Anda di halaman 1dari 6

GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi

Oseanografi Fisis UTS 232023614


1. a.) Jelaskan perbedaan fokus keilmuan bidang hidrografi, teknik kelautan dan
oseanografi !
b.) Deskripsikan korelasi antara Hidrosfer-Litosfer-Atmosfer ?
2. a.) Jelaskan definisi dari salinitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya salinitas pada perairan laut !
b.) Jelaskan yang dimaksud dengan distribusi salinitas secara horizontal dan vertikal!
3. Deskripsikan konsep pemetaan untuk zonasi penangkapan ikan dikaitkan dengan
kesuburan perairan !

4.
a.) Deskripsikan korelasi abrasi dan pengaruhnya terhadap penggunaan lahan di
pesisir seperti pada gambar di atas ini !
b.) Deskripsikan transformasi gelombang dan jenis-jenisnya !

JAWABAN

1. a.) Perbedaannya ada pada fokus utama dari ketiga bidang keilmuan tersebut.
Hidrografi lebih fokus dalam pengumpulan, pengukuran, dan pemetaan data
geografis dari permukaan maupun kedalaman air. Lebih detailnya, mencakup
pembuatan peta laut yang akurat untuk keperluan navigasi dan aktivitas maritim
lainnya. Metodenya dengan menggunakan teknologi sonar (Transducer) untuk survei
topografi lautnya.
Teknik kelautan lebih fokus dalam aspek rekayasa dan teknologi yang berkaitan
dengan laut dan perairan. Aspek tersebut melibatkan desain, konstruksi, dan
pemeliharaan struktur kelautan, seperti kapal, pelabuhan, dan dermaga. Kegiatannya
berupa pengembangan teknologi kelautan, contohnya seperti desain kapal, sistem
navigasi, dan infrastruktur laut. Lainnya yaitu pemeliharaan dan manajemen struktur
kelautan, seperti dermaga dan pelabuhan.
GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi
Oseanografi Fisis UTS 232023614
Oseanografi lebih fokus dalam mempelajari laut secara menyeluruh, yaitu dalam
aspek fisika, kimia, biologi dan geologi laut tersebut. Bidang keilmuan oseanografi
memandang laut sebagai sistem kompleks yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling terkait. Kegiatan dalam bidang keilmuan ini yaitu penelitian lapangan untuk
mengumpulkan data fisika, kimia, biologi, dan geologi laut serta analisis data untuk
memahami dinamika laut dan hubungan antar komponen sistem laut.
b.) Hidrosfer, litosfer, dan atmosfer merupakan tiga lapisan bumi yang saling terkait
dan berinteraksi secara kompleks.
Hidrosfer mencakup semua lapisan dalam bentuk air di permukaan bumi, termasuk
sungai, danau, samudra, es, dan air tanah di bawah permukaan. Interaksinya
dengan litosfer yaitu, Air sungai dapat mengubah bentuk lapisan litosfer melalui erosi
dan sedimentasi serta gelombang dan arus laut dapat mempengaruhi garis pantai
dan bentuk bumi lainnya. Interaksinya dengan atmosfer yaitu, Proses penguapan
dari permukaan air ke atmosfer memungkinkan siklus air serta Hujan dan salju yang
terjadi dalam atmosfer menyuplai air kembali ke hidrosfer.
Litosfer merupakan lapisan padat permukaan bumi yang meliputi kerak bumi.
Interaksinya dengan hidrosfer yaitu, Hidrosfer dapat mengubah lapisan litosfer
melalui erosi, seperti pembentukan lembah dan gletser serta air tanah dapat
meresap ke dalam litosfer dan membentuk akuifer, yang merupakan sumber air
bawah tanah. Interaksinya dengan atmosfer yaitu, proses pelapukan dan erosi
litosfer menghasilkan partikel-partikel yang dapat diangkut oleh angin (erosi aeolian)
atau air (erosi air), mempengaruhi atmosfer serta aktivitas vulkanik dari litosfer dapat
melepaskan gas dan partikel ke atmosfer.
Atmosfer adalah lapisan gas yang mengelilingi bumi, terdiri dari nitrogen, oksigen,
dan berbagai jenis gas-gas lainnya. Interaksinya dengan hidrosfer yaitu, atmosfer
memainkan peran dalam siklus air dengan mengatur penguapan, kondensasi, dan
presipitasi air yang membentuk hujan dan salju serta angin dan badai atmosfer dapat
mempengaruhi permukaan air, menciptakan gelombang laut dan mengarahkan arus
laut. Interaksinya dengan litosfer yaitu, cuaca atmosfer dapat mempengaruhi litosfer
melalui perubahan suhu, hujan asam yang dapat mengakibatkan pelapukan batuan,
dan perubahan iklim yang mempengaruhi kondisi umum di permukaan bumi
Berikut pun ada contoh korelasi dari ketiganya yaitu, siklus air dan pemanasan global

