4.1. TUJUAN
Tujuan penentuan saturasi air dalam suatu formasi adalah mengetahui
seberapa banyak atau volume fluida tertentu pada suatu formasi. Dengan data
saturasi air, maka dapat diketahui banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi.
Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui batas lapisan formasi yang
mengandung minyak atau water oil contact yang kemudian dapat dijadikan
panduan untuk melakukan perforasi pada formasi-formasi tertentu. Penentuan
saturasi juga digunakan untuk menentukan OOIP (Original Oil In Place) dan
OGIP (Original Gas In Place).
55
56
F = Ro / Rw ....................................................................................... (4.1)
Profil Resistivitas:
a. Uninvaded Formation (Formasi Tidak Terinvasi)
Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk
menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank
Original Oil In Place) dengan menggunakan resistivitas dalam (deep
resistivity). Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 Ohm-m.
b. Invaded Zones (Zona Invasi)
Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow
resistivity). Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu oleh
fluida pemboran. Simbol yang digunakan pada logging di dalam lubang
sumur bisa dilihat di gambar pada halaman selanjutnya:
57
��
� =
��
................................................................................................ (4.2)
58
Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi akan dapat mengalirkan
listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan batuan,
pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih
tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan. Resistivity
pada suatu formasi (Ro) sendiri akan tergantung pada formation water resistivity
(Rw) dan formation resistivity factor (Fr).
��
�� =
��
.............................................................................................. (4.3)
Ketika porositas berkurang, jumlah dari air yang dapat mengalirkan listrik
pun akan berkurang, sehingga akan mengakibatkan meningkatnya formation
resistivity (Ro). Oleh karena itu didapatkan bahwa Fr adalah kebalikan dari
porositas ( ∅ ). Hubungan antara resistivity dan porosity telah diteliti oleh G.E
Archie hingga menemukan bahwa seiring perubahan dalam kompleksitas jaringan
pori mempengaruhi sifat konduktif dari fluida, dan Fr dapat berbeda tergantung
pada tipe reservoir-nya. Perubahan tersebut dinyatakan oleh tortousity factor (a)
dan cementation exponent (m).
�
�� =
∅�
.............................................................................................. (4.4)
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas, maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
��
�' = ................................................................................................ (4.5)
��
b. Hydrocarbon Saturation
Keterangan:
Rwa = Resistivitas formasi (apparent resistivity).
Rt = Resistivitas dalam formasi kandungan air.
F = Faktor formasi.
60
a. Menggunakan Rt/Rxo
��
�� =
���
× ���@�� ................................................................ (4.9)
Dimana:
Rw = Resistivity water.
Rxo = Resistivity water pada zona terinvasi.
Rt = Nilai resistivity.
Rmf@Tf = Resistivitas lumpur pada formasi.
b. Metode SP
���
��� = − � ��� ��
........................................................................ (4.10)
Dimana:
K = 60 + (0,133 x temperatur formasi).
Rxo = Nilai resistivity dangkal dari log.
Ro = Nilai resistivity pada zona 100% air (Ro = Rt ketika
Sw = 100%).
c. Metode Pickett Plot
Metode Pickett Plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true
resistivity) adalah fungsi dari nilai porositas (), saturasi air (Sw), dan faktor
sementasi (m). Metode ini menggunakan cross plot nilai porositas dan nilai
resistivity dalam (ILD atau LLD).
