Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
I.A. KLASIFIKASI BATUAN
Siklus pembentukan batuan dimulai dari magma keluar dan terbentuk batuan
beku. Setelah batuan beku terpapar di permukaan atau dekat permukaan, maka akan
terjadi proses pelapukan dan hasilnya yang berupa material lapuk akan tertransport
dan diendapkan atau mengalami sediment tersebut mengalami konsolodasi dan
tegangan, maka material tersebut akan menjadi batuan sedimen. Dalam fungsi waktu
dan jika batuan sedimen mengalami pembebanan dan temperatur didalam bumi maka
batuan tersebut akan mengalami metamorfose sehingga terbentuk batuan metamorf.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa batuan beku atau batuan sedimen atau
batuan metamorf yang mengalami pelapukan dapat menjadi batuan sedimen baru.
Demikian juga halnya dengan kejadian batuan metamorf baru, bahwa apakah batuan
beku atau batuan sedimen atau batuan metamorf jika mengalami metamorfose akan
dapat menjadi batuan metamorfose baru.
1. Batuan Beku (igneous rocks), Beberapa ciri dari batuan beku adalah bahwa
batuan tersebut berasal langsung dari pembekuan magma. Jika batuan beku tersebut
diklasifikasikan sebagai batuan beku asam maka kenampakannya berwarna terang
dan kandungan SiO2 akan lebih besar daripada 55%. Sedangkan untuk batuan beku
sedang akan berwarna agak terang, dan kandungan SiO2 sekitar 50% - 55%, dan
batuan beku basa berwarna gelap dengan kandungan SiO2 lebih kecil daripada 50%.
2. Batuan Sedimen (sedimentary rocks), Beberapa ciri batuan sedimen adalah
berlapis-lapis, yang merupakan hasil pelapukan dari batuan lain yang diendapkan
bisa secara fisik atau kimia yang telah mengalami transportasi melalui air, atau
angin dan gravitasi. Sedangkan urutan pelapisannya selalu mengikuti hukum
superposisi (tua ke muda). Ciri lainnya adalah batuan sedimen bisa terkonsolidasi
atau tidak terkonsolidasi. Akibat dari aktivitas tektonik maka batuan sedimen dapat

mengalami perlipatan seperti sinklin atau antiklin atau juga dapat tersesarkan yang
berupa sesar, kekar, tergeser.
3. Batuan Metamorpik (metamorphic rocks), Proses pembentukan batuan
metamorpik dapat berasal dari batuan lainnya yang mengalami tekanan dan panas
yang tinggi. Pada proses pembentukannya tidak ada pemanbahan unsur baru, dan
yang ada adalah proses rekristalisasi. Pada batuan metamorpik ini mempunyai
tekstur khas seperti: filit (halus dengan pola laminasi), sekis(berlapis),gheneis
(selang-seling lapisan dan butiran) dan masif.
Jika dilihat dari variasi ukuran, batuan beku dapat dijelaskan bahwa semakin
bertambah unsur silika maka semakin kasar ukuran butirnya. Selain itu, semakin
dekatnya pembekuan terjadi ke permukaan (extrusive) maka ukuran butirannya
semakin

halus,

dan

contohnya

Rhyolite,

Dacite,

Andesite

dan

Basalt

Gunung api merupakan sunber batuan piroklastik, seperti lapili, pasir, abu vulkanik,
yang kesemuanya ini akan diendapkan dilereng gunung api. Akibat proses latupan
gunung berapi menimbulkan berbagai bentuk intrusi atau aliran lava seperti tephra,
korok (gang), sill lakolit, stock, lopolit, dan batolit
I.B. URUTAN KETIDAKSELARASAN
Urutan pelapisan batuan yang terendap diatas lapisan yang lebih tua batuan beku
dan metamorf merupakan suatu bentuk ketidakselarasan. Pelapisan ini akan berubah
akibat adanya proses tektonik, dan adanya suatu proses erosi pada permukaan.
Selanjutnya akan diendapkan kenbali dan berikut erosi pada permukaan setelah
adanya

perubahan, dan hasilnya

proses pengendapan ini dikenal dengan

ketidakselarasan menyudut (angular unconforminity).


Berikut dengan adanya pengangkatan akibat proses tektonik

dimana tidak

mengalami perubahan tetapi terjadi erosi pada permukaan. Proses Pengendapan


berlangsung dan terjadi pula proses erosi pada permukaan yang lama, tidak
menyebabkan perubahan. Keadaan ini dikenal dengan nama ketidakselarasan
I.C. PERUBAHAN BENTUK LAPISAN
Proses tektonik akan mengakibatkan terjadi perubahan Bentuk perlapisan, yang
tadinya perlapisan itu mendatar bisa berubah Menjadi seperti bentuk perlipatan,
pergeseran, serta proses perubahan lainnya. Berbicara mengenai bidang diskontinyu
pada batuan tidak lepas dari proses metamorfosa pada tumbukan lempeng tektonik.
2

Proses tektonik lempeng terdiri dari tiga proses yaitu :


1. Divergens (dua lempeng saling berpisah),
2. Transform (dua lempeng bergerak Saling berpapasan), dan
3. Konverges (dua lempeng Saling bertemu).
Peristiwa metamorfosa pada tumbukan lempeng adalah peristiwa konvergens,
yaitu pergerakan saling mendekati antar kerak samudra dan kerak benua yang
menyebabkan kerak Samudra menujam kedalam mantel sehingga terbentuk palung
atau zona subduksi, dan terbentuk pergunungan vulkanik andesitic, akibat pencaciran
kerak benua dan kerak samudra
I.D. JENIS STRUKTUR BATUAN
Beberapa jenis struktur batuan akan menpengaruhi kekuatan batuan. Jenis
struktur ini berupa pertama, batuan berlapis merupakan campuran mineral mika dan
khlorit serta kuarsa dan feldspar pada batuan,kedua, batuan bertipe bongkahan yang
merupakan campuran matrik yang bersifat lemah dari kekuatan penyemenan dengan
kekuatan yang lemah. Kondisi seperti inipada umumnya menjadi pada breksi dan
konglomerat, dan batuanbackfill, sedang yang ketiga adalah batuan intrusiini
umumnya menerobos di batuan yang lebih lunak dari yang mengintrusi.
Beberapa Parlementer Penting Batuan Dalam Rekayasa Batuan, Komposisi
batuan Kulit bumi, dari beratnya terdiri dari 8 unsur yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg,
dan H dan komposisi dominan dari kulit bumi Tersebut dapat terlihat pada tabel
dibawah.
mineral

mineral

mineral

mineral

SiO2

59,8

CaO

4,9

Fe

3,39

K2O

2,98

Al2O

14,9

MgO

3,7

Na2O

3,25

Fe2O3

2,69

H2O

2,02

Batuan terdiri dari batuan padat baik berupa kristal maupun yang tidak
mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack,
joint,dll
I.E. SIFAT BATUAN

1.

