TEORI
55
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Jenis-jenis Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan yang berada
lebih rendah seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan
kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan
teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Manu, 1995):
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
c. Jembatan jalan air (waterway bridge)
d. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge)
e. Jembatan militer (military bridge)
f. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
a. Jembatan kayu (log bridge)
b. Jembatan beton (concrete bridge)
c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)
d. Jembatan baja (steel bridge)
e. Jembatan komposit (compossite bridge)
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam (Supriyadi, 2007), antara lain:
a. Jembatan plat (slab bridge)
b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
c. Jembatan gelagar (girder bridge)
d. Jembatan rangka (truss bridge)
e. Jembatan pelengkung (arch bridge)
f. Jembatan gantung (suspension bridge)
g. Jembatan kabel (cable stayed bridge)
2.2.2 Bagian-bagian Konstruksi Jembatan
Konstruksi jembatan beton terbagi menjadi 3 bagian utama struktur yaitu
struktur atas (upper structure), struktur bawah (sub structure) dan pondasi jembatan.
a. Struktur atas (upper structure) jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-
lintas kendaraan, gaya rem dan beban pejalan kaki. Struktur atas jembatan meliputi:
1) Tiang sandaran
2) Plat lantai jembatan
3) Trotoar
4) Slab lantai kendaraan
5) Balok diafragma
6) Gelagar (girder)
b. Struktur bawah (sub structure) jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur
atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan,
tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke
fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan meliputi:
1) Abutment
2) Pilar jembatan
c. Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Perencanaan pondasi meliputi pemilihan tipe pondasi yang sesuai dengan
karakteristik beban dan tanah untuk mendapatkan daya dukung yang dipersyaratkan.
= (2-1)
=h- (2-2)
dengan:
: Jarak titik berat penampang terhadap serat bawah
: Jarak titik berat penampang terhadap serat atas
h : Tinggi total balok prategang
: Luas penampang
y : Titik berat penampang
- Momen inersia terhadap sumbu x
)² (2-3)
dimana:
(untuk penampang persegi) (2-4)
∑ ∑A - ∑A.y - - ∑Ix
Berat sendiri (MS) adalah berat dari bagian tersebut dan elemen-elemen
struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural
yang dianggap tetap. Adapun faktor beban untuk berat sendiri dan beban mati tambahan
dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
Tabel 2.3 Faktor beban untuk berat sendiri
Faktor Beban (ɣMS)
MS
Tipe beban Keadaan
MS Batas Layan (ɣ
s
) Keadaan Batas Ultimit (ɣ
u
)
Bahan Biasa Terkurangi
Baja 1,00 1,10 0,90
Aluminium 1,00 1,10 0,90
Tetap Beton pracetak 1,00 1,20 0,85
Beton dicor di tempat 1,00 1,30 0,75
Kayu 1,00 1,40 0,70
(Sumber: SNI 1725-2016)
b. Beban mati tambahan/ utilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentu suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat berubah selama
umur jembatan.
Tabel 2.4 Faktor beban untuk beban mati tambahan (utilitas)
Faktor Beban (ɣMA)
c. Beban hidup
Semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas
kendaraan yang sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang
berlaku.
1) Beban lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT).
Tabel 2.5 Faktor beban untuk beban lajur “D”
Faktor Beban (ɣTD)
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit
beban s u
TD TD (ɣ ) (ɣ )
Beton 1,00 1,80
Transien Boks Girder
1,00 2,00
Baja
(Sumber: SNI 1725-2016)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas q kN/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas q adalah 49,0
kN/m.
( ) ( ) (2-8)
dengan :
VDZ : Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 : Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/jam)
VB : Kecepatan angin rencana yaitu 90 km/jam hingga 126 km/jam
Z : Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air
dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
Vo : Kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorologi
Zo : Panjang gesekan dihulu jembatan
V10 : Dapat diasumsikan V10 = VB
Tabel 2.8 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu.
Kondisi Lahan terbuka Sub urban Kota
Vo (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Zo (mm) 70 1000 2500
9) Pengaruh gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh
namun dapat mengalami kerusakan signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian anatara koefisien elastis (Csm) dengan berat struktur
ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd)
dengn formasi sebagai berikut :
(2-9)
dengan :
EQ : adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : adalah koefisien respons gempa elastis
Rd : adalah modifikasi respons
Wt : adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup (kN)
Koefisien respons elastis Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah genapa dan periode ulang
rencana.koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadan tanah sampai kedalaman
30 m di bawah struktur jembatan (SNI 1725-2016 pasal 9.7).
Gambar 2.7 Jenis-jenis Baja yang Dipakai Untuk Beton Prategang: (a) Kawat tunggal (wires).
(b) untaian Kawat (strand). (c) Kawat batangan (bars)
2.2.10 Prinsip Dasar Prategang
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa beton adalah material yang
kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kemampuan menahan tarik
beton bervariasi antara 8-14% dari kemampuan menahan tekan beton, hal ini
menyebabkan terjadinya retak akibat lentur (flexural crack) pada saat awal
pembebanan. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya
konsentris atau eksentris diberikan pada arah longitudinal elemen struktur. Gaya ini
mencegah perkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi
tegangan tarik dibagian tumpuan dan kondisi kritis pada kondisi beban kerja, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser dan torsional penampang tersebut.
Gaya longitudinal yang diterapkan seperti diatas disebut gaya prategang, yaitu
gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang disepanjang bentang di
suatu elemen struktur sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup tranversal atau
beban hidup horizontal transien (Nawy, 2001).
b. Post-Tension (pascatarik)
Dengan cetakan yang sudah disediakan, beton dicor di sekeliling selongsong
(ducts). Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya
baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah
mencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik di satu sisi dan di sisi
yang lain diangkur. Atau tendon ditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan.
Beton menjadi tertekan setelah pengangkuran.
b. Tendon Eksentris
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang
ditempatkan dengan eksentrisitas (e). Eksentrisitas akan menambah kemampuan untuk
menerima atau memikul tegangan tarik yang lebih besar lagi pada serat bawah.
Prategang juga menyebabkan perimbangan gaya-gaya dalam komponen beton
prategang. Konsep ini terutama terjadi pada beton prategang post-tension.
Gambar 2.11 Distribusi tegangan tendon eksentris
Gambar 2.12 Distribusi tegangan balok prategang dengan tendon eksentris beban mati dan
beban hidup
Balok beton yang diperlihatkan pada Gambar 2.12 memikul beban hidup dan
mati yang terbagi rata dengan q dan g. Balok diprategangkan dengan suatu tendon lurus
yang membawa suatu gaya prategang (P) dengan eksentrisitas (e). Tegangan resultan
pada suatu penampang beton diperoleh dengan superposisi pengaruh prategang dan
tegangan-tegangan lentur yang ditimbulkan oleh beban-beban tersebut. Jika Mq dan
Mg merupakan momen akibat beban hidup dan beban mati pada penampang di tengah
bentang.
2.2.13 Tegangan Izin
a. Beton
Tegangan izin beton pada saat transfer gaya prategang :
- Tegangan tekan : ci = 0,6 f’ci (2-10)
- Tegangan tarik : ti = 0,25 √𝑓 (2-11)
Tegangan izin beton pada saat layan :
- Tegangan tekan : c = 0,45 f’c (2-12)
- Tegangan tarik : t = 0,5 √𝑓 (2-13)
b. Baja prategang
Tegangan tarik izin kabel pada saat jacking = 0,94 fpy (2-14)
Tegangan tarik izin kabel setelah pengangkuran = 0,7 fpu (2-15)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-16)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-17)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-18)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-19)
dengan :
Pt : Prategang awal
Peff : Prategang efektif sesudah kehilangan
Ac : Luas penampang
es : eksentrisitas
Wa : Tahanan momen sisi atas
Wb : Tahanan momen sisi bawah
MD : Momen akibat berat sendiri
MT : Momen total akibat beban gravitasi
2.2.15.2 Kehilangan Prategang
Suatu kenyataan yang jelas bahwa gaya prategang awal yang diberikan ke
elemen beton mengalami proses reduksi yang progresif selama kurang lebih 5 tahun.
Dengan demikian, tahapan gaya prategang perlu ditentukan pada setiap tahap
pembebanan, dari tahap transfer gaya prategang ke beton, sampai ke bagian tahap
prategang yang terjadi pada kondisi beben kerja, hingga mencapai ultimit.
Perkiraan gaya prategang total.
𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 (2-20)
dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang total
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip angkur
𝑓 : Kehilangan prategang akibat friksi/gesekan
𝑓 : Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat relaksasi tendon
𝑓 : Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat susut pada beton
a. Perpendekan elastis beton (ES)
Kehilangan tegangan akibat pemendekan elastis beton dapat dihitung sebagai
berikut:
𝑓 𝑓 (2-21)
dengan :
n : Jumlah tendon atau jumlah pasangan tendon yang ditarik secara
sekuensial.
j : Menunjukkan nomor operasi pendongkrakan.
𝑓 (2-22)
dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip
∆A : Deformasi pengangkuran
: Modulus elastika kabel
L : Panjang tendon
𝑓 𝑓 ( ) ( ) (2-26)
f. Friksi (F)
Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya
dapat dihutung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑓 𝑓 (2-27)
dengan :
𝑓 : Kehilangan tegangan akibat gesekan kabel
𝑓 : Tegangan awal tendon
: Koefisien kelengkungan
: Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari
titik jacking
K : Koefisien wobble
L : Panjang baja prategang diukur dari titik jacking
2.2.16 Balok Ujung (End Block)
Daerah end block (zona angkur) merupakan bagian komponen struktur prategang
pascatarik dengan gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara
lebih merata ke seluruh bagian penampang (Nawy, 2001).
