Anda di halaman 1dari 10

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH BERDASARKAN NILAI

RESISTIVITAS METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-


SCHLUMBERGER UNTUK PENENTUAN TITIK SUMUR PANTAU
TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH DAERAH TEDONGSILAGA

Gerardo Richard Valentino Waworuntu


115.120.068
Jurusan Teknik Geofisika Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
annankarua@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan Tempat Pembuangan Limbah (TPL) memiliki prosedur dan kriteria yang
harus dipenuhi agar dapat mengimbangi permasalahan limbah yang muncul, salah satunya
dengan pembuatan sumur pantau kualitas air tanah di sekitar daerah tempat pembuangan
limbah. Langkah tersebut dapat diawali dengan melakukan kajian hidrogeologi untuk
melihat sistem akuifer air tanah di suatu tempat pembuangan limbah. Metode geolistrik
dapat diaplikasikan untuk mengetahui informasi serta gambaran tentang kondisi akuifer air
tanah bawah permukaan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam desain
pembuatan sumur pantau.
Metode geolistrik yang digunakan adalah geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner
Schlumberger. Lokasi penelitian dibagi menjadi dua lapangan, yaitu lapangan A dengan
jumlah 6 lintasan dan lapangan B dengan jumlah 6 lintasan, dengan masing-masing panjang
lintasan 500 meter. Pengolahan data geolistrik menggunakan software Microsoft Excel
untuk menghitung nilai resistivitas semu, Res2dinv untuk pemodelan resistivitas 2D,
Rockworks 15 untuk pemodelan resistivitas 3D dan pemodelan akuifer air tanah 3D.
Akuifer Lapangan A merupakan akuifer bebas dan akuifer tertekan dengan nilai
resistivitas 6,64-21,6 ohm.m sebagai batulempung, nilai resistivitas 12,7-350 ohm.m
sebagai batupasir yang tidak jenuh air dan nilai resistivitas 5,69-72,2 ohm.m sebagai
batupasir yang jenuh air dengan arah aliran air tanah relatif mengarah ke timur dan selatan.
Akuifer Lapangan B merupakan akuifer bebas dengan nilai resistivitas 12,8-350 ohm.m
sebagai batupasir yang tidak jenuh air dan nilai resistivitas 3,25-53,7 ohm.m sebagai
batupasir yang jenuh air dengan arah aliran air tanah relatif mengarah ke utara dan timur.
Rekomendasi yang diberikan adalah 4 titik sumur pantau beserta kedalamannya pada
masing-masing lapangan.

Kata kunci: Air tanah, akuifer, geolistrik, resistivitas, Wenner-Schlumberger.

1. PENDAHULUAN tentang kondisi akuifer air tanah bawah


Kajian sistem akuifer memiliki permukaan yang dapat dijadikan sebagai
peranan penting dalam pengelolaan bahan pertimbangan dalam desain
Tempat Pembuangan Limbah (TPL) oleh pembuatan sumur pantau.
karena keberadaan TPL berpotensi Maksud dari penelitian ini adalah
menyebabkan pencemaran lingkungan, untuk mengaplikasikan metode geolistrik
khususnya air tanah. Salah satu kontrol resistivitas konfigurasi Wenner-
pencemaran air tanah dalam rangka Schlumberger di bidang hidrogeologi
pengelolaan TPL dapat dilakukan dengan untuk keperluan lingkungan.
pemantauan kualitas air tanah Penelitian ini bertujuan untuk:
menggunakan sumur pantau. Metode 1. Melakukan pemodelan 2D dan 3D
geolistrik dapat diaplikasikan untuk akuifer air tanah berdasarkan nilai
mengetahui informasi serta gambaran resistivitas.

