PENDAHULUAN
1
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas,
dimana petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan
untuk menginterpretasikan dan menerangkan asal-ususl batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara
genesa dapat dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat
mineral-mineral silikat hasil magma yang mendingin (Walter T.
Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi
bahan rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun
mengenai hasil kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal
dari suatu batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan
komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi
fisika (tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur, HGF.
Winkler, 1967,1979)
2
BAB II
PETROGRAFI BATUAN BEKU
3
Dalam penamaan batuannya juga menggunakan persentase mineral primer
sebelum terjadi ubahan, namun dapat digunakan kata terubah lanjut
dibelakangnya (misal: andesit terubah lanjut). Derajat alterasi suatu batuan
dapat ditunjukkan oleh persentase mineral-mineral primer yang telah
mengalami ubahan. Sebaiknya, dalam mempelajari sayatan tipis “thin
sections” juga dipelajari bersama-sama contoh setangannya atau sampel.
Dikarenakan sayatan tipisnya kadang-kadang tidak mewakli batuan secara
menyeluruh, juga presentase kehadiran mineraloginya.
2.2 Tekstur
4
1. Tingkat kristalisai
a. Holokristalin : Seluruhnya terdiri dari massa kristal – kristal
5
2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
a. Halus : Ø < 1 mm.
b. Sedang : Ø 1 – 5 mm.
c. Kasar : Ø 5 – 30 mm.
d. Sangat kasar : Ø > 30 mm.
6
4. Hubungan Kristal
a. Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai ukuran
butir hampir sama atau seragam.
b. Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai ukuran
butir yang tidak sama atau tidak seragam.
7
1. Tekstur Intergrowth
a. Grafik, tumbuh bersama antara alkali feldspar dengan kuarsa,
disini kuarsa berbentuk runcing-runcing.
8
d. Intergranular, tekstur dimana ruang antar butir plagioklas ditempati
oleh olivin, piroksen, atau bijih besi.
9
g. Subofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata bersamaan
dengan piroksen, dimana ukuran plagioklas lebih besar
dibandingkan dengan mineral piroksen dan olivin yang
ditutupinya.
10
j. Porfiritik, mengandung mineral-mineral yang memiliki ukuran
yang berbeda, fenokris augit, olivin dan leusit tertanam dalam
masadasar kristalin atau juga gelas.
11
m. Vitrofirik, kenampakan tekstur batuan beku dimana terdapat
fenokris-fenokris yang tertanam dalam masadasar atau matrik
gelas.
2. Tekstur Aliran
12
Perbedaan di atas tidak selalu mudah dibedakan. Senolit dapat pula terdiri
dari individu kristal yang dikenal sebagai xenocrystal. Beberapa senolit
cognate dibentuk oleh fenokris yang mempunyai kelompok dan tumbuh
bersama-sama membentuk tekstur glomeroporfiritik. Struktur batuan beku
yang pada umunya merupakan kenampakan skala besar sehingga dapat
dikenali dilapangan, seperti:
a. Banding (perlapisan)
b. Lineasi (laminasi, segregasi)
c. Kekar (lembar, tiang)
d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)
e. Aliran
13
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari
batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita
perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.
14
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya
terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku
intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
A. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
15
B. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
16
2. Klasifikasi Kandungan Mineral, Kandungan Silika dan Tekstur :
Tabel rosenbusch digunakan dalam melakukan pendeterminasian
batuan beku. Tabel Rosenbusch berisi tentang komposisi mineral pada
batuan beku yang kemudian dihubungkan dengan tekstur pada batuan
beku. Dengan mencocokan takstur batuan dan mineral penyusun batuan
yang sedang diuji dengan data-data yang terdapat pada tabel rosenbusch
maka kita dapat dengan mudah mendeterminasikan batuan beku.
17
Gambar 2.18 Contoh Batuan Klasifikasi Berdasarkan Kandungan SiO2
Menurut C.L. Hugnes (1962).
18
E. Menurut Russell B. Travis (1955)
19
c. Batuan Beku Luar
Bertekstur afanitik, yaitu individu mineralnya tidak dapat dilihat
dengan mata biasa. Terbentuk melalui pembekuan tiba-tiba ketika
magma sampai ke permukaan bumi dan berubah menjadi lava yang
langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan.
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktui kristal yang kecil-kecil
atau bahkan tidak mempunyai bentuk Kristal (amorf). Contoh
batuannya adalah batu riolit dan obsidian.