Homogen vs. Heterogen,


Batuan disebut sebagai homogen jika sifat-sifatnya sama Disetiap titik. Namun
demikian, penentuan sifat batuan apakah homogen dan heterogen dapat dilihat dari
beberapa faktor seperti keseragaman jenis mineral pembentuk batuan ukuran dan
bentuk partikel /butir berbeda di dalam batuan, ukuran, bentuk dan penyebaran
rongga berbeda didalam batuan. Contoh batuan beku homogen adalah basalt dengan
Kondisi Berbutir halus yang mengandung mineral yang tidak Dapat dilihat mata
tanpa bantuan kaca pembesar (loupe). Sedangkan untuk batuan sedimen diwakili
oleh batuan lempung.
Secara matematik rengangan biasanya dianggap gangguan homogen daripada
gangguan heterogen. Namun demikian, rengangan heterogen apapun dalam sebuah
material dapat dibagi menjadi daerah kecil yang mencerminkan karakteristik
renggangan homogen. Rengangan heterogen mempengaruhi material tak padat &
tak kaku dalam bentuk tak beraturan. Bentuk ketidakseragaman ini dikatakan
sebagai rengangan tak homogen. Saat terjadi rengangan heterogen, garis sejajar
sebelum rengangan menjadi tidak paralel setelah rengangan, sedangkan lingkaran
dan kubus atau bentuk tiga dimensi lainnya akan terdistorsi kedalam
bentukkompleks. Rengangan homogen mempengaruhi batuan tak-kaku dalasm
bentuk beraturan-berubah secara seragam. Saat terjadi rengangan homogen, garis
palalel sebelum rengangan akan tetap palalel setelah terjadi rengangan. Oleh karena
itu, kubus atau persegi panjang akan didistorsi menjadi prisma dan paralelogram
sedangkan lingkaran dan bola akan menjadi elipsoid dan elips

2. Kontinum vs. Diskontinyu


Massa batuan di alam tidak kontinyu (diskontinyu) karena adanya bidangbidang lemah (rekahan, kekar, patahan dan

fissure) dimana kekerapan,

perluasan dan orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinyu


3. Isotrop vs. Anisotrop
Material atau batuan isotrop mempunyai kesamaan sifat kesemua arah dan
massa batuan dialam sesungguhnya tidak isotrop. Karena dialam sifat batuan
heterogen, diskontinyu, anisotrop maka untuk dapatmenghitung secara matematis
kondisi massa batuan tersebut diilustrasikan sebagai berikut. Misalnya sebuah
massa batuan dengan sebuah lunang bukaan dan disekitarnya terdiri dari batuan B1,
B2, B3, diasumsikan batuan ekivalen B sebagai pengganti batuan B1,B2,B3, yang
mempunyai sifat homogen, kontinyu dan isotrop.
4

I.F. DEFINISI MEKANIKA BATUAN

Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku(behaviour)


batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang dari ilmu mekanika
yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan-medan gaya pada
lingkunganya.

Mekanika batuan adalah teknik & juga sains yang tujuannya mempelajari perilaku
(behaviour) batuan ditempat asalnya agar dapat mengendalikan pekerjaan yang
dibuat pada batuan tersebut seperti penggalian bawah tanah dll
Di alam, massa batuan terdiri dari sekelompok batuan utuh dan masing-masing

dipisahkan oleh diskotinuitas. Sedangkan dalam skala mikro, batuan utuh tidak
homogen karena adanya perbedaan tekstur dan mineral. Kekuatan massa batuan
dalam skala yang lebih besar dikontrol oleh karakteristik diskontinuitas. Dalam
ukuran besar, padat dan keras/kuat maka massa batuan dapat dianggap kontinu. Akan
tetapi keadaan ilmiah dan geologi, maka batuan bersifat diskontinu dalam hal ini
diakibatkan adanya kekar, fissure, skistonitas, rekahan, lubang kecil dan
diskontinuitas lainnya. Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika
batuan adalah mekanika diskontinu atau mekanika dari struktur batuan, sehingga
dapat dianggap sebagai sistem multiple body.
Analisis mekanika tanah pada umumnya dilakukan pada bidang, sedangkan
analisis mekanika batuan dilakukan pada bidang dan ruang. Maka mekanika batuan
dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tapi ada beberapa yang tumpang
tindih. Dan mekanika batuan dalam perhitungannya banyak menggunakan teori
elastisitas dan plastisitas dan dalam mempelajari batuan, selalu meliputi sistem
struktur batuan secara eksperimen.
Pengaruh Geologi Batuan Terhadap Rekayasa Batuan Di antara ketiga kategori
umum batuan, batuan-batuan metamorf memiliki tingkat anisotropi tertinggi dan
segregasi dari mineral-mineral penyusun sebagai respons kepada tekanan tinggi dan
gradient suhu berhubungan dengan evolusi tektonik dan pembentukan lapisan-lapisan
dengan susunan mineralogi yang berbeda.
Batuan-batuan mengalir dan mengalami rekristalisasi akibat tegangan-tegangan
tektonik baru dan membentuk bidang-bidang lemah ini (misalnya bidang sekistositi)

mempengaruhi kekuatan dan perilaku deformasi batuan rekatif terhadap arah


tegangan yang berkerja.
Tanpa tergantung kepada ukuran proyek-proyek rekayasa, baik yang
berhubungan dengan anisitropi alamiah batuan utuh dari lubang bor eksplorasi atau
yang berhubungan dengan anistropi batuan akibat perekahan in situ, jika kemantapan
massa batuan dalam skala besar perlu diperhatikan, evaluasi terhadap anisotropi
batuan dalam kekuatan dan modulus harus dilakukan.
I.G. RUANG LINGKUP MEKANIKA BATUAN
Menyelenggarakan penyelidikan yang bersifat keteknikan batuan utuh dan massa
batuan.
Mengembangkan cara pengambilan contoh batuan utuh secara rasional dan metode
identifikasi serta klasifikasi batuan.
Mengembangkan peralatan uji batuan yang baik dan metode standar pengujian
untuk kuat tekan (unconfined dan triaksial), kuat tarik dan kuat geser batuan.
Mengembangkan metode dan penentuan hubungan efek skala pada berbagai sifat
mekanik dengan mempertimbangkan gaya-gaya luar seperti pengeboran, peledakan,
rock cutting
Mengumpulkan dan mengklasifikasikan informasi batuan, sifat fisik, sifat mekanik
(statik dam dinamik).
mempelajari perilaku elastisitas, plastisitas, dan keruntuhan berdasarkan hasil
pengujian sifat fisik, sifat mekanik (statik dan dinamik) dan pada kondisi beban
statik dan dinamik yang berkerja pada batuan tersebut.
Mempelajari perilaku batuan dibawah kondisi thermal dan sistem keairan (water
regimen)
Mempelajari perilaku batuan berstruktur akibat kondisi statik dan dinamik
Mengembangkan metode dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan
pengukuran deformasi statik dan dinamik untuk pendugaan dan perekahan termasuk
tegangan in-situ dilapangan
Melakukan penelitian yang berhubungan dengan mekanisme kerusakan, kehancuran
dan keruntuhan batuan