1
2. Menginterpretasikan hasil pemodelan yang baik sehingga mampu
akuifer air tanah beserta arah aliran air menyimpan dan meloloskan air tanah
tanah berdasarkan nilai resistivitas, dalam jumlah cukup besar dan cukup
geologi dan hidrogeologi daerah suplesi. Contohnya adalah batupasir
penelitian. dan batugamping.
3. Memberikan rekomendasi titik sumur 2. Akuitar (aquitard), yaitu suatu tubuh
pantau berdasarkan kajian geolistrik batuan atau regolith dengan harga
resistivitas, geologi dan hidrogeologi. permeabilitas kecil tetapi masih
mengandung air tanah dalam jumlah
2. TINJAUAN PUSTAKA yang cukup dan dapat berperan
2.1. Geologi Lokal sebagai media transmisi air yang
Daerah penelitian termasuk ke dalam berasal dari satu akuifer lainnya.
Formasi Balikpapan (Tmbp). Formasi ini Contohnya adalah batulanau dan
terdiri dari batupasir kuarsa, batulempung pasiran.
batulempung dengan sisipan serpih, 3. Akuiklud (aquiclude), yaitu suatu
batugamping, batulanau, dan batubara tubuh batuan atau regolith yang
(Supriatna dkk., 1995). Satuan batuan termasuk kategori kedap air
daerah penelitian adalah satuan batupasir (impermeable), tetapi masih mampu
Balikpapan terdiri atas litologi berupa menyimpan air dalam jumlah yang
perselingan batupasir kuarsa dengan tidak banyak dan tidak mampu untuk
batulempung dengan pola menghalus ke meloloskannya. Contohnya adalah
atas, batupasir kuarsa sangat dominan batulempung.
pada satuan ini, pada beberapa tempat 4. Akuifug (aquifug), yaitu suatu tubuh
terdapat oksida besi dan batubara (Tim batuan atau regolith yang sama sekali
Hidrogeologi UPN Veteran kedap air serta tidak dapat
Yogyakarta, 2016). Secara umum, mengandung air dan mempunyai
kedudukan lapisan batuan pada lapangan harga permeabilitas nol. Contohnya
A memiliki strike berarah timur laut- adalah granit yang kompak dan keras.
barat daya (NE-SW) dengan dip yang Aliran air tanah dapat dibedakan
relatif mengarah ke tenggara dan selatan dalam aliran akuifer bebas (unconfined
daerah penelitian, sedangkan kedudukan aquifer) atau akuifer tertekan (confined
lapisan batuan pada lapangan B aquifer) (Kodoatie dan Sjarief, 2005).
umumnya memiliki strike berarah timur 1. Akuifer tertekan (confined aquifer),
laut-barat daya (NE-SW) dengan dip merupakan lapisan rembesan air yang
yang relatif mengarah ke timur dan mengandung kandungan air tanah
tenggara daerah penelitian (Tim yang bertekanan lebih besar dari
Hidrogeologi UPN Veteran tekanan udara bebas atau tekanan
Yogyakarta, 2016). atmosfer, karena bagian bawah dan
atas dari akuifer ini tersusun dari
2.2. Air Tanah lapisan kedap air (biasanya tanah liat).
Air tanah adalah air yang tersimpan 2. Akuifer bebas (unconfined aquifer),
pada lajur jenuh yang kemudian bergerak merupakan lapisan rembesan air yang
sebagai aliran air tanah melalui batuan mempunyai lapisan dasar kedap air,
dan lapisan-lapisan tanah yang ada di tetapi bagian atas muka air tanah
bumi sampai air tersebut keluar sebagai lapisan ini tidak kedap air, sehingga
mata air, atau terkumpul masuk ke kandungan air tanah yang bertekanan
kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter, sama dengan tekanan udara bebas
1994). Beberapa istilah perilaku batuan atau tekanan atmosfer.
terhadap air tanah (Fetter, 1994) yaitu:
1. Akuifer (aquifer), yaitu suatu tubuh 3. DASAR TEORI
batuan atau regolith yang berfungsi Metode geolistrik merupakan salah
sebagai reservoir dan mempunyai satu metode geofisika yang mempelajari
harga porositas serta permeabilitas sifat aliran listrik di dalam bumi dengan