20
BAB III
21
Gambar 3.1. Material Piroklastika.
22
3.3 Macam – Macam Batuan Gunungapi dan Mekanisme Pembentukanya
A. Macam – Macam Batuan Gunungapi
Batuan gunungapi atau piroklastik merupakan bagian dari batuan
volkanik. Batuan fragmental yang secara khusus terbentuk oleh proses
volkanik eksplosif (letusan). Berikut ini akan dijelaskan beberapa
deskripsi batuan Piroklastik seperti Skoria, Pumice, Tuff, Lapilli, dan
Obsidian.
a. Pumice
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu
coklat kemerahan, struktur batuannya massive, sifat batuannya
ialah asam, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi
mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan
pumice ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d > 64
mm). Sedangkan bentuk dari pumice ialah glassy. Petrogenesa
dari batuan pumice ialah terbentuk dari batuan asam yang
terbetuk dari letusan gunung api. Pumice sering disebut
batuapung.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian
mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi
sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular
yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di
dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau
fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi.
Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam Pumice
adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit. Jenis
batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal
terbentuknya sama dengan Pumice adalah pumicit, volkanik
cinter, dan scoria.
23
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel
(fragmen), dan material asalnya, Pumice diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan
hasil endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu:
mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO,
CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5,
bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption)
16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound
transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi,
konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan
terhadap api sampai dengan 6 jam.
24
Properties Pumice terdiri dari piroklastik kaca yang sangat
microvesicular dengan sangat tipis, tembus dinding-dinding
gelembung extrusive batu beku. Hal ini umumnya, tetapi tidak
secara eksklusif dari felsic untuk silicic atau penengah dalam
komposisi (misalnya, rhyolitic, dasit, andesit, pantellerite,
phonolite, trachyte), tetapi komposisi basaltik dan lain diketahui.
Pumice umumnya berwarna cerah, mulai dari putih, krem, biru atau
abu-abu, atau hijau-cokelat. Batu apung adalah produk umum
letusan bahan peledak (Plinian dan ignimbrite-membentuk) dan
umumnya membentuk zona-zona di bagian atas silicic lavas.
b. Scoria
Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria
adalah cinder. Scoria diproduksi oleh fragmentasi aliran lava.
Kubah vulkanik scoria dapat ditinggalkan setelah letusan,
biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncaknya.
Contohnya Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru yang
seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.
25
Sadangkan bentuk dari scoria ialah masa dasar glass. Scoria
terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung
berapi.
Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang
diklasifikasikan oleh mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang
kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava membentuk batu
apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai
terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung
besar dalam lava. Batu adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat
Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti
kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
Terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung
berapi. Scoria yang juga dikenal sebagai abu, merupakan komponen
utama cinder cone. Sebuah kerucut cinder adalah kecil tetapi tipe gunung
berapi yang sangat umum. Cinder cone juga telah disebut Scoria cones.
Cinder cone jarang tumbuh sangat besar, tetapi kadang-kadang bentuk
yang sangat simetris bukit-bukit berbentuk kerucut. Scoria tidak memiliki
banyak kegunaan. Bahkan nama ini berasal dari sebuah istilah untuk
sampah. Namun dapat digunakan sebagai batu hias yang menarik dengan
warna kemerahan. Sebagian besar patung-patung Pulau Paskah disebut
Moai telah Scoria batu dalam desain mereka.
Petrogenesa batuan ini adalah ketika terjadi peningkatan tekanan
magma, gas terlarut dapat exsolve dan membentuk vesikula. Beberapa
vesikula terjebak ketika magma membeku. Biasanya vesikula kecil, bulat
dan tidak menimpa satu sama lain. Kerucut vulkanik Scoria dapat
ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah
di puncak. Contoh adalah Gunung Wellington, Auckland di Selandia
Baru, yang seperti Three Kings di selatan kota yang sama telah banyak
digali. Quincan, bentuk unik Scoria, yang digali di Gunung Quincan di
Far North Queensland, Australia. Pertambangan di Puna Pau on Rapa
Nui / Pulau Paskah adalah sumber Scoria berwarna merah yang
digunakan orang rapanui mengukir patung-patung Moai khas mereka.
26
c. Tuff
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri
dari konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang
ventilasi selama letusan gunung berapi. Tuff kadang-kadang
disebut tufa, terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan,
meskipun tufa juga mengacu pada batu yang sangat berbeda.