Mengembangkan metode ilmiah untuk membuat hubungan berbagai sifat, perilaku


dan kemantapan sebuah struktur massa batuan antara analitik, obserfasi dan temuan
empirik lainnya
Merangsang dan menyebarkan ilmu pengetahuan tentang batuan dan mekanika
batuan
Proses perancangan sebuah tambang terbuka dan tambang bawah tanah biasanya
mengikuti tahapan. Proses diawali dengan pengeboran inti dilapangan untuk
memperoleh kondisi batuan dan contoh batuan bagi kepentingan geologi dan
cadangan serta kepentingan geoteknik. Setelah contoh diperoleh maka seorang
geologist akan melakukan penyelidikan detil, baru kemudian dipotong dan dipilahpilah sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya jika diperlukan untuk kepentingan
geoteknik maka contoh batuan mengalami pengujian geoteknik. Data yang akan
diperoleh dari uji geoteknik akan digunakan untuk proses perancangan sehingga hasil
akhirnya berupa model perancangan, misalnya untuk tambang bawah tanah
Batuan yang terpapar dialam sering disebut sebagai massa batuan. Massa
batuan terdiri dari kumpulan batuan utuh. Informasi detil dari formasi batuan target
sangat diperlukan dalam keberhasilan mengevaluasi permasalahan geoteknik. Contoh
batuan utuh baik inti batuan maupun bongkah batuan utuh yang diperoleh dari massa
batuan tentunya dapat memberikan informasi kritikal yang kualitasnya ditentukan
oleh berbagai faktor.
Sekiranya kualitas pengambilan contoh batuan utuh sangat dijamin baik maka
enjinir geoteknik tambang akan mampu memahami karakteristik geoteknik formasi
batuan lebih efesien dan akan mampu merancang tambang dengan lebih aman.
Kualitas tinggi dari sebuah rangkaian contoh inti batuan memberikan informasi akurat
tentang litologi, sifat fisik dan mekanik batuan untuk membangun model geologi bagi
kepentingan perancang tambang terbuka dan atau tambang bawah tanah. Oleh karena
itu kualitas contoh inti batuan menjadi kunci awal keberhasilan proses penyelidikan
geoteknik selanjutnya. Contoh inti batuan harus diperoleh tanpa merubah karakteristik
aslinya, dan hal ini hanya dapat diperoleh dengan kehati-hatian dan peralatan yang
memadai. Contoh inti batuan baik akan memberikan informasi yang baik juga.
Menganalisa contoh inti batuan dan membaca log-bore dengan seksama akan
memberikan informasi bawah permukaan yang berkualitas baik.

BAB II
PENGUJIAN LABORATORIUM

I. SIFAT FISIKA BATUAN UTUH


I.1. DESKRIPSI
I.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pelaksanaan
pengujian labaoratorium untuk menentukan sifat-sifat fisika contoh baru.
Tujuan

Metode pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter sifat fisika


contoh baru seperti : kepadatan asli, kepadatan jenuh, kepadatan kering, kadar
air asli, penyerapan porositas, derajat kejenuhan, berat jenis semu, berat jenis
sebenarnya dan angka pori berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan
laboratorium.
I.1.2. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini meliputi tahapan pengujian, perhitungan dan laporan hasil uji
sifat-sifat fisika pada contoh baru.
I.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian ini :
Sifat fisika contoh batu adalah sifat dasar antara lain parameter kepadatan,
kadar air, berat jenis, penyerapan, derajat kejenuhan porositas dan angka pori.
Penyerapan daya serap contoh batu terhadap air.
Contoh asli adalah contoh batu yang langsung berasal dari lapangan dan
belum berubah sifat-sifatnya atau belum dilakukan pengujian.
Pompa pengisap udara adalah pompa vakum untuk mempercepat penjenuhan.
I.2. PERSYARATAN
I.2.1. Peralatan
Jenis peralatan yang digunakan meliputi :
1) Oven yang dapat diatur suhunya pada sekitar 105C dengan ketelitian 3C
untuk jangka waktu 24 jam
2) Cawan dan tutupnya terbuat dari bahan porselen yang tidak korosif
3) Desikator biasa yang dapat menyimpan contoh batu selama proses
pendinginan
4) Timbangan yang mempunyai kapasitas 2 kg dan berketelitian 0.01 gram
5) Bak perendam, kawat halus dan kerekan untuk menarik contoh batu agar dapat
digantung
6) Pompa vakum untuk mempercepat penjenuhan
7) Jangka sorong untuk mengukur panjang contoh batu dengan ketelitian 0.01
mm.
I.2.2. Kalibrasi
Timbangan dan jangka sorong harus dikalibrasi minimal 3 tahun sekali dan pada
saat diperlukan.
I.2.3. Air
Air yang dipergunakan untuk pengujian adalah air suling.
I.2.4. Petugas
Petugas dalam pengujian ini adalah laboran yang telah berpengalaman dalam
pengujian laboratorium dan diawasi oleh ahli geoteknik.
I.3. PENGUJIAN
I.3.1. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dengan tahapan sebagai berikut :

1) Buatlah contoh uji baik berbentuk tidak beraturan maupun beraturan (silinder,
kubus atau prisma).
2) Timbang berat asli, beratnya W : n
3) Ukur volume contoh batu, dengan cara :
a) Jenuhkan contoh dalam bak air yang dibantu dengan mesin pompa
vakum untuk mempercepat penjenuhan sampai dengan gelembung
udara tidak keluar lagi selama 1 jam.
b) Timbang bak perendam berikut airnya, beratnya Wa.
c) Masukkan contoh jenuh yang diikat kawat halus kedalam bak air, lalu
timbang beratnya Wb.
d) Gantung contoh dalam keadaan terendam dalam bak air dengan
menarik tali kawat, dan timbang beratnya Wc.
4) Keringkan contoh batu dalam oven pada suhu 105C selama 24 jam dan
timbang beberapa kali sampai beratnya relatif tetap Wo dengan penyimpangan
ketelitian 0.01 gram.
I.3.2. Perhitungan
Perhitungan volume contoh batu menggunakan persamaan berikut :
v = {( Wb Wa (Wb Wc)} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
air
dengan penjelasan :
v
= volume contoh batu (m)
Wa
= berat bak perrendam beriktut air (ton)
Wb
= berat bak perendam berikut air dan contoh jenuh (ton)
Wc
= berat bak perendam berikut air dan contoh tergantung (ton)
Ws
= Wb Wc (ton)
air = kerapatan air (ton)
Volume contoh yang berbentuk beraturan dapat dihitung dengan cara mengukur
dimensinya.
Beberapa parameter sifat fisika contoh batu dihitung dengan persamaan berikut :
n

= kepadatan conoh asli

= Wn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
v

= kepadatan contoh kering

= Wo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
v

= kepadatan contoh kering

= Ww . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
v

= kadar air asli

= Wn Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Wo

ws

= penyerapan

= Ww Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
Wo

= derajat kejenuhan

= Wn Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)

10

Ww Ws
n

= porositas

= Wn Ww - Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . (8)
Ww Ws

= angka pori

n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
1n

Gap

= berat jenis semu

Wo
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
Ww Ws

Gtr

= berat jenis sebenarnya

Wo
Wo Ws

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)

dengan penjelasan :
Wn = berat jenis asli (ton)
Wo = berat jenis kering oven (ton)
Ww = berat jenis jenuh air (ton)
Ws = berat jenis dalam air (ton)
I.3.3. Laporan
Cantumkan data yang diperlukan dalam laporan, yang mencakup :
1) Lokasi contoh batu
2) Nomor contoh batu
3) Nama batu
4) Tanggal pengujian
5) Nama petugas penguji
6) Nama pemeriksa

11

Gambar I.1.
Proses penimbangan berat air peredam (Wa), berat peredam berikut contoh jenuh
(Wb), dan berat peredam berikut contoh batu dalam keadaan tergantung (Wc).