2
cara pendeteksian di permukaan bumi, 4. METODE PENELITIAN
baik secara alami maupun akibat injeksi Data yang digunakan dalam
arus ke dalam bumi. Metode geolistrik penelitian ini adalah data primer hasil
resistivitas merupakan salah satu dari akuisisi yang dilakukan oleh Tim
metode geolistrik yang mempelajari sifat Hidrogeologi UPN Veteran
resistivitas dari lapisan batuan di dalam Yogyakarta (unpublished). Penelitian ini
bumi. Pada metode ini arus listrik dilakukan di daerah Tedongsilaga,
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
buah elektroda arus dan dilakukan Kalimantan timur menggunakan metode
pengukuran beda potensial melalui dua geolistrik konfigurasi Wenner-
buah elektroda potensial, hasilnya berupa Schlumberger. Lokasi penelitian dibagi
beda potensial yang terukur pada menjadi dua lapangan, yaitu lapangan A
elektroda di permukaan. Prinsip dasar dengan jumlah 6 lintasan geolistrik dan
metode geolistrik tahanan jenis adalah lapangan B dengan jumlah 6 lintasan
Hukum Ohm. geolistrik. Masing-masing lintasan
memiliki panjang 500 meter yang
= (1)
memiliki spasi elektroda potensial 10
dengan, meter dengan faktor pengali kedalaman
: Resistensi (Ohm) () 5.
: Potensial listrik (Volt)
: Arus listrik (Ampere)

Konfigurasi elektroda yang


digunakan dalam pengukuran kali ini
adalah konfigurasi Wenner-
Schlumberger. Susunan elektroda jika
elektroda arus dan elektroda potensial
dipisahkan oleh jarak , dimana
adalah spasi atau jarak masing-masing Gambar 4.1. Desain survei lokasi penelitian
kaki elektroda tersebut adalah sebagai lapangan A.
berikut:

Gambar 3.1. Konfigurasi Wenner-


Schlumberger (Bahri, 2005).

Faktor geometri konfigurasi Wenner- Gambar 4.2. Desain survei lokasi penelitian
Schlumberger adalah sebagai berikut: lapangan B.
= ( + 1) (2)
sehingga untuk konfigurasi ini diperoleh Tabel 4.1 adalah tabel yang
hubungan antara resistivitas, beda menunjukkan rentang nilai resistivitas
potensial dan arus adalah sebagai berikut: beberapa material yang ada di bumi.
Tabel tersebut menjadi referensi untuk
= ( + 1) (3)
melihat perbandingan respon nilai
dengan, resistivitas antar material.
: Resistivitas (Ohm.m)
: Beda potensial (Volt)
: Arus listrik (Ampere)
: Jarak antar elektroda (m)

3
Tabel 4.1. Tabel nilai resistivitas material 5.3.1.2. Lintasan 2
bumi (Telford, et.al., 1990). Keterdapatan zona jenuh air yaitu
Material Resistivitas pada kisaran 8,48 sampai 42,8 ohm.m
(ohm.m) dengan kisaran elevasi 0 sampai 25 mdpl
Batupasir 200 - 8.000 atau pada kedalaman 1,25 m hingga 20
Batulempung 20 - 2.000 m. Nilai resistivitas yang relatif lebih
Pasir 1 - 1.000 tinggi dengan kisaran >42,8 ohm.m
Lempung 1 - 100 diinterpretasikan sebagai respon dari
Air tanah 0,5- 300 batupasir yang tidak jenuh air. Lintasan 2
Air asin 0,2 menunjukkan jenis akuifer tertekan
Aluvium 10 - 800 (confined aquifer) apabila ditinjau dari
kedudukan batupasir sebagai akuifer
5. HASIL DAN PEMBAHASAN yang berada di bawah batulempung
5.3. Hasil Pengukuran sebagai lapisan kedap air (akuiklud).`
5.3.1. Lapangan A
5.3.1.1. Lintasan 1
Nilai resistivitas yang rendah dengan
kisaran <13,8 ohm.m diinterpretasikan
sebagai respon dari batulempung,
sedangkan nilai resistivitas yang relatif
lebih tinggi dengan kisaran >13,8 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari
batupasir. Keterdapatan zona jenuh air
berada pada lapisan batupasir sehingga
batupasir yang jenuh air diinterpretasikan Gambar 5.2. Penampang resistivitas 2D
memiliki respon nilai resistivitas yang lintasan 2 lapangan A.
relatif rendah, yaitu pada kisaran 13,8
sampai 60,1 ohm.m dengan kisaran 5.3.1.3. Lintasan 3
elevasi 5 sampai 25 mdpl atau pada Keterdapatan zona jenuh air yaitu
kedalaman 1,25 m hingga 20 m. pada kisaran 11,2 sampai 33,2 ohm.m
Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas dengan kisaran elevasi -5 sampai 17,5
pada penampang 2D lintasan 1 (Gambar mdpl atau pada kedalaman 1,25 m hingga
5.1), terlihat pola arah aliran air tanah 20 m. Nilai resistivitas yang relatif lebih
secara relatif dapat mengarah ke barat tinggi dengan kisaran >33,2 ohm.m
dan timur. Lintasan 1 menunjukkan jenis diinterpretasikan sebagai respon dari
akuifer tertekan (confined aquifer) batupasir yang tidak jenuh air.
apabila ditinjau dari kedudukan batupasir Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas
sebagai akuifer yang berada di bawah pada penampang 2D lintasan 3 (Gambar
batulempung sebagai lapisan kedap air 5.3), terlihat pola arah aliran air tanah
(akuiklud).` secara relatif dapat mengarah ke timur
sehingga jika dikaitkan dengan geologi
daerah penelitian, arah aliran air tanah
diperkirakan mengarah ke timur.
Lintasan 3 menunjukkan jenis akuifer
bebas (unconfined aquifer) apabila
ditinjau dari kedudukan batupasir
sebagai akuifer yang berada di dekat
permukaan tanpa lapisan kedap air di
atasnya.

