Anda di halaman 1dari 24

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI LAPISAN

AKUIFER DI BUMI PERKEMAHAN RAGUNAN JAKARTA


Adiesta Rifqi Pradana
Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: rif.q1.rp@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di daerah Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta dengan tujuan
untuk mengidentifikasi keberadaan lapisan akuifer di daerah tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi Schlumberger. Metode
geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode aplikatif geofisika yang berguna untuk
mengetahui bagaimana kondisi geologi bawah permukaan yang berdasarkan hubungan
antara nilai resistivitas dengan lapisan akuifer yang terkandung di bawah permukaan. Metode
ini memiliki keunggulan yang cukup menarik, yaitu dapat mengadakan eksplorasi dangkal
hanya dengan biaya yang relative murah serta waktu pengerjaan efektif atau relative singkat.
Identifikasi lapisan akuifer penelitian ini dilakukan terhadap 5 lintasan, dimana lintasan 1
memiliki panjang 160 meter sedangkan 4 lintasan lainnya memiliki panjang 200 meter.
Berdasarkan hasil pengolahan data model struktur lapisan bawah permukaan, pada Lintasan
gabungan 1 dan 2 diperoleh lapisan akuifer dengan nilai resistivitas 10.2 – 980.2 Ωm.
Sedangkan pada Lintasan gabungan 3, 4, dan 5 nilai resistivitas untuk akuifer yang
teridentifikasi ditunjukkan dengan nilai 12 - 416 Ωm. Secara keseluruhan, daerah Bumi
Perkemahan Ragunan, Jakarta ini memiliki beberapa lapisan bawah tanah yang bersifat
akuifer, sehingga potensi air bersih dengan kualitas dan kuantitas yang tidak diragukan lagi,
berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa daerah
ini memiliki sumber air yang bagus.

Kata Kunci : Lapisan Akuifer, Geolistrik, Ragunan, Resistivitas, Schlumberger.