4.2.3. Dasar Penentuan Saturasi Air Archie
Pada percobaan Archie menggunakan batugamping, nilai a (eksponen
tortuosity) dan m (eksponen sementasi) selalu konstan (a=1 dan m=2). Untuk
batupasir akan berbeda pula nilai a dan m-nya. Pada umumnya a dan m yang
digunakan seperti yang tertera pada halaman berikutnya :
61
True resistivity (Rt) adalah perhitungan resistivity pada matrik dan fluida
yang terkandung pada batuan. Rt akan sama dengan wet resistivity (Ro) ketika
porositas dari formasi tersebut dipenuhi oleh air. Namun, ketika sebagian dari pori
dalam formasi terisi oleh minyak atau gas maka Ro dapat dihubungkan dengan
mengkali beberapa faktor tambahan (F’).
shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu akan menyebabkan
dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
4.2.5.3. Dispersed Clay Method
Dispersed clay menggunakan log densitas dan log sonic untuk
mendapatkan data porositas. Peneliti terdahulu menggunakan porositas total,
sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan porositas efektif pada dispersed
clay. Perbedaan ini akan menunjukkan beda derajat kelempungan yang berada
pada suatu shaly sand formation (Dewan, J. T., 1983). Metode ini mengusulkan
bahwa clay atau shale memiliki ukuran halus dan mengalami pertumbuhan pada
batupasir menggantikan rongga pori pada batupasir. Akibat pertumbuhan
lempung atau clay tersebut menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar dan
banyak air yang terserap oleh lempung atau clay tersebut. Dispersed clay
menggantikan porositas yang ada, sehingga nilai maksimum Vdis sama dengan
nilai porositas asli, namun nilai dari volume batupasir bernilai tetap dan tak
terubah (dalam Bateman, R. M., 1985).
Electrical model dari dispersed clay mempertimbangkan bahwa porositas
total terisi dengan resistivitas campuran lempung dengan kandungan fluida seperti
air dan hidrokarbon (dalam Bateman, R. M., 1985). Jika demikian, maka
konduktivitas total formasi merupakan pertambahan dari total porositas yang
didefinisikan oleh Archie (baik lubang pori yang saling berhubungan dan lubang
pori yang terisi oleh lempung atau clay) dan konduktivitas lempung yang
bergantung baik pada saturasi air dan fraksi lempung. Oleh karena itu pada kasus
dispersed clay, persamaan untuk menghitung saturasi air adalah sebagai berikut
(Dewan, J. T., 1983):
0,8 �� � 2 �
2 . �� + 2 −2
Ф�
�� =
1−�
........................................................................... (4.17)
Ф� −Ф�
�=
Ф�
........................................................................................... (4.18)
65
��ℎ
� = 1− 2
atau � = 1 ..................................................................... (4.21)
masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah metode ini hanya dapat
meng-cover zona salinitas rendah. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan
cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang berbeda tentu
akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
67
= 171,93 ℉
2. R chart (ILM) = 6
��
Rmf = ��ℎ��� × ��
75
Rmf = (6 � 171,93
)
= 2,62
3. Rmf cor = 0,75 x Rmf = 0,75 x 2,62 = 1,96
4. ESSP (harga maksimum SP log) = -63,96 mV
��
5. Rm @ Tf = Rm @ Ts x ��
75
= 1,5 × 171,93
= 0,654 Ω
6. Kc= 61 + ( 0,1333 x Tf )
= 61 + ( 0,1333 x 171,93)
68
= 83,92
����
7. Rweq = ����
10 ��
1,96
= −63,96
10 83,92
= 0,34
8. Dari grafik SP-2 diperoleh Rw = 0,64 Ω
4.3.2.2. Penentuan Sw
1. Menentukan Ri = R (ILD) = 2,6
2. Rt = Ri (ILD) x Faktor Koreksi
= 2,6 x 1,066
= 2,772 Ω
3. Rclay = ILD pada kedalaman GRmax = 1,3
1
4. �� = �����
1−
����� 2 ∅∗�
��[ + ]
����� ����
1
�� = 0,65
1−
0,65 2 0,15
2,772[ + ]
1,3 1�0,64
Sw = 0,714
*Menggunakan nilai a = 1, m = n = 2, dan porositas = 0,15.
