PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
I.A. KLASIFIKASI BATUAN
Siklus pembentukan batuan dimulai dari magma keluar dan terbentuk batuan
beku. Setelah batuan beku terpapar di permukaan atau dekat permukaan, maka akan
terjadi proses pelapukan dan hasilnya yang berupa material lapuk akan tertransport
dan diendapkan atau mengalami sediment tersebut mengalami konsolodasi dan
tegangan, maka material tersebut akan menjadi batuan sedimen. Dalam fungsi waktu
dan jika batuan sedimen mengalami pembebanan dan temperatur didalam bumi maka
batuan tersebut akan mengalami metamorfose sehingga terbentuk batuan metamorf.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa batuan beku atau batuan sedimen atau
batuan metamorf yang mengalami pelapukan dapat menjadi batuan sedimen baru.
Demikian juga halnya dengan kejadian batuan metamorf baru, bahwa apakah batuan
beku atau batuan sedimen atau batuan metamorf jika mengalami metamorfose akan
dapat menjadi batuan metamorfose baru.
1. Batuan Beku (igneous rocks), Beberapa ciri dari batuan beku adalah bahwa
batuan tersebut berasal langsung dari pembekuan magma. Jika batuan beku tersebut
diklasifikasikan sebagai batuan beku asam maka kenampakannya berwarna terang
dan kandungan SiO2 akan lebih besar daripada 55%. Sedangkan untuk batuan beku
sedang akan berwarna agak terang, dan kandungan SiO2 sekitar 50% - 55%, dan
batuan beku basa berwarna gelap dengan kandungan SiO2 lebih kecil daripada 50%.
2. Batuan Sedimen (sedimentary rocks), Beberapa ciri batuan sedimen adalah
berlapis-lapis, yang merupakan hasil pelapukan dari batuan lain yang diendapkan
bisa secara fisik atau kimia yang telah mengalami transportasi melalui air, atau
angin dan gravitasi. Sedangkan urutan pelapisannya selalu mengikuti hukum
superposisi (tua ke muda). Ciri lainnya adalah batuan sedimen bisa terkonsolidasi
atau tidak terkonsolidasi. Akibat dari aktivitas tektonik maka batuan sedimen dapat
mengalami perlipatan seperti sinklin atau antiklin atau juga dapat tersesarkan yang
berupa sesar, kekar, tergeser.
3. Batuan Metamorpik (metamorphic rocks), Proses pembentukan batuan
metamorpik dapat berasal dari batuan lainnya yang mengalami tekanan dan panas
yang tinggi. Pada proses pembentukannya tidak ada pemanbahan unsur baru, dan
yang ada adalah proses rekristalisasi. Pada batuan metamorpik ini mempunyai
tekstur khas seperti: filit (halus dengan pola laminasi), sekis(berlapis),gheneis
(selang-seling lapisan dan butiran) dan masif.
Jika dilihat dari variasi ukuran, batuan beku dapat dijelaskan bahwa semakin
bertambah unsur silika maka semakin kasar ukuran butirnya. Selain itu, semakin
dekatnya pembekuan terjadi ke permukaan (extrusive) maka ukuran butirannya
semakin
halus,
dan
contohnya
Rhyolite,
Dacite,
Andesite
dan
Basalt
Gunung api merupakan sunber batuan piroklastik, seperti lapili, pasir, abu vulkanik,
yang kesemuanya ini akan diendapkan dilereng gunung api. Akibat proses latupan
gunung berapi menimbulkan berbagai bentuk intrusi atau aliran lava seperti tephra,
korok (gang), sill lakolit, stock, lopolit, dan batolit
I.B. URUTAN KETIDAKSELARASAN
Urutan pelapisan batuan yang terendap diatas lapisan yang lebih tua batuan beku
dan metamorf merupakan suatu bentuk ketidakselarasan. Pelapisan ini akan berubah
akibat adanya proses tektonik, dan adanya suatu proses erosi pada permukaan.
Selanjutnya akan diendapkan kenbali dan berikut erosi pada permukaan setelah
adanya
dimana tidak
mineral
mineral
mineral
SiO2
59,8
CaO
4,9
Fe
3,39
K2O
2,98
Al2O
14,9
MgO
3,7
Na2O
3,25
Fe2O3
2,69
H2O
2,02
Batuan terdiri dari batuan padat baik berupa kristal maupun yang tidak
mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack,
joint,dll
I.E. SIFAT BATUAN
1.