Tegangan-tegangan transversal yang timbul di daerah angkur bersifat tarik,
apabila tegangan tersebut melebihi modulus raptur beton, maka blok ujung akan
terbelah (retak) secara longitudinal, kecuali apabila tulangan vertikal digunakan. Lokasi
tegangan beton dan retaknya serta retak spalling dan bursting bergantung pada lokasi
dan distribusi gaya terpusat horizontal yang diberikan oleh tendon prategang ke pelat
tumpu ujung.
Pada balok pasca tarik, transfer dan distribusi beban secara gradual tidak
mungkin terjadi karena gayanya bekerja secara langsung dimuka ujung balok melalui
plat tumpu dan angker. Juga sebagian atau seluruh tendon di balok pasca tarik
ditinggikan atau dibentuk draped kearah serat atas melalui bagian badan dari
penampang beton.
Gambar 2.13 Reduksi gaya prategang di dekat tumpuan, (a) Menaikkan sebagian tendon, (b)
Pemberian lapisan pada sebagian tendon (Nawy, 2001)
Duct
a) Angkur hidup (angkur tipe SA) b) Angkur mati (angkur tipe FA)
Gambar 2.16 Angkur pada girder
(sumber: BBR CT CONA CMI)
c. Penulangan abutment
Untuk penulangan abutment, apabila ukuran penampang, beban aksial dan
momen yang bekerja telah diketahui, maka luas tulangan dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram interaksi kolom yang terdapat pada lampiran.
c. Pondasi dalam
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi dalam minimal mencapai ± 6 m dibawah
permukaan. Pondasi yang cocok pada kedalaman ini adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dibuat dari bahan kayu, besi profil, pipa baja maupun beton
bertulang, yang dapat dipancang sampai kedalaman ± 60 m dibawah permukaan tanah.
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
LOKASI
Koordinat:
Latitude : -8,646967
Longitude : 116,085385
Mulai
Persiapan
A
A
Preliminary Design:
Merencanakan pelat lantai jembatan
Merencanakan kerb dan trotoar
Merencanakan deck slab precast
Diafragma
Pendimensian Girder
Analisis Pembebanan
Tidak
Kontrol desain
bangunan atas jembatan
Ok
Ok
Gambar
Selesai
16
10
45
45
25
20
25 80 20
a. Pipa Sandaran
Spesifikasi teknis:
Mutu tulangan baja (fy) = 240 MPa ( 2400 kg/cm²)
Tinggi tiang sandaran = 125 cm
Jarak tiang sandaran = 200 cm
Muatan horizontal (H) = 100 kg/m
Berdasarkan tabel profil baja (Sunggono KH, 1984) digunakan pipa baja Ø3
inchi (76,3 mm) BJ 37 dengan data sebagai berikut:
Diameter (D) = 76,3 mm
t = 4 mm
G = 7,13 kg/m
W = 15,6 cm³
1. Pembebanan pipa sandaran :
Beban vertikal
Faktor beban ultimit = 1,2
Beban vertikal (qV) = 7,13 kg/m
Beban ultimit vertikal (qVu) = 1,2 x 7,13
= 8,556 kg/m
Beban horizontal
Faktor beban ultimit = 1,6
Beban horizontal (qH) = 100 kg/m
Beban ultimit horizontal (qHu) = 1,6 x 100
= 160 kg/m
=√
= 160,229 kg/m
RAV =
= 160,229 kg
Momen yang terjadi pada pipa sandaran :
Mu =
=
= 80,114 kg.m
= 8011,4 kg.cm
Zx = x D³ x (1-(1- )³)
= 20,930 cm³
Tahanan momen nominal (Mn) :
Mn = fy x Zx
= 2400 x 20,930
= 50233,184 kg.cm
b. Tiang Sandaran
Perencanaan tiang sandaran direncanakan berdasarkan standar Bina Marga,
Perencanaan Teknik Jembatan, karena pada SNI 1725:2016 tidak dibahas secara detail.
Direncanakan :
- Jarak antar tiang sandaran = 2,00 m
- Tinggi tiang sandaran di atas trotoar = 1,00 m
1. Gaya aksial terfaktor akibat beban hidup (PL)
H1 = 100 kg/m
90 cm
2. Perhitungan momen
Gaya geser ultimit pada sandaran :
Vu = Beban x jarak sandaran
= 160 x 2
= 320 kg
Momen ultimit pada sandaran :
Mu = Beban x jarak sandaran x lengan momen
= 160 x 2 x 1,15
= 368 kg.m
3. Penulangan
Spesifikasi teknis :
- Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
- Mutu baja (fy) = 240 MPa
- h = 25 cm = 250 mm
- tebal selimut beton (p) = 2,5 cm = 25 mm
- Ø tulangan utama = 10 mm
- Ø sengkang = 8 mm
- Jarak antar tiang sandaran =2m
Tebal efektif (d) :
d = h – p – 0,5 Ø tulangan utama – Ø tulangan sengkang
d = 250 – 25 – 0,5 x 12 – 6
= 211 mm
Perhitungan tulangan utama:
Momen nominal:
= 9,7196
Tahanan momen nominal:
Rn =
= 0,517 N/mm²
Rasio tulangan diperlukan:
ρ = √ )
= √ )
= 0,00218
Rasio tulangan maksimum:
ρb =
= 0,06247
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Tahanan momen maksimum:
Rmaks = )
= 8,684 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
8,684 ≥ 0,517 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum:
ρmin = = = 0,00583
n =
=1,742 ≈ 2 buah
Asterpasang = n x As = 2 x 113,04 = 226,08 mm²
Asterpasang (=226,08 mm²) > Asperlu (=196,933 mm²) ……………….. (OK)
2
Jadi, digunakan tulangan utama 2 Ø 12 (As terpasang 226,08 mm ).
Tulangan Sengkang (geser) :
Vu = 320 kg = 3200 N
Vc = √
= √
= 30326,637 N
фVc = 0,6 x Vc
= 0,6 x 30326,637
= 18195,982 N
фVc (=18195,982 N) > Vu (=3200 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Smaks =½xd
= ½ x 211
= 105,5 mm ≈ 100 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 100 mm.
Jadi, tiang sandaran menggunakan mutu beton 29,05 MPa dan mutu baja 240
MPa dengan tulangan lentur 2Ø12 dan tulangan sengkang Ø6 – 100 mm.
2Ø12
b=160
h=250
Ø6-100
tulangan lentur
2Ø12
tulangan sengkang
Ø6-100
25
m = = = 9,7196
= 0,088 N/mm²
Rasio tulangan balance :
ρb =
= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583
ρ = √ )
= √ )
= 0,00037
ρ (=0,00037) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00583 x 200 x 169
2
= 985,833 mm
Digunakan tulangan Ø12 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 12
2
= 113,04 mm
Jarak antar tulangan (s) :
S =
Asterpasang = = = 1130,4mm²
= √
= 151812,8 N
фVc = 0,6 x Vc = 0,6 x 151812,8 = 91087,71 N
фVc (= 91087,71 N) > Vu (= 8000 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Maka digunakan tulangan geser praktis 2 Ø 8
Jadi, kerb menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy) 240
MPa dengan tulangan lentur Ø12 – 100 dan sengkang 2 Ø8.
2Ø8
Ø6-100
25
20
100 mm
Ø12-100
2Ø8
200 mm
DETAIL PENULANGAN KERB
G . ambar kerb
4TA4MDPeAtaKilApTeAnSula
ngan
45 I
80
II
45
III
25 IV V VI
20 VII
25 80 20
10
H1 = 100 kg/m
45
45 q = 500 kg/m²
H2 = 500 kg/m
25
20
Momen (M) total akibat beban hidup pada trotoar sebesar = 610 kg.m
Faktor beban ultimit = 1,6
Momen ultimit beban hidup (MTP) = 1,6 x 610 = 976 kg.m
Sehingga,
Momen ultimit (Mu) = MMS + MTP = 1147,037 + 976 = 2123,037 kg.m
b. Penulangan trotoar
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
h = 250 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x D. tulangan utama
= 250 – 25 – 0,5 x 16 = 217 mm
Penulangan lentur :
Momen nominal:
m = = = 16,1993
Rn = = = 0,5636 N/mm²
ρ = √ )
= √ )
= 0,00143
Rasio tulangan balance :
ρb =
=
= 0,03148
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,02361
Tahanan momen maksimum:
Rmaks = )
= 7,639 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
7,639 ≥ 0,564 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
= 264,595 mm ≈ 250 mm
S = = = 251,2 mm ≈ 250 mm
Jadi, slab lantai trotoar menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 400 MPa dengan tulangan lentur D16 – 250 dan tulangan bagi Ø 12 – 250 mm.
