PETROGRAFI
III.1 Dasar Teori Petrografi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma.
Karena hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya.
Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur
secara kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal baik batuan
beku, sedimen, dan metamorf, akan mengalami pelapukan, material hasil
pelapukan selanjutnya tererosi, kemudian tertransport dan diendapkan kembali.
Material yang akan diendapkan dari proses ini akan mengalami litifikasi, yaitu
mengeras menjadi batuan yang disebut batuan sedimen. Batuan sedimen adalah
batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi. Batuan sedimen
dibedakan menjadi sedimen klastik dan sedimen nonklastik.
Batuan
metamorf
terbentuk
dari
proses
metamorfisme.
Kata
21
22
kenyataannya bahwa batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil
lelehan merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifikasikan kedalam batuan
beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat
fragmental dari semua bentuk cair, gas, atau padat yang dikeluarkan dengan jalan
erupsi.
Batuan metamorf adalah batun yang terbentuk oleh perubahan tekanan dan
temperatur yang tinggi dalam dalam kulit bumi dari batuan yang sudah ada,
perubahan ini akan menimbulkan perubahan tekstur, struktur, dan komposisi
mineral. Faktor-faktor penyebab terjadinya metamorfisme adalah panas /
temperatur / suhu, tekanan (pressure), tegangan (stress) shear, dan aktivitas
pelarutan secara kimia.
III.1.1 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma.
Karena hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya.
Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur
secara kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.
Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan
menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava).
Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik;
sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava,
sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa
batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith. Karena
pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun
atas mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan
dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi
dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak
membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal
seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya
memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
23
Gambar 25. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan dike.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma
tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari
limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang
mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O)
disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan beku
dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan SiO2 (Tabel VIII.1).
Tabel 2. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003).
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta)
Tipe
Batuan
Batuan
Magma
Vulkanik Plutoni
Basaltic
Basalt
k
Gabbro
Komposisi
Suhu
Kekentalan Kandun-
Kimia
SiO2
gan Gas
45-55 1000 - Rendah
Rendah
Ca tinggi,
K
Andesiti
c
Andesit
Diorit
dan
Na
rendah
SiO2 55-65 800
- Intermedia
Na,
sedang
Intermediat
24
Rhyolitic
Rhyolit
Granit
SiO2
65-75 650
- Tinggi
Tinggi
dan
Na
tinggi
Keterdapatannya
Asam
Intermediet Basa
Plutonik (intrusi)
Granit, Syenit
Diorit
intrusi dangkal
Dasit - Riodasit
Andesit
Gabro
Basaltikandesitik
Vulkanik:
Busur magmatik
Riolitik
Andesitik
Basaltik
Dengan
Belakang busur
Trakitik
Trakitik
Basalt trakitik
Lava basalt
Tatanan
tektonik
Mid
ridges
oceanic
25
Tabel 4. Bowen reaction series yang berhubungan dengan kristalisasi mineral penyusun dalam
batuan beku.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
26
Gambar 26. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing mineral sangat
kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar
kiri) dan granit (gambar kanan) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter
>1 mm.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta).
Jenis batuan
Intrusi
dalam Intrusi
dangkal
Batuan Vulkanik
(plutonik)
dan Ekstrusi
Fabrik
Equigranular
Inequigranular
Bentuk Kristal
Euhedral-anhedral
Ukuran Kristal
Halus-sedang
Halus-kasar
Tekstur khusus
Porfiritik-
Porfiritik:
poikilitik
intermediet-basa
Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Tekstur
Subhedralanhedral
Inequigranular
Subhedral-anhedral
27
Derajad
Kristalisasi
Holokristalin
Pilotaksitik
Asam-intermediet
Hipokristalin
Hipokristalin
Holokristalin
Holokristalin
Zoning
plagioklas,
Tekstur khusus
Perthit-perlitik
bersama
pada
tumbuh
antara
dan
intersertal
a) Tekstur Trakitik :
1)
2) Berkembang pada batuan ekstrusi, intrusi dangkal seperti dike dan sill
3) Tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria, gambar
kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
Gambar 27.Tekstur trakitik pada traki-andesit. Arah orientasi dibentuk oleh mineral-mineral
plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris
plagioklas dan piroksen orto.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
28
Gambar 28. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar kanan
posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
c) Tekstur Porfiritik
1)
2)
3)
Gambar 29. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan
glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan
granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang
tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar
plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii).
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
d) Tekstur Ofitik, yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral
plagioklas yang tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau
olivin.
