Anda di halaman 1dari 7

1.

Identifikasi berasal dari kata Identify yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi


adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan,
mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. 
2. Alasan memilih tempat di tabanio: karena merupakan desa yang berada di daerah
pesisir serta belum ada penelitian serupa di desa tersebut dan letaknya juga tidak terlalu
jauh dari banjarbaru.
3. Lapisan tanah/batuan (material penyusun bawah permukaan):
Contohnya: lempung(clay), pasir (sand), lanau (silt), kerikil (gravel) dan lumpur (mud).
4. formasi geologi adalah satuan litostratigrafi yang terdiri dari lapisan batuan yang
memiliki kesamaan karakteristik, seperti jenis batu, fasies, atau sifat lainnya.
1. Formasi Batuampar (Tomb).
Batuan sedimen Formasi Batuampar (Tomb) misalnya breksi gunungapi, batupasir tufan,
konglomerat, batulempung, lava dan batugamping. Batuan jenis ini umumnya telah mengalami
ubahan yang menyebabkan batuan ini berwarna kelabu kehijauan. Ubahan ini menghasilkan
mineral-mineral klorit, epidot, serisit, kalsit dan mineral opak.

2. Formasi Wuni (Tmw)Batuan sedimen formasi wuni (Tmw) terdiri atas breksi gunungapi,
konglomerat, batupasir tufan, tuf, napal dan batugamping tufan. Secara Stratigrafi Formasi Wuni
menjemari dengan Formasi Batuampar dan menindih selaras Formasi Jaten, sehingga umurnya
ditafsirkan Miosen Tengah bagian tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.

3. Formasi Puning (Tmp)Batuan sedimen Formasi Punung (Tmp) terdiri dari batugamping
terumbu, batugamping tufan, dan napal. Formasi Punung menjemari dengan Formasi
Batuampar bagian atas dan menindih selaras Formasi Wuni.

5. Hasil interpretasi dan analisa data:


a. Lapisan tanah/batuan berdasarkan nilai resistivitasnya
b. Lapisan tanah/batuan yang terindikasi terintrusi air laut berdasarkan nilai resistivitasnya:
Kedalaman terjadinya intrusi air laut dan jaraknya dari bibir pantai.
6. Tujuan dilakukannya pengambilan sampel air sumur adalah untuk mendukung hasil
interpretasi data dari pengukuran geolistrik.
7. Manfaat: diserahkan kepada dinas yang bersangkutan dengan lingkungan hidup dan
kesehatan.
8. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya: penelitian ini dilakukan disertai dengan
analisa kadar Na dan Cl dari air sumur daerah penelitian.
9. Keunggulan penelitian ini dari sebelumnya adalah penelitian ini disertai dengan uji
kadar Na dan Cl dari air sumur warga untuk mendukung hasil interpretasi data dari
pengukuran geolistrik.
10. Alas an menggunakan wenner: karena konfigurasi ini sangat baik untuk memetakan
variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal. Oleh karena itu, pada
metode ini digunakan jarak spasi elektroda yang tetap untuk semua titik sounding (titik
amat) di permukaan bumi.
11. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada
elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN relatif
dekat dengan elektroda AB. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil
perhitungan.
12. Alasan menggunakan metode 2d: karena metode resistivitas 2-D memudahkan untuk
mengukur perubahan variasi resistivitas secara horizontal maupun vertikal. Sehingga
didapat litologi bawah permukaan dengan penampang 2d, didapat variasi nilai
resistivitas berdasar kedalaman dan jarak bentangan.
Pada 1D model, konfigurasi yang dipakai umumnya adalah schlumberger. Pada
pemodelan 1D ini diasumsikan bumi terdiri dari lapisan-lapisan batuan dari n1 sampai
n tak hingga, dimana masing-masing lapisan mempunyai nilai r (tahanan jensi) yang
seragam.
Pada inversi Resistivity 3D asumsi lebih baik karena model dibangun berdasarkan
bentuk 3D (gambar 2).