Gambar 5.1. Penampang resistivitas 2D


lintasan 1 lapangan A.

4
5.3.1.5. Lintasan 5
Keterdapatan zona jenuh air yaitu
pada kisaran 5,69 sampai 24,7 ohm.m
dengan kisaran elevasi -5 sampai 30 mdpl
atau pada kedalaman 1,25 m hingga 20
m. Nilai resistivitas yang relatif lebih
tinggi dengan kisaran >24,7 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari
batupasir yang tidak jenuh air.
Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas
Gambar 5.3. Penampang resistivitas 2D pada penampang 2D lintasan 5 (Gambar
lintasan 3 lapangan A.
5.5), terlihat pola arah aliran air tanah
secara relatif dapat mengarah ke timur
5.3.1.4. Lintasan 4
sehingga jika dikaitkan dengan geologi
Nilai resistivitas yang rendah dengan
daerah penelitian, arah aliran air tanah
kisaran <18,4 ohm.m diinterpretasikan
diperkirakan mengarah ke timur.
sebagai respon dari batulempung,
Lintasan 5 menunjukkan jenis akuifer
sedangkan nilai resistivitas yang relatif
bebas (unconfined aquifer) apabila
lebih tinggi dengan kisaran >18,4 ohm.m
ditinjau dari kedudukan batupasir
Keterdapatan zona jenuh air berada pada
sebagai akuifer yang berada di dekat
lapisan batupasir sehingga batupasir
permukaan tanpa lapisan kedap air di
yang jenuh air diinterpretasikan memiliki
atasnya.
respon nilai resistivitas yang relatif
rendah, yaitu pada kisaran 18,4 sampai
63,6 ohm.m dengan kisaran elevasi 0
sampai 20 mdpl atau pada kedalaman 5
m hingga 20 m. Berdasarkan penyebaran
nilai resistivitas pada penampang 2D
lintasan 4 (Gambar 5.4), terlihat pola
arah aliran air tanah secara relatif dapat
mengarah ke timur sehingga jika
dikaitkan dengan geologi daerah
penelitian, arah aliran air tanah
diperkirakan mengarah ke timur.
Lintasan 4 menunjukkan jenis akuifer Gambar 5.5. Penampang resistivitas 2D
tertekan (confined aquifer) apabila lintasan 5 lapangan A.
ditinjau dari kedudukan batupasir
sebagai akuifer yang berada di bawah 5.3.1.6. Lintasan 6
batulempung sebagai lapisan kedap air Nilai resistivitas yang rendah dengan
(akuiklud). kisaran <21,6 ohm.m diinterpretasikan
sebagai respon dari batulempung,
sedangkan nilai resistivitas yang relatif
lebih tinggi dengan kisaran >21,6 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari
batupasir. Keterdapatan zona jenuh air
berada pada lapisan batupasir sehingga
batupasir yang jenuh air diinterpretasikan
memiliki respon nilai resistivitas yang
relatif rendah, yaitu pada kisaran 21,6
sampai 72,2 ohm.m dengan kisaran
elevasi 0 sampai 20 mdpl atau pada
Gambar 5.4. Penampang resistivitas 2D kedalaman 1,25 m hingga 20 m.
lintasan 4 lapangan A.
Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas

5
pada penampang 2D lintasan 6 (Gambar 5.3.2.2. Lintasan 2
5.6), terlihat pola arah aliran air tanah Keterdapatan zona jenuh air yaitu
secara relatif dapat mengarah ke selatan pada kisaran 3,36 sampai 12,8 ohm.m
sehingga jika dikaitkan dengan geologi dengan kisaran elevasi -17,5 sampai 2
daerah penelitian, arah aliran air tanah mdpl atau pada kedalaman 2 m hingga 20
diperkirakan mengarah ke selatan. m. Nilai resistivitas yang relatif lebih
Lintasan 6 menunjukkan jenis akuifer tinggi dengan kisaran >12,8 ohm.m
tertekan (confined aquifer) apabila diinterpretasikan sebagai respon dari
ditinjau dari kedudukan batupasir batupasir yang tidak jenuh air. Lintasan 2
sebagai akuifer yang berada di bawah menunjukkan jenis akuifer bebas
batulempung sebagai lapisan kedap air (unconfined aquifer) apabila ditinjau dari
(akuiklud). kedudukan batupasir sebagai akuifer
yang berada di dekat permukaan tanpa
lapisan kedap air di atasnya.

Gambar 5.6. Penampang resistivitas 2D


lintasan 6 lapangan A.
Gambar 5.8. Penampang resistivitas 2D
5.3.2. Lapangan B lintasan 2 lapangan B.
5.3.2.1. Lintasan 1
Keterdapatan zona jenuh air yaitu 5.3.2.3. Lintasan 3
pada kisaran 4,78 sampai 15,3 ohm.m Keterdapatan zona jenuh air yaitu
dengan kisaran elevasi -17 sampai 2 mdpl pada kisaran 3,25 sampai 12,9 ohm.m
atau pada kedalaman 2 m hingga 20 m. dengan kisaran elevasi -17,5 sampai 2
Nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi mdpl atau pada kedalaman 2 m hingga 20
dengan kisaran >15,3 ohm.m m. Nilai resistivitas yang relatif lebih
diinterpretasikan sebagai respon dari tinggi dengan kisaran >12,9 ohm.m
batupasir yang tidak jenuh air. Lintasan 1 diinterpretasikan sebagai respon dari
menunjukkan jenis akuifer bebas batupasir yang tidak jenuh air.
(unconfined aquifer) apabila ditinjau dari Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas
kedudukan batupasir sebagai akuifer pada penampang 2D lintasan 3 (Gambar
yang berada di dekat permukaan tanpa 5.9), terlihat pola arah aliran air tanah
lapisan kedap air di atasnya. secara relatif dapat mengarah ke timur
sehingga jika dikaitkan dengan geologi
daerah penelitian, arah aliran air tanah
diperkirakan mengarah ke timur.
Lintasan 3 menunjukkan jenis akuifer
bebas (unconfined aquifer) apabila
ditinjau dari kedudukan batupasir
sebagai akuifer yang berada di dekat
permukaan tanpa lapisan kedap air di
atasnya.
Gambar 5.7. Penampang resistivitas 2D
lintasan 1 lapangan B.

6
air tanah secara relatif dapat mengarah ke
utara sehingga jika dikaitkan dengan
geologi daerah penelitian, arah aliran air
tanah diperkirakan mengarah ke utara.
Lintasan 5 menunjukkan jenis akuifer
bebas (unconfined aquifer) apabila
ditinjau dari kedudukan batupasir
sebagai akuifer yang berada di dekat
permukaan tanpa lapisan kedap air di
atasnya.
Gambar 5.9. Penampang resistivitas 2D
lintasan 3 lapangan B.