Mekanika batuan adalah teknik & juga sains yang tujuannya mempelajari perilaku
(behaviour) batuan ditempat asalnya agar dapat mengendalikan pekerjaan yang
dibuat pada batuan tersebut seperti penggalian bawah tanah dll
Di alam, massa batuan terdiri dari sekelompok batuan utuh dan masing-masing
dipisahkan oleh diskotinuitas. Sedangkan dalam skala mikro, batuan utuh tidak
homogen karena adanya perbedaan tekstur dan mineral. Kekuatan massa batuan
dalam skala yang lebih besar dikontrol oleh karakteristik diskontinuitas. Dalam
ukuran besar, padat dan keras/kuat maka massa batuan dapat dianggap kontinu. Akan
tetapi keadaan ilmiah dan geologi, maka batuan bersifat diskontinu dalam hal ini
diakibatkan adanya kekar, fissure, skistonitas, rekahan, lubang kecil dan
diskontinuitas lainnya. Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika
batuan adalah mekanika diskontinu atau mekanika dari struktur batuan, sehingga
dapat dianggap sebagai sistem multiple body.
Analisis mekanika tanah pada umumnya dilakukan pada bidang, sedangkan
analisis mekanika batuan dilakukan pada bidang dan ruang. Maka mekanika batuan
dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tapi ada beberapa yang tumpang
tindih. Dan mekanika batuan dalam perhitungannya banyak menggunakan teori
elastisitas dan plastisitas dan dalam mempelajari batuan, selalu meliputi sistem
struktur batuan secara eksperimen.
Pengaruh Geologi Batuan Terhadap Rekayasa Batuan Di antara ketiga kategori
umum batuan, batuan-batuan metamorf memiliki tingkat anisotropi tertinggi dan
segregasi dari mineral-mineral penyusun sebagai respons kepada tekanan tinggi dan
gradient suhu berhubungan dengan evolusi tektonik dan pembentukan lapisan-lapisan
dengan susunan mineralogi yang berbeda.
Batuan-batuan mengalir dan mengalami rekristalisasi akibat tegangan-tegangan
tektonik baru dan membentuk bidang-bidang lemah ini (misalnya bidang sekistositi)
BAB II
PENGUJIAN LABORATORIUM
1) Buatlah contoh uji baik berbentuk tidak beraturan maupun beraturan (silinder,
kubus atau prisma).
2) Timbang berat asli, beratnya W : n
3) Ukur volume contoh batu, dengan cara :
a) Jenuhkan contoh dalam bak air yang dibantu dengan mesin pompa
vakum untuk mempercepat penjenuhan sampai dengan gelembung
udara tidak keluar lagi selama 1 jam.
b) Timbang bak perendam berikut airnya, beratnya Wa.
c) Masukkan contoh jenuh yang diikat kawat halus kedalam bak air, lalu
timbang beratnya Wb.
d) Gantung contoh dalam keadaan terendam dalam bak air dengan
menarik tali kawat, dan timbang beratnya Wc.
4) Keringkan contoh batu dalam oven pada suhu 105C selama 24 jam dan
timbang beberapa kali sampai beratnya relatif tetap Wo dengan penyimpangan
ketelitian 0.01 gram.
I.3.2. Perhitungan
Perhitungan volume contoh batu menggunakan persamaan berikut :
v = {( Wb Wa (Wb Wc)} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
air
dengan penjelasan :
v
= volume contoh batu (m)
Wa
= berat bak perrendam beriktut air (ton)
Wb
= berat bak perendam berikut air dan contoh jenuh (ton)
Wc
= berat bak perendam berikut air dan contoh tergantung (ton)
Ws
= Wb Wc (ton)
air = kerapatan air (ton)
Volume contoh yang berbentuk beraturan dapat dihitung dengan cara mengukur
dimensinya.
Beberapa parameter sifat fisika contoh batu dihitung dengan persamaan berikut :
n
= Wn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
v
= Wo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
v
= Ww . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
v
= Wn Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Wo
ws
= penyerapan
= Ww Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
Wo
= derajat kejenuhan
= Wn Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
10
Ww Ws
n
= porositas
= Wn Ww - Wo x 100% . . . . . . . . . . . . . . (8)
Ww Ws
= angka pori
n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
1n
Gap
Wo
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
Ww Ws
Gtr
Wo
Wo Ws
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)
dengan penjelasan :
Wn = berat jenis asli (ton)
Wo = berat jenis kering oven (ton)
Ww = berat jenis jenuh air (ton)
Ws = berat jenis dalam air (ton)
I.3.3. Laporan
Cantumkan data yang diperlukan dalam laporan, yang mencakup :
1) Lokasi contoh batu
2) Nomor contoh batu
3) Nama batu
4) Tanggal pengujian
5) Nama petugas penguji
6) Nama pemeriksa
11
Gambar I.1.