27
d. Lapili Stone
Lapili stone (Lapili) yang memiliki kenampakan warna yaitu
hitam, struktur batuannya massive, dan derajat kristalisasinya
hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas
adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental
dengan ukuran batuannya ialah lapili (2-64 mm). Sedangkan
bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili
stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada
yang belum membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki
komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah plagioklas
dan hornblende (amphibol).
Sebuah partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal
sebagai bom vulkanik ketika cair, atau blok vulkanik ketika padat,
sementara partikel yang lebih kecil daripada lapili disebut sebagai
abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku
ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus
(Unconsolidated)
e. Obsidian
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam
mengkilat, struktur batuannya massive, derajat kristalisasinya
holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas
adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah glassy dengan ukuran
batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm). Petrogenesa dari batuan
terbentuk secara rapidly sehingga tidak sempat membuntuk kristal.
28
Obsidian adalah batu beku extrusive terbentuk ketika lava felsic
meletus dari sebuah gunung berapi dan mendinginkan terlalu cepat
untuk memungkinkan kristal untuk membentuk, mengakibatkan
kaca. Obsidian berkisar dalam warna dari hijau menjadi jelas paling
sering hitam. Obsidian biasanya 70% atau lebih SiO2 dan
komposisinya mirip granit atau rhyolite. Obsidian mineral terdiri
dari SiO2 relatif murni (sama seperti kuarsa), tapi tentu saja adalah
non-kristalin kaca.
Obsidian adalah kaca vulkanik yang terjadi secara alami
terbentuk sebagai sebuah batu beku ekstrusif. Hal ini dihasilkan
ketika ekstrusi felsic lava dari gunung berapi mendingin tanpa
pembentukan kristal. Obsidian umumnya ditemukan di dalam
batas-batas aliran lava. Rhyolitic dikenal sebagai obsidian
mengalir, di mana komposisi kimia (kandungan silika tinggi)
menginduksi viskositas tinggi dan derajat polimerisasi lava. Atom
yang inhibisi difusi melalui ini sangat kental dan polimerisasi lava
menjelaskan kurangnya pertumbuhan kristal. Karena kurangnya
struktur kristal, tepi bilah obsidian bisa mencapai hampir molekul
kurus, yang menyebabkan kuno digunakan sebagai proyektil poin,
dan modern yang digunakan sebagai pisau bedah pisau bedah.
29
Obsidian adalah mineral, tetapi tidak mineral sejati karena
sebagai kaca tidak kristalin; di samping itu, komposisi terlalu rumit
untuk membentuk satu mineral. Kadang-kadang diklasifikasikan
sebagai mineraloid. Meskipun obsidian berwarna gelap mirip
dengan batu mafic seperti basalt, obsidian komposisi sangat asam.
Obsidian terdiri dari SiO2 (silikon dioksida), biasanya 70% atau
lebih. Batu kristal dengan komposisi obsidian termasuk granit dan
rhyolite. Obsidian memiliki kadar air rendah ketika segar, biasanya
kurang dari 1% air berdasarkan berat, tetapi menjadi semakin
kering saat terkena air bawah tanah, membentuk perlite.
Obsidian biasanya gelap dalam penampilan, meskipun warna
bervariasi tergantung pada kehadiran pengotor. Besi dan
magnesium biasanya memberikan obsidian hijau tua menjadi
cokelat ke warna hitam. Sangat sedikit sampel hampir tidak
berwarna. Dalam beberapa batu, dimasukkannya kecil, putih,
kristal berkumpul radial kristobalit di kaca hitam menghasilkan
jerawat atau pola kepingan salju (kepingan salju obsidian). Pola-
pola tersebut mungkin juga mengandung gelembung gas yang
tersisa dari aliran lava, sejajar sepanjang lapisan diciptakan sebagai
batuan cair mengalir sebelum didinginkan. Gelembung ini dapat
menghasilkan efek yang menarik seperti emas kemilau (kilau
obsidian) atakilau pelangi (rainbow obsidian).
30
2. Endapan Piroklastik Aliran (pyroclastic flow)
Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi kemudian
teronggokan disuatu tempat. Umumnya berlangsung pada suhu
tinggi antara 500 0C – 600 0C dan temperaturnya cenderung
menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk
endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab sifat – sifat
endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan.
Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan atasnya datar.
31
3.4 Tekstur Batuan Gunungapi
A. Tekstur umum
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan
butir-butir mineral yang ada di dalamnya yang meliputi Glassy dan
Fragmental.
a. Glassy, merupakan tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah glass.
b. Fragmental, merupakan tekstur pada batuan piroklastik yang nampak
pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunungapi.
