada ukuran butir atau partikel yang memiliki ciri tertentu.

Kemas

Kemas merujuk kepada orientasi mineral. Dapat dideskripsikan secara pengertian geologi
atapun secara keteknikan.
Pengertian Geologi
Equigranular : mineral memiliki ukuran yang sama
Porfiritik : bercampurnya mineral kasar dengan halus
Amorphous : gelas
Platy : sekis atau foliasi
Pengertian Keteknikan
Isotropic : mineral mempunyai orientasi acak dan sifat mekaniknya sama pada segala arah
Anisotropic : kemas berbentuk planar ataupun lineral yang merupakan bentukan dari
belahan mineral, foliasi, atau sekis, dan sifat yang bervariasi dengan orientasi kemas.
Faktor Pengidentifikasian Mineral
Bentukan Kristal
Kristal secara kasat mata terkadang ditemukan di batuan. Beberapa mineral umum yang
memiliki bentuk jelas seperti garnet, kuarsa, kalsit, dan magnetite.
Warna
Transparan seperti kuarsa, kalsit, dan feldspar. Hijau gelap, kecoklatan, atau hitam (besi
unsur utamanya)
Goresan
Goresan merujuk kepada warna yang dihasilkan dari goresan ujung mineral ke plat porselen.
Terlihat jelas pada mineral berwarna kehitaman. Goresan tidak selalu sama dengan warna mineral
yang terlihat. Contohnya, beberapa feldspar berwarna hitam, namun saat digoreskan ke plat
porselen warna goresnya adalah putih.
Kilap
Kilap merujuk kepada kenampakan dari refleksi cahaya dari mineral, rangenya dari logam
sampai nonlogam sampai tidak memiliki kilap. Pyrite dan galena adalah mineral yang memiliki kilap
logam. Kilap non logam diantaranya adalah kaca (kuarsa), mutiara (feldspar), sutra (gypsum), minyak
(grafit). Mineral yang tidak memiliki kilap dideskripsikan sebagai tanah (limonite dan kaolinite).
Belahan
Belahan biasanya digunakan untuk mendeskripsikan mineral dan batuan. Pada mineral, ini
merujuk kepada bidang tertentu atau bidang dimana mineral akan terbelah ketika mineral dikenai
gaya. Belahan merepresentasikan bidang lemah dari mineral. Muka kristal merepresentasikan

geometri dari struktur mineral, meskipun kenampakan mungkin saja sama. Contoh, kuarsa
menunjukkan muka kristal yang keras, namun tidak memiliki belahan

Pecahan
Pecahan adalah kenampakan yang didapatkan dari memecahkan mineral pada arah selain
dari arah belahannya, atau memecahkan mineral yang tidak memiliki belahan, menampilkan
karakteristik pecahan pada tubuh mineral. Pecahan bisa berserabut hackly, atau concoidal.
Concoidal biasa terbentuk di mineral berbutir halus dan homogen seperti kuarsa dan gelas vulkanik.
Spesific Gravity
Rasio antara massa mineral dan massa dari volume air yang menggambarkan spesific
gravitynya. Dirumuskan sebagai
Gs = Wa / (Wa Ww)
Dimana, Wa adalah berat dari spesimen, Ww adalah berat dari spesimen + air. Contohnya kuarsa dan
kalsit, memiliki Gs = 2.65 dan jumlahnya bisa bervariasi disebabkan oleh ketidakmurnian.
Kekerasan
Kekerasan merujuk kepada kemampuan mineral untuk menahan goresan dari mineral lain.
Skala kekerasan mineral dibuat oleh Friedrich Mohs. Beberapa pembanding diantaranya adalah

a. Gelas kaca dengan kekerasan 5.5


b. Pisau dengan kekerasan 5
c. Kuku kekerasan 2

Metode Laboratorium
Tes Kimia
Tesnya adalah dengan meneteskan HCl. Apabila batuan atau mineral karbonat, akan
bereaksi dengan mengeluarkan buih. Kecuali dolomit (MgCO3), hanya akan berbuih jika dalam
bentuk bubuk.
Petrografi
Mikroskop polarisasi digunakan dalam studi petrografi sayatan tipis. Untuk menyiapkan
sayatan tipis, sampel batuan dengan diameter 25mm di tipiskan sampai ketebalannya hanya 0.03
mm.
Metode Lain
Metode lain yang biasa digunakan adalah mikroskop elektron, analisis blow-pipe, ataupun
difraksi X-ray.