Tabel IV-1
Tabulasi Perhitungan Log Radioaktif
No MD (ft) GRmax GRmin GRread Vclay Rw Sw
1 4360 100 15 65 0,59 0,174 0,982
2 4370 100 15 67,5 0,62 0,198 0,979
3 4380 100 15 65 0.59 0,286 0,895
4 4390 100 15 57,5 0,50 0,322 0,894
5 4400 100 15 70 0,65 0,64 0,714
6 4410 100 15 55 0,47 0,395 0,854
7 4420 100 15 63,75 0,57 0,361 0,695
8 4430 100 15 73,75 0,69 0,347 0,900
69
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum pada minggu kedua berlangsung dua acara. Acara yang kedua
berjudul “Penentuan Saturasi Air”. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan harga saturasi air formasi. Saturasi merupakan ruang pori-pori batuan
reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri dari air, minyak, dan gas.
Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka perlu diketahui saturasi
masing-masing fluida tersebut. Saturasi air dapat didefinisikan sebagai
perbandingan volume pori batuan yang diisi air dengan volume pori total. Pada
praktikum ini menggunakan metode tidak langsung yaitu dengan
menginterpretasikan data menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log.
Penentuan tingkat saturasi air bertujuan mengetahui seberapa besar
volume fluida dalam reservoir. Dengan data saturasi air, maka dapat diketahui
banyaknya suatu fluida dalam suatu formasi. Selain itu, data Sw dapat digunakan
untuk mengetahui batas kontak antara minyak dan air (WOC) sehingga dapat
menjadi panduan untuk perforasi. Parameter yang diukur dalam percobaan ini
adalah resistivitas total, resistivitas air, dan resistivitas clay yang didapatkan dari
interpretasi resistivity log, SP log, dan parameter lainnya pada GR log.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini untuk mendapatkan harga
saturasi air yaitu dengan menggunakan metode Indonesia Water Saturation.
Metode ini digunakan karena di Indonesia lapangan-lapangannya mempunyai
harga saturasi yang mendekati dengan metode ini, maka dari itu digunakan
metode Indonesia Water Saturation. Metode ini memiliki kelebihan diantaranya
adalah metode ini dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air pada batupasir
yang memiliki kandungan dispersed shale. Selain itu, metode ini juga dapat
dengan baik menentukan saturasi air pada batupasir yang memiliki porositas
menengah hingga tinggi. Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki
kekurangan diantaranya adalah pada metode ini cara persebaran shale dan jenis
shale yang belum diperhatikan secara maksimal sehingga dapat mengurangi nilai
keakuratan perhitungan saturasi air.
Langkah yang pertama dilakukan adalah menentukan temperatur formasi
kemudian menentukan Rchart dengan kurva ILM sehingga didapatkan Rmf dan
71
4.5. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapatkan hasil;
- Tf = 171,93 ℉
- Rchart (ILM) =6Ω
- Rmf = 2,62 Ω
- Rmfc = 1,96 Ω
- ESSP = -63,96 mV
- Rm@Tf = 0,654 Ω
- Kc = 83,92
- Rweq = 0,34 Ω
- Rw = 0,64 Ω
2. Perhitungan Sw diperoleh :
- R (ILD) = 2,6
- Faktor koreksi = 1,066
- Rt = 2,772
- Sw = 0,714
3. Dengan nilai Sw 0,714 mengindikasikan bahwa pori-pori batuan yang
ada pada kedalaman 4400 ft dominan dijenuhi oleh air.
4. Prinsip log resistivitas adalah mengukur tahanan listrik dari formasi yaitu
berupa batuan dan fluida yang terisi didalamnya, sehingga dapat
berfungsi mengetahui litologi dan jenis fluida.
5. Dalam penentuan saturasi digunakan metode Indonesia karena hasil dari
persamaannya akan mendekati kondisi dan karakteristik sesungguhnya
dengan reservoir di wilayah lapangan Indonesia.
6. Aplikasi lapangan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah untuk
menentukan harga Sw pada suatu lapisan formasi sehingga dapat
digunakan dalam menentukan besarnya OOIP dan OGIP, serta akan
berpengaruh terhadap pemodelan dinamis suatu reservoir.