B. Tektur Khusus
32
c. Hyalopilitic, merupakan tekstur batuan piroklastik dimana feldspar
dikelilingi oleh masadasar berupa gelas vulkanik.
33
3.5 Klasifikasi
1. Tuf
Gambar 3.13. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang
dan kanan: nikol sejajar).
34
2. Batulapili
Merupakan batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran
butir antara 2-64 mm, biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan
kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung api. Batulapili tersebut kalau telah
mengalami konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili.
Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik
yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal
mineral.
Gambar 3.14. Breksi pumis (batulapili) yang hadir bersama dengan kristal
kuarsa dan tertanam dalam massa dasar tuf halus.
Gambar 3.15. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 dengan glass shards yang sedikit terkompaksi.
35
4. Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite)
yaitu gelas shards dan pumis yang mengalami kompaksi dan
pengelasan saat lontaran balistik hingga pengendapannya. Biasanya pumis
dan gelas tersebut mengalami deformasi akibat jatuh bebas, yang secara
petrografi dapat terlihat dengan:
a. Bentuk Y pada shards dan rongga-rongga bekas gelembung-
gelembung gas atau gelas, arah jatuhnya pada bagian bawah Y.
b. Arah sumbu memanjang kristal dan fragmen litik.
c. Lipatan shards di sekitar fragmen litik dan kristal.
d. Jatuhnya fragmen pumis yang memipih ke dalam massa gelasan
lenticular yang disebut fiamme.
Derajad pengelasan dalam batuan gunung api dapat diketahui dari
warnanya yang kemerahan akibat proses oksidasi Fe. Pada kondisi
pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan hampir mirip dengan
obsidian. Batuan ini sering berasosiasi dengan shards memipih yang
mengelilingi fragmen litik dan kristal.
36
Gambar 3.17. [a] Tuf terelaskan dari Idaho, [b] Tuf terelaskan dari
Valles, Mexiko utara, [c] Tuf terelaskan dengan
cetakan-cetakan fragmen kristal.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Pemahaman Mineral
Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang
dimilikinya. Sebagai contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan
mudah dirasakan. Komposisi kimia seringkali tidak cukup untuk
menentukan jenis mineral, misalnya mineral grafit (graphite) dan intan
(diamond) mempunyai satu komposisi yang sama yaitu karbon (C).
Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti bentuk
kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana
seperti pisau atau potongan gelas dengan mudah diuji kekerasannya.
38
Mineral dapat dipelajari dengan seksama dengan memerikan dari
bentuk potongan (hand specimen) dari mineral, atau batuan dimana dia
terdapat, dengan menggunakan lensa pembesar (hand lens/loupe), dan
mengujinya dengan alat lain, seperti pisau, kawat baja, potongan gelas atau
porselen dan cairan asam (misalnya HCL). Mineral juga dipelajari lebih
lanjut sifat fisik dan sifat optiknya dalam bentuk preparat sayatan tipis
(thin section) dengan ketebalan 0,03 mm, dibawah mikroskop polarisasi.
39
4.2 Pengenalan Mikroskop Polarisasi
40
Gambar 4.2 Mikroskop Polarisasi Olympus CX -31
41
A. Kaki Mikroskop
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop,
bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada
mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan
untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita
gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai
sumber cahaya pengganti cermin.
B. Substage Unit
b. Diafragma Iris
Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk
mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi
atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini
merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya
yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi
mata tiap-tiap orang relatif berbeda.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya
daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan
relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk
pengamatan “garis becke”.
42
c. Kondensor
Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”.
Kondensor berupa lensa cembung yang berfungsi untuk
memberikan cahaya memusat yang datang dari cermin di
bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari
jalan cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan. Fungsi
kondensor lebih lanjut akan dibahas pada bab konoskop.
d. Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian
tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini
berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini
dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi
dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360o.
Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat
untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
C. Tubus Mikroskop
Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit
teropong.
Terdiri atas beberapa bagian antara lain :
a. Lensa Objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop,
berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan
mineral dari meja objek.
Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah
lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung
keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan
adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
43
b. Lubang Kompensator
Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat
memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk
menentukan warna interferensi. Kompensator berupa baji kuarsa
atau gips yang menipis ke arah depan, sehingga pada saat
dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna
interferensi pada mineral.
c. Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama
dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya
saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol
sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang).
e. Lensa Okuler
Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop,
berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat
kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat
benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan
pemusatan objek pengamatan.