1.2.3 Batuan Beku


Asal dan Keterbentukannya
Magma yang berisi gas muncul dari dalam bumi. Di dekan permukaan, lubang vulkanik
terbentuk. Tekanan menurun, gas dilepaskan dan magma mendingin dan menjadi solid. Batuan beku
muncul dalam dua bentuk:
a. Intrusif
Magma mendingin dan membeku dibawah permukaan membentuk tubuh batuan yang
besar (pluton), yang terdiri dari mineral-mineral besar. Namun ada juga tubuh batuan yang
kecil, seperti sill dan dike, serta volcanic neck, yang secara umum terdiri dari batuan yang
memiliki mineral-mineral halus diakibatkan oleh pembekuan magma dengan cepat.
b. Ekstrusif
Berhubungan dengan aktivitas vulkanik, batuan ekstrusif berasal dari lava. Bisa juga dari
keluarnya magma menuju permukaan bumi dan membeku menjadi lembaran lembaran

ekstrusif (sheeting joint), atau sebagai batuan piroklastik, yakni magma dilontarkan ke udara
oleh erupsi dari gas, yang kemudian jatuh sebagai fragmen-fragmen.
Klasifikasi
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan kandungan mineral dan tekstur yang hadir.

Komposisi Mineral dan Grup Utama


Mineral-mineral penting adalah kuarsa, feldspar, dan mineral-mineral ferromagnesian.

Klasifikasi yang didasarkan atas kandungan silika (SiO2). (Turner and Verhoogan, 1960)
a. Batuan Asam : berwarna terang, tersusun atas kuarsa (silika) dan feldspar, dengan silika
>66%
b. Intermediet : kandungan silika diantara 52 66%
c. Batuan Basa : berwarna gelap, tersusun atas biotite, piroksen, amfibol, olivin, dan besi.
Kandungan silika antara 45 52%
d. Ultra Basa : kandungan silika < 45%
e. Batuan Alkaline : mengandung K2O dan Na2O sangat tinggi apabila dibandingkan dengan
kandungan SiO2 atau Al2O3
Tekstur
Intrusif dan lava dikelompokkan sebagai berikut:
a. Faneritik : memiliki mineral-mineral yang besar dan dapat dibedakan dengan mata
telanjang.
mineral kasar >5 mm
mineral sedang 1-5mm
mineral halus <1mm
b. Mikrokristalin : mempunyai mineral yang dapat terlihat namun terlalu sulit untuk
dibedakan (karena terlalu kecil).
c. Porfiritik : Ada yang besar ada yang kecil
d. Aphanitik : mineralnya terlalu kecil sehingga sulit dibedakan dengan mata telanjang
e. Gelas : tidak bisa dibedakan mineralnya.
Piroklastik dikelompokkan sebagai berikut:
a. Breksi vulkanik : fragmen besar yang jatuh di sekitar volcanic vent dan membentuk cone,
termasuk :
Block : fragmen besar yang menyudut
Bomb : fragmen membundar (sebesar apel atau lebih besar)
Cinder : sebesar kacang
b. Tuff : material yang lebih halus yang terbawa oleh udara dan kemudian diendapkan pada
jarak tertentu dari vent, diantaranya adalah:
Ash : sebesar kacang
Dust : material terhalus
Kemas
Batuan beku biasanya dibedakan menjadi 2 kelompok
a. Equigranular, dimana seluruh mineral mempunyai ukuran yang sama
b. Inequigranular, dimana fenokris tertanam pada massa dasar material yang lebih halus.

Bentuk mineral
Bentuk mineral digambarkan dengan membundar, membundar tanggung, menyudut.
Struktur
Continuos : struktur yang biasa muncul, padat, kompak
Vesikuler : struktur yang menunjukkan kenampakan berlubang hasil dari pelepasan gas
Miarolitic : lubang besar yang muncul selama kristalisasi
Amygdaloidal : merujuk pada material yang larut lalu terbawa oleh larutan panas yang
kemudian mengisi lubang lubang yang terdapat pada batuan

1.2.4 Batuan Sedimen


Asal
Partikel tanah berasal dari lapukan batuan atau dari presipitasi kimia yang diendapkan pada
cekungan sedimen dan seiring berjalan waktu bertambah ketebalannya. Membatu membentuk
perlapisan batuan akibat dari panas, tekanan, sementasi, dan rekristalisasi.
Pelapukan
Proses
Pada pelapukan fisika, massa batuan akan pecah membentuk fragmen akibat dari adanya
kekar, membeku kemudian lapuk pada musim dingin, dan kehilangan kekuatannya kemudian
menjadi lapuk akibat dari akar pohon. Pada pelapukan kimia, massa batuan secara kimiawi larut
dalam air, seperti oksigen, karbon dioksida, dan asam, menyebabkan perubahan silikat, oksida, dan
sulfida menjadi senyawa baru seperti karbonat, hidroksida, dan sulfat.
Material
Hasil lapukannya termasuk fragmen batuan dengan ukuran bermacam-macam, belum
terubahkan, mengandung mineral yang resisten dalam dekomposisi kimia, seperti kuarsa, dan
lempung, yang mana lebih tidak larut dalam dekomposisi kimia dibanding feldspar dan mika.
Transport dan Pengendapan
Sedimen Klastik
Partikel hasil dari pelapukan di transportasi oleh air dan kemudian diendapkan pada
cekungan. Hasilnya dibedakan berdasarkan ukuran. Angin juga bisa mentransportasi sedimen yang
berukuran lebih halus seperti pasir halus dan lanau.
Presipitasu Kimia
Material terbawa oleh larutan pada air yang mengalir di lautan dimana kemudian materialmaterial tersebut terpresipitasi dari larutan. Presipitasi kimia termasuk penebalan marine karbonat
(batu gamping dan dolomit) dan evaporasi (gypsum, anhidrit, halit).