5.3.2.4. Lintasan 4
Keterdapatan zona jenuh air yaitu
pada kisaran 16,7 sampai 53,7 ohm.m
dengan kisaran elevasi -15 sampai 5 mdpl
atau pada kedalaman 2 m hingga 20 m.
Nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi
dengan kisaran >53,7 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari Gambar 5.11. Penampang resistivitas 2D
batupasir yang tidak jenuh air. Lintasan 4 lintasan 5 lapangan B.
menunjukkan jenis akuifer bebas
(unconfined aquifer) apabila ditinjau dari 5.3.2.6. Lintasan 6
kedudukan batupasir sebagai akuifer Keterdapatan zona jenuh air yaitu
yang berada di dekat permukaan tanpa pada kisaran 5,94 sampai 23,4 ohm.m
lapisan kedap air di atasnya. dengan kisaran elevasi -15 sampai 2 mdpl
atau pada kedalaman 2 m hingga 20 m.
Nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi
dengan kisaran >23,4 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari
batupasir yang tidak jenuh air.
Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas
pada penampang 2D lintasan 6 (Gambar
5.12), terlihat pola arah aliran air tanah
secara relatif dapat mengarah ke utara
sehingga jika dikaitkan dengan geologi
Gambar 5.10. Penampang resistivitas 2D daerah penelitian, arah aliran air tanah
lintasan 4 lapangan B. diperkirakan mengarah ke utara. Lintasan
6 menunjukkan jenis akuifer bebas
5.3.2.5. Lintasan 5 (unconfined aquifer) apabila ditinjau dari
Keterdapatan zona jenuh air yaitu kedudukan batupasir sebagai akuifer
pada kisaran 8,36 sampai 30,3 ohm.m yang berada di dekat permukaan tanpa
dengan kisaran elevasi -15 sampai 5 mdpl lapisan kedap air di atasnya.
atau pada kedalaman 2 m hingga 20 m.
Nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi
dengan kisaran >30,3 ohm.m
diinterpretasikan sebagai respon dari
batupasir yang tidak jenuh air.
Berdasarkan penyebaran nilai resistivitas
pada penampang 2D Lintasan 5
(Gambar 5.11), terlihat pola arah aliran

7
Gambar 5.14. Peta perkiraan arah aliran air
Gambar 5.12. Penampang resistivitas 2D tanah dan rekomendasi titik
lintasan 6 lapangan B. sumur pantau lapangan A.

5.2. Pemodelan Resistivitas 3D Tabel 5.1. Rekomendasi titik sumur pantau


lapangan A.
5.2.1. Lapangan A
Titik x y z
Gambar 5.13 adalah model 3 dimensi
yang menunjukkan penyebaran batupasir (meter) (meter) (mdpl)
sebagai akuifer air tanah dengan cut off A1 9975,78 806134,50 35
nilai resistivitas 21,6 sampai 42,8 ohm.m A2 10153,97 806063,84 20
(batupasir jenuh air) disertai dengan A3 10391,55 805953,39 32
rekomendasi titik sumur pantau yang A4 10044,56 805965,89 32
didasarkan pada letak akumulasi air Titik Kedalaman sumur pantau
tanah yang optimal dan arah relatif aliran (meter)
air tanah. A1 20
A2 10,5
A3 16,5
A4 14,5

