Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Geologi Regional

Berdasarkan peta geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, skala

1:250.000 edisi ke-2 (A.C. Effendi, 1997) yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, diketahui tatanan stratigrafi di daerah penelitian

terdiri dari beberapa satuan batuan endapan kuarter dimulai dari Plistosen hingga

Holosen dan satuan endapan tersier dari Eosen hingga Pliosen, yaitu seperti

terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Lahendong Berdasarkan peta geologi Lembar
Manado, Sulawesi Utara, skala 1:250.000 edisi ke-2 (A.C. Effendi, 1997).

4
Lapangan panas bumi Lahendong terletak di sekitar 30 km sebelah selatan

dari Manado, di lengan utara Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi terbentuk akibat

subduksi aktif di bagian timur selatan (Mollusca laut) dan bagian utara (Celebes

laut).

Secara regional, bidang ini terletak di margin barat dari Tondano Depresi

yang membentang sekitar 20 km di arah utara-selatan dan membuka ke barat.

Dalam depresi ini adalah tepi melingkar Pangolombian dalam bentuk dan struktur

penting dalam sistem panas bumi Lahendong.

Gambar 2.2 Peta Lokasi Penelitian

Menurut Hamilton (1979), Sukamto (1975a; 1975b), dan Smith (1983)

telah membagi wilayah Sulawesi ke dalam tiga bagian fisiografi , untuk wilayah

sulawesi utara sendiri masuk ke dalam Busur Vulkanik Neogen (Neogene

Volcanic Arc), terdiri dari kompleks basement Paleozoikum Akhir dan

Mesozoikum Awal pada bagian utara dan tengahnya.

5
Batuan melange pada awal Kapur Akhir di bagian selatan (Sukamto,

2000), sedimen flysch berumur Kapur Akhir hingga Eosen yang kemungkinan

diendapkan pada fore arc basin (cekungan muka busur) (Sukamto, 1975a;1975c)

pada bagian utara dan selatan, volcanic arc (busur vulkanik) berumur Kapur Akhir

hingga pertengahan Eosen, sekuen batuan karbonat Eosen Akhir sampai Miosen

Awal dan volcanic arc (busur vulkanik) Miosen Tengah hingga Kuarter (Silver

dkk, 1983).

Batuan plutonik berupa granitik dan diorit berumur Miosen Akhir hingga

Pleistosen, sedangkan batuan vulkanik berupa alkali dan kalk-alkali berumur

Paleosen sampai Pleistosen. Sulawesi bagian barat memiliki aktifitas vulkanik

kuat yang diendapkan pada lingkungan submarine sampai terestrial selama

periode pliosen hingga kuarter awal di bagian selatan , namun pada sulawesi utara

aktifitas vulkanik masih berlangsung hingga saat ini

Gambar 2.3 Pembagian jalur fisiografi Sulawesi (Smith, 1983)

6
2.2 Struktur Geologi Lapangan Panasbumi Lahendong
Handoko (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa struktur geologi
lapangan panasbumi Lahendong diinterpretasikan dari foto udara. Beberapa
struktur ditemukan sebagai berikut:
1. Kelurusan regional dengan trend timurlaut – baratdaya dan barat laut –
tenggara;
2. Sesar timurlaut – baratdaya memotong Gunung Damaah, G. Masarang,
dan komplek gunungapi Tampusu-Kasuratan, dan komplek Sempu-
Soputan.
3. Sesar normal menghadap baratdaya puncak Gunung Lengkoan.
4. Sesar yang memiliki trend baratlaut-tenggara memotong Sungai Bapaluan,
area manifestasi Tempang, dan pegunungan di tenggara Lembeyan; serta
5. Sesar timur-barat melalui dua alterasi regional – Batukolok, di Gunung
Rindengan, dan Tompaso, dan Tempang.

Sesar-sesar ini memiliki pengaruh yang besar terhadap sistem hidrologi di daerah
panasbumi Lahendong dan fitur kenampakang utama pada manifestasi panasbumi
Lahendong.

Gambar 2.4 Kelurusan dan struktur geologi lapangan panasbumi Lahendong


(Utami, 2011)

7
2.3 Stratigrafi Lapangan Panasbumi Lahendong

Gambar III.4 Peta Geologi Regional lembar Manado, Sulawesi Utara


(dimodifikasi dari Effendi dan Bawono, 1997)
Gambar 2.5 Peta Geologi Regional lembar Manado, Sulawesi Utara (Effendi dan Bawono,
1997).

Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar Manado, Sulawesi Utara


(Effendi dan Bawono, 1997), daerah penelitian memiliki tatanan stratigrafi dari
yang tertua hingga termuda sebagai berikut:

1. Batuan Gunungapi (Tmv)


Terutama terdiri dari breksi, lava, dan tuf. Aliran lava pada umumnya
berkomposisi andesit sampai basal. Breksi berbutir sangat kasar,
berkomposisi andesit, sebagian bersifat konglomerat, mengandung sisipan
tuf, batupasir, batulempung, dan lensa batugamping. Fosil foraminifera kecil
ditemukan dalam sisipan lempung napalan yaitu Globorotalia
periphereacuta, G. mayeri, dan G. praemenardii, yang menunjukan umur
Miosen Tengah (Kadar, D.G., komunikasi tertulis, 1974).

2. Tufa Tondano (QTv)


Klastika kasar gunungapi yang tertutama berkomposisi andesit,
tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut tanggung, tercirikan
oleh banyak pecahan batugamping; batuapung lapili, breksi, ignimbrit sangat
padat, berstruktur aliran.

8
Satuan ini terdapat di sekitar Danau Tondano di bagian utara daerah
Minahasa; membentuk punggungan yang menggelombang rendah. Tuf
bersifat trakhit yang sangat lapuk, berwarna putih hingga kelabu kekuningan,
terdapat di dekat Kp. Popontelan dan di S. Sinengkeian. Di daerah pantai
antara Paslaten dan Sondaken, satuan ini juga membentuk punggungan
menggelombang rendah. Endapan piroklastika ini diperkirakan berasal dari
dan terjadi sebagai hasil letusan hebat pada waktu pembentukan Kaldera
Tondano. Satuan ini berumur Pliosen – Pleistosen.

3. Batuan Gunungapi Muda (Qv)


Lava, bom, lapili dan abu; membentuk gunungapi strato muda antara
lain: G. Soputan, G. Mahawu, G. Lokon, G. Klabat, G. Tongkoko; lava yang
dikeluarkan oleh G. Soputan dan G. Lokon terutama berkomposisi basal,
sedangkan G. Mahawu dan G. Tongkoko berkomposisi andesit; di Kp.
Tataaran dan Kp. Kiawa terdapat aliran obsidian, yang mungkin masing-
masing berasal dari G. Tompusu dan G. Lengkoan. Satuan ini berumur
Plistosen – Holosen.

4. Endapan Danau dan Sungai (Qs)


Pasir, lanau, konglomerat dan lempung napalan. Perselingan lapisan
pasir lepas dan lanau, lapisan berangsur, setempat silang siur; konglomerat
terususun dari pecahan batuan kasar menyudut tanggung, lempung napalan
hitam mengandung moluska di Kayuragi (Koperberg, 1928) mungkin
termasuk satuan ini. Satuan ini membentuk undak dengan permukaan
menggelombang. Umur satuan ini adalah Plistosen.

2.4 Reservoir Lahendong

Reservoir Area Lahendong dengan proven area seluas 8 km2 dan terbagi
menjadi dua zona produktif utama, yaitu di sebelah selatan yang diproduksikan
oleh sumur - sumur di cluster LHD-4 dan LHD-13, serta di sebelah utara yang
diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster LHD-5 dan LHD-24. Peta zona
reservoir Lahendong dapat dilihat pada Gambar .

9
Gambar 2.6 Peta Zona Reservoir Lahendong

Cadangan terbukti reservoir Lahendong berdasarkan uap yang


terkumpul/terproduksikan di kepala sumur adalah sebesar 80 MW dengan potensi
pengembangan sebesar 150 MW. Sedangkan berdasarkan simulasi Monte Carlo,
Area Lahendong memiliki potensi cadangan 125 – 155 MW, seperti gambar di
bawah :

Gambar 2.7 Histogram Simulasi Monte Carlo Cadangan Area Lahendong

10
Area Lahendong mempunyai karakteristik reservoir low permeability
dimana jarang terdapat total loss circulation pada pemboran sumur-sumur yang
ada. Berdasarkan data statistik hanya 60 persen dari sumur-sumur di Lahendong
yang mendapatkan total loss pada pemboran, dan 15 persen yang hanya
mendapatkan zona partial loss selama pemboran. Sedangkan selebihnya tidak
mendapatkan zona loss selama pemboran. Kedalaman feed zone rata-rata adalah
1600 – 1800 meter.