Karakteristik Pengendapan
Horizontal Bedding
Dibawah kondisi yang seragam, pengendapan yang paling awal biasanya horizontal bedding.
Cross Bedding
Ombak dan arus menghasilkan cross bedded stratification
Ripple Marks
Ombak dan arus menghasilkan ripple marks di bagian atas dari perlapisan
Unconformity
Ketidakselarasan muncul ketika perlapisan awal tererosi dan kemudian perlapisan baru
diendapkan, mengakibatkan perubahan material antara atas dan bawahnya.
Disconformity
Litifikasi
Batuan terbentuk dari proses pembatuan yang muncul ketika sedimen tebal terus menerus
bertambah dan menimpa sedimen dibawahnya. Detritur-detritus kemudian menjadi batu akibat
proses kompaksi: proses sementasi kedalam pori batuan, dan perubahan fisik serta kimia pada
batuan.
Klasifikasi
Batuan sedimen dibagi menjadi dua kelompok besar, butiran dan tidak berbutir.
Detrital Group
Dikelompokkan berdasarkan ukuran butir seperti konglomerat, batu pasir, batu lanau, dan
lempung.
Nondetrital Group
Didalam kelompok ini diantaranya adalah presipitasi kimia dan organik. Presipitasi kimia
dikelompokkan lagi berdasarkan teksutr, kemas, dan komposisi.

1.2.5 Batuan Metamorf


Asal
Berasal dari batuan beku dan sedimen yang terkena proses metamorfisme.
Metamorfisme
Efek
Tekanan dan temperatur yang tinggi, ditambah oleh aktivitasi air dan gas, mengakibatkan
rekristalisasi pada batuan, termasuk didalamnya perubahan mineral menjadi lebih besar, deformasi
ataupun rotasi dari butiran, dan pengaturan kembali unsur-unsur kimia serta tumbuhnya mineral
baru, dan bertambahnya unsur baru dari sirkulasi air dan gas.
Pembentukan Metamorf
Kontak atau thermal metamorf memiliki efek yang lokal (yang terkena efeknya hanya yang
disekitarnya saja). Sumber panas berasal dari tubuh intrusi, yang mengakibatkan rekristalisasi batuan
yang ada disekelilingnya. Efek yang diterima tersebut akan berkurang jauh bila batuan berada jauh
dari tubuh intrusi. Selain metamorfisme thermal, ada metamorfisme kataklastik dan regional.

Klasifikasi
Klasifikasi didasarkan atas kemas dan tekstur.
Kemas masif itu homogen, memiliki tekstur equigranular.
Kemas foliasi itu berlapis.

Asal Batuan Metamorf

1.2.6 Karakteristik Keteknikan Massa Batuan


Secara Umum
Karakteristik keteknikan dari masa batuan diuji dari 3 aspek:
a. Fresh intact rock
b. Decomposed rock
c. Nonintact rock

Fresh Intact Rock


Intack rock adalah batuan segar, belum terlapukkan. Permeabilitas, dan kekuatan
berhubungan langsung dengan kekerasan dan densitas batuan.
Decomposed Rock
Batuan yang terlapukkan menyebabkan batuan menjadi lebih permeable, lebih dapat
ditekan, dan lebih lemah. Ketika proses pelapukan semakin intens, batuan akan menjadi soil. Produk
akhirnya adalah ketebalan batuan yang berhubungan erat dengan komposisi mineral dari batuan
asal, iklim, dan faktor lingkungan.
Nonintact Rock
Ketidakselarasan, merepresentasikan bidang lemah dari masa batuan. Kontrol sifat
keteknikan dengan membedakan massa batuan menjadi block yang dipisahkan oleh rekahan0rekahan, seperti sesar, kerkas, foliasi, belahan, perlapisan, dan sliken side.

1.3 Tanah
1.3.1 Komponen
Dasar
Didefinisikan sebagai ukuran butir, komponen tanah diantaranya adalah bongkah, brangkal,
kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung.

Anda mungkin juga menyukai