Proses penimbangan berat air peredam (Wa), berat peredam berikut contoh jenuh
(Wb), dan berat peredam berikut contoh batu dalam keadaan tergantung (Wc).
12
Gambar I.2.
Contoh Data Hasil Uji Sifat Fisik Batuan
13
14
1) Benda uji harus berbentuk silinder tegak lurus dengan garis tengah tidak
kurang dari 47 mm dan mempunyai perbandingan panjang benda uji terhadap
diameternya berkisar 2,0 2,5
2) Permukaan ujung benda uji harus halus dab rata, dengan ketelitian 0,025
mm.
3) Permukaan silinder benda uji harus halus dengan ketelitian 0,50 mm untuk
seluruh tinggi benda uji.
4) Kedua permukaan ujung benda uji harus sejajar satu sama lain dan keduanya
tegak lurus terhadap sumbu memanjang.
5) Jumlah benda uji minimal 3 buah dan harus dipilih yang relatif seragam.
6) Benda uji agar disimpan dilingkungan dengan temperatur 20 + 2 dan
kelembaban udaranya 50 + 5% selama 5 6 hari sebelum pengujian.
7) Diameter benda uji harus lebih besar atau sama dengan 10 kali ukuran butir
maksimum yang terdapat pada benda uji.
8) Kekurangan atau kelebihan dari persyaratan yang telah ditentukan untuk
ukuran benda uji harus dicatat dalam laporan pengujian.
II.3.2. Rumus dan Perhitungan
Kuat tekan benda uji dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut :
ca
P
A
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
ca
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
(0,88 + (0,24 D/H))
dengan penjelasan :
ca
= harga kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D (MPa).
= harga kuat tekan benda uji yang mempunyai perbandingan H/D = 2 (MPa).
P
= beban sumbu (kN).
D
= diameter benda uji (cm).
H
= tinggi benda uji (cm)
A
= luas permukaan ujung benda uji (cm).
II.4. CARA UJI
Lakukan pengujian berikut pembaca dan pencatatan data hasil uji, sebagai berikut :
1) Bersihkan permukaan pelat baja atas, pelat baja bawah dan benda uji dengan
kain besih.
2) Tempatkan benda uji pada pelat baja bawah.
3) Atus posisi sumbu memanjang benda uji sehingga berada pada titik pusat
sendi peluru pada pelat baja atas.
4) Atur pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda uji
secara merata.
5) Atur jarum penunjuk pada manometer pengukur beban dan lakukan
pembacaan awal.
6) Tingkatkan beban secara menerus pemberian beban sumbu dapat dilakukan
dengan cara kontr tegangan atau control regangan.
7) Catat hasil pembacaan manometer pada saat terjadi keruntuhan benda uji.
8) Buat sketsa benda uji setelah mengalami keruntuhan.
15
16
Gambar
Sketsa Mesin Kompresi
17
Gambar II.1.
Contoh Data Hasil Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu
18
Gambar II.2.
Contoh Hasil Grafik Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu
TUNGGAL
III.1. DESKRIPSI
III.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian modulus elastisitas benda uji pada tekanan sumbu
tunggal.
Tujuan
Metode ini bertujuan untuk mengetahui harga modulus elastisitas benda uji
batu secara uji static.
III.1.2. Ruang Lingkup
Metode ini membahas :
1) Persyaratan, ketentuan-ketentuan dan cara uji.
2) Perhitungan dan laporan hasil uji.
III.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode ini antara lain :
Modulus elastisitas atau modulus Young adalah perbandingan antara tegangan
dengan regangan axial, dinyatakan dalam satuan (umumnya MPa).
Modulus tangen adalah nilai modulus elastisitas yang dihitung pada garis
linier dan kurva tegangan.
Modulus sekan adalah nilai modulus elastisitas yang dihitung pada tegangan =
0 sampai 50% dari tegangan maksimum.