D. Lengan mikroskop
untuk memegang tubus mikroskop, serta memindahkan mikroskop.
44
4.3 Prosedur Identifikasi Mineral
A. Warna
Warna yang diamati adalah warna yang dihasilkan oleh kekuatan
sinar yang sedang bergetar sejajar dengan arah polarisator.
Kenampakan warna akan sangat tergantung pada kemampuan
mineral untuk menyerap sinar serta komposisi mineral, yaitu mineral-
mineral yang mengandung unsur transisi, seperti : Ti, Y, Cr, Mn, Fe,
Ni, Cu dan Zn. Mineral-mineral yang kenampakkan megaskopis
berwarna relatif pucat (misal Kwarsa, Feldspar group) dibawah
mikroskop akan nampak tidak berwarna/colourless. sedangkan
mineral-mineral yang tampak/memberikan warna dibawah mikroskop
biasanya secara megaskopis mineral-mineral tersebut berwarna gelap.
45
Warna terbagi atas :
a. Warna Aliokromatik, Jika warna utamanya sudah berubah
menjadi warna lain yang disebabkan oleh pengotoran-
pengotoran mineral lain.
b. Warna Idiokromatik, Merupakan warna dari mineral yang
terlihat dibawah mikroskop dan sesuai dengan warna
sesungguhnya.
B. Bentuk (Shape)
46
e. Serat atau Fibrous, masing-masing kristal berbentuk panjang dan
sangat kecil, semua serta merupakan suatu kelompok yang
biasanya agak memusat.
f. Pipih atau platy atau micacecous, mineral terdapat sebagai
tumbukan yang berlapis-lapis.
Ol Ol
Ol
Ol
A B C
Gambar 4.4. Bentuk bentuk mineral : (A) Bentuk mineral yang euhedral. (B)
Bentuk mineral yang subhedral. (C) Bentuk mineral yang anhedral.
Gambar 4.5. Beberapa bentuk mineral secara tiga dimensi (A) Bentuk
prismatik amfibol, (B) bentuk prismatik piroksen (C) bentuk tabular, (D)
bentuk kubik, (E) bentuk lath-like,
47
C. Belahan
D. Indeks Bias
48
Pengukuran indeks bias mineral dibawah mikroskop dapat dilakukan
dengan cara berikut:
1. Menentukan Indeks Bias secara Relatif
a. Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas
antara dua media yang saling bersentuhan, disebabkan oleh adanya
perbedaan indeks bias dari kedua media tersebut. Penentuan harga
indeks bias relatif pada dasarnya adalah membandingkan secara relatif
antara harga indeks bias mineral yang diamati dengan harga indeks
bias Balsem Kanada.
Untuk melihat garis Becke, tutuplah sebagian dari diafragma iris
(kurangi intensitas cahaya), pada kondisi ini garis becke akan tepat
berada pada batas mineral (berimpit, warna putih keabuan). Agar
pergerakan garis becke terlihat, maka gerakanlah tubus mikroskop
(dinaik turunkan). Bila tubus dinaikkan atau dijauhkan dari meja
objek, garis becke akan bergerak kearah media yang indeks biasnya
lebih besar. Dengan kata lain bila tubus dinaikkan :
- Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N)
lebih besar dari indeks bias Balsem Kanada (n) atau N > n.
- Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral (N)
lebih kecil dari indeks bias Balsem Kanada (n) atau N < n.
Catatan :
Cara tersebut diatas untuk mikroskop model Olimpus (skrup
pengatur fokus diputar kearah atas)
Untuk mikroskop model Zeiss, maka meja objek dijauhkan dari
lensa objektif (skrup pengatur fokus) diputar kearah bawah.
A B
Gambar 4.6. Penentuan Indeks bias dengan metode garis becke (A) Garis
becke bergerak, kedalam (N > n) (B) Garis Becke bergerak, keluar (N < n)
49
b. Metode Oblique illumination
Pada metode ini dilakukan dengan cara menutup sebagian jalan sinar
yang masuk (cermin) dengan kartu. Batasan :
- Bila bayangan gelap (dark shadow) terjadi pada pihak yang
sama dengan penutupan sinar (jalan sinar yang ditutup), maka
indeks bias sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias
mineral < dari indeks bias balsem kanada (N < n)
N>n
N<n
Kartu
50
E. Relief
F. Pleokroik
51
Berdasarkan hal tersebut pleokroik dibedakan atas :
Nokroik, bila meja diputar tidak terjadi perubahan warna.