Pemantauan kualitas air tanah


membutuhkan suatu kontrol sumur
pantau yang mengandung air tanah yang
dianggap tidak tercemar oleh limbah agar
dapat dibandingkan dengan sumur-sumur
pantau yang dianggap telah tercemar,
Gambar 5.13. Rekomendasi titik sumur sehingga dari perbandingan kualitas air
pantau lapangan A. tanah pada sumur pantau yang masih
bersih dengan yang telah tercemar dapat
Berdasarkan keterkaitan tiap penampang ditentukan besarnya tingkat pencemaran
resistivitas mengenai penyebaran pada TPL. Berdasarkan pada sistem
batupasir yang jenuh air beserta akuifer dan arah aliran air tanah, dapat
elevasinya, sistem akuifer lapangan A direkomendasikan titik sumur pantau
merupakan akuifer bebas (unconfined pada suatu TPL.
aquifer) dan akuifer tertekan (confined Air tanah pada lapangan ini dapat
aquifer) dengan perkiraan arah aliran air mengalir secara relatif dari utara ke
tanah relatif mengarah ke timur dan selatan dan barat ke timur daerah
selatan daerah penelitian. penelitian. Titik A1 diasumsikan
mengandung air tanah yang masih bersih
sebab sumber aliran air tanah dapat
berasal dari utara maupun barat dan titik
A1 berada di sebelah barat laut TPL
sehingga kemungkinan pencemaran air
tanah pada titik ini sangat kecil.

8
Berdasarkan hal tersebut, titik A1 dapat geologi daerah penelitian, sistem akuifer
menjadi sumur kontrol bagi sumur lapangan B merupakan akuifer bebas
pantau lainnya yang letaknya berada (unconfined aquifer) dengan perkiraan
pada tujuan arah aliran air tanah, yaitu arah aliran air tanah relatif mengarah ke
sumur pada titik A2 yang berada di utara dan timur daerah penelitian.
sebelah utara TPL, titik A3 yang berada
di sebelah timur TPL dan titik A4 yang
berada di sebelah selatan TPL yang
dimungkinkan mengalami pencemaran
air tanah. Selain titik A1, titik A2 juga
dapat menjadi sumur kontrol bagi sumur
pantau pada titik A3 dan titik A4 apabila
air tanah tidak mengalir dari barat laut
oleh karena aliran dari barat laut dapat
memungkinkan titik A2 mengalami Gambar 5.16. Peta perkiraan arah aliran air
pencemaran sebab bagian sebelah barat tanah dan rekomendasi titik
laut titik ini merupakan TPL. Kedalaman sumur pantau lapangan B.
pengeboran pada keempat rekomendasi
titik sumur pantau lapangan A berkisar Tabel 5.2. Rekomendasi titik sumur pantau
lapangan B.
dari 10,5 sampai 20 meter di bawah
Titik x y z
permukaan tanah. Kedalaman tersebut
(meter) (meter) (mdpl)
disesuaikan dengan elevasi titik sumur
pantau dengan elevasi zona jenuh air B1 12703,49 814225,03 7
yang diperkirakan memiliki akumulasi B2 12800,03 814265,25 3
air tanah yang maksimal. B3 12816,78 814183,04 5
B4 12799,76 814087,55 3
5.2.2. Lapangan B Titik Kedalaman sumur pantau
Gambar 5.15 adalah model 3 dimensi (meter)
yang menunjukkan penyebaran batupasir B1 12,5
sebagai akuifer air tanah dengan cut off B2 18,5
nilai resistivitas 3,25 sampai 23,4 ohm.m B3 12,5
(batupasir jenuh air). disertai dengan B4 10
rekomendasi titik sumur pantau yang
didasarkan pada letak akumulasi air
Air tanah pada lapangan ini dapat
tanah yang optimal dan arah relatif aliran
mengalir secara relatif dari selatan ke
air tanah. utara dan barat ke timur daerah
penelitian. Titik B1 diasumsikan
mengandung air tanah yang masih bersih
sebab sumber aliran air tanah dapat
berasal dari barat dan titik B1 berada di
sebelah barat TPL sehingga
kemungkinan pencemaran air tanah pada
titik ini sangat kecil. Berdasarkan hal
tersebut, titik B1 dapat menjadi sumur
kontrol bagi sumur pantau lainnya yang
Gambar 5.15. Rekomendasi titik sumur letaknya berada pada tujuan arah aliran
pantau lapangan B. air tanah, yaitu sumur pada titik B2 yang
berada di sebelah utara TPL, titik B3
Berdasarkan keterkaitan tiap penampang yang berada di sebelah timur TPL dan
resistivitas mengenai penyebaran titik B4 yang berada di sebelah selatan
batupasir yang jenuh air beserta TPL yang dimungkinkan mengalami
elevasinya yang dikaitkan dengan pencemaran air tanah.