2Ø12
Ø6-100 mm
Ø12-250 mm D16-250 mm
42 m
1,4 m
Beban 0,05
2 0,025 0,
h 0,75 h
h = tp + (ts – p – dt/2)
Mencari h
= 0,05 + (0,2 - 0,025 - 0,016/2)
= 0,217 m
Beban hidup kondisi I (Tinjau keadaan beban satu roda)
v1 Ly
u1
1,4 m
1,4 m
B e b a n h id u p
Dar
m1 = 0,102
momen :
i gra fik M . Pi geaud d ipero le h koe fisie n
ko n d 1
m 2=0 ,051
Momen lentur beban hidup kondisi I
Mlk1x = rm x PI x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x 202,5 x (0,102 + 0,15 x 0,051)
= 17,763 kN.m/m
Mlk1y = rm x PI x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 202,5 x (0,051 + 0,15 x 0,102)
= 10,741 kN.m/m
Beban hidup kondisi II (2 roda berdekatan dengan jarak as ke as 1 m)
v1 Ly
u1
u1 u1 1
u1
A A
1,4 m
1,184
1,184
u = 2,184
u = 2,184 m
v = v1 = 0,684 m
Rasio bidang beban pelat :
0,25 0,25
0,684 2y 0,684
1
y y
u1 1,4
v1
Ly
Mencari nilai y :
(1/2 x v1) + 2y + (1/2 x v1) =1
(1/2 x 0,684) + 2y + (1/2 x 0,684) =1
0,684 + 2y =1
2y = 0,316
y = 0,158 m
- Formasi (i)
u = u1 = 1,184 m
v = 2 (v1 + y) = 2 (0,684 + 0,158) = 1,684 m
Rasio bidang beban pelat :
55
Rasio bidang beban pelat :
56
c. Penulangan pelat lantai
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Tebal pelat (h) = 200 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
- Rasio tulangan balance :
ρb =
= 0,03148
- Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,0236
- Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
- m = = = 16,199
ρperlu = √ )
57
= √ )
= 0,00797
Kontrol : ρ (=0,00797) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00797
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00797 x 1000 x 167
2
= 1330,289 mm
- Digunakan tulangan D16 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 16
2
= 200,96 mm
- Jarak antar tulangan (s) :
S =
= 151,065 mm ≈ 150 mm
58
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c
= 0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85 x 29,736
= 624121,664 N
= 1339,733 x 600 x ( )
= 88228,664 N
Ts2 = As’ x fy
P= 1e3n39u,7l3a3nxg4a00n plat
= 53589a3 rNah x
Ts1 (a) Cc (b)
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,736)/2 = 87,362
100-33 = 67
100 mm 100-33 = 67
Ts2
Kapasita s m o m e n :
P e n u l a ngan plat
= Cc x (b) – Ts1 x (a ) + T s2 x (a) > Mn
a r ah y
= 624121,664 x 87,362 – 88228,664 x 67 + 535893 x 67 > Mn
Ts1 (a) Cc
=1008m4m518125 N.mm > 83129821 1N00.-m(b)a/2m=10…0-(0…,85x…
100-49 =
29,.94(4O)/2K= )87,274
51
- m = = = 16,199
ρperlu = √ )
59
= √ )
= 0,00453
Kontrol : ρ (=0,00453) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00453
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00453 x 1000 x 151
2
= 684,070 mm
- Digunakan tulangan D16 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 16
2
= 200,96 mm
- Jarak antar tulangan (s) :
S =
= 293,771 mm ≈ 250 mm
60
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c
Pe nu la n gan pla t
= 0 ,8 5 x 2 9, 05 x 1 000 x 0 ,8 5 x 29,944
= 628476a,7r6a2hN x
= 306940,762 N
Ts2 = A s’ x fy
P e n u langan
plat
= 803,8 x 40 0
a r ah y
= 321536 N (a) Cc (b)
Ts 1
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,944)/2 = 87,274
100-49 = 51
100-49 = 51
100 mm
Ts2
Kapasitas momen :
= Cc x (b) – Ts1 x (a) + Ts2 x (a) > Mn
= 628476,762 x 87,274 – 306940,762 x 51 + 321536 x 51 > Mn
= 55593997 N.mm > 39801710 N.mm ………. (OK)
Jadi, pelat lantai menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan pelat arah x (melintang) D16 – 150 dan tulangan pelat arah y
(memanjang) D16 – 250 mm.
108
100
62
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
h = 70 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tulangan utama
= 70 – 25 – 0,5 x 10 = 40 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 155,95 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m = = = 9,7196
ρb =
= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583
ρ = √ )
= √ )
= 0,00521
ρ (=0,00521) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
2
As perlu = ρ x b x d = 0,00583 x 1000 x 40 = 233,333 mm
63
Digunakan tulangan Ø10 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 10
2\
= 78,5 mm
Jarak tulangan pokok (s) :
s =
= 336,429 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 10 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 60,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 60,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
60,667 mm < 336,429 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, maka digunakan S = 140 mm
64
Jarak tulangan bagi :
S =
= 209,333 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 8 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 58,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 58,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
58,667 mm < 209,333 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, digunakan S = 140 mm
Digunakan tulangan bagi Ø8-140 mm
Jadi, deck slab precast menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 240 MPa dengan tulangan lentur Ø10 – 140 dan tulangan bagi Ø8 – 140 mm.
4.2.6 Diafragma
Perencanaan diafragma menggunakan simple beam, yaitu diafragma dianggap
berdiri sendiri sehingga hanya menerima beban berat sendiri. Adapun fungsinya sebagai
pengunci dan pengaku antar girder agar tidak terjadi guling. Sebenarnya untuk menahan
gaya guling telah ditahan oleh berat sendiri girder dan diperkuat dengan perencanaan
struktur plat lantai komposit dengan girder. Sehingga dengan adanya diafragma akan
membuat Jembatan Kesejahteraan menjadi lebih aman.
65
DIAFRAGMA
Pelat beton
Deck slab
Diafragma 80 cm
20 cm
92 cm
a. Pembebanan
Diafragma merupakan struktur yang bekerja menahan berat sendiri (tidak
menerima beban luar dan tidak sebagai struktur utama).
1. Berat sendiri diafragma (WD)
WD = h x BJ beton
= 0,8 x 2400
2
= 1920 kg/m
WUD = 1,2 x WD
= 1,2 x 1920
2
= 2304 kg/m
qU = b x WUD = 0,2 x 2304 = 460,8 kg/m
2. Perhitungan momen (M)
MA = MB =
=
= 35,502 kg.m
b. Penulangan diafragma
Direncanakan :
Ø tulangan utama = 19 mm
Ø tulangan bagi = 8 mm
Ø tulangan sengkang = 6 mm
Tebal selimut beton (p) = 50 mm
h = 800 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tul. utama – Ø tul. sengkang
= 800 – 50 – 0,5 x 19 – 6 = 734,5 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 35,502 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m = = = 16,199
=
= 0,0315
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0315 = 0,0236
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
ρ = √ )
= √ )
67
= 0,0000094
ρ (=0,0000094) < ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρmin = 0,0035
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
As perlu =ρxbxd
= 0,0035 x 200 x 734,5
2
= 514,15 mm
Digunakan tulangan D19 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 19
2
= 283,385 mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) :
n =
= ≈ 2 buah
Asterpasang = As x n = 283,385 x 2 = 566,77 mm²
Asterpasang (= 566,77 mm²) > Asperlu (= 514,15 mm²) ……………….. (OK)
2
Jadi, digunakan tulangan 2 D 19 (As terpasang 566,77 mm )
Tulangan bagi :
Asb = 10% Astulangan utama
= 10% x 566,77
2
= 56,677 mm
Digunakan tulangan Ø 8 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 8
2
= 50,24 mm
Jumlah tulangan bagi :
n =
= 1,128 ≈ 2 buah
Digunakan tulangan bagi 2 Ø 8
Tulangan sengkang (geser) :
Vu = ½ x qu x l
= ½ x 460,8 x 0,92
= 211,968 kg = 2119,68 N
Vc = √
= √
= 131960,397 N
= = 39588,12 N
Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Jarak maksimum (Smaks) :
Smaks = 16 x Ø tulangan utama = 16 x 19 = 304 mm
Smaks = 48 x Ø sengkang = 48 x 6 = 288 mm
Smaks =b = 200 mm
Smaks =½xd = ½ x 734,5 = 367,25 mm
Dari kriteria di atas dipilih jarak maksimum (Smaks) terkecil, yaitu :
Smaks = 200 mm ≈ 150 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 150 mm.
Jadi, diafragma menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan lentur 2 D 19 dan tulangan bagi 2 Ø 8 serta sengkang Ø6 –
150 mm.
sengkang Ø6 - 150
tulangan lentur
2 D19
b= 200 mm
ya=
3 971,0
3 6
0
5
1
8 4
9
5
0
3
yb= 878,94
2
1
300
1000
G
a
m
b
a
r
4
.