12

Gambar I.2.
Contoh Data Hasil Uji Sifat Fisik Batuan

13

II. KUAT TEKAN UNIAXIAL BATU


II.1. DESKRIPSI
II.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian kuat tekan uniaxial suatu contoh batu.
Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui harga kuat tekan benda uji batu.
II.1.2. Ruang Lingkup
Metode ini memuat :
1) Persyaratan, ketentuan dan cara uji.
2) Perhitungan hasil uji dan laporan uji.
II.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang perlu diketahui antara lain :
Kuat tekan adalah besarnya beban sumbu maksimum persatuan luas yang
dapat dipakai oleh benda uji hingga terjadi keruntuhan dan dinyatakan dalam
satuan (umumnya MPa).
Keruntuhan benda uji adalah suatu peristiwa pada pengujian kuat tekan batu
dimana pembacaan manometer beban sumbu telah mengalami penurunan dan
pembacaan maksimum sudah tidak dapat dicapai lagi.
I.2. PERSYARATAN PENGUJIAN
II.2.1. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan metode ini, adalah sebagai berikut :
1) Alat uji berupa mesin kompresi yang mampu memberikan beban sumbu secara
menerus terhadap benda uji hingga tercapai keruntuhan
2) Dua buah pelat baja berbentuk bundar ditempatkan dikedua ujung benda uji,
permukaan pelat baja tersebut harus datar dengan toleransi 0,025 mm.
3) Salah satu dari pelat baja tersebut harus mempunyai dudukan sendi peluru
sehingga dapat diputar dan diungkit dengan sudut kecil kesegala arah.
4) Jangka sorong dengan ketelitian 0,10 mm.
5) Manometer pengukur beban dengan ketelitian 0,05 kN.
6) Arloji ukur yang mempunyai ketelitian 0,01 0,001 mm.
7) Alat ukur yang akan dipergunakan harus dikalibrasi minimal 3 tahun sekali
atau sesuai kebutuhan.
II.2.2.Penanggung Jawab Hasil Uji
Nama penanggung jawab hasil uji harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan serta
tanggal yang jelas.
II.3. KETENTUAN-KETENTUAN
II.3.1. Benda Uji
Benda uji ditentukan sebagai berikut :

14

1) Benda uji harus berbentuk silinder tegak lurus dengan garis tengah tidak
kurang dari 47 mm dan mempunyai perbandingan panjang benda uji terhadap
diameternya berkisar 2,0 2,5
2) Permukaan ujung benda uji harus halus dab rata, dengan ketelitian 0,025
mm.
3) Permukaan silinder benda uji harus halus dengan ketelitian 0,50 mm untuk
seluruh tinggi benda uji.
4) Kedua permukaan ujung benda uji harus sejajar satu sama lain dan keduanya
tegak lurus terhadap sumbu memanjang.
5) Jumlah benda uji minimal 3 buah dan harus dipilih yang relatif seragam.
6) Benda uji agar disimpan dilingkungan dengan temperatur 20 + 2 dan
kelembaban udaranya 50 + 5% selama 5 6 hari sebelum pengujian.
7) Diameter benda uji harus lebih besar atau sama dengan 10 kali ukuran butir
maksimum yang terdapat pada benda uji.
8) Kekurangan atau kelebihan dari persyaratan yang telah ditentukan untuk
ukuran benda uji harus dicatat dalam laporan pengujian.
II.3.2. Rumus dan Perhitungan
Kuat tekan benda uji dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut :
ca

P
A

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)

ca
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
(0,88 + (0,24 D/H))

dengan penjelasan :
ca
= harga kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D (MPa).

= harga kuat tekan benda uji yang mempunyai perbandingan H/D = 2 (MPa).
P
= beban sumbu (kN).
D
= diameter benda uji (cm).
H
= tinggi benda uji (cm)
A
= luas permukaan ujung benda uji (cm).
II.4. CARA UJI
Lakukan pengujian berikut pembaca dan pencatatan data hasil uji, sebagai berikut :
1) Bersihkan permukaan pelat baja atas, pelat baja bawah dan benda uji dengan
kain besih.
2) Tempatkan benda uji pada pelat baja bawah.
3) Atus posisi sumbu memanjang benda uji sehingga berada pada titik pusat
sendi peluru pada pelat baja atas.
4) Atur pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda uji
secara merata.
5) Atur jarum penunjuk pada manometer pengukur beban dan lakukan
pembacaan awal.
6) Tingkatkan beban secara menerus pemberian beban sumbu dapat dilakukan
dengan cara kontr tegangan atau control regangan.
7) Catat hasil pembacaan manometer pada saat terjadi keruntuhan benda uji.
8) Buat sketsa benda uji setelah mengalami keruntuhan.

15

II.5. LAPORAN UJI


Laporan hasil pengujian dalam bentuk formulir dan grafik yang antara lain berisi :
1) Nama proyek, lokasi pengambilan contoh, kedalaman, tanggal pengambilan
dilapangan dan tanggal pengujian, jenis dan kapasitas mesin kompresi.
2) Deskripsi benda uji, termasuk litologi, posisi dan arah bidang lemah (bidang
perlapisan, skistositas, retakan dan lain-lain) terhadap sumbu memanjang
benda uji.
3) Diameter dan panjang benda uji.
4) Kecepatan pembebanan dan lamanya pengujian.
5) Keadaan umum tentang kandungan air dalam benda uji pada saat pengujian,
misalnya keadaan kering udara dilaboratorium, keadaan kering oven, keadaan
jenuh atau keadaan sebagaimana benda uji diterima, disarankan untuk
mengukur kadar air benda uji dan kepadatannya.
6) Kuat tekan benda uji.
7) Sketsa / potret keruntuhan benda uji.
8) Penanggung jawab pengujian.

16

Gambar
Sketsa Mesin Kompresi

17

Gambar II.1.
Contoh Data Hasil Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu

18

Gambar II.2.
Contoh Hasil Grafik Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu

III. MODULUS ELASTISITAS BATU PADA TEKANAN SUMBU


19

TUNGGAL
III.1. DESKRIPSI
III.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian modulus elastisitas benda uji pada tekanan sumbu
tunggal.
Tujuan
Metode ini bertujuan untuk mengetahui harga modulus elastisitas benda uji
batu secara uji static.
III.1.2. Ruang Lingkup
Metode ini membahas :
1) Persyaratan, ketentuan-ketentuan dan cara uji.
2) Perhitungan dan laporan hasil uji.
III.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode ini antara lain :
Modulus elastisitas atau modulus Young adalah perbandingan antara tegangan
dengan regangan axial, dinyatakan dalam satuan (umumnya MPa).
Modulus tangen adalah nilai modulus elastisitas yang dihitung pada garis
linier dan kurva tegangan.
Modulus sekan adalah nilai modulus elastisitas yang dihitung pada tegangan =
0 sampai 50% dari tegangan maksimum.
III.2. PERSYARATAN
III.2.1. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengujian ini antara lain :
1) Alat uji berupa mesin kompresi yang mampu memberikan beban sumbu secara
menerus terhadap benda uji hinnga tercapai keruntuhan.
2) Dua buah pelat baja berbentuk bundar ditempatkan dikedua ujung benda uji,
permukaan pelat baha harus datar dengan toleransi 0,025 mm, dan pelat baja
harus mempunyai luas yang sekurang-kurangnya sama dengan luas permukaan
ujung benda uji.
3) Sendi peluru yang dapat ditempatkan pada salah satu dari pelat baja tersebut
sehingga dapat diputar dan diungkit dengan sudut kecil kesegala arah.
4) Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm.
5) Manometer pengukuran beban dengan ketelitian 0,05 kN.
6) Arloji ukur yang mempunyai ketelitian 0,01 0,001 mm.
7) Pengukuran regangan elektris dengan ketelitian 1x10-6 mm.
8) Indikator regangan dan unit pengatur.
9) Semua alat ukur yang dipergunakan harus dikalibrasi minimum 3 tahun sekali
atau bilamana dianggap perlu.