9
Aliran air dari selatan dapat dengan elevasi 32 mdpl dan titik A4
memungkinkan titik B1 mengalami (10044,56; 805965,89) dengan
pencemaran karena titik tersebut juga elevasi 32 mdpl. Rekomendasi titik
berada relatif di sebelah barat laut TPL, sumur pantau pada lapangan B berada
sehingga titik B4 juga dapat menjadi pada titik B1 (12703,49; 814225,03)
sumur kontrol bagi sumur pantau pada dengan elevasi 7 mdpl, titik B2
titik B1, titik B2 dan titik B3 yang (12800,03; 814265,25) dengan
dimungkinkan mengalami pencemaran elevasi 3 mdpl, titik B3 (12816,78;
air tanah. Titik B4 diasumsikan 814183,04) dengan elevasi 5 mdpl
mengandung air tanah yang masih bersih dan titik B4 (12799,76; 814087,55)
sebab sumber aliran air tanah dapat dengan elevasi 3 mdpl.
berasal dari selatan dan titik B4 secara
relatif berada di sebelah selatan TPL 6.2. Saran
sehingga kemungkinan pencemaran air Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tanah pada titik ini sangat kecil. mengenai jenis akuifer, kedalaman
Kedalaman pengeboran pada keempat akuifer serta arah aliran air tanah untuk
rekomendasi titik sumur pantau lapangan mendukung hasil pengukuran mapping
B berkisar dari 10 sampai 18,5 meter di geolistrik yang telah dilakukan, yaitu
bawah permukaan tanah. Kedalaman pengeboran pada titik sumur pantau yang
tersebut disesuaikan dengan elevasi titik telah direkomendasikan.
sumur pantau dengan elevasi zona jenuh
air yang diperkirakan memiliki DAFTAR PUSTAKA
akumulasi air tanah yang maksimal. Bahri, 2005, Hand Out Mata Kuliah
Geofisika Lingkungan Dengan
6. KESIMPULAN DAN SARAN Topik Metode Geolistrik
6.1. Kesimpulan Resistivitas, FMIPA ITS,
1. Lapangan A: Surabaya.
Akuifer bebas (unconfined aquifer) Fetter, C.W., 1994, Applied
dan akuifer tertekan (confined Hydrogeology, Prentice Hall,
aquifer) dengan perkiraan arah USA.
aliran air tanah relatif mengarah ke Kodoatie, J.R. dan Sjarief R., 2005,
timur dan selatan daerah penelitian. Pengelolaan Sumber Daya Air
Nilai resistivitas 6,64-21,6 ohm.m: Terpadu, Andi Offset,
batulempung. Yogyakarta.
Nilai resistivitas 24,7-350 ohm.m: Supriatna, S., Sukardi dan Rustandi, E.,
batupasir yang tidak jenuh air. 1995, Peta Geologi Lembar
Nilai resistivitas 5,69-72,2 ohm.m: Samarinda, Kalimantan, Skala
lapisan batupasir yang jenuh air. 1:250.000, Pusat Penelitian dan
Lapangan B: Pengembangan Geologi,
Akuifer bebas (unconfined aquifer) Bandung.
dengan perkiraan arah aliran air Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff,
tanah relatif mengarah ke utara dan R.E. and Keys, D.A., 1990,
timur daerah penelitian. Applied Geophysics, Cambridge
Nilai resistivitas 12,8-350 ohm.m: Univ. Press.
batupasir yang tidak jenuh air. Tim Hidrogeologi UPN Veteran
Nilai resistivitas 3,25-53,7 ohm.m: Yogyakarta, 2016, Studi
lapisan batupasir yang jenuh air. Hidrogeologi Kabupaten Kutai
2. Rekomendasi titik sumur pantau pada Kartanegara, Provinsi Kalimantan
lapangan A berada pada titik A1 Timur. (unpublished)
(9975,78; 806134,50) dengan elevasi http://www.info-geospasial.com, diakses
35 mdpl, titik A2 (10153,97; pada bulan Juli 2016.
806063,84) dengan elevasi 20 mdpl, https://basemap.blogspot.co.id, diakses
titik A3 (10391,55; 805953,39) pada bulan Juli 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai