DAN
CARA MENANGGULANGINYA
Oleh :
DIANA PUSPITA DEWI
(F1AO17039)
NIM : F1A017030
Pendahuluan
Indonesia termasuk negara kepulauan atau benua maritim yang terletak di antara
Benua Australia dan Benua Asia serta membatasi Samudera Pasifik dan Samudera Hindia
(Gambar1-1). Negara kepulauan Indonesia merupakan untaian pulau-pulau, terdiri dari
17.805 buah pulau yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada,
yaitu sepanjang 81.000 km. Kepulauan terbentuk oleh berbagai proses geologi yang
berpengaruh kuat pada pembentukan morfologi pantai, sementara letaknya di kawasan
iklim tropis memberi banyak ragam bentang rupa pantai dengan banyak ragam pula
biotanya.
Menurut Arief et al. (2011) perubahan garis pantai adalah suatu proses tanpa henti
(terus-menerus) melalui berbagai proses alami di pantai yang meliputi pergerakan
sedimen, arus menyusur pantai (longshore current), aksi gelombang permukaan laut dan
penggunaan lahan.
Perubahan garis pantai dapat disebabkan oleh faktor alami maupun antropogenik
(manusia). Faktor alami berupa sedimentasi, abrasi, pemadatan sedimen pantai, kenaikan
muka laut dan kondisi geologi. Faktor manusia berupa penanggulan pantai, penggalian
sedimen pantai, penimbunan pantai, pembabatan tumbuhan pelindung pantai, pembuatan
kanal banjir dan pengaturan pola daerah aliran sungai (Sudarsono, 2011). Perubahan garis
pantai dapat terjadi dari waktu ke waktu dalam skala musiman maupun tahunan,
tergantung pada daya tahan kondisi pantai dalam bentuk topografi, batuan dan sifat-
sifatnya dengan gelombang laut, pasang surut (pasut), dan angin (Opa, 2011).
Data Satelit
Panjang Panjang
Gelombang Gelombang
Kanal LS-MSS (μm) LS-ETM (μm) Aplikasi
1 0,45 – 0,52 Pemetaan perairan pantai,
membedakan tanah dan vegetasi,
tanaman berdaun jarum dan berdaun
Proses erosi pantai (abrasi) di daerah Indramayu berlangsung cukup kuat, sehingga
garis pantai telah mundur jauh dari garis pantai lama dan sudah mendekati jalan raya
Indramayu – Jakarta, yang pada saat ini bersisa jarak hanya kurang lebih 100 meter dari
tepi laut. Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejalan
dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang surut dan arus
serta sedimentasi daerah delta sungai.
Perubahan garis pantai juga terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti
pembuatan tanggul dan kanal serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan
bakau sebagai penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah
pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi yang mengakibatkan terjadinya
perubahan garis pantai. Daratan dan sedimen pesisir pada dasarnya dinamis bergerak
menurut dimensi ruang dan waktu. Gelombang pecah, arus pasang surut, sungai, tumbuhan
pesisir dan aktivitas manusia merupakan faktor yang menimbulkan perubahan dinamika
pantai untuk membentuk suatu keseimbangan pantai yang baru. Tidak setiap kawasan
pesisir dapat merespon seluruh proses perubahan, tergantung pada beberapa faktor
seperti jenis sedimen, morfologi dan kondisi geologi pantainya.
Gejala perubahan garis pantai perlu mendapat perhatian mengingat berdampak besar
terhadap kehidupan sosial dan lingkungan. untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan
lahan wilayah pesisir Indramayu secara optimal.
Proses Geologi yang sedang berlangsung Proses-proses geologi yang sedang berlangsung
dapat ditafsirkan dari peta geologi kuarter (Rimbaman, dkk, 2002 dan Suparan, dkk, 2000)
antara lain :
a. Proses pembentukan endapan dataran banjir yang menutupi sebagian besar wilayah
bagian utara.
b. Proses pelamparan daratan ke arah laut, diperlihatkan oleh terjadinya endapan laut
muda dan endapan dataran banjir di atas endapan laut, membentuk delta Sungai Cimanuk.
c. Proses abrasi di daerah pantai Eretan, yang diperlihatkan oleh bentuk garis pantai dan
endapan yang relatif tua, yang tidak tertutupi endapan dataran banjir.
Perubahan Garis Pantai Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari
waktu ke waktu sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin,
pasang surut dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Perubahan garis pantai juga
terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal serta
bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan bakau sebagai penyangga pantai
banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah pertambakan, hunian, industri
dan daerah reklamasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai.
Perkembangan garis pantai berdasarkan pola sedimentasi di pantai utara Jawa Barat
kemungkinan akan menyebabkan terbentuknya beberapa sumenanjung dan teluk. Pola
sedimentasi mulai dari Cilamaya Pamanukan sampai dengan Indramayu ditafsirkan
berdasarkan data geologi kuarter memperlihatkan adanya pergerakan maju (progradasi)
dan abrasi .
Pantai abrasi di wilayah pesisir pada umumnya mempunyai dampak negatif, karena
mengakibatkan lahan menjadi berkurang, sedangkan pantai akresi mempunyai dampak
positif dan negatif.
Dampak positif, adalah semakin bertambahnya lahan tambak dan lahan pertanian
di daerah tersebut.
Sedangkan dampak negatif adalah terjadinya pendangkalan alur sungai yang
mengakibatkan kapal-kapal nelayan kesulitan untuk memasuki sungai.
Pendangkalan juga terjadi di laut yaitu di sekitar dermaga atau pelabuhan yang dapat
mengganggu kegiatan kapal nelayan keluar masuk pelabuhan.
Wilayah Pantai Abrasi dan Akresi Peta perubahan garis pantai menunjukkan adanya
kaitan antara faktor alam dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab
terjadinya perubahan garis pantai (abrasi dan akresi), dijelaskan antara lain sebagai
berikut :
1. Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum seimbang, di pantai Eretan yang
diperlihatkan oleh bentuk garis pantai. Kondisi lahan sudah mengalami abrasi
mendekati jalan raya Jakarta Cierebon sejauh tinggal beberapa puluh meter saja dari
badan jalan raya.
2. Demikian juga pantai wisata Tirtamaya, memiliki kondisi tegak lurus terhadap
kedatangan angin dan gelombang laut, sehingga banyak bangunan pantai yang hilang,
juga perlindungan pantai yang ada juga sudah mulai terkikis air laut.
3. Kehilangan perlindungan pantai, yaitu hutan bakau yang hilang oleh terpaan
gelombang.
4. Pendangkalan sungai yang mengakibatkan kapal-kapal nelayan mengalami kesulitan
untuk keluar masuk sungai. Penataan DAS di daerah hulu dengan pemanfaatan lahan
tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan pendangkalan di daerah hilir.
5. Perusakan perlindungan pantai alami akibat penebangan pohon bakau untuk
pembukaan lahan baru sebagai kawasan pertambakan ikan/udang. Pembukaan lahan ini
dilakukan karena tuntutan pengembangan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup manusia .
6.Perubahan keseimbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat pembuatan
perlindungan pantai, seperti pembuatan jetty, pemecah gelombang, pembangunan
pelabuhan di kawasan industri perminyakan Balongan, dengan melalui kegiatan
reklamasi pantai.
Kondisi pantai abrasi dan pantai akresi di daerah pesisir Indramayu , (pantainya
ditempati oleh alluvium, hal ini disebabkan oleh banyaknya sungai yang bermuara di
daerah penelitian. Pada umumnya daerah ini mempunyai daya dukung terhadap energi
gelombang sangat kecil. Proses abrasi terjadi di sepanjang pantai eretan, pada saat ini
sudah pada tingkat penanganan yang serius, mengingat daerah pantai Eretan
merupakan daerah padat dengan berbagai infrastruktur seperti jalan raya pantai utara
Jakarta- Cirebon yang mempunyai jarak dari pantai tinggal beberapa puluh meter saja,
kawasan pemukiman dan rencana pengembangan sarana transportasi.
Bangunan penahan abrasi yang ada sekarang sudah mulai bergerak ke arah darat
dan telah banyak memakan korban seperti rumah penduduk, lahan pertanian dan
pertambakan.
Penggunaan Lahan Pantai Abrasi dan Akresi Secara rinci daerah penggunaan lahan
wilayah pesisir pantai Indramayu mempunyai sifat-sifat lahan sebagai berikut :
1. Lahan hutan bakau/konservasi, bersifat kultural untuk perlindungan dan pelestarian
alam
2. Lahan industri termasuk pertambakan ikan dan udang, karena sifat permukaan yang
datar serta posisi geografi memberikan kemudahan bagi pengembangan industri.
Transportasi barang dan orang melalui air (laut dan sungai) dapat menekan biaya
produksi.
3. Lahan pemukiman, karena perkembangan industri, perdagangan, pertanian dan
kegiatan lainnya akan menarik manusia untuk tinggal menetap dan mencari nafkah.
4. Lahan pertanian, endapan dataran banjir yang menutupinya merupakan endapan
yang subur untuk dimanfaatkan sebagai tanah pertanian.
5.Lahan wisata, sehubungan dengan keindahan alam pantai dan kebutuhan rohani
manusia.
6.Lahan untuk kebutuhan infrastruktur, sebagai akibat pembangunan dan
pengembangan wilayah pesisir.
Cara menanggulangi dampak negatif perubahan garis pantai