III.2.2. Penanggung Jawab Hasil Uji

20

Nama penanggung jawab hasil uji pengujian harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan
serta tanggal yang jelas.
III.3. KETENTUAN-KETENTUAN
III.3.1. Benda Uji
Untuk mendapatkan hasil uji yang baik, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1) Benda uji harus berbentuk silinder tegak lurus dengan diameter tidak kurang
dari 47 mm dan mempunyai perbandigan panjang benda uji terhadap
diameternya berkisar 2,0 2,5 mm.
2) Permukaan ujung benda uji harus halus dab rata, dengan ketelitian 0,025
mm.
3) Permukaan silinder benda uji harus halus dengan ketelitian 0,50 mm untuk
seluruh tinggi benda uji.
4) Kedua permukaan ujung benda uji harus sejajar satu sama lain dan keduanya
tegak lurus terhadap sumbu memanjang.
5) Jumlah benda uji minimal 3 buah dan harus dipilih yang relatif seragam dan
representetif.
6) Benda uji agar disimpan dilingkungan dengan temperatur 20 + 2 dan
kelembaban udaranya 50 + 5% selama 5 6 hari sebelum pengujian.
7) Diameter benda uji harus lebih besar atau sama dengan 10 kali ukuran butir
maksimum yang terdapat pada benda uji.
8) Kekurangan atau kelebihan dari persyaratan yang telah ditentukan untuk
ukuran benda uji harus dicatat dalam laporan pengujian.
III.3.2. Rumus dan perhitungan
1) Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beda uji dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a

L . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
L

P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Ac

Ac

Ao . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
a

R x K . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

G
a

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)

Keterangan :
a
= regangan axial
L
= panjang benda uji (cm)
L
= perubahan panjang benda uji (cm)
G
= tegangan (MPa)
P
= beban (kN)

21

Ao
Ae
R
K
E
G
a

= luas awal ujung benda uji (cm)


= luas terkoreksi (cm)
= pembacaan manometer beban
= koefisien skala per satu bagian skala manometer (kN)
= modulus elastisitas (MPa)
= selisih tegangan pada tingkat tegangan tertentu, sesuai dengan jenis modulus
elastisitas yang diinginkan
= selisih regangan axial pada tigkat tegangan tertentu

2) Amgka poisson
Perhitungan angka poisson dilakukan dengan persamaan berikut :
d

D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
D

E . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
G .
d

Keterangan :
d
= regangan diametric
d
= selisih regangan diametric pada tingkat teganggan tertentu
D
= diameter benda uji (cm)
D
= perubahan diameter benda uji (cm)

= angka poisson
III.4. CARA UJI
Lakukan pengujian berikut pembacaan dan pencatatan data hasil uji sebagai
berikut :
1) Tempelkan pengukur regangan elektris dengan prosedur sebagai berikut :
a) ratakan perrmukaan benda uji dengan ampelas halus dibagian tertentu
dimana akan dipasang pengukur regangan elektris.
b) bersihkan permukaan tersebut dengan kain bersih, kemudian bersihkan
dengan cairan aseton, dan tunggu antara 2 3 jam hingga cairan aseton
kering.
c) oleskan perekat pada permukaan tersebut dan tunggu selama 30 menit.
d) tempelkan pengukur regangan elektris dengan arah sejajar atau tegak
lurus terhadap sumbu benda uji, lindungi pengukur regangan elektris
dengan plastic, kemudian diikat dengan karet supaya tempat
kedudukannya tidak berubah, tunggu sekurang-kurangnya 24 jam.
2) Bersihkan permukaan pelat baja diatas, pelat baja bawah dan benda uji dengan
kain bersih.
3) Tempatkan benda uji pada pelat bawah.
4) Atur posisi sumbu memanjang benda uji tepat berada dipusar sendi peluru
pada pelat baja atas.
5) Hubungkan kabel pengukur elektris pada benda uji dengan indikator regangan
dan unit pengatur.
6) Atur pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda
secara merata.

22

7) Atur jarum penunjuk pada manometer pengukur beban dan lakukan


pembacaan awal.
8) Lakukan pembacaan awal pada indikator regangan.
9) Beri beban sumbu secara menerus, pemberian beban sumbu dapat dilakukan
dengan cara kontrol tegangan atau kontrol regangan.
10) Baca besar beban sumbu pada manometer dan besar regangan pada indikator
regangan secara bersamaan, dan catat hasil pengujian tersebut.
11) Lanjutkan pembacaan dan pencatatan hingga benda uji mengalami
keruntuhan.
12) Potret benda uji sebelum dan sesudah pengujian.
III.5. LAPORAN UJI
Buat laporan hasil pengujian dalam bentuk formulir dan grafik yang berisi antara
lain :
1) Nama proyek, lokasi contoh batu, kedalaman, tanggal pengambilan contoh
dilapangan dan tanggal pengujian, jenis dan kapasitas mesin kompresi, jenis
indikator regangan dan unit pengatur.
2) Penjelasan tentang benda uji, termasuk nama batu, lokasi dan arah bidang
lemah (bidang perlapisan, skistositas dan lain-lain).
3) Diameter dan tinggi benda uji.
4) Kecepatan pembebanan dan lamanya pengujian.
5) Keadaan umum tentang kandungan air dalam benda uji pada saat pengujian,
misalnya keadaan kering udara dilaboratorium, keadaan kering oven, keadaan
jenuh atau keadaan sebagaimana benda uji diterima, disarankan untuk
mengukur kadar air benda uji dan kepadatannya.
6) Kuat tekan benda uji.
7) Grafik tegangan regangan axial dan grafik tegangan regangan diametrik.
8) Harga modulus elastisitas.
9) Angka poisson.
10) Sketsa keruntuhan benda uji.

23

Gambar
Alat Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal

24

Gambar
Grafik Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal

25

Gambar III.1.
Contoh Data Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal

26

Gambar III.2.
Contoh Grafik Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal

V. KUAT GESER LANGSUNG


27

V.1. DESKRIPSI
V.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pengujian labaoratorium mengenai kuat geser batu.
Tujuan
Metode pengujian ini bertujuan untuk memperoleh parameter kuat geser batu.
V.1.2. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini meliputi :
1) Membahas cara uji, perhitungan dan laporan hasil uji geser langsung batu
dilaboratorium.
2) Hanya berlaku untuk batu lemah atau batu berdiskontonuitas yang kandungan
airnya tidak diperbolehkan keluar selama pengujian.
V.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian ini :
Batu berdiskontinuitas adalah masa batuan yang mempunyai pelapis, kekar
maupun sesar.
Batu Lemah adalah batu yang mempunyai nilai kuat tekan satu sumbu antara 7
- 24 MPa (SNI 03-2824-1992).
Kuat geser puncak adalah gaya geser maksimum persatuan luas yang
diperlukan untuk menggeser benda uji.
Kuat geser sisa adalah gaya geser persatuan luas yang sudah konstan setelah
benda uji mengalami keruntuhan.
Keruntuhan adalah suatu keadaan dimana gaya geser yang diberikan telah
mencapai maksimum.
V.2. PERSYARATAN PENGUJIAN
V.2.1. Persyaratan Benda Uji
Benda uji harus disiapkan dengan mengikuti Tata Cara Pembuatan Benda Uji SNI
03-2824-1992, yang diantaranya sebagai berikut :
1) Bentuk benda uji dapat berupa silinder atau balok.
2) Sifat fisik contoh batu seragam dan jumlah minimum benda uji 3 buah.
3) Panjang benda uji disesuaikan dengan ukuran peralatan geser yang ada dan
tidak lepas sewaktu pengujian.
4) Setiap benda uji diberi nomor atau kode tertentu untuk memudahkan
identifikasi.
5) Contoh batu tidak boleh disimpan lebih dari 30 hari.
6) Benda uji disimpan selama 5-6 hari pada suatu tempat yang mempunyai
temperatur tetap antara 20 2C dan angka kelembaban 50 5%.
V.2.2. Penanggung Jawab Hasil UJi
Nama penanggung jawab hasil pengujian harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan
serta tanggal yang jelas.
V.3. KETENTUAN-KETENTUAN

