Anda di halaman 1dari 3

3.8 Memahami klasifikasi 4.

8 Menyajikan klasifikasi batuan


batuan dalam geologi teknik dalam geologi teknik
1.2 Batuan

1.2.1 Umum Kerak dan selubung atas bumi terdiri atas batuan yang bermacam-macam usia dan asal
usulnya. Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga kelompok/jenis batuan
utama,yaitu: a. Batuan beku (igneous), b. Batuan sedimen / batuan endap, dan c. Batuan malihan
(metamorfik). Dari ketiga kelompok batuan tersebut (beku, malihan dan sedimen), bagian terbesar
dari batuan yang terbuka dipermukaan tanah adalah batuan sedimen yang mencapai 75%. Dan dari
bagian tersebut yang menonjol adalah batuan serpih (serpihl empung, batu lanau, batu lumpur dan
batu lempung) yang meliputi 50% lebih dari batuan sedimen terbuka (Foster,1975). Informasi
distribusi jenis batuan di Indonesia dapat diperoleh dari peta geologi yang dikeluarkan oleh
Direktorat Geologi.

1.2.2 Batuan Beku Batuan beku terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, yang sebagian
besar terdiri atas silika (SiO2). Namun tergantung pada komposisi magmanya, batuan beku dapat
berbeda-beda :warnanya, kepadatan, komposisi mineral dan teksturnya. jenis batuan beku di
identifikasi dan diklasifikasi berdasar ciri-ciri tersebut. Perbedaan warna terutama disebabkan oleh
adanya mineral. Batuan yang mengandung banyak mineral warna disebut ultramafik, contoh batuan
peridotit yang membentuk selubung bumi. Batuan biasa yang berwarna gelap disebut mafik, contoh:
batuan basalt dan gabro. Batuan yang berwarna muda disebut felsik,contoh:granit. Perbedaan
tekstur terjadi karena perbedaan laju pendinginan magma. Laju pendingan magma, tergantung pada
letak magma nya yang dapat terjadi:di dapur magma, didalam saluran magma (korok) dan
dipermukaan bumi. Umumnya Modul 7 Geologi dan Geoteknik Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi 21 semakin dalam letak magma, semakin lambat mendinginnya
sehingga kristal mineralnya cukup waktu untuk tumbuh sebelum magma mengeras, dan batuannya
akan bertekstur kasar. Misal granit, pendinginannya paling lambat (batuan beku dalam/plutonik)
bertekstur kasar dan sangat kuat, kemudian andesit yang pendinginannya agak cepat. Batuan yang
membeku dibawah permukaan bumi dengan menjorok kebatuan lain disebut batuan beku intrusi
(batuan retas/korok). Magma yang muncul ke permukaan bumi, proses mendinginnya akan lebih
cepat sehingga kristalnya hanya memiliki sedikit waktu untuk tumbuh. Batuan yang terbentuk
berbutir lembut missal: batu gelas, obsidian, basalt, tufa, batuan vulkanik. Bila magma nya banyak
mengandung unsur gas, hasil pembekuannya adalah batu apung. Batuan yang membeku
dipermukaan bumi disebut batuan beku ekstrusi atau batuan leleran.

1.2.3 Batuan Sedimen (Batuan Endapan) Angin dan hujan akan mengikis / merombak batuan
menjadi partikel remukan, kerikil, pasirdan lumpur. Hasil perombakan kemudian terangkut oleh
aliran air atau angin kemudian diendapkan secara berlapis-lapis ditempat lain seperti dataran
rendah, muara sungai, dasar danau dan dasar samudra. Di samudra, lama kelamaan bobot lapisan
diatas memadatkan lapisan dibawahnya membentuk batuan sedimen yang terkonsolidasi (proses
lithifikasi). Fosil akan memberi informasi mengenai lingkungan pada waktu dan tempat terbentuknya
batuan tersebut. Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi:
aluvium yang diendapkan oleh sungai-sungai; batuan muda yang lunak dan tidak dipengaruhi oleh
gerakan orogen atau gempa; batuan tua yang keras, telah melengkung atau terlipat, bahkan retak
oleh gaya endogen. Menurut bahan asal pembentukannya, secara garis besar batuan sedimen
dikelompokkan menjadi:sedimen klastik dan sedimen non-klastik. Batuan sedimen klastik terbentuk
oleh disintegrasi batuan asal melalui proses pelapukan, yang kemudian terangkut dan diendapkan.
Proses transportasi oleh air dan angin dapat mengubah atau memperkecil pecahannya dalam
berbagai ukuran dan bentuk.

Jenis-jenis batuan ini dilihat dari aspek butirannya yang berbutir kasar: konglomerat, breksi; berbutir
sedang: batu pasir, batu lanau; berbutir halus: serpih dan batu lumpur. Batuan sedimen klastik
memiliki satu golongan khusus, yaitu batuan sedimen pyroklastik yang berasal dari erupsi gunung
berapi yang keluar berbentuk debu halus, kemudian terbentuk endapan berlapis-lapis, misal batuan
sedimen tuff. Batuan sedimen non-klastik dapat berupa: a. Batuan sedimen karbonat; berasal dari
kegiatan binatang dan tumbuhan yang mengalami karbonatisasi. Batuan jenis ini pada kondisi segar
dapat bersifat sangat kuat sampai sangat lemah. Yang tergolong kuat~sangatkuat misal dolomit
(mengandung calsium magnesium carbonat / CaMg(CO3)2) dan marble (mengandung crystalline
calcite / CaCO3), dan yang tergolong lemah~sangat lemah adalah berbagai macam calcarenites yang
loose dan tersementasi lemah.