70
1 2 63 2 1 2 3 9 8 8
1 3 19
0 2 81 06 6
11 90
0 2
12
3
21
95 2 81 17 13 50 41 46
B 4 19 14 142 2 16
05 2 91 79 72 895 0 34
e 5 19 16 90 5 9
n 95 2 82 13 84 50 3 5
6 24 36 38 85 89
7 92 31 2 42 41 53
3 421
t 66 50
11 11
u 00 06
8 41 2 91
2
16
1
8
78
70
79
71
k 90 87 95 1 98 06
9 37 2 41 8 1 40 40
3T 68 3 8 48 50
d 1 112 430
o 2 732 301
a
n
d
i
m
e
n
s
i
P
C
H
-
1
8
5
71
Penentuan cgc balok prategang :
yn = yb = = = 87,894 cm
kb = = = 34,549 cm
9 100
8 100
7
6
330
ya= 971,06
4 950
3
yb= 878,94
2
1 300
1850
72
4
= 69303714,549 cm
Penentuan batas inti (batas kern) penampang komposit
Kac = = = 41,532 cm
Kbc = = = 45,303 cm
5a
13 5b
50
12 4 950
65
11 3
ybc = 1069,52 mm
10 2
1 300
1000
73 BEB
1,8
yac
ybc
- Momen maksimum di tengah bentang
2 2
Mgmaks = 1/8 x qbs x L = 1/8 x 3206,5 x 42 = 707033,25 kg.m
- Reaksi perletakan :
VA = VB =
Tabel 4.6 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat sendiri balok (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qg.x ) Dx = VA-(qg.x)
0 0 67336,5
1 65733,25 64130
2 128260 60923,5
3 187580,25 57717
4 243694 54510,5
5 296601,25 51304
6 346302 48097,5
7 392796,25 44891
8 436084 41684,5
9 476165,25 38478
10 513040 35271,5
11 546708,25 32065
12 577170 28858,5
13 604425,25 25652
14 628474 22445,5
15 649316,25 19239
16 666952 16032,5
17 681381,25 12826
18 692604 9619,5
19 700620,25 6413
20 705430 3206,5
21 707033,25 0
2. Berat diafragma
Direncanakan :
Tebal balok diafragma = 0,2 m
Panjang baok diafragma = 0,92 m
Tinggi balok diafragma = 0,80 m
PD = p x l x t x wdiafragma
= 0,92 x 0,2 x 0,8 x 2400 = 353,28 kg
Total PD = n x PD
= 8 x 353,28 = 2826,24 kg
74
SENDIRI
BERAT DIAFRAGMA BEBAN M
DER
qbs x
P P P P P P
D D D D D D
P P
D D x
A B
4,2 4,2 4,2 2,1
B
6,3
21
A
42 42
BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan :
VA = VB = 1,8
yac
x
ybc
Tabel 4.7 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat diafragma (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg) A
X (m)
0 0 1413,12
1 1413,12 1413,12
2 2826,24 1413,12
3 4239,36 1413,12
4 5652,48 1413,12
5 7065,6 1413,12
6 8478,72 1413,12
7 9644,544 1059,84
8 10704,384 1059,84
9 11764,224 1059,84
10 12824,064 1059,84
11 13707,264 706,56
12 14413,824 706,56
13 15120,384 706,56
14 15826,944 706,56
15 16427,52 353,28
16 16780,8 353,28
17 17134,08 353,28
18 17487,36 353,28
19 17805,312 0
20 17805,312 0
21 17805,312 0
y bc
VA = VB = B
A
42
Tabel 4.8 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati sendiri (beban merata), L=42m
Momen (kgm)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qMS.x ) D
0 0
1 100311,01
2 195728,8
3 286253,37
4 371884,72
5 452622,85
6 528467,76
7 599419,45
8 665477,92
9 726643,17
10 782915,2
11 834294,01
12 880779,6
13 922371,97
14 959071,12
15 990877,05
16 1017789,76
Tabel 4.8 (lanjutan)
17 1039809,25 19572,88
18 1056935,52 14679,66
19 1069168,57 9786,44
20 1076508,4 4893,22
21 1078955,01 0
. 2. Beban terpusat
Balok diafragma yang dipasang berfungsi sebagai pengaku antar gelagar (balok
prategang).
Beban terpusat diafragma, PMS = PD = 2826,24 kg
Momen maksimum diafragma, Mdmaks = 17805,312 kg.m
Gaya geser maksimum diafragma, Ddmaks = 1413,12 kg
Jadi beban mati sendiri (MS) adalah :
MS = qMS x L + PMS = 4893,22 x 42 + 2826,24 = 208341,48 kg
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati sendiri adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati sendiri (MMS) :
MMSmaks + Mdmaks = 1078955,01 + 17805,312 = 1096760,322 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat berat sendiri (DMS) :
DMSmaks + Ddmaks = 102757,62 + 1413,12 = 104170,74 kg
2
Diameter pipa = 0,1016 m; t pipa = 0,003 m; Luas pipa = 0,0009892 m
- Perhitungan beban tambahan
Tabel 4.9 Perhitungan beban tambahan (L = 42m)
No Jenis Bahan B h A w
2 3
(m) (m) (m ) (kg/m )
1 Lapisan aspal 2,8 0,05 0,14 2200
2 Air hujan 2,8 0,05 0,14 1000
3 Pipa drainase 0,0009892 7850 7,765
BEBAN MATI
N MATI SENDIRI qMA 455,765
TAMBAHAN
qMS qMA
x
B A B
42 42
BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan : VA = VB =
qEQ Tabel 4.10 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati tambahan (L=42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X 2
42 B(m) Mx = VA.x - (1/2.qMA.x ) Dx = VA-(qMA.x)
0 0,000 9571,070
1 9343,187 9115,304
2 18230,609 8659,539
3 26662,265 8203,774
4 34638,157 7748,009
5 42158,283 7292,244
6 49222,644 6836,478
7 55831,239 6380,713
8 61984,070 5924,948
9 67681,135 5469,183
10 72922,435 5013,417
11 77707,970 4557,652
12 82037,740 4101,887
13 85911,744 3646,122
14 89329,983 3190,357
15 92292,457 2734,591
16 94799,166 2278,826
17 96850,109 1823,061
18 98445,288 1367,296
19 99584,701 911,530
20 100268,348 455,765
21 100496,231 0,000
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati tambahan adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati tambahan (MMA)
2 2
MMAmaks = 1/8 x qMA x L = 1/8 x 455,765 x 42 = 100496,231 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban mati tambahan (DMA)
DMAmaks = ½ x qMA x L = ½ x 455,765 x 42 = 9571,070 kg
q = 9 x (0,5 + ) (L > 30 m)
= 9 x (0,5 + )
= 7,714 kPa
qTD = q x s = 7,714 x 2,8 = 21,6 kN/m = 2160 kg/m
b. Beban garis (BGT) :
Besarnya intensitas p = 49 kN/m
Faktor beban dinamis (FBD), didapat dari Gambar 4.20 yaitu sebesar 40%
- Reaksi perletakan :
VA = VB =
Tabel 4.11 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban lajur D (bentang 0-21 m)
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban lajur “D” adalah :
- Momen maksimum akibat beban lajur “D” (MTD)
2
MTD = (1/8 x qTD x L ) + (1/4 x PTD x L)
2
= (1/8 x 2160 x 42 ) + (1/4 x 19208 x 42) = 677964 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTD)
DTD = (½ x qTD x L) + (½ x PTD) = (½ x 2160 x 42) + (½ x 19208) = 54964 kg
E. Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari 25% dari berat gandar truk desain
atau 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR. Gaya ini harus
diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan
jalan.