28

V.2.1. Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan dan perlengkapan yang dipakai pada pengujian ini adalah :
1) Dua unit dongkrak hidraulis berkapasitas 25 kN dan 50 kN, untuk memberikan
beban dan gaya dorong yang masing-masing dilengkapi dengan manometer
tekanan dengan ketelitian 0,05 kN.
2) Alat pengukur pergeseran atau pergerakan dengan ketelitian 0,01 mm.
3) Satu set tempat benda uji yang terbelah dan terdiri dari 2 bagian yang sama.
4) Timbangan berkapasitas 3000 gram dengan ketelitian 0,01 gram.
V.2.2. Kalibrasi
Semua pengukuran timbangan, alat ukur pergerakan, monometer harus dikalibrasi
minimal 3 tahun sekali atau kurang dari waktu tersebut apabila dianggap perlu.
V.2.3. Benda Uji
1) Pembukus benda uji, yang harus memenuhi ketentuan :
a) Terbuat dari adukan semen dan pasir, serta bahan tambahan untuk
mempercepat pengerasan, bilamana perlu VI-Pre-Mixer Grout dapat
digunakan.
b) Pasir yang dipakai adalah pasir yang memenuhi persyaratan untuk
campuran beton (SNI 03-2824-1992), dan semen yang dipakai adalah
seencer type 1.
c) Jumlah bahan tambahan pemercepat pengerasan dalam campuran
disesuaikan dengan spesifikasi jenis bahannya.
d) Perbandingan volume campuran dengan memakai faktor air semen antara
0,45 - 0,50 adalah sebagai berikut :
(a). untuk batu yang berdiskontinuitas, PC : pasir (ditambah bahan
pemercepat) = 1:1,5
(b).untuk batu lemah, PC : pasir (ditambah dengan pemercepat) = 1:1
(c). apabila campuran pada butir b) diatas gagal, VI-Pre-Mixer Grout
dapat digunakan
e) Pemakaian bahan pemercepat, agar campuran dapat mengeras dalam
waktu 7 hari.
.
2) Benda uji silinder, yang harus memenuhi ketentuan :
a) Benda uji diambil dari tabung bor inti berukuran minimal NX (54 mm) dan
panjang 1,3 kali diameter.
b) Diameter benda uji sepanjang contoh tidak boleh berbeda lebih dari 0,1
mm, dan permukaan keliling silinder harus rata, permukaan atas bawah
juga harus rata, permukaan linngkaran atas bawah juga harus rata dan tidak
boleh berbeda lebih dari 0,05 mm.
c) Pengukuran diameter benda uji harus dilakukan pada bagian atas, tengah
dan bawah, masing-masing dua kali dan diambil nilai rata-ratanya.
d) Pengukuran tinggi benda uji harus dilakukan sepanjang dua bidang
orthogonal diametric dan hasilnya dirata-ratakan.
e) Benda uji harus dimasukkan kedalam alat cetak dengan bantuan alat
penjepit agarposisinya berada ditengah-tengah.
f) Campuran adukan harus dicor kedalam cetakan hingga rata dan biarkan
selama 24 jam, lalu benda uji berikut pembungkusnya dikeluarkan dari
cetakan.

29

g) Benda uji yang belum terbungkus harus dimasukkan kedalam cetakan


yang telah berisi campuran dan diratakan hingga bagian atas dan bawah
pembungkusnya tidak saling melekat dengan celah yang berjarak sekitar
0,5 1,0 cm.
3) Benda uji balok, yang harus memenuhi ketentuan :
a) Bentuk benda uji batu dibuat dari contoh blok dengan sisi-sisi minimal 54
mm dan panjang 1,3 kali sisi.
b) Pengukuran panjang dan lebar benda uji harus dilakukan pada dua bidang
sejajar bagian atas dan bawah sebanyak empat kali, kemudian hasilnya
dirata-ratakan, tinggi benda uji diukur empat kali yang hasilnya dirataratakan juga.
c) Pengukuran pada butir b) tersebut dilakukan sampai ketelitian 0,1 mm.
d) Pembungkus benda uji dilakukan dengan campuran adukan seperti pada
benda uji berbentuk silinder.
4) Benda uji berdiskontinuitas, yang harus memenuhi ketentuan :
a) Contoh batu harus diambil dari bor inti yang panjangnya 1,3 kali
diameter sehingga bidang diskontinuitasnya berada ditengah.
b) Benda uji harus dimasukkan kedalam cetakan dengan bantuan alat penjepit
supaya bidang diskontinuitasnya berada pada posisi horizontal.
c) Adukan yang digunakan seperti benda uji silinder atau balok.
V.2.4. Rumus-rumus dan Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan untuk pengujian pada benda uji silinder, benda uji
balok dan benda uji silinder yang diletakkan miring adalah sebagai berikut :
1) Untuk benda uji silinder
As

D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
4

Aks

D - d (D-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
4
2

P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
As
F
As

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

dengan penjelasan :
As
= luas sebelum diuji (m)
Aks = luas terkoreksi (m)

= tegangan normal (KPa)

= tegangan geser (KPa)


D
= diameter benda uji (m)
d
= besar pergeseran selama pengujian (m)
P
= beban (N)
F
= gaya dorong (N)

30

2) Untuk benda uji balok


Ap

b d . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)

Akp

b (d-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)

P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
Ap

P
Akp

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (8)

dengan penjelasan :
Ap
= luas sebelum diuji (m)
Akp = luas terkoreksi (m)

= tegangan normal (KPa)

= tegangan geser (KPa)


b
= diameter benda uji (m)
d
= besar pergeseran selama pengujian (m)
3) Untuk benda uji silinder yang diletakkan miring
Am

pq . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
4

Akm =

pq - d (q-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
4
2

P
Am

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)

V.4. CARA UJI


V.4.1. Tahapan Persiapan dan Pengujian
Lakukan tahapan persiapan dan pengujian, sebagai berikut :
1) Masukkan benda uji batu yang telah dibungkus dengan adukan kedalam alat
geser.
2) Pasang penutup dan hubungkan slang-slang hidraulis ke alat pemberi tekanan
normal dan geser.
3) Pasang alat ukur pergerakan horizontal atau geseran dan alat ukur pergerakan
vertical.
4) Berikan tekanan normal yang masing-masing merupakan kelipatan dua pada
benda uji pertama, kedua dan ketiga, sehingga tekanan normal maksimum
yang diberikan tidak melebihi nilai kuat tekan satu sumbu benda uji batu (nilai
kuat tekan ini diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan satu sumbu benda uji
batu yang sama dan sejenis).
5) Berikan gaya dorong dengan kecepatan antara 0,1 0,5 mm/menit dan setelah
tekanan puncak dicapai, kecepatan ditingkatkan menjadi 0,5 1,0 mm/menit.
6) Catat tekanan normal, tekanan geser dan pergeseran selama pengujian.

31

7) Hetikan pengujian setelah tekanan sisa tercapai, yaitu setelah angka


pembacaan mencapai maksimum serta angka pembacaan berikutnya telah
menurun dan konstan.
8) Lepaskan penutup dan keluarkan benda uji berikut pembungkusnya dari dalam
alat.
9) Ukur luas bidang permukaan benda uji yang mengalami keruntuhan.
V.4.2. Perhitungan dan Gambar Hasil Pengujian
Hitung dan buat gambar hasil pengujian, sebagai berikut :
1) Hitung tegangan normal dengan memakai rumus (3), (7) atau (11) tergantung
pada posisi benda uji.

=
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (12)
Akm
dengan penjelasan :
Am = luas sebelum diuji (m)
Akm = luas terkoreksi (m)

= tegangan normal (KPa)

= tegangan geser (KPa)


p
= diameter benda uji (m)
q
= besar pergeseran selama pengujian (m)
2) Hitung tegangan geser dengan memakai rumus (4), (8), atau (12) tergantung
pada bentuk luas penampang bidang geser benda uji.
3) Gambar hasil tegangan maksimum dan tegangan sisa untuk 1 rangkaian
pengujian dan tentukan masing-masing kohesi c dan sudut geser dalam .

V.5. LAPORAN HASIL UJI


Laporan hasil pengujian dalam bentuk formulir dan grafik, yang antara lain berisi :
1) Lokasi dan tanggal pengujian.
2) Nama-nama penguji, pengawas, dan penanggung jawab hasil uji dengan
dibubuhi tanta tangannya.
3) Litologi dan kondisi benda uji.
4) Nomor dan dimensi benda uji.
5) Macam pengujian berikut data pengujian dan hasil perhitungan.
6) Posisi bidang diskontinuitas apabila ada.
(Gambar unit alat uji kuat geser)

32

Gambar IV.1.
Contoh Grafik Hasil Uji Kuat Geser Langsung

33

Gambar IV.2.
Contoh Grafik Hasil Uji Kuat Geser Langsung

V. UJI TEKAN TRIAXIAL


34

V.1. DESKRIPSI
V.1.1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan cara uji tekan triaxial pada batu di laboratorium, untuk
memperoleh parameter-parameter kekuatan geser (sudut geser dalam dan kohesi) dan
modulus elastisitas batu (modulus Young) pada kondisi tidak terkondolidasi dan tidak
terdrainase. Parameter tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung regangan
vertikal dan regangan deviator tanah dan bagian dari desain fondasi.
Standar ini menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji tekan triaxial pada batu,
yang meliputi : sistem peralatan, uji tekan triaxial batu dilaboratorium, benda uji,
bahan penunjang uji, dan perlengkapan lainnya, persyaratan perlengkapan pengujian,
cara uji, perhitungan parameter, laporan uji. Cara ini berlaku baik untuk kondisi yang
disesuaikan dengan tuntutan desain.
V.1.2. Acuan Normatif
SNI 03-2815-1992
SNI 03-2825-1992
SNI 03-2826-1992

SNI 03-3406-1994

: Metode pengujian triaxial B


: Metode pengujian kuat tekan uniaxial batu
: Metode pengujian modulus elastisitas batu pada
sumbu tunggal.
: Metode pengujian sifat tahan lekang batu.

V.1.3. Istilah dan definisi


Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut :
1) Kekuatan geser batu pada kondidi tanpa drainase, adalah kekuatan maksimum
yang dapat ditahan oleh batu, apabila batu diuji geser dengan cepat sehingga
drainase air tidak terjadi.
2) Keruntuhan benda uji, yaitu kondisi tegangan pada waktu benda uji runtuh
yang biasanya diambil pada tegangan deviator maksimum.
3) Tegangan deviator, adalah beda tegangan utama besar (major principle stress)
dengan tegangan utama kecil (minor principle stress).
V.2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
V.2.1. Peralatan
1. Alat Pembebanan
Alat pembeban, jenis alat pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a) Alat dengan kapasitas yang cocok untuk mengikir beban aksial yang bekerja
pada benda uji.
b) Kecepatan pembebanan tidak boleh berdeviasi lebih dari 10% dari kecepatan
yang ditentukan.
c) Kecepatan pembebanan untuk pengujian tekan satu arah sampai benda uji
hancur, harus dipilih antara 2% sampai 5% dari tingi benda uji.
d) Semua alat ukur harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan spesifikasinya, atau
pada saat diperlukan.

2. Alat Pengukur Tekanan

35

Pengatur tekanan yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :


a) Berbentuk pompa hidraulik atau sistem lain.
b) Berkapasitas cukup untuk menjaga tekanan lateral (3) tetap konsisten.
3. Set Triaxial Tekan
Bagian-bagian sel triaxial ini harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Dua buah pelat, dengan ketentuan :
1) berbentuk bundar.
2) mampu menahan beban sampai 20 ton.
b) Sel bertekanan tinggi yang dilengkapi dengan :
1) pipa pelimpah.
2) bagian dasar.
3) katup untuk mengisi oli kedalam sel dan mengatur tekanan lateral.
4) alat-alat ukur.
5) katup lain yang diperlukan
6) sel yang bertekanan keliling maksimum 689 MPa.
4. Alat Ukur Deformasi dan Regangan
Alat ukur deformasi axial yang digunakan adalah mikrometer yang disambungkan
pada sel triaxial dengan syarat sebagai berikut :
a) Mempunyai ketelitian minimum 0,002 mm.
b) kemampuan minimum 5 mm.
V.2.2. Benda Uji dan Bahan Penunjang Uji
1. Benda Uji
Benda uji yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Benda uji yang diambil dari inti bor harus dapat mewakili massa batu,
seperti keadaan mineral, ukuran dan bentuk butiran, keadaan pori dan
arah retakan.
b) Perbandingan tinggi dengan diameter benda uji 2 sampai 2,5
c) Diameter benda uji minimum 47 mm (1").
d) Kadar air benda uji harus disesuaikan dengan tuntutan desain.
e) Pengujian dilakukan minimum 3 buah benda uji.
2. Bahan Penunjang Uji
Membran karet yang diperlukan harus mempunyai syarat sebagai berikut :
a) Bersifat kedap air dan berfungsi sebagai pembungkus benda uji, tidak
retak dan tidak bocor, namun bisa mengeluarkan tekanan keliling oli
terhadap benda uji.
b) Mempunyai diameter kurang 1 mm dari diameter benda uji.
c) Mempunyai tebal 1,588 mm (1/16").
V.2.3. Pengujian
1. Batasan Pengujian
Batasan pengujian yang digunakan harus memenuhi syarat sebagau berikut :
a) Apabila diameter benda uji tidak sama dengan diameter piston sel, beban
yang diukur harus dikoreksi terhadap perbedaan luas antara benda uji dan
piston pembeban melaluo karet ke sel.
b) Sediakan minimum 3 buah benda uji yang identik untuk setiap pengujian.
2. Kalibrasi

36

Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 3 tahun sekali dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.
3. Petugas
Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memahami dan
berpengalaman dalam pengujian geser triaxial tekan pada batu, dan diawasi oleh ahli
geoteknik.
4. Penanggung Jawab hasil Uji
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a) Kemampuan petugas pengujian dan pengawas harus kompetensi.
b) Nama-nama penguji, pengawas dan penanggung jawab hasil uji harus tertulis
dengan jelas, dan disertai paraf ata tanda tangan serta tanggal yang jelas.
V.3. PENGUJIAN
V.3.1. Persiapan Pengujian.
Lakukan persiapan uji tekan triaxial dengan tahapan sebagai berikut :
a) Tempatkan bagian dasar sel pada dudukan sel dari alat pembeban.
b) Bersihkan permukaan bantalan pelat bagian atas dan bagian bawah.
c) Bersihkan benda uji, dan tempatkan benda uji pada pelat bawah.
d) Tempatkan pelat atas pada benda uji, dan atur serta luruskan sebaik-baiknya.
e) Bungkus benda uji dan pelat-pelatnya dengan membran karet, dan ikat
membran dengan karet gelang pada pelat bagian bawah agar oli sel tidak dapat
merembes masuk kedalam benda uji.
f) Pasang benda uji didalam silinder sel, dan pasang karet gelang yang cocok
disekeliling bagian dasar sel agar tidak terjadi kebocoran.
g) Hubungkan kabel atau pipa tekanan hidraulik.
h) Pasang dan atur alat ukur untuk deformasi, dan isi sel dengan oli.
V.3.2. Persiapan Koreksi Peralatan
Lakukan koreksi deformasi peralatan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Masukkan silinder baja yang bersifat elastis kedalam peralatan.
b) Amati perbedaan deformasi antara yang terpasang dan pada alat pembeban.
c) Kurangi deformasi total pada setiap pembebanan dengan deformasi alat, untuk
mendapatkan deformasi benda uji.
d) Hitung regangan axial benda uji.
V.3.3. Prosedur Pengujian
1. Pengujian Tekan Triaxial
Lakukan pengujian tekan triaxial pada batu dengan tahapan sebagai berikut :
)a Beri beban kecil kira-kira 110 N pada sel triaxial tekan dengan menggunakan
alat pembebanan untuk mengatur posisi bagian-bagian bantalan peralatan.
)b Catat pembacaan awal pada alat ukur deformasi, apabila deformasi total
dicatat selama pengujian, harus dibuat koreksi deformasi peralatan yang
diuraikan pada subbab IV.3.1. diatas.
)c Tingkatkan tekanan oli lateral perlahan-lahan hingga batas uji yang ditentukan
semula dan secara bersamaan beri beban axial secukupnya untuk menghindari
penyimpangan alat ukur deformasi terhadap hasil pembacaan awal.
)d Apabila batas uji tekanan oli ditentukan semua tercapai, baca dan catat beban
axial pada alat pembeban.

37

)e Gunakan beban ini sebagai beban nol atau sebagai beban awal untuk
pengujian.
)f Beri beban axial secara menerus tidak secara tiba-tiba hingga beban konstan
atau berkurang atau besar regangan yang ditentukan semula tercapai.
)g Beri beban dengan cara menjaga kecepatan regangan tetap konstan pada waktu
pengujian.
)h Jaga tekanan keliling yang ditentukan semula agar tetap konstan pada waktu
pengujian, dan baca serta catat hasil pengukuran deformasi yang diinginkan.
)i Lakukan minimal 3 kali pengujian triaxial tekan untuk mendapatkan tekanan
keliling yang berbeda pada benda uji yang sama.
2. Penyelesaian Pengujian
Lakukan hal-hal yang diperlukan setelah selesai pengujian sebagai berikut :
)a Periksa benda uji apakah tidak terembes oli sel.
)b Periksa membran karet apakah tidak cacat dan tidak bocor setelah pengujian
selesai.
)c Timbang dan uji sifat fisik benda uji setelah pengujian.
V.4. PERHTUNGAN
V.4.1. Rumus Rumus Perhitungan
)a Regangan vertikal
Regangan vertikal () dihitung pada setiap bacaan deformasi dengan
menggunakan persamaan dibawah ini

= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Lo
dengan :

= regangan vertikal (tanpa satuan)

= deformasi vertikal (mm)


Lo
= Tinggi benda uji (mm)
b) Tegangan deviator
Tegangan deviator (1- 3) dihitung dengan menggunakan persamaan
dibawah ini.
(1- 3)= P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
A
dengan :
= (1- 3) = peningkatan tegangan atai tegangan deviator (MN/m
atau MPa)
P
= beban vertikal (MN)
A
= luas benda uji (m)
1
= tegangan utama besar (MN/m atau MPa)
3
= tegangan utama kecil (MN/m atau MPa)

IV.4.2. Cara Perhitungan

38

Kerjakan perhitungan dan penggambaran kurva hubungan antara tegangan dengan


regangan axial dengan urutan :
a) Beri tanda tegangan lateral (3) pada kurva tersebut.
b) Hitung tegangan deviator = (1- 3) dengan menggunakan persamaan (2)
c) Hitunf regangan vertikal () dengan menggunakan persamaan (1)
IV.4.2. Cara Penggambaran hasil uji tekan triaxial
a) Gambar lingkaran Mohr pada susunan sumbu, dengan tegangan geser sebagai
sumbu tegak dan tegangan normal sebagai sumbu datar.
b) Tentukan selubung (envelope) pada lingkaran-lingkaran tegangan Mohr
tersebut.
c) Gambarkan selubung (envelope) Mohr yang paling tepat (yang mendekati
tangen pada lingkaran-lingkaran Mohr, dengan memeriksa apakah bidang
keruntuhan meningkat atau tidak pada waktu pengujian.
d) Periksa penyimpangan bidang ini berdasarkan bidang tegangan utama besar.
e) Apabila selubung tersebut diatas berupa garis lurus, tentukan sudut geser
dalam (atau kemiringan garis sebagai tan ) dengan membentuk sudut antara
garis selubung dan garis horizontal.
f) Tentukan koheso (c) yaitu perpotongan antara garis selubung (envelope) pada
sumbu vertikal
g) Apabila selubung tersebut diatas tidak berupa garis lurus, harus dibuat p-q
diagram, selanjutnya tentukan sudut geser dalam (garis tan ) dan kohesi (c)
dari grafik hubungan antara p = (1+ 3) dengan q = (1- 3) untuk
minimum 3 benda uji seperti diuraikan dalam SNI 03-2815-1992.
IV.5. LAPORAN HASIL UJI
Hasil uji triaxial tekan pada batu dilaporkan dalam bentuk formulir, yang memuat
hal-hal sebagai berikut :
a) Tanggal pengambilan contoh dan tanggal pengujian.
b) Nama lubang bor, diameter lubang bor, elevasi lubang bor, kedalaman contoh,
cara pembuatan lubang bor.
c) Jenis batu, tempat dan sebaran bidang lemah, bidang-bidang perlapisan dan
schistosity, rekahan besar atau ketidakseragaman.
d) Diameter dan panjang benda uji, serta perbandingan dengan syarat
dimensinya.
e) Kecepatan pembebanan, kecepatan deformasi atau kecepatan regangan.
f) kadar air benda uji batu pada kondisi asli, jenuh, kering kamar, atau kering
oven.
g) Tipe atau lokasi keruntuhan, gambar / sketsa keruntuhan benda uji.
h) Nama-nama teknisi yang melakukan pengujian, pengawas ahli dan
penanggung jawab pekerjaan yang ditulis dengan jelas, dan disertai tanda
tangannya.
i) Hal yang perlu ditampilkan yaitu apabila kurva selubung (envelope) tidak
dapat berupa garis lurus berdasarkan lingkaran-lingkaran Mohr yang ada,
penentuan parameter dan c dibantu dengan penggunaan grafik p-q (SNI 032815-1992).

39

Gambar
Unit Alat Uji Tekan Triaxial

40

Gambar IV.1.
Contoh Grafik Hasil Uji Tekan Triaxial

41

Anda mungkin juga menyukai