1. PENDAHULUAN Untuk kebutuhan air minum
nasional data dari Departemen Pekerj aan
1.1 Latar Belakang
Umum menunjukkan, bahwa kebutuhan
Air merupakan kebutuhan pokok air nasional sebanyak 272.107 liter/detik,
bagi seluruh makhluk hidup termasuk sedangkan kapasitas air minum
hewan dan tumbuhan terutama manusia, eksistingnya sebanyak 105.000 liter/detik.
yaitu untuk melangsungkan kehidupan
Peningkatan penggunaan air
dan meningkatkan kesejahteraan. Air juga
terkadang tidak diiringi dengan
berperan dalam keseimbangan ekosistem
pengelolaan sumber air yang baru
di bumi. Manusia mungkin dapat hidup
dikarenakan kurangnya informasi
beberapa hari tanpa makan akan tetapi
mengenai potensi sumber air tanah.
manusia tidak dapat bertahan hidup jika
Potensi sumber air tanah di tiap daerah
tidak minum karena sudah mutlak bahwa
berbeda-beda sesuai dengan kondisi
tiga perempat zat penyusun tubuh manusia
geologi disekitar daerah tersebut. Air
terdiri dari air.
tanah yang terdapat pada lapisan akuifer
Pembangunan di daerah perkotaan memiliki kedalaman tertentu, karenanya
saat ini sudah semakin modern dan laju diperlukan kajian untuk mengetahui
pertumbuhan penduduknya juga semakin karakteristik air tanah. Salah satu metode
meningkat. Salah satu daerah yang padat geofisika yang dapat digunakan yaitu
penduduk yaitu DKI Jakarta sehingga metode geolistrik tahanan jenis. Metode
kebutuhan air bersih akan semakin geolistrik dapat digunakan untuk
meningkat seiring dengan pertambahan mengetahui kondisi batuan bawah
aktivitas masyarakat. Hal ini berbanding permukaan melalui analisis resistivitas
terbalik dengan kualitas air permukaan atau kemampuan menghantarkan aliran
yang menyebabkan masyarakat lebih listrik dari material dalam bumi. Melalui
memilih menggunakan air tanah. cara ini lapisan pembawa air dapat
diketahui kedalaman, ketebalan, serta
Berdasarkan pada Peraturan
penyebarannya.
Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun
2006 menyatakan bahwa, standar Survey metode geolistrik akan
kelayakan penggunaan sumber air bersih memberikan nilai beda potensial, kuat arus
adalah 49,5 liter/kapita/hari. Badan dunia dan nilai tahanan jenis batuan. Nilai
UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah tahanan jenis batuan ini yang kemudian
menetapkan hak dasar manusia atas air dengan pengolahan data lebih lanjut maka
yaitu sebesar 60 liter/org/hari. Sementara akan mendapatkan nilai tahanan jenis tiap
kebutuhan air pada kota metropolitan yaitu lapisan batuan. Berdasarkan hal tersebut
150 liter/kapita/hari. maka lapisan bawah permukaan tanah
dapat digambarkan dengan perbedaan nilai
tahanan jenis dari masing-masing lapisan
tersebut. Sehingga dari hasil ini dapat 2. TINJAUAN PUSTAKA
menjadi gambaran yang baik untuk
2.1 Geologi Regional
keberadaan potensi sumber air tanah
sesuai dengan jenis lapisan batuan.
Penelitian ini dilakukan di Bumi
Perkemahan Ragunan yang bertempat di
Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Daerah
penelitian ini merupakan daerah yang
dimanfaatkan untuk melakukan berbagai
kegiatan bagi banyak pihak, oleh karena
itu kebutuhan akan air bersih menjadi hal
penting. Penelitian ini ditunjukkan untuk
mencari sumber air yang baik dan letak
akuifer yang terdapat pada daerah tersebut. Gambar 1 : Peta Geologi Regional DKI
Selain itu juga dapat memprediksi potensi Jakarta
air tanah dalam dan dangkal pada daerah
(sumber :
penelitian. http://blog.ub.ac.id/zahrafitria/files/2014/06/peta-
geograi.png)
1.2 Tujuan
Lokasi penelitian terletak di
Tujuan dilakukannya penelitian ini
wilayah DKI Jakarta. Wilayah DKI
adalah untuk mengetahui sekaligus
Jakarta dikenal sebagai Cekungan
mengidentifikasi bagaimana kondisi
Airtanah Jakarta. Sistem akuifer yang
bawah permukaan melalui metode
terdapat di wilayah DKI Jakarta bersifat
geolistrik tahanan jenis, dan mengetahui
“multi layers” yang dibentuk oleh endapan
posisi kedalaman dan ketebalan akuifer air
Kuarter dengan ketebalan mencapai
tanah pada daerah penelitian.
sekitar 250m. Ketebalan akuifer tunggal
1.3 Manfaat antara 1 – 5 m berupa lanau hingga pasir
halus. Berikut adalah susunan satuan
Penelitian dilakukan untuk
batuan yang meliputi wilayah DKI Jakarta
mencari manfaat dari apa yang diteliti.
dan sekitarnya :
Oleh karena itu, manfaat dari penelitian
adalah untuk memberikan informasi 1. Satuan Aluvium
tentang letak dan kedalaman akuifer yang
Satuan batuan ini dari campuran