Diketahui :
Berat gandar truk desain = 225 kN
Berat truk rencana = 500 kN
BEB
Jumlah balok prategang untuk jalur selebar b, nbalok = 3
Berat truk rencana balok tengah = 500 / 3 = 166,667 kN
BTR = qTD x L = 21,60 x 42 = 907,2 kN
Maka gaya rem (TTB) :
25% x 225 = 56,25 kN
= 5625 kg
5% x (166,667 + 907,2) = 53,693 kN
= 5369,333 kg
Dipakai yang terbesar yaitu, TTB = 5625 kg
1,8
yac
ybc
Dari gambar (4.21) didapat lengan momen terhadap titik berat U girder adalah :
Y = 1,8 + tp + yac
= 1,8 + 0,05 + 0,980
= 2,830 m
Momen akibat gaya rem, M = TTB x Y = 5625 x 2,830 = 15921,471 kg.m
Gaya geser dan momen maksimum akibat gaya rem adalah :
- Momen maksimum akibat gaya rem (MTB)
MTB = ½ x M = ½ x 15921,471 = 7960,735 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTB)
DTB = = = 379,083 kg
Tabel 4.12 Perhitungan momen dan gaya geser akibat gaya rem (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = Dx = M/L
0 0,000 379,083
1 379,083 379,083
2 758,165 379,083
3 1137,248 379,083
4 1516,331 379,083
5 1895,413 379,083
6 2274,496 379,083
7 2653,578 379,083
8 3032,661 379,083
9 3411,744 379,083
10 3790,826 379,083
11 4169,909 379,083
12 4548,992 379,083
13 4928,074 379,083
14 5307,157 379,083
15 5686,240 379,083
16 6065,322 379,083
17 6444,405 379,083
18 6823,487 379,083
19 7202,570 379,083
20 7581,653 379,083
21 7960,735 379,083
82
qEWl =
= 150,171 kg/m
- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg
Tabel 4.13 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban angin (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 3153,600
1 3078,514 3003,429
2 6006,857 2853,257
3 8785,029 2703,086
4 11413,029 2552,914
5 13890,857 2402,743
6 16218,514 2252,571
7 18396,000 2102,400
8 20423,314 1952,229
9 22300,457 1802,057
10 24027,429 1651,886
11 25604,229 1501,714
12 27030,857 1351,543
13 28307,314 1201,371
14 29433,600 1051,200
15 30409,714 901,029
16 31235,657 750,857
17 31911,429 600,686
18 32437,029 450,514
19 32812,457 300,343
20 33037,714 150,171
21 33112,800 0,000
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan :
- Momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan (MEWl)
2 2
MEWl = 1/8 x qEWl x L = 1/8 x 150,171 x 42 = 33112,800 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban angin pada kendaraan (DEWl)
DEWl = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg
G. Beban Gempa (EQ)
Berdasarkan persamaan (2-9) beban gempa dapat dihitung sebagai berikut:
T = 2π x √
2
Percepatan gravitasi, g = 9,8 m/det
Kp = = = 1221036,632 kg/m
Sehingga,
Ts = = 0,956 detik
PD PD PD
qEQ
= 1643,891 kg/m
qEQ
x
A B
42
- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEQ x L = ½ x x 42 = 34521,701 kg
Tabel 4.14 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban gempa (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 34521,701
1 33699,756 32877,810
2 65755,621 31233,920
3 96167,595 29590,029
4 124935,679 27946,139
5 152059,873 26302,248
6 177540,176 24658,358
7 201376,588 23014,467
8 223569,110 21370,577
9 244117,741 19726,686
10 263022,482 18082,796
11 280283,333 16438,905
12 295900,293 14795,015
13 309873,362 13151,124
14 322202,541 11507,234
15 332887,829 9863,343
16 341929,227 8219,453
17 349326,734 6575,562
18 355080,351 4931,672
19 359190,077 3287,781
20 361655,913 1643,891
21 362477,859 0,000
=
3
= 0,443 m
Wb =
=
3
= 0,490 m
2
A = 1,283 m
Ditetapkan jarak pusat berat tendon terhadap sisi bawah penampang U girder :
Zo = 0,25 m
Eksentrisitas tendon
es = yb – Zo
= 0,879 – 0,25
= 0,629 m
Momen akibat berat sendiri girder (Mbs)
Mbs = 724838,562 kgm
= 7248,386 kN.m
Tegangan serat atas :
= 28420,825 kN
= 22611,473 kN
Dari persamaan 1 dan 2 diambil gaya prategang awal :
Pt = 22611,473 kN
Digunakan kabel yang terdiri dari beberapa untaian kawat baja “Strands cable” standar
BBR VT CONA CMI, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Jenis strands = seven-wire strands according to prEN 10138-3
Nama = Y186S7
Kuat tarik strands , ( ��𝑢 ) = 1860 MPa = 1860000 kPa
Tegangan leleh strands , ( 𝑝 ) = 1580 MPa = 1580000 kPa
Diameter nominal strands , (d) = 15,7 mm = 0.0157 m
2 2
Luas tampang nominal satu strands, (Ast) = 150 mm = 0.00015 m
Beban putus nominal satu strands, (Pbs) = 279 kN
Modulus elastisitas strands, (Ep) = 195000 MPa
8
= 1,95x10 kPa
Diketahui :
Gaya prategang awal, Pt = 22611,473 kN
Dicoba menggunakan jumlah kawat untaian = 15 strand tiap tendon, sehingga:
Beban putus satu tendon,
Pb1 = Pbs x 15
= 279 x 15
= 4185 kN
Gaya prategang saat jacking :
Pj = Pt/0,85 ………………… (1)
Pj = 0,8 x Pb1 x nt ……………….... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
Jumlah tendon yang diperlukan :
nt = = = 7,946 ~ 8 tendon
=
= 188,429 kN
Persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (% jacking force)
Po =
= 79,456%
Gaya prategang akibat jacking
Pj = Po x ns x Pbs
= 79,456% x 120 x 279
= 26601,7 kN
Jumlah tendon yang digunakan adalah 8 tendon (120 strands) dengan duct diameter 85
mm dan tebal dinding 2 mm.
ya
yb es
L/2 L/2
ya yd'
yd'
Z1'
Z2' yd2'
yb
Z3'
Z4'
ya
yb
yd
Z1=Z2
Z3=Z4
- Persamaan linier, Y =
dengan, f = es = 0,629 m
- Dipakai angkur jenis BBR CONA CMI SP 1506
1. Kepala angkur
HA untuk 15 strands = 75 mm
ØA = 200 mm
2. Plat angkur
Persamaan linier, Y =
=
Untuk x = 0 (posisi angkur di tumpuan), maka :
α = ATAN (dY/dX)
dengan menggunakan persamaan di atas maka dapat dihitung sudut angkur seperti pada
tabel 4.20 berikut :
Tabel 4.20 Sudut angkur (L = 42m)
Jumlah Jumlah Diameter Fi dY/dX Sudut Angkur rad
Baris Tendon
Tendon Strands Selubung (mm) Α
1 2 30 85 1,270 0,121 0,120 6,899
2 2 30 85 0,910 0,087 0,086 4,972
3 2 30 85 0,650 0,062 0,062 3,548
4 2 30 85 0,170 0,016 0,016 0,917
b. Angkur mati
Digunakan berdasarkan spesifikasi BBR VT CONA CMI SP 1506 dengan tipe
FA, yaitu :
Zi'-
Maka posisi masing- masing tendon adalah sebagai berikut :
POSISI TENDON
1,6
1,4
1,2
Elevasi (Z)
1,0 Z1
0,8 Z2
Z3
0,6
Z4
0,4
0,2
0,0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Bentang (x)
2
Luas 15 strands = 2250 mm
Luas 8 tendon = 2250 x 8
2
= 18000 mm
Gaya prategang akibat jacking, (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 28,142 x 18000
= 506556,8 N = 506,557 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=
= 1477,874 MPa
𝜇 = 0,17 rad-1 (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
K = 0,002 /m (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
es = y = 0,629 m
X = 42 m
Sudut pusat α = = = 0,120 rad
Data perencanaan :
Jumlah tendon = 8 tendon
2 6 2
Luas penampang U girder, A = 1,283 m = 1,283 x 10 mm
4 12 4
Inersia U girder, Ix = 0,430 m = 0,43 x 10 mm
6 2
r = = = 0,335 x 10 mm
3
Gaya pendongkrak , Pj = 26601,733 kN = 26601,733 x 10 N
2
Luas 15 strands, Aps = 2250 mm
3
es = 0,629 m = 0,629 x 10 mm
3
Berat jenis beton prategang, wc = 2500 kg/m
4
Momen berat sendiri (Mbs) = 724838,6 kg.m = 724838,6 x 10 N.mm
Tegangan serat beton pada saat transfer (f’ci) = 53,12 MPa
- Modulus elastisitas beton pada saat transfer (Ec) :
Ec = √
= √
= 39174,864 MPa
- Modulus elastisitas strands (Ep) :
Eps = 195000 MPa
- Rasio moduler awal (n) :
n = = = 4,978
- Untuk Ec = 43798,830 , nilai n :
n = = = 4,452
fcs =- ( )
=- ( )
= 10,146 MPa
Sehingga,
∆fpES = n x fcs = 4,978 x 10,146 = 50,505 MPa
Diasumsikan 2 tendon didongkrak sekaligus ;
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 25,252 x 18000
= 454540,8 N = 454,541 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=
Data perencanaan :
Rasio moduler awal, n = 4,978
12 4
Inersia girder, Ix = 0,43 x 10 mm
Momen akibat beban mati tambahan,
MMA = 100496,2 kg.m = 1004962310 N.mm
fcsd = = = 1,469 MPa
Kcr = 1,6 (untuk pasca tarik)
Jadi, kehilangan prategang akibat rangkak pada beton adalah :
= 1,6 x 4,978 x (10,146 – 1,469) = 69,109 MPa
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 69,109 x 18000
= 1243958 N = 1243,958 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=
Dengan:
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon = 26,65 x 18000 = 479700 N = 479,7 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=
F. Kehilangan prategang akibat relaksasi baja (R) bentang 42 m
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2-26) sebagai berikut :
( ) ( )
Jumlah kehilangan prategang akibat gesekan angkur, gesekan kabel, perpendekan elastis
beton, akibat rangkak dan susut,
Total = 1,904 + 10,837 + 1,709 + 4,676 + 1,803 = 20,929 %