Dikroik, terjadi dua kali perubahan warna saat meja diputar 0-90. bisa
dimiliki oleh mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal, trigonal
dan heksagonal.
Trikoik, terjadi perubahan warna tiga kali saat meja diputar sejauh 0-90.
biasa dimiliki oleh mineral yang bersistem kristal ortorombik, monoklin
dan triklin.
Berdasarkan sifat atau kecepatan perubahan warnanya, plekroik
dibedakan atas plekroik lemah, sedang dan kuat.
G. Perting
H. Pecahan (Fracture)
52
Sifat optis yang diamati pada pengamatan ini adalah sifat optis yang
dihasilkan dari perjalanan sinar atau cahaya yang masuk dari cermin,
kemudian melalui polarisator kemudian masuk melalui peraga dan akhirnya
melalui analisator. Sifat optis yang umum yang dapat diamati adalah : Bias
rangkap, tanda rentang atau orientasi dan pemadaman. Dan dalam
pengamatan cross nicol analisator digunakan (kondensor dan lensa betrand
amici tidak dipergunakan).
A. Bias Rangkap
Bias rangkap adalah harga angka yang menunjukkan perbedaan
antara indeks ordiner dan ekstra ordiner yang maksimum. Atau harga
beda lintasan yang terjadi oleh adanya dua sinar yang bergerak kearah
yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengamatan bias rangkap dapat dilakukan dengan
bantuan tabel Michel-levy, yaitu tabel warna interferensi. Cara
menentukan Bias rangkap :
Meletakkan mineral pada posisi terang maksimum.
Menentukan warnanya atau W.I. orde harga bias rangkap.
53
Bias rangkap lemah, bila berada pada orde I bawah
Bias rangkap sedang, bila berada pada orde I atas – orde II
Bias rangkap kuat, bila berada pada orde III bawah – atas
Bias rangkap ekstrim, bila berada pada orde IV
54
Kolom Garis Ketebalan sayatan Kolom Harga
Garis
Miring
II
Warna
Interferensi P
Gambar 4.8. Sketsa Tabel warna Interferensi dan cara membacanya dari
gambar diperoleh bias rangkap : W.I. = abu-abu ; Orde = II dan harga bias
rangkapnya = P
55
B. Orientasi atau Tanda Rentang
Bila arah getaran sinar cepat terletak searah atau menyudut lancip
terhadap arah memanjangnya mineral, maka mineral memiliki
orientasi atau tanda rentang negatif (-) atau elongasi negatif atau
elongasi cepat Length fast orientation.
Bila arah getaran sinar lambat terletak searah atau menyudut lancip
terhadap arah memanjangnya mneral, maka mineral memiliki orientasi
atau tanda rentang positif (+) atau elongasi positif atau elongasi
lambat Length Slow.
56
Cara menentukan Orientasi
a. Letakkan mineral dengan sumbu c sumbu panjang sejajar (//)
dengan garis vertikal.
b. Putar meja sayatan hingga mineral pada posisi terang
maksimum, catat warna interferensi dan ordenya (seperti
penentuan bias rangkap).
c. Pada posisi b, masukkan kompensator atau komperator, dengan
ketentuan :
Bila bias rangkap lemah – sedang gunakan kompensator
keping gips ( = 550)
Bila bias rangkapnya kuat atau ekstrim gunakan keping
mika ( = 147,3)
Lihat perubahan warna interferensi atau orde, tentukan
orientasi apakah positif (+) atau gejala addisi atau orientasi
negatif (-) atau gejala subtraksi.
B
Gambar 4.9. Hubungan antara getaran/jalannya sinar dengan sumbu kristal
pada orientasi negatif (A) dan orientasi positif (B)
57
C. Pemadaman
58
(A)
(B) (C)
Gambar 4.10. Jenis-jenis pemadaman, (A) Pemadaman Paralel, (B)
Pemadaman Miring, (C) Pemadaman Simetri.
59
D. Kembaran (Twinning)
Kembaran ditunjukkan oleh adanya kenampakan terang dan gelap
yang dibatasi oleh garis atau bidang batas yang jelas dalam satu mineral.