Pada tabel dibawah disajikan klasifikasi batuan sedimen karbonat menurut Dearman 1981. b.
Batuan sedimen kimiawi; terbentuk dari elemen-elemen hasil pelapukan batuan secara kimiawi
seperti: calcium, sodium, pottasium dan magnesium yang kemudian terlarutkan dan terbawa aliran
air. Bila aliran yang mengandung elemen-elemen tersebut masuk ke kedaerah rendah dan kemudian
terjadi evaporasi yang tinggi, maka akan terbentuk batuan sedimen epavorit seperti anhydrite
(CaSO4), gypsum, halite (NaCl).

1.2.4 Batuan Metamorfik Ketika gerakan lempeng mendorong batuan beku atau batuan sedimen
jauh kedalam bumi, tekanan dan suhu tinggi memampatkan dan meremukkannya menjadi batuan
metamorf. Perubahan dapat terjadi karena suhu yang tinggi, tekanan yang berat atau gabungan
keduanya yang berlangsung berabad-abad. Contoh granit berubah menjadi geneiss (karena tekanan
yang tinggi dan panas), batu lempung berubah menjadi batu hijau (karena tekanan tinggi), batu
lumpur menjadi hornfels (karena sentuhan suhu tinggi), batu kapur menjadi batu marmer, batu
serpih menjadi batu sabak, batu bara lunak menjadi grafit, batu pasir menjadi kuarsa.

Secara garis besar batuan maliha dibedakan menjad dua macam yaitu: foliasi (strukturnya berlapis)
dan masif. Contoh untuk foliasi: gneiss, schist, phyllit, slate / batu sabak, sedang untuk kelompok
masif: marmer, kuarsa, amphibolite.

1.2.5 Klasifikasi Teknik Batuan Langkah awal dalam kegiatan penyelidikan, jenis batuan utama
digolongkan sebagai batuan dasar seperti disajikan pada tabel 1.2. kemudian berdasar hasil uji
lapangan dan laboratorium dilakukan pengklasifikasian lebih rinci berdasar sifatsifat tekniknya agar
dapat dievaluasi mengenai cocok tidaknya batuan sebagai pondasi dan sebagai bahan bangunan
serta agar dapat diperkirakan perilakunya setelah bangunan dikonstruksi. Batuan dasar adalah
merupakan campuran massa batuan dan/ atau pecahanpecahan batuan. Jaringan rekahan membagi
massa batuan menjadi blok-blok prismatik atau pecahan-pecahan yang mempengaruhi respon dan
kinerjanya. Pada umumnya sifat teknik batuan dapat diperkirakan
pertamatamaberdasar:diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah, retakan dan bidang perlemahan.
Blok batuan utuh diantara diskontinuitas biasanya cukup kuat, kecuali untuk jenis batuan lunak dan
porus serta yang mudah lapuk. Secara garis besar sistem klasifikasi batuan menggolongkan batuan
menjadi dua macam yaitu: a. Batuan utuh yang padat dan b. Massa batuan. Alternatif sistem
klasifikasi lain, dibuat berdasarkan aspek-aspek: perilaku atau komposisi dan tekstur. Banyak ahli
yang telah mengusulkan metode klasifikasi teknis untuk massa batuan, namun masih selalu
dibutuhkan penyempurnaanpenyempurnaan agar dapat diterapkan untuk semua kondisi lokasi
bangunan. Diantara beberapa metode klasifikasi yang ada, adalah metode klasifikasi yang
dikembangkan oleh: Tanaka; yang biasa digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi.

a. Klasifikasi batuan menurut Tanaka: Metode Tanaka adalah merupakan metode klasifikasi batuan
fondasi yang tertua yang diterapkan di Jepang.

Pada tabel dibawah disajikan klasifikasi menurut Tanaka yang disusun dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sbb:

1. Kekerasan dinilai berdasar reaksi bunyi sewaktu di palu dengan palu geologi

2. Tingkat pelapukan mineral/batuan 3. Karakteristik kekar b. Klasifikasi batuan menurut Rock Mass
Rating = RMR (Bieniawski), memberi nilai batuan dari yang terjelek = 0 sampai yang terbaik = 100.
Sistem ini disusun berdasar enam parameter umum batuan yaitu: 1. Kekuatan batuan, 2. Kualitas inti
pemboran (berdasar RQD),

3. Kondisi air tanah,

4. Jarak diskontinyuitas atau kekar dan rekah (joint and fracture),

5. Karakteristik diskontinyuitas atu kekar, serta

6. Orientasi kekar (yaitu: very favorable, favorable, fair, unfavorable, veri unvaforable) yang nilai
ratingnya berbeda-beda untuk pekerjaan terowong, fondasi dan tambang. Pada pemetaan geologi
permukaan dan pemboran batuan, sering perlu dicatat nama dan umur satuan batuan untuk
membantu pemilahan perlapisan stratigrafi dan perkiraan profil geoteknik.

Beberapa jenis batuan dapat digunakan untuk menduga beberapa masalah yang mungkin akan
terjadi dalam konstruksi. Misal pada batu gamping sering dijumpai masalah adanya rongga dan
lubang benam; serpentin bersifat licin; serpih bentonit bersifat mengembang dan bermasalah
dengan stabilitas lereng; diabas berbentuk bongkah, dll.

Anda mungkin juga menyukai