13. Penyebab terjadinya intrusi air laut:


-eksploitasi air tanah secara berlebihan, pemanasan global, pemangkasan mangrove.
-penurunan muka air tanah terhadap tinggi muka air laut rata-rata.
-terjadinya intrusi.
14. Proses intrusi:
- Massa jenis air laut adalah sebesar 1.025 g/cm3 sedikit lebih besar daripada massa jenis
air tanah yaitu 1.000 g/cm3, sehingga air laut akan mendesak air tanah lebih ke hulu.
- Tetapi karena tinggi tekanan piezometric (tekanan yang ada dalam sebuah akuifer) air
tanah lebih besar daripada air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran yang
terjadi adalah dari darat ke laut.
- Keadaan tersebut menghasilkan keseimbangan antara air laut dan air tanah.
- Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan tersebut terganggu.
15. Harga resistivitas untuk intrusi air laut, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Nisa (2012) adalah kisaran 0,02-6,4 ohmm yang merupakan batuan dasar yang
tersusun atas lempung, pada lapisan tersebut telah mengandung air asin.
16. Intrusi air laut akan mudah menyusup ke dalam lapisan bawah permukaan pada
dataran dengan kondisi tanah berpasir. Sedangkan hal yang dapat mengurangi
terjadinya intrusi air laut di daerah pesisir adalah dengan cara penanaman hutan
mangrove, akasia, dll, tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan dan membuat
bendungan atau penyimpanan air bersih.
17. Intrusi air laut merupakan fenomena yang sering terjadi pada akuifer daerah pesisir.
Secara umum fenomena ini dapat terjadi karena muka air tanah lebih rendah daripada
permukaan air laut rata-rata, sehingga air laut mendesak air tanah ke arah darat.
Namun, jika muka air tanah masih lebih tinggi daripada muka air laut rata-rata, maka air
tanah akan mendesak ke arah laut. Kondisi normal sebelum terintrusi air laut dan
kondisi setelah terintrusi air laut ditunjukkan pada Gambar 3.

Dalam keadaan statis, air tawar akan mengapung di atas air asin di daerah pantai karena
massa jenis air asin lebih besar daripada massa jenis air tawar
18. Alasan 3 lintasan: karena dengan 3 lintasan sudah dirasa cukup untuk mewakili kegiatan
identifikasi intrusi air laut di desa tabanio.
19. jarak bentangan 0 m dari bibir pantai belum diukur.
20. 200 meter: karena kondisi dilapangan hanya memungkinkan untuk panjang lintasan
200m atau kurang.
A=4 meter: karena merupakan jarak spasi yang ideal untuk identifikasi intrusi air laut,
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Atmiati (2011), a= 5 meter. 100 meter.
Astutik (2016), a= 5 meter. 200 meter.
Ambarsari (2013), a= 5 meter. 80 meter.
Muna (2017), a= 10 meter. 160 meter.
N= 6: yang merupakan (faktor pemisah elektroda), karena dengan n*a=24 meter
didapat target kedalaman kurang lebih 12 meter.
21. Target kedalaman: kurang lebih 12 meter. Penelitian sebelumnya mulai dari kisaran 6,5
m (maksimal 22,6 m), yaitu penelitian atmiati (2011).

22. a. Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Metode ini sangat tepat untuk
analisis Zat pada konsentrasi rendah. Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini
adalah, proses penguraian molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau
listrik.
Keuntungan metoda AAS adalah:
•  Spesifik
•  Batas (limit) deteksi rendah
•  Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
• Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum
pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
• Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
• Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Kelemahan Metode AAS
Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada pengukuran
menggunakan SSA dapat diprediksikan sebagai berikut :
Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
–    Proses destruksi yang kurang sempurna
–    Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan   matriks standar
Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada  jalannya
aliran sampel.
Gangguan kimia berupa :
–    Disosiasi tidak sempurna
–    Ionisasi
–    Terbentuknya senyawa refraktori