Secara genetis kembaran dibagi atas :
1. Kembaran Tumbuh (grouth twinning)
Merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan terbentuk pada saat
kristal sedang tumbuh.
a. Terbentuk dari dua kristal atau lebih yang tumbuh bersama-sama
dan saling mengikat, disebut juga kembaran penetrasi. Contoh :
grafik (tumbuh bersama-sama K-feldspar dengan kwarsa) dan
mirmiketik (tumbuh bersama antara plagioklas dan kwarsa)
b. Terbentuk karena satu bagian atau lebih dari suatu kristal
mengalami rotasi secara mekanis terhadap bagian yang
berdampingan, disebut juga kembaran singgung (contac twinning)
Contoh :
Kembaran kalsbat (pada plagioklas, piroksin dan ortoklas)
Kembaran Albit (pada plagioklas)
Kembaran Kalsbat – Albit (pada plagioklas)
Kembaran Periklin (pada plagioklas)
Kembaran Cross hatch (pada mikroklin)
60
2. Kembaran Deformasi (deformation twinning),
Terbentuk oleh adanya proses deformasi dan terjadi pada saat
kristal sudah padat. Besar sudut pemadaman dari kembaran Albit dan
Kalsbat-Albit dapat digunakan untuk menentukan jenis plagioklas.
Cara penentuan sudut pemadaman dan jenis plagioklas
a. Cara penentuan sudut pemadaman kembaran albit
61
b. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit
Untuk penentuan jenis plagioklas digunakan metode Michel-Levy,
yaitu dengan menggunakan kurva F.E Wright dengan cara sebagai
berikut :
Diagram 4.1 Kurva F.E. Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari sudut
pemadaman kembaran albit.
62
c. Cara penentuan sudut pemadaman dari kembaran Kalsbat–Albit
Pada kembaran Kalsbat – Albit, pada bagian yang terang (kanan) dan
bagian yang gelap (kiri) terdapat kembaran/garis-garis Albit.
Penentuan besar sudut pemadaman sama dengan cara menentukan besar
sudut pemadaman untuk masing-masing kembaran albit (sebelah kanan
dan kiri) secara bergantian, sehingga akan diperoleh dua harga besar
sudut pemadaman, yaitu Xº dan Yº .
Untuk Albit sebelah kanan, lakukan seperti cara penentuan besar sudut
pemadaman albit di atas, sehingga diperoleh : Yº = (Y1 + Y2)/2,
dimana : Y1 = bº - aº dan Y2 = cº - aº
Untuk Albit sebelah kiri, lakukan cara penentuan besar sudut
pemadaman seperti di atas, sehingga diperoleh : Xº = (X1 + X2)/2,
dimana : X1 = dº - aº dan X2 = eº - aº
63
d. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran Kalsbat –
Albit,
Seperti halnya penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman
kembaran albit, penentuan jenis plagioklas dari kembaran Kalsbat – Albit
juga menggunakan metode Mechel-Levy, yaitu dengan kurva F.E
Wright, sebagai berikut :
Plotkan harga sudut pemadaman yang bernilai kecil (dari Xº atau Yº)
ke dalam garis atau sumbu vertikal, dan harga sudut pemadaman yang
besar (dari Xº atau Yº) di plot pada kurva yang melengkung.
Tentukan perpotongan kedua sudut pemadaman tersebut (secara
matrik), lalu tarik garis vertikal kearah bawah, sehingga di peroleh
jenis dari plagioklas dengan kedudukan An.
Diagram 4.2. Kurva F.E Wright, untuk penentuan jenis plagioklas dari
sudut pemadaman kembaran kalsbat – albit (metode Michel Levy)
64
4.4 Pengenalan Mineral
A. Definisi Mineral
65
4.4.1. Mineral Mafik
66
Tabel 4.2 Batuan Mafik dan Tekstur.
4.4.2 Mineral Felsik
67
Nama kimia dari batuan felsik diberikan sesuai dengan
klasifikasi TAS dari Le Maitre (1975). Namun, ini hanya berlaku
untuk batuan vulkanik. Jika batuan ketika dianalisis dan
ditemukan felsik tetapi merupakan batuan metamorf dan tidak
memiliki protolith vulkanik yang pasti, mungkin cukup untuk
hanya menyebutnya dengan 'sekis felsik.
Untuk batuan felsik faneritik, diagram QAPF harus
digunakan, dan nama yang diberikan harus sesuai dengan
nomenklatur granit. Seringkali spesies mineral mafik dimasukan
dalam nama, misalnya, granit bantalan-hornblende (hornblende-
bearing granite), tonalit piroksen atau augit megakristik monzonit,
karena istilah "granit" sudah dianggap mengandung felspar dan
kuarsa.