Gaya pendongkrak, Pj = 26601,733 kN
f'pi = (1 – Total%) x Pj
= (1 - 0,20929) x 26601,733 = 21034,267 kN = 21034267 N
( ) ( )
( ) ( )
= 127,640 MPa
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 127,640 x 18000
= 2297523 N = 2297,523 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
102
G. Total kehilangan prategang (∆fPT) bentang 42 m
Total kehilangan prategang dihitung dengan persamaan (2-20) sebagai berikut :
103
Luas penam p a ng U g ir de r ( A )2 = 1, 28 3 m
T e g a ng a n K o n disi A w a l (T ransfer)
Eksentrisitas tendon, (es) = 0,629 m
-Pt/A Pt.es/Wa -Mbs/Wa -fa
-17,629 32,093 -16,357 -1,893 -Mbs/Wa
es
yb
fa = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -1893,905 kPa
= -1,894 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
Tegangan a- Tegangan akibat susut
kibTaegta(nMganSs,eMrat
Aba,wTahD, TB, EW, bef
EQ)
fb = ( ) ( ) ( )
bef
-fac
-15,517
= ( ) ( ) ( )
-f'ac =-12,351
= -31872 kPa
yac yac
y'ac = -31,872 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 (Aman)
MPay)'a…c
ybc
Data perencanaan : ybc
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
fci’ = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
16,926
Tegangan ijin beton tarik (serat 0,25 x √ = 0,25 x √ = 1,822 MPa
atas)fb=c
104
Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa
105
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
3
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m
3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,562 kg.m = 7248,386 kNm
Luas peTneamgapannggaUngKirdoenr (dAi)si kehi=la1n,2g83anm2prategang
Eksentrisitas tendon, (es) (Transfe=r0),629 m
-Peff/A Peff.es/Wa -Mbs/Wa -fa
Mbs/Wa -14,608 26,593 -16,357 -4,372
es
yb
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah loss of prestress adalah sebagai
berikut :
fa = (
( ) ) (
ET G GAN AKIB
)
A
- Tegangan serat atas
N = ( ) ( ) ( )
= -4372,402 kPa
= -4,372 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
susut beton
- Tegangan serat bawah
191,21
-fac -fa
Ps/Ac -Ps.e'/Wac
0,931 fb =-1,810 ( - ) (-Ps.e'/W)ac
Ps ) 0(,87
9
= ( ) ( ) ( )
152,21
y
a
es y
yb
Gambar 4.34 Tegangan di tengah bentang setelah pelat lantai dicor (L = 42m)
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat lantai dicor adalah sebagai
berikut :
= ) ( )
IBAT E N
fa ( )
B B
(
A
- Tegangan serat atas
= ( ) ( ) ( )
= -15033,5 kPa
106
= -15,033 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah
fb = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -14223,65 kPa
= -14,224 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 MPa)…(Aman)
yac
y'ac
esc
ybc
Peff
Gambar 4.35 Tegangan di tengah bentang setelah pelat dan balok menjadi komposit (L = 42m)
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat dan balok menjadi komposit
adalah sebagai berikut :
- Tegangan serat atas pelat
fac = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -22056,02 kPa
= -22,056 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat atas balok
f'ac = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -20006,63 kPa
= -20,007 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah balok
fbc = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -1049,754 kPa
= -1,050 MPa ≤ Teg. ijin tarik(= 4,074 MPa) …(Aman)
-f'ac =-12,351
yac
y y'ac
'
ybc ybc
1
6
,
9
2
6
f
b
c
Tegangan serat akibat beban mati sendiri (MS) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
-f'ac =-1,132
yac yac
y'ac y'ac
ybc ybc
1,551
fbc
Tegangan serat akibat beban mati tambahan (MA) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
-
f'
a
c
=
-
7
,
6
3
5
yac
y y'ac
'
ybc
Ga
mb
ar
4.3
8
Teg
ang
an
aki
bat
beb
an
laju
r
“D”
(L
=
42
m)
Tega
ngan
serat
akiba
t
beba
n
lajur
“D”
(TD)
adala
h
seba
gai
berik
ut :
= -9591,588 kPa
-9,592 MPa
-
Teganga
n beton
di serat
atas
balok
f'ac =
= -7635,086 kPa
-7,635 MPa
-
Teganga
n beton
di serat
bawah
balok
fbc =
= 10462,550 kPa
10,463 MPa
yac
y y'a
' c
ybc
112
fbc =
1
Gambar =
4.39
Tegangan = 122,853 kPa = 0,123 MPa
akibat gaya
rem (L =
42m) e) Tegangan yang terjadi akibat beban
angin (EW)
Tegangan Data perencanaan sebagai berikut :
serat Momen maksimum akibat beban angin
akibat (MEW) = 331,128 kNm
gaya rem
(TB) Tahanan momen sisi atas plat (Wac)
3
adalah = 0,707 m
sebagai Tahanan momen sisi atas balok (W’ac)
berikut : = 0,888 m
3
f'ac = y
b
c
=
0,1 =
= = -372,909 kPa =
Tegan -0,373 MPa
gan
serat -
akibat
beban T
angin e
(EW)
adalah g
sebaga
i a
berikut n
:
- g
Te a
gan
gan n
bet
on
di b
ser
at e
ata
s t
pel o
at
n
f
a
c
d
=
i
s
e
r
a
t
114
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc)
bawah 3
= 0,648 m
balok
fbc
f)
Tegang
an yang
terjadi
akibat
beban
gempa
(EQ)
Data
perenca
naan
sebagai
berikut :
Momen
maksim
um
akibat
beban
gempa
(MEQ) =
3624,77
9 kNm
Tahanan
momen
sisi atas
plat
(Wac)
= 0,707
3
m
Tahanan
momen
sisi atas
balok
(W’ac)
= 0,888
3
m
115
Tegangan akibat (EQ)
bef bef
-fac
-fac -5,128
-0,468
-f'ac =- -f'ac =-4,082
0,373
yac
y'ac
ybc
0,511 5,594
fbc fbc
Tegangan yang terjadi akibat beban gempa (EQ) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
f'ac =
fbc =
Data perencanaan :
2 2
Apelat= 2776,193 cm = 0,278 m
Modulus elastiitas beton, Ec = 25332,084 MPa = 25332084 kPa
Bilangan natural, e = 2,7183
-Pt.es/Wb Mbs/Wb -fb -Peff.
ybc
-fb
26 1,974 2,905
Ps.e'/Wbc fbc
= 1452,773 kN
Tegangan yang terjadi akibat susut pada beton adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
Dengan :
: Tegangan pada balok sebelum loss of prestress
: Tegangan pada balok setelah loss of prestress
cf : The residual creep factor
cf = 1,495
e = bilangan natural = 2,7183
Gaya prategang awal (Pt) = 22611,473 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = 18736,744 kN
esc = 0,820 m
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 10967,603 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 1004,962 kN.m
Tegangan pada balok sebelum loss of prestress :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = ( ) ( ) ( )
f'ac = ( ) ( ) ( )
fbc = ( ) ( ) ( )
fac = ( ) ( ) ( )
f'ac = ( ) ( ) ( )
fbc = ( ) ( ) ( )
Pt = At x Ebalok x α x
Dengan :
At = Luas penampang yang ditinjau
Ta = Temperatur atas
Tb = Temperatur bawah
Eksentrisitas, ep =
Tegangan yang terjadi akibat perbedaan temperatur (EUn) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = ( ) ( )
f'ac = ( ) ( )
fbc = ( )
121
= -9,766 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594) + (-0,373)
= -10,524 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227) + 0,511
= -21,768 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
6. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EQ
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + (-5,128)
= -24,493 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-4,082)
= -21,364 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + 5,594
= -3,873 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
7. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : MS + MA + SH + PR + TD + TB
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113)
= -19,365 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090)
= -17,282 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123
= -9,467 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
8. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 8 (Layan I)
Layan I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn + EWL
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363 +
122
(-0,468)
= -19,3470MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
+ (-0,373)
= -18,249 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227) +
0,511
= -11,183 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
9. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 9 (Layan II)
Layan II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
10. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 10 (Layan III)
Layan III : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
11. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
δ = ( )
= ( )
= -0,068 m (lendutan ke atas)
Kontrol lendutan :
L/300 = 42/300 = 0,140 m
δ = -0,068 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
δ = ( )
= ( )
δ = ( )
= ( )
δ = ( )
= ( )
δ =
δ =
δ =
δ =
= = 0,008 m
δ =
δ =
δ =
130
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
11. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
beff
0,003 0,85 fc'
Cc
h0 C a
d
h
Ts
zo ?. s
h = 1850 mm
h0 = 200 mm
Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 1850 + 200 = 2050 mm
Kuat leleh baja pretress (fps) pada keadaan ultimit, ditetapkan sebagai berikut :
Untuk nilai, L/H ≤ 35 :
fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
L/H = 42000 / 2050 = 20,488 mm ≤ 35 …..(OK)
Sehingga, fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
= 1040,93 + 150 + 66,4 / (100 x 0,01154)
= 1248,485 MPa
Syarat : fps ≤ feff + 400 MPa
fps ≤ 0,8 x fpy
Kontrol :
fps = feff + 400 MPa = 1248,485 + 400 = 1440,930 MPa
fps = 0,8 x 1580 = 1264 MPa
fps (= 1248,485 MPa) ≤ feff + 400 MPa (= 1440,930 MPa) …..(OK)
fps (= 1248,485 MPa) ≤ 0,8 x fpy (=1264 MPa) …..(OK)
β1 = 0.85 untuk f’c ≤ 30 MPa
β1 = 0.85 - 0,05 x (f’c-30)/7 untuk f’c > 30 MPa
β1 > 0,65
Karena f’c 66,4 MPa maka : β1 = 0,85 – 0,05 x(66,4 – 30 )/7 = 0,59
β1 = 0,59 < 0,65, Sehingga digunakan β1 = 0,65
Gaya internal tendon prategang :
Ts = Aps x fps = 18000 x 1248,485 = 22472730 N
Diperkirakan, a < h0
Gaya tekan beton, Cc (Beff x a) x 0,85 x f’c dimana Cc = Ts
Maka, a = Ts / (Beff x 0,85 x f’c)
= 22472730 / (2400 x 0,85 x 66,4)
= 165,904 mm
a = 165,904 mm < h0 = 200 mm …..(perkiraan benar)
Jarak garis netral terhadap sisi atas :
c = a / β1 = 165,904 / 0,65 = 255,237 mm
Letak titik berat tendon baja prategang terhadap alas balok :
Z0 = 250 mm
Tinggi efektif balok :
d = h + h0 - Z0
= 1850 + 200 – 250
= 1800 mm
Momen nominal :
Mn = Aps x fps x (d – a/2)
= 18000 x 1248,485 x (1800 – 165,904/2)
= 38586752871 N.mm = 38587 kN.m
Kapasitas momen ultimit balok prategang (Mr) :
φ Mn = 0,8 x 38587 = 30869,402 kN.m
ya
b
b1 Bursting Steel
Z1'
a1 a a1
Pbs
Z2'
yb
Z3'
Z4'
b
b1 Bursting Steel
a1 a a1
Pbs
Gaya prategang akibat jacking pada masing – masing kabel (Pj) = P0 x ns x Pbs
ya
300
5a 350
4 5b
3 Bursting Steel 4 D13-100
Bursting Steel
5'
Pbs
a1 a a1
Pbs
4' 350 300
2
yb 3'b
1 300
350
100 100 100
Tabel 4.30 Momen statis luasan bagian atas (Sxa) bentang 42 m
Lebar b Tebal H Luas A Jumlah Luas A Lengan y Momen A
No (m) (m) (m²) bagunan (m²) (m) x y (m³)
8 b
7 b1
6 350 300
a1 a
5a 300
350
Persamaan (2) : α = ( )
Tabel 4.35 Momen dan gaya geser maksimum kombinasi 6 (Ekstrem I) bentang 42 m
x KOMBINASI
(m) Momen (kg.m) Geser (kg)
0 0,000 203606,593
1 199030,155 194453,717
2 388907,435 185300,842
3 569631,838 176147,966
4 741203,366 166995,090
5 903622,019 157842,214
6 1056887,795 148689,339
7 1200753,400 139183,183
8 1335360,145 130030,307
9 1460814,014 120877,431
10 1577115,008 111724,556
11 1684086,486 102218,400
12 1781728,448 93065,524
13 1870217,534 83912,649
14 1949553,745 74759,773
15 2019631,096 65253,617
16 2080308,275 56100,741
17 2131832,578 46947,866
18 2174204,006 37794,990
19 2207387,230 28288,834
20 2231099,626 19135,958
21 2245659,147 9983,083
a) Perhitungan tulangan sengkang pada U girder
Dengan menggunakan persamaan- persamaan untuk tinjuan geser dapat dihitung
jarak tulangan sengkang pada U girder yang ditunjukkan dalam tabel 4.36 Dan tabel
4.37 Berikut :
0 0,00 2036,07 0,000 0,060 18703,2 1120,3 915,8 2407,8 -14582,3 -0,159 0,069
1 1990,30 1944,54 0,058 0,057 18706,3 1067,1 877,4 2306,9 -16607,8 -0,135 0,097
2 3889,07 1853,01 0,114 0,054 18709,3 1013,9 839,1 2206,2 -18546,4 -0,117 0,131
3 5696,32 1761,48 0,167 0,051 18712,1 960,7 800,8 2105,4 -20398,0 -0,102 0,174
4 7412,03 1669,95 0,217 0,048 18714,8 907,5 762,5 2004,8 -22162,8 -0,089 0,225
5 9036,22 1578,42 0,264 0,046 18717,3 854,2 724,2 1904,2 -23840,9 -0,079 0,289
6 10568,88 1486,89 0,308 0,043 18719,6 800,9 686,0 1803,6 -25432,4 -0,070 0,366
7 12007,53 1391,83 0,349 0,040 18721,8 747,6 644,2 1693,8 -26931,9 -0,063 0,464
8 13353,60 1300,30 0,388 0,037 18723,9 694,3 606,0 1593,4 -28342,5 -0,056 0,581
9 14608,14 1208,77 0,424 0,034 18725,8 640,9 567,8 1493,0 -29666,7 -0,050 0,724
10 15771,15 1117,25 0,456 0,031 18727,5 587,6 529,7 1392,6 -30904,7 -0,045 0,903
11 16840,86 1022,18 0,486 0,029 18729,1 534,2 488,0 1283,0 -32052,5 -0,040 1,144
12 17817,28 930,66 0,513 0,026 18730,6 480,8 449,8 1182,7 -33110,2 -0,036 1,436
13 18702,18 839,13 0,538 0,023 18731,9 427,4 411,7 1082,5 -34081,7 -0,032 1,816
14 19495,54 747,60 0,559 0,020 18733,0 374,0 373,6 982,2 -34967,3 -0,028 2,321
15 20196,31 652,54 0,578 0,017 18734,0 320,6 331,9 872,7 -35764,4 -0,024 3,075
16 20803,08 561,01 0,593 0,014 18734,8 267,2 293,8 772,5 -36470,0 -0,021 4,080
17 21318,33 469,48 0,606 0,011 18735,5 213,8 255,7 672,4 -37089,7 -0,018 5,570
18 21742,04 377,95 0,616 0,009 18736,1 160,3 217,6 572,2 -37623,5 -0,015 7,913
19 22073,87 282,89 0,623 0,006 18736,4 106,9 176,0 462,8 -38070,6 -0,012 12,386
20 22311,00 191,36 0,628 0,003 18736,7 53,4 137,9 362,6 -38424,7 -0,009 20,548
21 22456,59 99,83 0,629 0,000 18736,7 0,0 99,8 262,5 -38692,9 -0,007 39,765
0 0,00 2036,07 0,000 0,060 18703,2 1120,3 915,8 2407,8 -14582,3 -0,159 0,069
1 1990,30 1944,54 0,058 0,057 18706,3 1067,1 877,4 2306,9 -16415,9 -0,137 0,094
2 3889,07 1853,01 0,114 0,054 18709,3 1013,9 839,1 2206,2 -18170,7 -0,119 0,126
3 5696,32 1761,48 0,167 0,051 18712,1 960,7 800,8 2105,4 -19846,9 -0,105 0,164
4 7412,03 1669,95 0,217 0,048 18714,8 907,5 762,5 2004,8 -21444,5 -0,092 0,211
5 9036,22 1578,42 0,264 0,046 18717,3 854,2 724,2 1904,2 -22963,6 -0,082 0,268
6 10568,88 1486,89 0,308 0,043 18719,6 800,9 686,0 1803,6 -24404,3 -0,073 0,337
Tabel 4.37 (Lanjutan)
7 12007,53 1391,83 0,349 0,040 18721,8 747,6 644,2 1693,8 -25761,6 -0,065 0,425
8 13353,60 1300,30 0,388 0,037 18723,9 694,3 606,0 1593,4 -27038,5 -0,059 0,529
9 14608,14 1208,77 0,424 0,034 18725,8 640,9 567,8 1493,0 -28237,3 -0,053 0,656
10 15771,15 1117,25 0,456 0,031 18727,5 587,6 529,7 1392,6 -29357,9 -0,047 0,815
11 16840,86 1022,18 0,486 0,029 18729,1 534,2 488,0 1283,0 -30397,0 -0,042 1,029
12 17817,28 930,66 0,513 0,026 18730,6 480,8 449,8 1182,7 -31354,4 -0,038 1,288
13 18702,18 839,13 0,538 0,023 18731,9 427,4 411,7 1082,5 -32233,9 -0,034 1,624
14 19495,54 747,60 0,559 0,020 18733,0 374,0 373,6 982,2 -33035,5 -0,030 2,072
15 20196,31 652,54 0,578 0,017 18734,0 320,6 331,9 872,7 -33757,0 -0,026 2,740
16 20803,08 561,01 0,593 0,014 18734,8 267,2 293,8 772,5 -34395,8 -0,022 3,629
17 21318,33 469,48 0,606 0,011 18735,5 213,8 255,7 672,4 -34956,7 -0,019 4,948
18 21742,04 377,95 0,616 0,009 18736,1 160,3 217,6 572,2 -35439,9 -0,016 7,021
19 22073,87 282,89 0,623 0,006 18736,4 106,9 176,0 462,8 -35844,6 -0,013 10,981
20 22311,00 191,36 0,628 0,003 18736,7 53,4 137,9 362,6 -36165,1 -0,010 18,203
21 22456,59 99,83 0,629 0,000 18736,7 0,0 99,8 262,5 -36407,9 -0,007 35,207
SK.D13 TULANGAN
-250 GESER
Gambar 4.47 POTO
NAN
PoUtongGanImReDlint
EanRg (L = 42m)
POTONAN MELINTANG
TUL GESER
D13
D13 D D D13
SK.D13-50 SK.D1
3-150 SK. 0
D13-20 SK.D13-250
SK.D13-100 13 13
SEGMEN 1 1/4
SEGMEN 2
8400
2100
1
SEGMEN 1 4
SEGMEN 2
dengan :
beff : lebar efektif pelat
h0 : tebal pelat
~ Jarak antara shear connector, dihitung dengan rumus :
as = fs x Ast x Kt / (fv x bv)
dengan :
Ast : Luas total shear connector
kf : koefisien gesek pada bidang kontak (=1 – 1,4)
fs : tegangan ijin baja shear connector
fs = 0,578 x fy
fci : tegangan ijin beton balok
Jika fv > 0,2 x fci , maka penampang harus diperbesar
bv = 1,74 m
beff
yac = 0,9805 m
0,8805 m
yac Shear yac-ho/2
connector
c.g.c
Data perencanaan :
Dimensi :
beff = 2400 mm
h0 = 200 mm
bv = 660 mm
Section properties :
yac = 980,484 mm
11 4
Ixc = 6,9 x 10 mm
Mutu beton : K-800
2
Kuat tekan beton, f’c = 66,4 MPa = 6,64 kg/mm
2
Tegangan ijin beton, fci = 0,30 x f’c = 0,3 x 6,64 = 1,992 kg/mm
2
Tegangan ijin geser, fvim = 0,20 x f’c = 0,2 x 6,64 = 1,328 kg/mm
Mutu baja : U – 32
2
Tegangan leleh, fy = 320 MPa = 32 kg/mm
2
Tegangan ijin, fs = 0,578 x 32 = 18,496 kg/mm
kf =1
Dicoba 2 x 2 buah shear connector untuk satu baris dengan tulangan D 16
2 2
Ast = 2 x (2 x ¼ x π x D ) = 803,84 mm
Momen statis luasan pelat terhadap titik berat penampang komposit,
8 2
Sx = beff x h0 x ( ) = 2400 x 200 x ( ) = 4,2 x 10 mm
Perhitungan tegangan geser horizontal akibat gaya lintang dan jarak antar shear
connector dapat dilihat pada tabel 4.38 Berikut :
c.) Terbebani
Perletakan harus mampu memikul dan menyalurkan beban dari bagian struktur
atas kebagian struktur bawah tanpa terjadai kerusakan. Kemampuan perletakan untuk
memikul beban dan pergerakan dari perletakan harus sesuai dengan asumsi yang dibuat
dalam perancangan jembatan secara keseluruhan dan persyaratan khusus didalamnya.