III.2. PERSYARATAN
III.2.1. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengujian ini antara lain :
1) Alat uji berupa mesin kompresi yang mampu memberikan beban sumbu secara
menerus terhadap benda uji hinnga tercapai keruntuhan.
2) Dua buah pelat baja berbentuk bundar ditempatkan dikedua ujung benda uji,
permukaan pelat baha harus datar dengan toleransi 0,025 mm, dan pelat baja
harus mempunyai luas yang sekurang-kurangnya sama dengan luas permukaan
ujung benda uji.
3) Sendi peluru yang dapat ditempatkan pada salah satu dari pelat baja tersebut
sehingga dapat diputar dan diungkit dengan sudut kecil kesegala arah.
4) Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm.
5) Manometer pengukuran beban dengan ketelitian 0,05 kN.
6) Arloji ukur yang mempunyai ketelitian 0,01 0,001 mm.
7) Pengukuran regangan elektris dengan ketelitian 1x10-6 mm.
8) Indikator regangan dan unit pengatur.
9) Semua alat ukur yang dipergunakan harus dikalibrasi minimum 3 tahun sekali
atau bilamana dianggap perlu.
20
Nama penanggung jawab hasil uji pengujian harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan
serta tanggal yang jelas.
III.3. KETENTUAN-KETENTUAN
III.3.1. Benda Uji
Untuk mendapatkan hasil uji yang baik, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1) Benda uji harus berbentuk silinder tegak lurus dengan diameter tidak kurang
dari 47 mm dan mempunyai perbandigan panjang benda uji terhadap
diameternya berkisar 2,0 2,5 mm.
2) Permukaan ujung benda uji harus halus dab rata, dengan ketelitian 0,025
mm.
3) Permukaan silinder benda uji harus halus dengan ketelitian 0,50 mm untuk
seluruh tinggi benda uji.
4) Kedua permukaan ujung benda uji harus sejajar satu sama lain dan keduanya
tegak lurus terhadap sumbu memanjang.
5) Jumlah benda uji minimal 3 buah dan harus dipilih yang relatif seragam dan
representetif.
6) Benda uji agar disimpan dilingkungan dengan temperatur 20 + 2 dan
kelembaban udaranya 50 + 5% selama 5 6 hari sebelum pengujian.
7) Diameter benda uji harus lebih besar atau sama dengan 10 kali ukuran butir
maksimum yang terdapat pada benda uji.
8) Kekurangan atau kelebihan dari persyaratan yang telah ditentukan untuk
ukuran benda uji harus dicatat dalam laporan pengujian.
III.3.2. Rumus dan perhitungan
1) Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beda uji dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a
L . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
L
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Ac
Ac
Ao . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
a
R x K . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
G
a
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Keterangan :
a
= regangan axial
L
= panjang benda uji (cm)
L
= perubahan panjang benda uji (cm)
G
= tegangan (MPa)
P
= beban (kN)
21
Ao
Ae
R
K
E
G
a
2) Amgka poisson
Perhitungan angka poisson dilakukan dengan persamaan berikut :
d
D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
D
E . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
G .
d
Keterangan :
d
= regangan diametric
d
= selisih regangan diametric pada tingkat teganggan tertentu
D
= diameter benda uji (cm)
D
= perubahan diameter benda uji (cm)
= angka poisson
III.4. CARA UJI
Lakukan pengujian berikut pembacaan dan pencatatan data hasil uji sebagai
berikut :
1) Tempelkan pengukur regangan elektris dengan prosedur sebagai berikut :
a) ratakan perrmukaan benda uji dengan ampelas halus dibagian tertentu
dimana akan dipasang pengukur regangan elektris.
b) bersihkan permukaan tersebut dengan kain bersih, kemudian bersihkan
dengan cairan aseton, dan tunggu antara 2 3 jam hingga cairan aseton
kering.
c) oleskan perekat pada permukaan tersebut dan tunggu selama 30 menit.
d) tempelkan pengukur regangan elektris dengan arah sejajar atau tegak
lurus terhadap sumbu benda uji, lindungi pengukur regangan elektris
dengan plastic, kemudian diikat dengan karet supaya tempat
kedudukannya tidak berubah, tunggu sekurang-kurangnya 24 jam.
2) Bersihkan permukaan pelat baja diatas, pelat baja bawah dan benda uji dengan
kain bersih.
3) Tempatkan benda uji pada pelat bawah.
4) Atur posisi sumbu memanjang benda uji tepat berada dipusar sendi peluru
pada pelat baja atas.