2. a.) Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
merupakan jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air
laut. Perairan laut memiliki salinitas yang bervariasi di seluruh dunia dan dipengaruhi
oleh sejumlah faktor alami dan antropogenik. Garam di laut berasal dari proses yang
kompleks , secara umum dibagi tiga sumber utama: pelapukan batuan di darat,
gas-gas vulkanik; dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal di laut dalam. Satuan dari
salinitas dinyatakan dalam part per thousand (ppt or ‰). Distribusi salinitas
dipengaruhi oleh evaporasi, curah hujan, pola sirkulasi arus, dan aliran sungai.
Terbagi menjadi distribusi horizontal dan vertikal. Distribusi horizontal bergantung
GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi
Oseanografi Fisis UTS 232023614

pada posisi atau lintang suatu wilayah.


Diidentifikasi secara global dengan data satelit. Distribusi vertikal salinitas berkaitan
dengan perbedaan radiasi matahari yang diterima suatu daerah di permukaan bumi.
b.) Distribusi salinitas secara horizontal dan vertikal merujuk pada cara salinitas air
laut bervariasi di dalam suatu wilayah. Distribusi salinitas secara horizontal mengacu
pada variasi salinitas di permukaan laut antar lokasi yang terletak secara horizontal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi salinitas horizontal melibatkan pengaruh
dari daratan, angin, arus laut, dan aliran sungai. Misalnya, daerah muara sungai
cenderung memiliki salinitas yang lebih rendah karena air tawar sungai dicampur
dengan air laut. Di daerah yang menerima curah hujan tinggi, seperti hutan hujan
tropis, salinitas air laut dapat lebih rendah daripada di daerah yang lebih kering.
Distribusi salinitas secara vertikal berkaitan dengan bagaimana salinitas berubah
seiring kedalaman air. Biasanya, terdapat lapisan-lapisan dengan karakteristik
salinitas yang berbeda di dalam kolom air. Lapisan tersebut mencakup: Lapisan
Permukaan : Lapisan ini seringkali memiliki salinitas yang lebih rendah karena
dipengaruhi oleh penguapan, hujan, dan aliran sungai. Halocline: Ini adalah lapisan
dengan perubahan salinitas yang tajam di dalam kolom air. Lapisan Dalam : Di
bagian bawah kolom air, salinitas dapat meningkat karena kurangnya interaksi
dengan atmosfer dan lebih banyak dipengaruhi oleh proses-proses laut dalam,
seperti pembentukan es laut dan aliran laut dalam.
Di daerah tertentu, fenomena seperti upwelling dan downwelling juga dapat
mempengaruhi distribusi salinitas vertikal. Upwelling membawa air dari kedalaman
ke permukaan, sementara downwelling mengarahkan air dari permukaan ke
kedalaman. Kedua proses ini dapat mempengaruhi salinitas di berbagai lapisan air

3. Konsep ini melibatkan identifikasi dan pemetaan daerah laut yang memiliki kondisi
kesuburan yang berbeda-beda. Tujuannya untuk membantu nelayan dan
pengelolaan sumber daya perikanan dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi yang paling
produktif untuk penangkapan ikan. Idealnya, proyek dibagi dua tim dimana satu tim
GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi
Oseanografi Fisis UTS 232023614
berangkat menuju ke lapangan dan satu tim bekerja di studio. Ada beberapa konsep
dan aspek yang terkait dalam pemetaan zonasi penangkapan ikan terhadap
kesuburan perairan, yaitu parameter kesuburan laut, pemetaan produktivitas laut,
pemetaan struktur dasar laut, pemodelan oseanografi, penggunaan teknologi
penginderaan jauh, dan penelitian ekologi perairan. Tim survei lapangan
membangun lab kecilnya di kapal untuk melakukan kegiatan parameter kesuburan
laut, pemetaan struktur dasar laut, pemodelan oseanografi dan penelitian ekologi
perairan. Sedangkan tim yang ditinggal di studio melakukan pemetaan produktivitas
laut dan penggunaan teknologi penginderaan jauh.