Diketahui :
Panjang bentang jembatan, L = 42 m
Berat sendiri, QMS : qMS = 4893,22 kg/m
PMS = 353,28 kg
��UMS = 1,2
Beban mati tambahan, QMA = 455,765 kg/m
��UMA =2
Beban hidup lajur “D”, QTD : qTD = 2160 kg/m
PTD = 19208 kg
��UTD = 1,8
a. Beban vertikal
U
BeratUsendiri (PuMS) = (qMS x L x ) + (P x �� )
��
MS MS MS
= 455,765 x 42 x 2
= 38282,278 kg
U
Beban hidup lajur “D” (PuTD) = (qTD x L x TD) + (PTD x ��
TD )
U
��
= (2160 x 42 x 1,8) + (19208 x 1,8)
= 197870,4 kg
Total beban vertikal, (PT) = 486164,454 kg
Reaksi tumpuan ,
Ra = Rb = ½ PT
= ½ x 486164,454
= 243082,227 kg
= 2430822 N
Perpindahan memanjang jembatan = 100 m
Rotasi = 0,015 rad
Data fisik elastomer,
Hardness = 55 Shore A
Modulus geser (G) = 0,7 MPa
Batas tegangan deleminasi = 7 MPa
b. Desain
1. Luas area elastomer yang diperlukan,
2
Aperlu > 347260,325 mm
2. Dimensi rencana,
Lebar (w) = 700 mm
Panjang (l) = 700 mm
Tebal lapisan (hri) = 22 mm
Tebal lapisan penutup (hcover) = 4 mm
Jumlah lapisan (n) = 9 buah
Fy pelat = 240 MPa
3. Faktor bentuk (S),
S =
S = = = 7,955
Kontrol : 4 ≤ S ≤ 12
4 ≤ 7,955 ≤ 12 ……….OK
4. Cek tegangan ijin
σs = = 4,961 MPa
σs = = 4,038 MPa
σs ≥ 0,5 x G x S x ( )
151
4,961 ≥ 3,132 ……….OK
σs ≥ 0,5 x G x S x ( )
D16 - 150
D1
6-
7000
25
0
Be
ton
K-
35
D16 - 250 D16 - 250
0
42000
20
7000
1900
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5
2700
1520 1160
800
320
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 800
1160 1520
320
A B
1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000
Z1 & Z5 15201402 1290 1082 898 737 598 483 391 322 276 253 250 253 276 322 391 483 598 737 898 1082 1290 14021520
CABLE 15 Z2 &Z6 11601075 995 846 714 599 500 417 351 302 269 252 250 252 269 302 351 417 500 599 714 846 995 10751160
STRAND
Z3 & Z7 800 740 682 576 482 399 328 269 222 187 163 151 150 151 163 187 222 269 328 399 482 576 682 740 800
Z4 & Z8 - 320 303 273 246 222 201 184 171 161 154 150 150 150 154 161 171 184 201 222 246 273 303 320 -
POTONGAN B-B BENTANG 42 M SEGMEN TENGAH BENTANG 42 M POTONGAN B-B BENTANG 28 M SEGMEN TENGAH BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
1,85 1850
1520
1160
800
320
1,65 1650
1181
781
300
13 strand
180 dia.15,7 mm
80
SEGMEN 1 S S S SEGMEN 5
E E E
840 G G G 840
M M M
END BLOCK SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN END BLOCK
5
100 100
185 185
4200
2800
100 100
185 185
2800
BH.2
HAND BORE
10 20 30 40 50 60
0
2 20
4 32
5
6 26
12 TP BAJA
12 TP BAJA Ø 500 MM
7 15 TP BAJA Ø 500
Ø 500 MM Panjang =
Panjang = 35,00 M MM Panjang = 35.00 M
35,00 M
8 26
10 15
11
12 35
13
14 4
15
16 4
17
18 5
19
20 6
21
22 6
23
24 6
25
26 9
27
28 13
29
30 15
31
32 13
33
34 7
ELV. +4,76 ELV. +4,76
36 10
37
38 30
SKALA 1 : 200 ELV. +2,26
39
40 50
BALOK PRATEGANG
RAILING PIPA RAILING Ø 3'' DIAFRAGMA BALOK DIAFRAGM RAILING PIPA RAILING Ø
3'' ARAH
B PRATEGANG A LEMBAR
ARAH A
PARAPET
MATARAM 2800
PARAPET
TROTOAR TROTOAR
TROTOAR TROTOAR
PARAPET PARAPET
12 TP BAJA
12 TP BAJA Ø 500 MM
15 TP BAJA Ø 500
Ø 500 MM Panjang =
Panjang = 35,00 M MM Panjang = 35.00 M
35,00 M
D25 - 150
1000
D13 - 300
514,4
514
220
D19-100
D25-100
120 50
50
120
120
600
1100
DETAIL PILAR
SKALA 1 : 100
POTONGAN A - A
SKALA. 1 :
100
11,00
1,66 D12-250
1,00
D19-300
0,40 145,6
0,50 D19-100
0,40 D16-100
50 D12-150
0,50 D12-100
7,30
730 D12 - 300
364,4
3,14
D25 - 250
155 90 155
400
DETAIL ABUTMENT
SKALA 1 : 100
POTONGAN B - B
SKALA. 1 :
100
100
300
300
100
50 150 150 50
15 TP BAJA Ø500 mm
Panjang 35,00 m 250
250
250
250
50
50 250 250 50
%
% )
EF
DH DH¶ F
EF
EH EH ¶ F
EH¶ EH
E H¶ E H
F D H¶
F
D H¶ F F DH¶
F
DH DH DH DF
6WUDQG DUUDQJHPHQW
7HQGRQ
&URVV VHFWLRQDO DUHD $ PP S
0LQLPXP FRQFUHWH VWUHQJWK +HOL[ $GGLWLRQDO UHLQIRUFHPHQW &HQWUH VSDFLQJ DQG HGJH GLVWDQFH 6TXDUH SODWH GLPHQVLRQV
0LQLPXP FRQFUHWH VWUHQJWK
&XEH 03D
IFP FXEH
&\OLQGHU IFP F\OLQGHU 03D
+HOL[ ULEEHG UHLQIRUFLQJ VWHHO 5H 03D
2XWHU GLDPHWHU PP
%DU GLDPHWHU PP
/HQJWK DSSUR[LPDWHO\ PP
3LWFK PP
1XPEHU RI SLWFKHV
'LVWDQFH ( PP
$GGLWLRQDO UHLQIRUFHPHQW ULEEHG UHLQIRUFLQJ VWHHO 5H 03D
1XPEHU RI VWLUUXSV PP
%DU GLDPHWHU PP
6SDFLQJ PP
'LVWDQFH IURP DQFKRU SODWH ) PP
0LQLPXP RXWHU GLPHQVLRQV %î% PP
&HQWUH VSDFLQJ DQG HGJH GLVWDQFH
0LQLPXP FHQWUH VSDFLQJ DF EF PP
0LQLPXP HGJH GLVWDQFH DH¶ EF¶ PP
6TXDUH SODWH GLPHQVLRQV
6LGH OHQJWK 663 PP
7KLFNQHVV 763 PP
F &RQFUHWH FRYHU
3UHVWUHVVLQJ VWHHO VWUDQG ZLWK QRPLQDO GLDPHWHU RI PP FURVV VHFWLRQDO DUHD RI PP RU ZLWK FKDUDFWHULVWLF WHQVLOH VWUHQJWK EHORZ 03D PD\ DOVR EH XVHG
7KH VTXDUH SODWH GLPHQVLRQV DUH PLQLPXP YDOXHV WKHUHIRUH ODUJHU RU WKLFNHU SODWHV PD\ EH XVHG
%DU GLDPHWHU RI PP FDQ EH UHSODFHG E\ PP
200 2Sl
'
2:0 200 ?()() 160 160 700
Height(cm
H-120
21
•
22 23 24 25
• •
26 27 28 29 30 l Span (m)
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
H-130
• • •
H-140
• • • • • • • • •
H-165
•
H-175
H-185
• • • • • • • • • • • • • • •
• · Concrele compressive strength 800 kg/cm2 (cube) : Concrele compressive strenglh 600 kg/cm2 (cube)
h2
h1 :
h
1200 (=B)
PC VS Type II
PC VOIDED SLAB Type 2 Classification Notation Unit H (mm)
525 625
Height Span (m) 5
B mm 120 0 1200
(cm)
s 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 h mm 262. 312.S
H-52,5 • • • • • hl mm 25 25
• • • h2 mm 75 100
H-62,5
b mm 50 so
D mm 250 300
"