Terakhir, tekstur batuan juga menentukan nama dasar dari
batuan felsik
68
4.5 Acara Petrografi Kuantitatif dan Kualitatif
Dalam sebuah penelitian memiliki dua buah metode yakni kualitatif dan
juga kuantitatif. Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan
kuantitatif maupun kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji
statistik, maupun matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif
kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada
penalaran logis (logical reasoning).
Dalam petrografi analisa berupa sayatan tipis menggunakan metode
tersebut baik kuantitatif maupun kualitatif, dimana analisa kualitatif dikenal
dengan teknik penyamaan visual dan analisa kuantitatif dikenal dengan
teknik point counting.
69
Gambar 4.14. Penentuan volumetrik secara visual (dalam Best,
2013)
B. Teknik Point Counting (Kuantitatif)
1. Buat titik (point), dari pertemuan garis-garis grid yang telah dibuat
70
Gambar 4.15. Grid yang dibuat sebagai dasar
perhitungan
2. Lakukan pengamatan di perbesaran objektif 4X
3. Sebelum perhitungan, tentukan jenis jenis mineral atau nama butiran
utama yang akan dilakukan perhitungan (>0.0625 mm).
4. Buat tabel komposisi mineral, seperti contoh dibawah ini
5. Lakukan perhitungan
Perhitungan point Counting, dilakukan dengan menentukan nama
mineral atau material di sayatan yang terkena titik, dimana pengamatan
harus dilakukan secara objektif. Mineral yang ditulis dalam
perhitungan harus terkena titik grid yang telah dibuat. Perhitungan
dapat dilakukan secara manual dengan analisis gambar/foto atau
dengan bantuan program secara otomatis.
71
(http://www.desert.com/p
etroweb)
4.5.1 Batuan Beku
72
Batuan ultramafik mempunyai nilai M ≥ 90, sedangkan batuan
lainnya mempunyai M < 90.
j.
Pembeda nama batuan antara basal dan andesit, gabbro dan diorit
adalah nilai M yang berbanding dengan nilai keasaman batuan
(SiO2)
73
A. Klasifikasi Batuan Beku Plutonik
74
Diagram 4.4. Klasifikasi QAPF untuk batuan plutonik (Streckeisen,
1976 dalam Le Maitre, 2006). Q = kuarsa, A = Alkali feldspar, P =
Plagioklas, F = Felsdpatoid.
75
P = Plagioklas,
F = Felsdpatoid.
76
Ukuran fragmen batuan gunung api terbagi menjadi Bomb dan blok
(>64mm), Lapili (2 – 64mm), dan butiran abu (< 2mm).
77
Tabel 4.5. Istilah yang digunakan untuk batuan campuran piroklastik - epiklastik
1. Penamaan Lapangan :
2. Penamaan petrografi :
78
4.6 Analisis Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam
riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang
mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus
dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya,
akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan
dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis
Dalam petrografi studi kasus dilaksanakan untuk mendapatkan data falid
secara visual di lapangan.
79
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Petrografi adalah salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari batuan
berdasarkan kenampakan mikroskopis berupa ciri-ciri fisik yang menjadi kekhasan
suatu jenis batuan, termasuk di dalamnya melakukan pemerian dan pengklasifikasian
batuan, serta menentukan volume komposisi yang terdapat di dalam batuan, baik
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf. Batuan beku sendiri adalah
batuan yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah
cairan silikat pijar di dalam bumi, bersuhu tinggi (900o – 1300oC), terbentuk secara
alamiah dan berasal dari bagian bawah kerak bumi atau bagian atas selimut atau
selubung bumi, serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan
cenderung bergerak menuju ke permukaan bumi.
Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi
bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat
eksplosif. Batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk sebagai hasil
pemadatan “consolidation” dari bahan endapan lepas atau penguapan kimiawi dari
suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi atau suatu bahan organik yang terdiri
dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sedangkan batuan metamorf adalah
batuan yang berasal dari batuan induk (batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan
metamorf) yang telah mengalami proses metamorfisme, yaitu perubahan mineralogi,
tekstur dan struktur akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Petrografi begitu sangat penting karena hakikatnya memberikan data umum yang
petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan dan menerangkan asal-usul batuan.
Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah petrografi hendaknya telah
mengikuti kuliah dan praktikum petrologi (termasuk didalamnya yaitu kuliah dan
praktikum kristalografi-mineralogi, petrologi dan mineral optik) yang sebelumnya
telah didapatkan
80
5.2 Kritik dan Saran
A. Kritik
B. Saran
81