Jika
plagioklasnya
lebih
besar
dan dililingi
oleh
mineral
29
Gambar 30. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral olivin
dan piroksen klino.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
Gambar 31. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
30
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada
wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona
pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh
warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan
piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian, batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan
batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.
Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri
batuan toleeit.
Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan
didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya yaitu basa
dan ultra basa. Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10%
sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan
piroksen dan olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa
batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit. Batuan ultra
basa terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain.
Gambar 32. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS
classification).
31
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
2.
Klasifikasi
bertekstur kasar
memiliki
kuarsa, alkali
plagioklas dan
lebih dari 10%
IUGS
).
Dr. Sri
mulyaningsih.
Kuliah, Institut
Teknologi
Yogyakarta.)
Kelompok
batuan
beku luar
Kelompok
batuan ini
menempati
lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia.
Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik pada
busur kepulauan masa kini, zaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih
tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung
api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan
banyak mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya,
32
kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok
dasit riolit - riodasit, kelompok andesit - trakiandesit dan kelompok fonolit.
Gambar 34. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan
kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification).
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama.
Di samping itu, ada jenis mineral aksesori lain yang dapat hadir di dalamnya,
seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang
dapat hadir sebagai mineral aksesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena
komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan
kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas
intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan
piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan yang
mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersamasama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
III.1.4. Komposisi Batuan Beku
33
Afinitas
Mafik
Felsik
Asam
<1/3
>2/3
Intermediet
1/3-2/3
1/3-2/3
Basa
>2/3
<1/3
batuan
Nama batuan
Intrusif
Gabro,
diabas
Diorit
Granit,
syenit
Ekstrusif
Vulkanik
Basalt
Basalt
Andesit,
Andesit,
trakit
trakit
34
Tabel 7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan
keterdapatannya dari tatanan tektoniknya
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
SiO2
(%)
< 50
Tipe magma
50-65
Intermediet
Basa / mafik
65-70
menengah
magmatik dangkal
Busur
rendah Si
magmatik:
lempeng
tengah (B)
>70
Busur
magmatik:
segregasi
kaya Si
35
36
f) Berfosil
Apabila tercirikan oleh kandungan fosil yang memperlihatkan
orientasi tertentu.
b. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Karena terbentuk dari proses kimia ataupun organik, maka strukturnya ada 3
macam :
1) Berfosil (fosiliferous) : terdiri dari fosil-fosil yang masih utuh.
2) Oolitis : fragmen-fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik
(biasanya karbonat) dengan ukuran lebih kecil dari 2 mm dan bersifat
konsentris.
3) Pisolitis : seperti oolitis tapi ukuranya lebih besar dari 2 mm.
1. Tekstur Batuan Sedimen
Merupakan segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen, seperti
ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur dalam batuan sedimen
mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan
tersebut tertutama proses transportasi dan pengendapannya. Tekstur juga
digunakan untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan batuan sedimen.
Tekstur batuan sedimen klastik terdiri atas :
a. Ukuran butir.
37
Ukuran butir
Nama butir
Nama batuan
< 256
Bongkah
Breksi
64 256
Brangkal
4 64
Krakal
Konglomerat
24
Krikil
membulat.
12
-1
Pasir kasar
Pasir sedang
1/8
Pasir halus
1/16 1/8
1/16 1/ 256
Lanau
Batu lanau
< 1/256
Lempung
Batu lempung
jika
jika
fragmennya
fragmennya
Batu pasir
38
4) Membulat (rounded)
5) Sangat membulat (well ronded)
d. Kemas
Merupakan hubungan antar butir dalam mineral batuan sedimen.
Dibagi menjadi :
1) Kemas terbuka : hubungan antar materialnya tidak saling
bersinggungan.
2) Kemas tertutup : hubungan antar materialnya saling bersinggungan.
39
Asal
Tekstur
Nama Batuan
Komposisi Mineral
Dentrial
Klasik
Kimiawi :
Biokimia /
Anorganik
Granulae atau
Breksi, Konglomerat
Lebih besar
Pasir
Lanau
Lempung
Kalsit
Batupasir
Batulanau
Batulempung
Batugamping kristalin
Dolomite
Halit
Gypsum
Kalsit
Dolomite
Garam batu
Gypsum
Batugamping koral,
Sisa tumnuhan
Foraminifera, dsb.
Batubara
Nonklastik
40
Lebih dari 80% permukaan bumi, baik di dasar laut hingga daratan tersusun
atas batuan gunung api. Di Indonesia saja, terdapat 128 gunung api aktif yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan sebanyak 84 diantaranya menunjukkan
aktivitas eksplosifnya sejak 100 tahun terakhir. Di samping itu, batuan gunung api
berumur Tersier atau yang lebih tua juga samgat melimpah di permukaan, bahkan
jauh lebih banyak dari pada batuan sedimen dan metamorf.