potensial sebagai sumber air tambahan
lempung, lumpur, pasir, kerikil, kerakal
disekitar daerah penelitian, sehingga
dan bongkahan yang belum
penelitian ini juga diharapkan dapat
terkonsolidasikan. Endapan aluvium ini
menjadi referensi untuk penelitian
meliputi endapan pantai sekarang,
kedepannya.
endapan sungai dan endapan rawa.
Sebaran dari satuan ini terlampar di maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir)
sepanjang pantai utara (Teluk Jakarta) dan dengan kondisi jenuh air dan mempunyai
sepanjang lembah sungai-sungai besar. suatu besaran konduktivitas hidrolik (K)
yang berfungsi menyimpan air tanah
2. Satuan Endapan Pematang Pantai
dalam jumlah besar sehingga dapat
Satuan batuan ini terdiri dari pasir membawa air (atau air dapat diambil)
halus hingga kasar dan berdasarkan dalam jumlah ekonomis. Dengan
kenampakan morfologi dan batuan demikian, akuifer pada dasarnya adalah
penyusunnya, satuan batuan ini diduga kantong air yang berada di dalam tanah.
terbentuk karena endapan angin yang
Berdasarkan kemampuan batuan
membentuk onggokan-onggokan pasir
menyimpan dan meloloskan air, lapisan
(sand dunes). Sebaran dari satuan batuan
akuifer dapat dibedakan menjadi beberapa
ini umumnya berarah barat-timur, searah
definisi sebagai berikut :
dengan bentuk pantai sekarang.
1. Akuifer (aquifer)
3. Satuan Batupasir Tufaan dan
Konglomerat/Kipas alluvium. Akuifer adalah lapisan pembawa
air, lapisan batuan ini mempunyai susunan
Satuan batuan ini terdiri dari tufa sedemikian rupa, sehingga dapat
halus, tufa konglomeratan, tufa pasiran menyimpan dan mengalirkan air dalam
dan tufa batuapung yang pembentukannya jumlah yang cukup banyak di bawah
berasal dari batuan gunung api muda di kondisi lapang, dan batuan dari akuifer ini
dataran tinggi Bogor yang diendapkan bersifat permeable. Contoh batuan
pada lingkungan darat dan membentuk permeable adalah pasir, kerikil, batupasir
morfologi kipas (menyebar). Tebal dari yang retak- retak dan batu gamping yang
satuan ini diperkirakan ± 300 meter dan berlubang-lubang.
berumur Plistosen Akhir atau lebih muda.
2. Akuiklud (aquiclude)
4. Satuan Tuf Banten Akuiklud adalah lapisan batuan
Satuan batuan berumur Pliosen. yang dapat menyimpan air, tetapi tidak
Disusun oleh tufa, tufa batuapung, dapat meloloskan air dalam jumlah yang
batupasir tufaan. banyak. Contoh dari akuiklud ini adalah
lempung, shale, silt, dan tuff halus.
3. Akuifug (aquifuge)
2.2 Lapisan Akuifer
Akuifug adalah lapisan atau
Akuifer adalah salah satu lapisan, formasi batuan yang tidak dapat
formasi, atau kelompok formasi satuan menyimpan dan meloloskan air.
geologi yang permeabel baik yang Contohnya adalah granit dan batuan-
terkonsolidasi (misalnya lempung)
batuan yang memiliki sturktur kompak adanya gerakan air, sehingga jenis ini bisa
serta padat. disebut juga peralihan antara akuifer bebas
dengan akuifer semi tertekan.
4. Akuitar (aquitard)
Akuifer sering disebut sebagai
Akuitar adalah lapisan atau
danau bawah tanah, hal ini disebabkan
formasi batuan yang dapat menyimpan air
karena air yang tersimpan antara batuan
tetapi hanya dapat meloloskan air dalam
bawah tanah. Air meresap ke dalam tanah
jumlah terbatas.
melalui pori-pori, retakan dan celah
5. Akuifer Bebas (unconfined aquifer) lainnya. Resapan air tersebut mengalir
hingga mencapai zona akuifer dimana
Adalah lapisan lolos air yang
semua ruang terisi oleh air bukan udara.
hanya sebagian terisi oleh air dan berada
Akuifer yang tertekan lapisan permeable
di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah
bagian atasnya dan air tanah tersebut
pada akuifer ini disebut dengan water
berada pada tekanan yang lebih tinggi
table, yaitu permukaan air yang memiliki
dibandingkan tekanan atmosfer, akuifer
tekanan hidrostatik yang sama dengan
ini disebut akuifer tertekan. Beberapa zona
atmosfer.
akuifer terjadi karena infiltrasi air tanah
6. Akuifer tertekan (confined aquifer) mencapai lapisan batuan kedap air
sehingga tidak dapat menembus lebih jauh
Adalah akuifer yang seluruh
ke dalam lapisan bumi (Krusseman,
jumlah airnya dibatasi oleh lapisan kedap
Ridder; 1970).
air, baik yang di atas maupun di bawah,
serta mempunyai tekanan jenuh lebih
besar daripada tekanan atmosfer.
7. Akuifer Semi tertekan (Semi-Confined
aquifer)
Adalah akuifer yang seluruh airnya
jenuh, dimana bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan semi lolos air yang dibagian
bawahnya merupakan lapisan kedap air.