c. - Titrimetri, dikenal juga sebagai titrasi,[1] adalah metode analisis


kimia kuantitatif yang umum digunakan untuk menentukan konsentrasi dari
suatu analit yang telah diketahui. Oleh karena pengukuran volume memainkan
peran kunci dalam titrasi, metode ini dikenal juga dengan analisis volumetri.
Pereaksi, disebut juga sebagai titer atau titrator[2] adalah larutan standar yang
telah dipersiapkan. Titer dengan konsentrasi dan volume yang telah diketahui
bereaksi dengan larutan analit atau titran[3] untuk menentukan konsentrasinya.
Volume titer yang bereaksi disebut volume titrasi.
Titrasi dimulai dengan gelas piala (beaker) atau labu Erlenmeyer yang berisi
analit dengan volume yang sangat tepat dan sejumlah
kecil indikator (misalnya: fenolftalein) yang diletakkan di bawah buret atau pipet
semprit kimia yang berisi titer dan telah dikalibrasi. Sejumlah kecil titer kemudian
ditambahkan ke dalam analit dan indikator hingga indikator berubah warna
karena bereaksi dengan kelebihan titer, menunjukkan titrasi telah mencapai titik
akhir. Bergantung pada titik akhir yang diinginkan, setetes titer atau kurang dapat
membuat perbedaan permanen atau temporer dari indikator. Ketika titik akhir
reaksi dicapai, volume reaktan yang dikonsumsi diukur dan digunakan untuk
menghitung konsentrasi analit dengan persamaan:
d. di mana Ca adalah konsentrasi analit, biasanya dalam molaritas; Ct adalah
konsentrasi titer, biasanya dalam molaritas; Vt adalah volume titer yang
digunakan, biasanya dalam liter; M adalah rasio mol analit dan pereaksi
dari persamaan kesetimbangan kimia; dan Va adalah volume analit yang
digunakan, biasanya dalam liter.[6]

2.2 Asas Umum

Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia
seperti: aA + tT  Produk

a= molekul analit A

t= molekul reagensia T

T= titran
Reagensia T yang disebut titran ditambahkan sedikit demi sedikit dari dalam
buret yang konsentrasinya diketahui atau biasanya dikenal sebagai larutan baku
primer. Larutan kedua yang berada di dalam gelas kimia disebut larutan standar
sekunder, dimana konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut
standardisasi. Titik ekuivalensi suatu proses titrasi tercapai ketika penambahan titran
diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia setara dengan A. Suatu indikator
digunakan untuk mengidentifikasi kapan penambahan titran harus dihentikan.
Indikator akan menunjukkan perubahan warna pada rentang pH tertentu setelah titik
ekuivalensi tercapai. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut
titik akhir titrasi.Dengan memilih indikator yang tepat untuk menghimpitkan kedua
titik itu (mengkoreksi selisih antara keduanya) merupakan salah satu aspek yang
penting dari analisis titrimetri.

2.4 Persyaratan Analisis Titrimetrik


Suatu reaksi kimia, dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi jika memenuhi
semua persyaratan berikut:
1. Suatu reaksi tidak boleh menghasilkan reaksi samping.
2. Tetapan kesetimbangan haruslah sangat besar.
3. Harus dapat digunakan beberapa indikator dan metode untuk menetapkan kapan titik
ekuivalensi tercapai dan kapan penambahan titran dihentikan.
4. Reaksi haruslah berjalan cepat, sehingga titrasi tidak memakan waktu yang lama.
Contoh reaksi yang memenuhi keempat persyaratan tersebut dan cocok untuk titrasi
adalah sebagai berikut,
H3O+ + OH-→2H2O K= 1x1014
Reaksi penetapan konsentrasi larutam asam klorida oleh titrasi dengan natrium
hidroksida standart. Reaksi tersebut hanya ada satu reaksi dan tak terukur cepatnya
yang berlangsung lengkap dengan tetapan kesetimbangan sebesar 1x10 14 pada 25 ͦ
C. pada titik akuivalensi pH larutan berubah sebanyak beberapa satuan untuk
beberapa tetes titran, dan tersedia sejumlah indicator yang menanggapi perubahan
pH ini dengan perubahan warna.
Reaksi lain tidak cukup lengkap untuk memenuhi persyaratan dua. Misalnya,
HBO2 + OH-↔ BO2- + H2O K= 6x104
- Titrimetri merupakan metode analisis yang cepat dan akurat serta merupakan
metodeyang paling sering digunakan dalam menganalisis vitamin C. Akan tetapi,
titrimetri memilikikelemahan yaitu harus ada indikator dan reaksi harus berlangsung
secara stoikiometri (Fritzet al 1979).
- Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk
membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia
(persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen)
dan metriā (ukuran).
23. Satuan mol= g/mr (mol)
Satuan molaritas= mol/liter (molar)
Satuan molalitas= mol/kg (molal)

Akan tetapi, titrimetri


memiliki
kelemahan yaitu harus ada
indikator dan reaksi harus
berlangsung secara
stoikiometri (Fritz et
al 1979).
24. Proses analisa kadar Na dan Cl: dilakukan oleh analis dari lab baristan, dan mahasiswa
diperbolehkan melihat proses analisanya.
25.

Anda mungkin juga menyukai