4.
a.) Pada gambar di atas, terlihat wilayah pesisir dengan garis pantai berada di titik
I=I0 dan makin lama makin tergerus oleh abrasi yang diakibatkan oleh gelombang
pantai sehingga garis pantai menjadi I=In. Di wilayah pesisir tersebut terdapat empat
jenis penggunaan yang jika dibiarkan wilayahnya tergerus abrasi, maka wilayah
penggunaan lahan tersebut akan berkurang. Tentu peristiwa abrasi memiliki dampak
pada penggunaan lahan wilayah tersebut selain berkurangnya lahan. Sawah, yang
awalnya memiliki lahan 40 bidang, bisa berkurang menjadi hanya 5-10 bidang,
bahkan hilang jika kita lihat dari perkiraan tergerusnya di I=In. Tentu penghasilan
petani tersebut bakal berkurang juga yang awalnya Rp. 3.000.000,- bisa menjadi
hanya Rp. 750.000,- Itu pun belum ditimbang dari permasalahan banjir rob yang
biasa terjadi di wilayah pesisir. Lalu pada tambak garam dan tambak udang pun
bakal mengalami kerugian dari peristiwa abrasi ini. Pengurangan penghasilan di tiga
jenis penggunaan lahan ini bisa menyebabkan peralihan pekerjaan jika peristiwa
abrasi tidak diatasi. Dan yang terakhir ialah permukiman. Ada empat respon yang
dapat dilakukan oleh penduduk di permukiman di wilayah pesisir. Ada adaptasi,
proteksi, reklamasi dan migrasi.
Respon adaptasi yaitu dengan cara beradaptasi dengan datangnya banjir rob yang
menghantam permukiman tersebut. Contohnya ialah mengubah rumah menjadi
GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi
Oseanografi Fisis UTS 232023614
rumah panggung, meninggikan lantai rumah, meninggikan jalan, membuat pompa air
yang bisa dinyalakan ketika banjir rob datang, dll. Tentu ada kerugian yang dialami
tidak seberapa, namun efektifitasnya kurang karena seiring waktu, jika hanya
beradaptasi, tentu lahan yang digunakan permukiman akan hilang dihantam air laut,
Respon proteksi yaitu dengan cara menahan air laut yang datang. Biasanya
dilakukan dengan cara membuat kebun mangrove dan membuat tanggul dengan
bahan yang kuat serta tahan lama dari terjangan air laut.
Respon reklamasi yaitu dengan cara menimbun tanah di area yang rawan abrasi
sehingga wilayah pesisir tersebut bisa ditata ulang agar tertata dan rapi. Selain itu,
bisa menahan air agar abrasi tidak terjadi. Namun, perlu biaya yang banyak agar
kegiatan ini dapat terealisasi serta dapat mengganggu kehidupan flora & fauna yang
hidup di wilayah pesisir ini.
Yang terakhir adalah respon migrasi dimana penduduk pindah dari permukiman
wilayah pesisir tersebut. Respon ini merupakan respon paling efektif namun perlu
diperhatikan pula lokasi pindahan ini, terutama bagi para pedagang di sekitar
permukiman wilayah pesisir.
b.) Transformasi gelombang merupakan perubahan karakteristik gelombang laut saat
gelombang tersebut bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain. Proses transformasi
ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya respon gelombang
terhadap bentuk pesisir pantai. Respon gelombang terhadap bentuk pantai terdapat
tiga, yaitu pantai yang lurus, pantai yang menanjung (menjorok ke laut), dan pantai
yang meneluk (menjorok ke darat).
Untuk pantai yang lurus, gelombang memiliki dua respon, yaitu ketika gelombang
membentur pantai secara tegak lurus (rip currents) dan ketika gelombang
membentur pantai secara sejajar (longshore currents)
GDB-203 Willy Widyatmaka Ardi
Oseanografi Fisis UTS 232023614

Longshore current cenderung membawa sedimen sehingga membentuk delta di


ujung.
Gelombang di wilayah pantai yang menjorok laut (tanjung) akan berkumpul arahnya
(konvergensi) sehingga di sekitar wilayah pesisir tersebut mengalami pengikisan
pantai (abrasi) lebih cepat karena energi yang dihasilkannya besar kecuali jika ada
karang di dalam laut pantainya. Contoh lokasinya ialah di pantai utara Jawa dimana
kondisi pantainya berupa mud / clay dan pasir sehingga rawan abrasi.
Gelombang di wilayah pantai yang menjorok ke darat (teluk) akan menyebar arahnya
(divergensi) sehingga di sekitar wilayah pesisir tersebut mengalami pengikisan pantai
(abrasi) lebih lambat dan energi yang dihasilkannya lemah

Anda mungkin juga menyukai