8. Akuifer semi bebas (Semi-unconfined


aquifer)
Adalah akuifer yang bagian
bawahnya merupakan lapisan kedap air, Gambar 2 : Akuifer
sedangkan bagian atasnya merupakan
material berbuti halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih memungkinkan
untuk mengetahui kemungkinan adanya
lapisan akuifer yaitu lapisan batuan yang
merupakan lapisan pembawa air.
Umumnya yang dicari adalah Confined
aquifer yaitu lapisan akuifer yang diapit
oleh lapisan batuan kedap air (misalnya
lapisan lempung) pada bagian bawah dan
bagian atas. Confined aquifer ini
mempunyai recharge yang relatif jauh,
sehingga ketersediaan air tanah di bawah
titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan
Gambar 3 : Informasi hubungan antara
cuaca setempat. Geolistrik ini dapat untuk
nilai resistivitas dengan nilai akuifer
mendeteksi adanya lapisan tambang yang
2.3 Metode Geolistrik mempunyai kontras resistivitas dengan
lapisan batuan pada bagian atas dan
Metode geolistrik adalah salah satu
bawahnya. Dapat juga untuk mengetahui
metode geofisika yang digunakan untuk
perkiraan kedalaman bedrock untuk
pendugaan keadaan bawah permukaan
fondasi bangunan. Metode geolistrik juga
serta untuk mengetahui jenis bahan
dapat digunakan untuk menduga adanya
penyusun batuan berdasarkan pengukuran
panas bumi (geotermal) di bawah
sifat-sifat kelistrikan batuan (Telford;
permukaan. Hanya saja metode ini
1990). Dalam operasionalnya, metode ini
merupakan salah satu metode bantu dari
digunakan untuk mengetahui dan mengerti
metode geofisika yang lain untuk
hubungan antara besaran yang terukur
mengetahui secara pasti keberadaan
dengan parameter-parameter yang
sumber panas bumi di bawah permukaan.
mendefinisikan stratifikasi tahanan jenis di
bawah permukaan, sehingga tujuan dari Umumnya lapisan batuan tidak
pendugaan tahanan jenis adalah untuk mempunyai sifat homogen sempurna,
menyelidiki perubahan tahanan jenis seperti yang dipersyaratkan pada
batuan terhadap kedalaman. pengukuran geolistrik. Untuk posisi
lapisan batuan yang terletak dekat dengan
Metode geolistrik yang terkenal
permukaan tanah akan sangat berpengaruh
antara lain metode potensial diri (SP), arus
terhadap hasil pengukuran tegangan dan
telluric, magnetotelluric, elektromagnetik,
ini akan membuat data geolistrik menjadi
IP (induced polarization), dan resistivitas
menyimpang dari nilai sebenarnya. Hal
(tahanan jenis).
yang dapat mempengaruhi homogenitas
Mengetahui karakteristik lapisan lapisan batuan adalah fragmen batuan lain
batuan bawah permukaan sampai yang menyisip pada lapisan, faktor
kedalaman sekitar 300 m sangat berguna ketidakseragaman dari pelapukan batuan
induk, material yang terkandung pada 1. Vertical Electric Sounding (VES) atau
jalan, genangan air setempat, perpisahan disebut juga Electrical Coring.
dari bahan logam yang dapat menghantar
Cara ini bertujuan untuk
arus listrik, pagar kawat yang terhubung
mengetahui variasi (susunan) lapisan
ke tanah dan sebagainya (Telford; 1990)
batuan bawah permukaan secara vertikal.
Caranya adalah spasi dari susunan
elektrodanya secara berangsur-angsur
2.4 Metode Geolistrik Tahanan Jenis
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan
Metode geolistrik resistivitas atau mengingat cara penempatan elektroda,
tahanan jenis adalah salah satu dari sedangkan stasiun pengamatannya tetap
kelompok metode geolistrik yang seperti yang dijelaskan pada gambar 2.3.
digunakan untuk mempelajari keadaan Aturan yang sering digunakan dalam
bawah permukaan dengan cara metode ini merupakan aturan konfigurasi
mempelajari sifat aliran listrik di dalam Schlumberger.
batuan di bawah permukaan bumi. Metode
resistivitas umumnya digunakan untuk
eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m.
Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik
diinjeksikan ke alam bumi melalui dua
elektrode arus, sedangkan beda potensial Gambar 4 : Pengukuran tahanan jenis
yang terjadi diukur melalui dua elektrode secara VES
potensial. Dari hasil pengukuran arus dan
2. Horizontal Profiling atau disebut juga
beda potensial listrik dapat diperoleh
Electrical Trenching.
variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur. Tabel 2.3 Cara ini bertujuan untuk
berikut ini menunjukkan daftar harga mengetahui variasi tahanan jenis batuan
resistivitas batuan : secara lateral, dimana pada spasi tertentu
seluruh susunan elektroda dipindah secara
lateral ke tempat stasiun berikutnya. Cara
ini biasanya dijalankan terutama pada
daerah yang berasosiasi dengan patahan
dan dike. Aturan penyusunan elektroda
yang sering digunakan seperti dipole dan
Mise Ala Masse.
(Setiyawan; 2009)
Pengukuran nilai tahanan jenis
batuan bawah permukaan secara garis
besar dibagi menjadi dua cara, yaitu :
3. METODOLOGI metode yang digunakan adalah geolistrik
dengan konfigurasi Schlumberger.
3.1 Desain Akuisisi
Tahapan lengkapnya adalah seperti ini :
Penelitian ini dilakukan pada 5
 Membentangkan meteran sesuai
lintasan, yaitu 3 lintasan membentang kea
panjang lintasan dan lebar spasi
rah utara-selatan, dan 2 lintasan lainnya
yang telah ditentukan.
membentang ke arah barat-timur yang
 Menancapkan elektroda pada
ditunjukkan pada gambar 4 berikut ini :
permukaan tanah secara teratur
sesuai dengan konfigurasi
Schlumberger.
 Memasang kabel yang digunakan
sebagai penghantar arus dan
potensial yang menghubungkan
antar elektroda dengan alat
resistivitymeter.
 Melakukan pengambilan data
dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke dalam bumi melalui
elektroda arus.
 Mencatat besar arus listrik (I) dan
Gambar 5 : Desain akuisisi penelitian respon beda potensial (V) serta
3.2 Langkah kerja hambatan (R) yang terbaca pada
resistivitymeter.
Langkah kerja yang dilakukan  Pengambilan data setiap titik
pada saat penelitian berlangsung adalah pengukuran.
sebagai berikut :  Dengan langkah-langkah yang
1. Survei Lapangan sama dari 1 – 6 diambil data untuk
semua lintasan pengukuran.
Merupakan tahapan awal, dimana
tahapan ini dimulai dari pemilihan lokasi 3. Pengolahan data
akuisisi, kemudian disiapkan alat dan Tahapan ini dilakukan untuk
bahannya, lalu ditentukan lintasan untuk mengolah data mentahan yang didapat
pengambilan data. setelah akuisisi dengan bantuan beberapa
2. Akuisisi Data software yang digunakan, yaitu Excel,
IPI2Win, IPIRes3, dan Surfer. Serta
Setelah dilakukan tahap survey menggunakan data penunjang seperti tabel
lapangan, tahapan yang dilakukan resistivitas dan geologi regional Jakarta.
selanjutnya adalah akuisisi data, dimana
4. Interpretasi Data