5) Hubungkan kabel pengukur elektris pada benda uji dengan indikator regangan
dan unit pengatur.
6) Atur pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda
secara merata.
22
23
Gambar
Alat Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
24
Gambar
Grafik Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
25
Gambar III.1.
Contoh Data Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
26
Gambar III.2.
Contoh Grafik Hasil Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
V.1. DESKRIPSI
V.1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pengujian labaoratorium mengenai kuat geser batu.
Tujuan
Metode pengujian ini bertujuan untuk memperoleh parameter kuat geser batu.
V.1.2. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini meliputi :
1) Membahas cara uji, perhitungan dan laporan hasil uji geser langsung batu
dilaboratorium.
2) Hanya berlaku untuk batu lemah atau batu berdiskontonuitas yang kandungan
airnya tidak diperbolehkan keluar selama pengujian.
V.1.3. Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian ini :
Batu berdiskontinuitas adalah masa batuan yang mempunyai pelapis, kekar
maupun sesar.
Batu Lemah adalah batu yang mempunyai nilai kuat tekan satu sumbu antara 7
- 24 MPa (SNI 03-2824-1992).
Kuat geser puncak adalah gaya geser maksimum persatuan luas yang
diperlukan untuk menggeser benda uji.
Kuat geser sisa adalah gaya geser persatuan luas yang sudah konstan setelah
benda uji mengalami keruntuhan.
Keruntuhan adalah suatu keadaan dimana gaya geser yang diberikan telah
mencapai maksimum.
V.2. PERSYARATAN PENGUJIAN
V.2.1. Persyaratan Benda Uji
Benda uji harus disiapkan dengan mengikuti Tata Cara Pembuatan Benda Uji SNI
03-2824-1992, yang diantaranya sebagai berikut :
1) Bentuk benda uji dapat berupa silinder atau balok.
2) Sifat fisik contoh batu seragam dan jumlah minimum benda uji 3 buah.
3) Panjang benda uji disesuaikan dengan ukuran peralatan geser yang ada dan
tidak lepas sewaktu pengujian.
4) Setiap benda uji diberi nomor atau kode tertentu untuk memudahkan
identifikasi.
5) Contoh batu tidak boleh disimpan lebih dari 30 hari.
6) Benda uji disimpan selama 5-6 hari pada suatu tempat yang mempunyai
temperatur tetap antara 20 2C dan angka kelembaban 50 5%.
V.2.2. Penanggung Jawab Hasil UJi
Nama penanggung jawab hasil pengujian harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan
serta tanggal yang jelas.
V.3. KETENTUAN-KETENTUAN
28
29
D . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
4
Aks
D - d (D-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
4
2
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
As
F
As
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
dengan penjelasan :
As
= luas sebelum diuji (m)
Aks = luas terkoreksi (m)
30
b d . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Akp
b (d-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)
Ap
P
Akp
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (8)
dengan penjelasan :
Ap
= luas sebelum diuji (m)
Akp = luas terkoreksi (m)
pq . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (9)
4
Akm =
pq - d (q-d) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (10)
4
2
P
Am
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)
31
=
P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (12)
Akm
dengan penjelasan :
Am = luas sebelum diuji (m)
Akm = luas terkoreksi (m)
32
Gambar IV.1.
Contoh Grafik Hasil Uji Kuat Geser Langsung
33
Gambar IV.2.
Contoh Grafik Hasil Uji Kuat Geser Langsung
V.1. DESKRIPSI
V.1.1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan cara uji tekan triaxial pada batu di laboratorium, untuk
memperoleh parameter-parameter kekuatan geser (sudut geser dalam dan kohesi) dan
modulus elastisitas batu (modulus Young) pada kondisi tidak terkondolidasi dan tidak
terdrainase. Parameter tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung regangan
vertikal dan regangan deviator tanah dan bagian dari desain fondasi.
Standar ini menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji tekan triaxial pada batu,
yang meliputi : sistem peralatan, uji tekan triaxial batu dilaboratorium, benda uji,
bahan penunjang uji, dan perlengkapan lainnya, persyaratan perlengkapan pengujian,
cara uji, perhitungan parameter, laporan uji. Cara ini berlaku baik untuk kondisi yang
disesuaikan dengan tuntutan desain.
V.1.2. Acuan Normatif
SNI 03-2815-1992
SNI 03-2825-1992
SNI 03-2826-1992
SNI 03-3406-1994
35
36
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 3 tahun sekali dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.