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari tefra
(pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom dan blok
gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan
jatuhan piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan
seruakan piroklastika. Aliran piroklastika merupakan debris terdispersi dengan
komponen utama gas dan material padat berkonsentrasi partikel tinggi.
Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh gaya gravitasi bumi,
suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari guguran
kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah (Fisher,
1979).
Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses
fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika,
baik jatuhan, aliran maupun seruakan. Material yang menyusunnya dapat berasal
dari batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut
terbawa saat tertransportasi.
Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitas
vulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke
permukaan bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan
gunung api yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan
yang keluar dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan fragmental (rempah
gunung api).
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus
dapat dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff.
Menurut Fisher (1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat
41
dikelompokkan ke dalam lima kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir
batuan penyusunnya.
III.3.2. Klasifikasi Batuan Piroklastik
Berdasarkan Material Piroklastik dapat dikelompokan berdasarkan ukurannya
sebagai berikut (Schmiid, 1981 vide Fisher, 1984).
1. Endapan piroklastik tak terkonsolidasi
a. Bomb Gunung Api
Bomb
gunung
api
adalah
gumpalan-gumpalan
lava
yang
42
1
Adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 256
43
d. Tuff
Adalah endapan dri abu gunung api yang telah mengalami
konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75%. Macamnya
yaitu:
1) Tuff lapilli (lapilli tuff)
2) Tuff Aglomerat (Aglomerate tuff)
3) Tuff breksi piroklstik (Piroclastic breccias tuff)
III.4. Batuan Metamorf
III.4.1. Dasar Teori Batuan Metamorf
Batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfisme. Kata "Metamorfisme"
berasal dari bahasa Yunani yaitu: Meta = berubah, Morph = bentuk, jadi
metamorfisme berarti berubah bentuk. Dalam geologi, hal itu mengacu pada
perubahan susunan / kumpulan dan tekstur mineral, yang dihasilkan dari
perbedaan tekanan dan suhu pada suatu tubuh batuan.
1. Walaupun diagenesis juga merupakan perubahan bentuk dalam batuan
sedimen, namun proses ubahan tersebut berlangsung pada suhu di bawah
200oC dan tekanan di bawah 300 MPa (MPa: Mega Pascals) atau sekitar
3000 atm.
2. Jadi, metamorfisme berlangsung pada suhu 200 oC dan tekanan 300 Mpa
atau lebih tinggi. Batuan dapat terkenai suhu dan tekanan tersebut jika
berada pada kedalaman yang sangat tinggi. Sebagaimana kedalamannya
pusat subduksi atau kolisi.
Pertanyaannya adalah mungkinkah batas atas metamorfisme tersebut terjadi
pada tekanan dan suhu yang sama dengan proses lelehan batuan (wet partial
melting). Saat pelelehan terjadi, justru proses ubahan yang terjadi adalah
pembentukan batuan beku ketimbang metamorfik.
A. Batuan Dalam Derajat Metamorfisme
1. Serpih, terbentuk pada derajad metamorfik rendah, ditandai dengan
pembentukan mineral klorit dan lempung. Orientasi lembaran silikat
44
belahan
menyerpih
(slatey
cleavage),
slatey
cleavage
Gambar 41. Foliasi menyerpih pada tingkat metamorfisme rendah (Nelson, 2003)
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
2.
3.
45
Gambar 43. Mineral-mineral dengan tekstur gneissic banding, orientasi mineral tegak lurus
dengan arah gaya maksimum (Nelson, 2003).
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
4.
penjajaran
beberapa
mineral.
Batuan
yang
terbentuk
b.
c.
granulitik.
C. Metamorfisme Batugamping dan Batupasir
46
a.
b.
47
B. Tekstur Batuan
1. Tekstur Poikiloblastik : sama seperti porfiroblastik, namun dicirikan oleh
adanya inklusi mineral asing berukuran halus. Tekstur poikiloblastik,
warna orange tourmalin dan abu-abu K-feldspar, mineral berukuran halus
adalah butiran-butiran kuarsa dan muscovit. Biasanya berada pada sekis
mika-tourmalin.
2.
48
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
lebih
halus.
Bedanya
dengan
porphyroblastik
adalah,
4.
Retrogradasi Eklogit :
49
(Sumber : Dr. Sri mulyaningsih. 2007. Diktat Kuliah, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.)
5.
6.
7.
50
2.
Eclogit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar
dan mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya
sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
51
3.
4.
5.
6.
Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calcsilikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan
komposisi batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
7.
Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
8.
9.