Hal yang dilakukan pada tahapan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


ini adalah menceritakan dan
menginterpretasikan hasil yang sudah
diolah dengan kedua software tersebut. 4.1 Analisa Hasil Pengolahan Data
Nantinya, interpretasi ini memudahkan
Pengolahan data telah dilakukan
pembaca untuk dapat menganalisisi serta
pada penggabungan lintasan, antara
menyimpulkan apa yang didapat dari
lintasan 1 dan 2, dengan lintasan 3, 4, dan
akuisisi serta pengolahan.
5 dengan menggunakan software IPI2Win.
3.3 Diagram Alir Setelah digabungkan kemudian dilakukan
pembuatan batas-batas lintasan dengan
Survey Lapangan
software IPIRes3, lalu forward modelling
dengan software Surfer. Lintasan 1
memiliki panjang 160 meter dan berjarak
Akuisisi Data
6.5 meter dengan lintasan 2 yang memiliki
panjang 200 meter. Sedangkan, lintasan 3,
4 dan 5 memiliki panjang lintasan masing-
Pengolahan Data masing 200 meter, dan berjarak 10 meter
dari masing-masing lintasan. Lintasan 1
dan 2 letaknya berpotongan dengan
Data Penunjang: lintasan 3, 4 dan 5. Berdasarkan data
Software geologi yang didapat, daerah penelitian
- Data geologi
- IPI2Win regional Jakarta
yang terletak di Jakarta Selatan didominasi
dengan satuan aluvium dan satuan kipas
- Excel - Informasi aluvium.
hubungan nilai
- IPIRes3 resistivitas 4.1.1 Lintasan 1 dan 2
dengan lapisan
- Surfer Hasil dibawah ini adalah hasil
akuifer
pengolahan lintasan 1 dan 2 berdasarkan
software IPI2Win, dimana error yang
ditampilkan adalah 4.93% dengan gambar
Interpretasi Data sebagai berikut :