3. Petugas
Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memahami dan
berpengalaman dalam pengujian geser triaxial tekan pada batu, dan diawasi oleh ahli
geoteknik.
4. Penanggung Jawab hasil Uji
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a) Kemampuan petugas pengujian dan pengawas harus kompetensi.
b) Nama-nama penguji, pengawas dan penanggung jawab hasil uji harus tertulis
dengan jelas, dan disertai paraf ata tanda tangan serta tanggal yang jelas.
V.3. PENGUJIAN
V.3.1. Persiapan Pengujian.
Lakukan persiapan uji tekan triaxial dengan tahapan sebagai berikut :
a) Tempatkan bagian dasar sel pada dudukan sel dari alat pembeban.
b) Bersihkan permukaan bantalan pelat bagian atas dan bagian bawah.
c) Bersihkan benda uji, dan tempatkan benda uji pada pelat bawah.
d) Tempatkan pelat atas pada benda uji, dan atur serta luruskan sebaik-baiknya.
e) Bungkus benda uji dan pelat-pelatnya dengan membran karet, dan ikat
membran dengan karet gelang pada pelat bagian bawah agar oli sel tidak dapat
merembes masuk kedalam benda uji.
f) Pasang benda uji didalam silinder sel, dan pasang karet gelang yang cocok
disekeliling bagian dasar sel agar tidak terjadi kebocoran.
g) Hubungkan kabel atau pipa tekanan hidraulik.
h) Pasang dan atur alat ukur untuk deformasi, dan isi sel dengan oli.
V.3.2. Persiapan Koreksi Peralatan
Lakukan koreksi deformasi peralatan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Masukkan silinder baja yang bersifat elastis kedalam peralatan.
b) Amati perbedaan deformasi antara yang terpasang dan pada alat pembeban.
c) Kurangi deformasi total pada setiap pembebanan dengan deformasi alat, untuk
mendapatkan deformasi benda uji.
d) Hitung regangan axial benda uji.
V.3.3. Prosedur Pengujian
1. Pengujian Tekan Triaxial
Lakukan pengujian tekan triaxial pada batu dengan tahapan sebagai berikut :
)a Beri beban kecil kira-kira 110 N pada sel triaxial tekan dengan menggunakan
alat pembebanan untuk mengatur posisi bagian-bagian bantalan peralatan.
)b Catat pembacaan awal pada alat ukur deformasi, apabila deformasi total
dicatat selama pengujian, harus dibuat koreksi deformasi peralatan yang
diuraikan pada subbab IV.3.1. diatas.
)c Tingkatkan tekanan oli lateral perlahan-lahan hingga batas uji yang ditentukan
semula dan secara bersamaan beri beban axial secukupnya untuk menghindari
penyimpangan alat ukur deformasi terhadap hasil pembacaan awal.
)d Apabila batas uji tekanan oli ditentukan semua tercapai, baca dan catat beban
axial pada alat pembeban.
37
)e Gunakan beban ini sebagai beban nol atau sebagai beban awal untuk
pengujian.
)f Beri beban axial secara menerus tidak secara tiba-tiba hingga beban konstan
atau berkurang atau besar regangan yang ditentukan semula tercapai.
)g Beri beban dengan cara menjaga kecepatan regangan tetap konstan pada waktu
pengujian.
)h Jaga tekanan keliling yang ditentukan semula agar tetap konstan pada waktu
pengujian, dan baca serta catat hasil pengukuran deformasi yang diinginkan.
)i Lakukan minimal 3 kali pengujian triaxial tekan untuk mendapatkan tekanan
keliling yang berbeda pada benda uji yang sama.
2. Penyelesaian Pengujian
Lakukan hal-hal yang diperlukan setelah selesai pengujian sebagai berikut :
)a Periksa benda uji apakah tidak terembes oli sel.
)b Periksa membran karet apakah tidak cacat dan tidak bocor setelah pengujian
selesai.
)c Timbang dan uji sifat fisik benda uji setelah pengujian.
V.4. PERHTUNGAN
V.4.1. Rumus Rumus Perhitungan
)a Regangan vertikal
Regangan vertikal () dihitung pada setiap bacaan deformasi dengan
menggunakan persamaan dibawah ini
= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Lo
dengan :
38
39
Gambar
Unit Alat Uji Tekan Triaxial
40
Gambar IV.1.
Contoh Grafik Hasil Uji Tekan Triaxial
41