Dengan Feed Zone yang ada, area Lahendong memiliki potensi reservoir
temperatur tinggi dengan temperatur reservoir berkisar mulai dari 290 – 320 oC.
Temperatur zona produktif selatan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di
zona produktif utara. Heat Source utama diperkirakan ada di selatan sekitar zona
produktif selatan sebagai daerah upflow sedangkan daerah outflow diperkirakan
ke arah zona produktif utara Tekanan reservoir berada untuk Area Lahendong,
berada pada kisaran 130 – 160 kscg.

Terdapat perbedaan karakteristik fluida produksi dari sumur-sumur


produksi di zona utara dan selatan dimana zona selatan yang terdiri dari sumur
produksi memproduksikan fluida yang lebih kering dibandingkan dengan yang
diproduksikan di zona utara. Dryness sumur- sumur produksi di zona selatan
berkisar 80-90 %, sedangkan dryness sumur-sumur produksi di zona utara
berkisar 25-35 %.

2.5 Geothermal Model

Gambar 2.6 Geothermal model of Lahendong geothermal field


(Modified from Siahaan, 2000).

11
Model panas bumi Lahendong pertama kali dibuat pada tahun 1987.
Barnet (1987) melakukan penilaian reservoir , dan kemudian model geologi
berdasarkan 7 sumur eksplorasi memberikan penekanan untuk struktur dan
distribusi temperatur pembentukan lateral dan vertikal dengan Robert (1987).
Kombinasi dari geologi data, geofisika dan data sumur dimodelkan oleh
Pertamina Geothermal. Model Azimudin dan Hartanto (1997) menekankan data
dengan baik setelah selesai dari 14 sumur, model konseptual oleh Siahaan

Fluida reservoir sumur dalam cairan panas bumi Lahendong terutama


didominasi oleh air Chloride Netral kecuali sumur LHD-1, 3 dan 7. Di bagian
barat, reservoir dangkal dikaitkan dengan cairan asam dan beberapa sumur
menunjukkan zona uap didominasi. Sistem waduk diyakini pusat di sekitar
Lahendong-Kasuratan-Linau dan ditandai dengan distribusi permukaan
manifestasi termal. (1999), dan inversi 3D Model magnetotelurik oleh Raharjo, et
al, (2008).

Suhu profil menunjukkan karakteristik yang berbeda. Wells LHD-1, 2 dan


5 di bagian utara telah tajam. Berdasarkan analisis geologi kondisi bawah
permukaan dari Lahendong Panas Bumi Bidang dapat dibagi menjadi tiga lapisan
utama yaitu: zona smektit, zona smektit-klorit dan ilit-prehnite-epidot zona
(Gambar 10). perubahan gradien suhu sekitar 350 m kedalaman yang stabil pada
250 ke 280oC, sedangkan, sebagian besar profil suhu baik pad LHD-4 dan 13 di
bagian selatan menunjukkan perubahan dalam gradien suhu di kedalaman 650 m
di mana gradien stabil pada sekitar 320-340oC.

zona smectite terutama dicirikan dengan munculnya mineral suhu liat


rendah terbentuk pada suhu antara 100 sampai 150oC. Zona ini didominasi oleh
andesit basaltik dan ignimbrit tuff dari Pos Tondano dan

Sumber panas untuk sistem panas bumi di bidang ini diyakini menjadi
magma pendinginan di bawah Mt. Lengkoan dan Mt. Kasuratan (Siahaan, 2005).

12
Unit Tondano masing-masing. Di bidang Lahendong, zona ini berperilaku
sebagai Caprock dan terutama ditemukan di seluruh sumur LHD-3, LHD-6 dan
LHD-7 (Siahaan, 2005). Lapisan ini ditandai dengan lapisan konduktif memiliki
resistivitas <10 ohmm (Raharjo, et. Al., 2008).

Salah satu aspek penting untuk mempertahankan sistem panas bumi adalah
mengisi ulang dari sistem sekitarnya. Daerah resapan dari sistem ini adalah dari
Mt. Tampusu di timur dan Gunung Lengkoan di SW di ketinggian sekitar 800-900
mdpl (Batan, 1991).

13

Anda mungkin juga menyukai