Kesimpulan
Gambar 6 : Hasil pengolahan IPI2Win pada lintasan gabungan 1 dan 2

Pada gambar diatas, dapat warna yang menunjukkan nilai rho-


dianalisis bahwa keterangan yang apparent nya. Setelah selesai
disebutkan yaitu Pseudo-cross section dan mendapatkan penampang tersebut, data
Resistivity cross-section berdasarkan citra lintasan gabungan 1 dan 2 dimasukkan
warna, grafik, serta tabel resistivitas kedalam software IPIRes3 yang
lintasan gabungan 1 dan 2. Pada data menampilkan hasil sebagai berikut :
Pseudo-cross section, ditampilkan skala
L11 :

l1

l1
0 0
238.8 238.8
-2 -2
85.2 85.2
-4 -4

-6 -6
382.5 382.5
-8 -8

-10 -10

-12 -12
10.2 10.2
-14 -14

-16 -16

-18 -18

-20 -20

-22 14.34 14.34 -22

-24 -24

-26 -26

980.2 980.2
0 2 4 6 8 10
L22 :

Gambar 7 : Hasil pengolahan menggunakan software IPIRes3 untuk lintasan 1-1 dan
lintasan 2-2

Gambar diatas menunjukkan penampang digabung dengan lintasan 1 dan lintasan 2


vertikal 1-D yang dihasilkan oleh software digabung dengan lintasan 2, seperti yang
IPIRes3, dimana hasil tersebut terlihat diatas. Setelah itu, hasil diatas
menunjukkan nilai resistivitas pada setiap dibawa dan diolah menuju surfer untuk
batas lapisan yang digabung dengan mendapatkan forward modelling dengan
lintasan itu sendiri, seperti lintasa 1 hasil sebagai berikut :
L11 :
L22 :

Gambar 8 : Hasil pengolahan melalui software Surfer 15 untuk mendapatkan penampakan


litologi

Gambar diatas merupakan hasil yang resistivitas dengan jenis akuifer yang ada
diproses melalui software Surfer 15, pada lapisan tersebut. Lapisan 1 dan 2 ini
dimana didapatkan penampang litologi diperkirakan memiliki kualitas air yang
yang nantinya dikorelasikan dengan cukup bagus sesuai dengan lapisan akuifer
infromasi hubungan antara nilai yang teridentifikasi.
4.1.2 Lintasan 3, 4, dan 5 IPI2Win, dimana error yang ditampilkan
adalah 2.73% dengan gambar sebagai
Hasil dibawah ini adalah hasil pengolahan
berikut :
lintasan 3, 4 dan 5 berdasarkan software

Gambar 9 : Hasil pengolahan IPI2Win pada lintasan gabungan 3, 4, dan 5


Hasil diatas merupakan Pseudo-cross section, ditampilkan skala
pengolahan Pada gambar diatas, dapat warna yang menunjukkan nilai rho-
dianalisis bahwa keterangan yang apparent nya. Setelah selesai
disebutkan yaitu Pseudo-cross section dan mendapatkan penampang tersebut, data
Resistivity cross-section berdasarkan citra lintasan gabungan 3, 4, dan 5 dimasukkan
warna, grafik, serta tabel resistivitas kedalam software IPIRes3 yang
lintasan gabungan 3, 4 dan 5. Pada data menampilkan hasil sebagai berikut :
L33 :

l3

l3
0 0
241.3 241.3

152.3 152.3
-5 -5

415.7 415.7
-10 -10

-15 -15

132.8 132.8

-20 -20

-25 -25

-30 -30

-35 -35

11.98 11.98

-40 -40

-45 -45

-50 -50
59.42 59.42
0 2 4 6 8 10
L44 :

l4

l4
0 0
125 125
185 185
96.7 96.7

-5 -5

208 208

-10 -10

-15 -15

-20 -20

-25 -25

-30 -30
65.3 65.3

-35 -35

-40 -40

-45 -45

-50 -50
11.5 11.5
0 2 4 6 8 10
L55 :

l5

l5
0 0
174 174
31.3 31.3
606 606

-5 -5

-10 -10
146 146

-15 -15

-20 -20

-25 -25

-30 -30

10 10

-35 -35

-40 -40

44.9 44.9
0 2 4 6 8 10

Gambar 7 : Hasil pengolahan menggunakan software IPIRes3 untuk lintasan 3-3. 4-4 dan
lintasan 5-5
Gambar diatas menunjukkan penampang digabung dengan lintasan 4, dan lintasan 5
vertikal 1-D yang dihasilkan oleh software digabung dengan lintasan 5, seperti yang
IPIRes3, dimana hasil tersebut terlihat diatas. Kemudian hasil diatas
menunjukkan nilai resistivitas pada setiap dibawa dan diolah menuju surfer untuk
batas lapisan yang digabung dengan mendapatkan forward modelling dengan
lintasan itu sendiri, seperti lintasan 3 hasil sebagai berikut :
digabung dengan lintasan 3, lintasan 4

L33 :
L44 :
L55 :

Gambar diatas merupakan hasil yang sesuai dengan lapisan akuifer yang
diproses melalui software Surfer 15, teridentifikasi. Akan tetapi, lapisan yang
dimana didapatkan penampang litologi tersebut diatas kurang memiliki
yang nantinya dikorelasikan dengan kemampuan meloloskan air yang cukup
infromasi hubungan antara nilai banyak, dalam artian jika ingin
resistivitas dengan jenis akuifer yang ada mengeksploitasi air bersih diantara lapisan
pada lapisan tersebut. Lapisan pada ini, maka haruslah diambil sekaligus
lintasan 3, 4, dan 5 ini diperkirakan dengan batunya, tidak dengan pengeboran.
memiliki kualitas air yang cukup bagus
4.2 Pembahasan (akuifer), dengan rentang nilai
resistivitasnya 20.44 – 119.7 Ωm.
Dari hasil pengolahan pada
lintasan gabungan 1 dan 2 yang melalui Jika dibandingkan dengan hasil
software IPI2Win, didapatkan interpretasi yang sudah diolah melalui software Surfer,
berupa informasi mengenai adanya lapisan dapat diketahui bahwa penampang lntasan
akuifer pada penampang Pseudo-cross L11 dan L22 merupakan representasi yang
section. Untuk lintasan 1 (kiri), dijelaskan jelas dari lapisan 1 dan 2 secara berurutan
bahwa lapisan tersebut memiliki rentang yang berasal dari hasil pengolahan
nilai resistivitas 85.2, 238.8, dan 382.5 Ωm IPI2Win. Penampang L11 dan L22 ini
pada kedalaman N ke 1-3, dimana nilai menjelaskan secara signifikan tentang
resistivitas tersebut merepresentasikan rentangan nilai sekaligus letak keberadaan
sedikit adanya lapisan akuifer. Hal ini lapisan akuifernya. Terlihat bahwa pada
dapat dibuktikan pada lapisan 1-20 m L11 akuifer teridentifikasi pada lapisan
kebawah permukaan ditemukannya batu pasir dan lapisan batu gamping,
lapisan gravel (akuitard) dan sedikit dengan nilai resistivitas dari lapisan batu
lapisan batu pasir (akuifer). Namun pada pasirnya 85.2 Ωm dan untuk lapisan batu
kedalaman 25-40m, ditemukan resistivitas gampingnya bernilai 980.2 Ωm.
dengan nilai 10.2, 14.34, dan 980.2 Ωm, Sedangkan pada penampang L22 akuifer
dimana nilai tersebut merepresentasikan teridentifikasi pada lapisan batu pasir saja,
bahwa terdapat lapisan akuifer di dengan nilai resistivitasnya 52 dan 85.3
kedalaman N ke 4-6 yang dibuktikan Ωm, sehingga menurut data yang sudah
dengan ditemukannya lapisan batu diperoleh, Lintasan 1 dan 2 terbilang
gamping (akuifer). Sedangkan untuk cukup bagus persediaan air bersihnya.
lintasan 2 (kanan), dijelaskan bahwa
Selanjutnya adalah hasil
lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas
pengolahan lintasan gabungan 3, 4, dan 5
antara 85.3, 165, 285, dan 382 Ωm pada
pada software IPI2Win. Dari hasil
kedalaman N ke 1-4, dimana nilai
pengolahan pada lintasan ini didapatkan
resistivitas tersebut merepresentasikan
interpretasi yang sama halnya dengan
sedikit adanya lapisan akuifer. Hal ini
lintasan 1 dan 2, yaitu berupa informasi
dibuktikan dengan ditemukannya lapisan
mengenai adanya lapisan akuifer pada
gravel (akuitard) dan sedikit lapisan batu
penampang Pseudo-cross section. Untuk
pasir (akuifer) pada kedalaman tersebut.
lintasan 3 (kiri), dijelaskan bahwa lapisan
Namun, pada kedalaman N ke 4-6,
tersebut memiliki nilai resistivitas 132.8,
ditemukan nilai resistivitas antara 11.5, 52,
152.3, 241.3, dan 415.7 Ωm pada
dan 85.3 Ωm , dimana nilai tersebut
kedalaman N ke 1-4, yang menyatakan
merepresentasikan adanya akuifer di
bahwa pada lapisan tersebut
daerah tersebut, sesuai dengan lapisan
menganalogikan tidak ditemukannya
yang ditemukan berupa batu pasir
lapisan bersifat akuifer, tetapi hanya
ditemukan banyak lapisan gravel lapisan akuifer. Terlihat jelas bahwa
(akuitard). Akan tetapi, pada kedalaman N lapisan 3, 4, dan 5 memiliki kualitas air
ke 5 dan 6, ditemukannya lapisan akuifer bersih yang cukup bagus karena
dengan bukti lapisan batu pasir terdeteksi ditemukannya lapisan-lapisan yang
pada daerah rentangan kedalaman tersebut bersifat akuifer, seperti gamping. Lapisan
dengan nilai resistivitasnya 59.42 Ωm. batu gamping tersebut dapat teridentifikasi
Untuk lintasan 4 (tengah), dijelaskan sehubungan dengan geologi regional yang
bahwa lapisan tersebut memiliki nilai dimiliki Provinsi DKI Jakarta berpotensi
resistivitas 96.7, 125, 185, dan 208 Ωm menyimpan cadangan air bersih sekaligus
pada kedalaman N ke 1-4, dimana nilai dapat dieksploitasi untuk kepentingan
tersebut menyatakan sedikit ditemukannya sumber air bersih dikalangan masyarakat.
lapisan akuifer dikarenakan lapisan yang
5. KESIMPULAN
ditemukan berupa lapisan gravel yang
bersifat akuitard, dan sedikit lapisan batu Setelah dilakukan penelitian dan
pasir (akuifer). Namun pada kedalaman N pengolahan data dengan hasil yang sudah
ke 6, teridentifikasi bahwa adanya lapisan disertakan, dapat ditarik beberapa
akuifer dengan ditemukannya lapisan batu kesimpulan yaitu :
pasir dengan nilai resistivitas 65.3 Ωm.
1. Lintasan 1 dan 2 memiliki rentang nilai
Dan untuk lintasan 5 (kanan), dapat
resistivitas antara 10.2 – 980.2 Ωm,
dianalisis bahwa lapisan tersebut memiliki
dimana terdapat beberapa lapisan akuifer
nilai resistivitas yang cukup signifikan
yang tersebar disekitar kedalaman N ke 5
disetiap kedalamannya, dikarenakan
dan 6. Oleh karena itu, Lintasan 1 dan 2
terdapat lapisan akuifer berupa batu pasir
memiliki potensi air bersih yang terbilang
dan batu gamping dekat lapisan top soil,
cukup bagus untuk digunakan dikalangan
yaitu pada kedalaman N ke 2 dan 3 dengan
masyarakat.
nilai resistivitasnya secara berurutan
adalah 31.3 Ωm dan 606 Ωm. Pada 2. Lintasan 3, 4, dan 5 memiliki rentang
kedalaman N ke 6, ditemukan lapisan batu nilai resistivitas antara 12 – 416 Ωm,
pasir dengan nilai resistivitas 44.9 Ωm dimana teridentifikasi beberapa lapisan
yang merepresentasikan lapisan tersebut akuifer yang tersebar di berbagai
adalah lapisan akuifer. kedalaman. Diluar hal itu, menurut data
yang sudah diperoleh, Lintasan ini
Jika dibandingkan dengan hasil
memiliki potensi air bersih yang lebih
yang diolah melalui software Surfer, dapat
bagus disbanding dengan lintasan 1 dan 2,
dikorelasikan bahwa nilai resistivitas yang
dikarenakan lapisan akuifer yang
ditunjukkan pada Pseudo-cross section
ditemukan lebih banyak daripada Lintasan
dari IPI2Win sudah menunjukkan
1 dan 2.
kecocokan antara batas lapisan dengan
hubungan antara nilai resistivitas dan
3. Secara keseluruhan, daerah Bumi
Perkemahan Ragunan, Jakarta ini
memiliki beberapa lapisan bawah tanah
yang bersifat akuifer, sehingga potensi air
bersih dengan kualitas dan kuantitas yang
tidak diragukan lagi, berdasarkan data
yang diperoleh dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Todd, D.K. 1959. Groundwater
Hydrology. New York :
Associate Professor of Civil
Engineering California
University, John Wiley & Sons.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E.
Sheriff. 1990. Applied
Geophysics, Second Edition.
Cambridge University Press.
New York.
Setiyawan, Teguh & Utama, Widya.
2009. Interpretasi Bawah
Permukaan Daerah Porong
Sidoarjo Dengan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Untuk
Mendapatkan Bidang Patahan.
ITS Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai