Anda di halaman 1dari 177

BAB II LANDASAN

TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan
air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk dan Veen, 1995).
Beton prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan internal
dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-
tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang
diinginkan (Raju, 1993).
Menurut Raju (1993), Pratarik adalah suatu metode untuk memberi
prategang pada beton dimana tendon ditarik sebelum beton dicor. Dalam metode
ini, prategang diberikan pada beton melalui rekatan antara baja dan beton.
Pascatarik adalah suatu metode untuk memberi prategang pada beton dengan
menarik tendon terhadap beton yang telah mengeras. Dalam metode ini, prategang
diberikan pada beton melalui bantalan.
Lubis dan Karolina (2017), telah melakukan analisa terhadap perbandingan
kelayakan pada gelagar jembatan dengan menggunakan precast U dan I. Hasil dari
analisa tersebut menunjukkan jembatan U girder memiliki tingkat kefektifan yang lebih
tinggi dibandingkan jembatan I girder pada lendutan, reaksi perletakan, gaya dalam,
tegangan dan kehilangan gaya prategang.
Menurut Masnul (2009), lebar PC-U yang telah direncanakan tidak langsing
menyebabkan jumlah PC-U yang digunakan lebih sedikit jumlahnya daripada PC-I
girder (hemat hingga 50% unit PC-I girder). Karena bentuk dan ukuranya yang lebih
besar maka berat sendiri per unitnya juga lebih besar dari PC-I girder. Pada proses
setting pra stressing, PC-U girder lebih aman dari PC-I girder karena luasan sentuhanya
lebih besar, maka kecil kemungkinan PC-U girder untuk terguling. Dan bentuk PC-U
yang mirip dengan box girder cukup memenuhi nilai estetika jembatan jika
dibandingkan dengan PC-I yang kaku dan tegas.

55
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Jenis-jenis Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan yang berada
lebih rendah seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan
kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan
teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Manu, 1995):
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
c. Jembatan jalan air (waterway bridge)
d. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge)
e. Jembatan militer (military bridge)
f. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
a. Jembatan kayu (log bridge)
b. Jembatan beton (concrete bridge)
c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)
d. Jembatan baja (steel bridge)
e. Jembatan komposit (compossite bridge)
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam (Supriyadi, 2007), antara lain:
a. Jembatan plat (slab bridge)
b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
c. Jembatan gelagar (girder bridge)
d. Jembatan rangka (truss bridge)
e. Jembatan pelengkung (arch bridge)
f. Jembatan gantung (suspension bridge)
g. Jembatan kabel (cable stayed bridge)
2.2.2 Bagian-bagian Konstruksi Jembatan
Konstruksi jembatan beton terbagi menjadi 3 bagian utama struktur yaitu
struktur atas (upper structure), struktur bawah (sub structure) dan pondasi jembatan.
a. Struktur atas (upper structure) jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-
lintas kendaraan, gaya rem dan beban pejalan kaki. Struktur atas jembatan meliputi:
1) Tiang sandaran
2) Plat lantai jembatan
3) Trotoar
4) Slab lantai kendaraan
5) Balok diafragma
6) Gelagar (girder)
b. Struktur bawah (sub structure) jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur
atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan,
tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke
fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan meliputi:
1) Abutment
2) Pilar jembatan
c. Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Perencanaan pondasi meliputi pemilihan tipe pondasi yang sesuai dengan
karakteristik beban dan tanah untuk mendapatkan daya dukung yang dipersyaratkan.

2.2.3 Jenis-jenis Penampang Jembatan Beton Prategang


Beberapa jenis penampang jembatan beton prategang yakni:
a. Penampang I (I-girder)
Gelagar utama yang terdiri dari plat girder atau rolled-I

Gambar 2.1 Precast concrete I girder


b. Penampang U (U-girder)
Gelagar utama yang memiliki penampang berbentuk huruf U dan akan diperkuat
baja-baja prategang di dalamnya. Dalam satu bentang jembatan terdiri dari beberapa
balok.

Gambar 2.2 Precast concrete U girder

c. Penampang kotak maupun trapesium (box girder)


Gelagar utama terdiri dari satu atau beberapa balok persegi berongga dari beton.
Box girder memiliki penampang yang lebih besar dibandingkan dengan PC-I dan PC-U
girder. Box girder biasanya digunakan pada jembatan dengan lebar yang cukup besar.

Gambar 2.3 Box girder

2.2.4 Jembatan Gelagar Penampang U


Girder dengan penampang U merupakan salah satu perkembangan dalam teknik
jembatan yang tergolong masih jarang dijumpai di kota-kota besar di Indonesia
dibandingkan jenis penampang lainnya. Jembatan U girder yaitu jembatan dengan
menggunakan gelagar utama yang terdiri dari satu atau beberapa balok berpenampang U
dan akan diperkuat baja-baja prategang di dalamnya atau biasa disebut dengan precast
concrete U (PC-U) girder. Menurut spesifikasi produksi girder, PC-U girder masih ideal
diproduksi hingga bentang 42 m.
PC-U girder merupakan modifikasi bentuk box girder dalam bentuk dan ukuran
yang lebih kecil. PC-U memiliki bentuk badan yang lebar namun pada bagian tengah
bentang penampangnya cukup langsing. PC-U girder memiliki kemungkinan kecil
untuk terguling karena memiliki luasan sentuhnya yang besar. Dan saat setelah girder
telah menduduki bearing pad, bresing pengaman dapat dibuat hanya pada lokasi
tertentu saja. Balok girder yang berbentuk U memiliki kelebihan pada kekakuanya yang
cenderung merata dan stabil terhadap angin. Balok girder ini juga memiliki
keistimewaan yang terletak pada susunan tendonnya yang berpasang-pasangan. Susunan
ini mengharuskan penarikan kabel strand pada girder menggunakan dua dongkrak
sekaligus.

2.2.5 Analisis Penampang


Dari bentuk penampang U yang didesain, analisis yang dilakukan berupa
perhitungan luas, jarak titik berat penampang terhadap serat atas dan serat bawah,
inersia penampang, serta statis momen penampang terhadap serat atas dan serat bawah.
a. Penampang gelagar prategang (Precast)
- Letak titik berat

= (2-1)
=h- (2-2)
dengan:
: Jarak titik berat penampang terhadap serat bawah
: Jarak titik berat penampang terhadap serat atas
h : Tinggi total balok prategang
: Luas penampang
y : Titik berat penampang
- Momen inersia terhadap sumbu x
)² (2-3)
dimana:
(untuk penampang persegi) (2-4)

(untuk penampang segitiga) (2-5)


Gambar 2.4 Penampang gelagar prategang

Tabel 2.1 Langkah perhitungan dimensi dan inersia penampang


No. A y A.y I A . (y-yb)² Ix=I+[ A.(y-yb)²]

1 1 A1.y1 A1.(y1-yb)² Ix1

2 2 A2.y2 A2.(y2-yb)² Ix2

3 3 A3.y3 A3.(y3-yb)² Ix3

... ... ... ... ... ... ...

17 17 A17.y17 A17.(y17-yb)² Ix17

∑ ∑A - ∑A.y - - ∑Ix

b. Penampang gelagar komposit


Untuk nilai-nilai pada analisa tampang komposit besarnya dapat dihitung dengan
menjumlakan komponen precast dengan slabnya.

2.2.6 Pembebanan Pada Jembatan


Dalam perencanaan jembatan faktor beban merupakan hal yang terpenting,
diperlukan standar khusus yang menjadi dasar dan patokan perencanaan pembebanan.
Di Indonesia standar perencanaan pembebanan untuk jembatan mengacu pada
SNI
1725:2016 tentang Pembebanan Untuk Jembatan. Beban pada jembatan dibagi atas :
a. Beban mati
Beban mati jembatan merupakan kumpulan berat setiap komponen struktural dan
non-struktural. Setiap komponen ini harus dianggap sebagai suatu kesatuan aksi
yang
tidak terpisahkan pada waktu menerapkan faktor beban normal dan faktor
beban terkurangi.
Massa setiap bangunan harus dihitung berdasarkan dimensi yang tertera dalam
gambar dan berat jenis bahan yang digunakan .Besarnya kerapatan massa dan berat isi
untuk berbagai bahan diberikan dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Berat isi untuk beban mati
Berat isi
No. Bahan
(kN/m³)
Lapisan permukaan beraspal
1 (bituminous wearing surfaces) 22,0

2 Besi tuang (cast iron) 71,0


Timbunan tanah dipadatkan
3 (compacted sand,silt,or clay) 17,2

Kerikil dipadatkan (rolled


4 gravel,macadam or ballast) 18,8-22,7

5 Aspal beton (asphalt concrete) 22,0


6 Beton ringan (low density) 12,25-19,6
Beton f’c < 35 Mpa 22,0-25,0
7
35 < f'c < 105 Mpa 22 + 0,022 f'c
8 Baja (steel) 78,5
9 Kayu (ringan) 7,8
10 Kayu keras (hard wood) 11,0
(Sumber: SNI 1725-2016)

Berat sendiri (MS) adalah berat dari bagian tersebut dan elemen-elemen
struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural
yang dianggap tetap. Adapun faktor beban untuk berat sendiri dan beban mati tambahan
dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
Tabel 2.3 Faktor beban untuk berat sendiri
Faktor Beban (ɣMS)

MS
Tipe beban Keadaan
MS Batas Layan (ɣ
s
) Keadaan Batas Ultimit (ɣ
u
)
Bahan Biasa Terkurangi
Baja 1,00 1,10 0,90
Aluminium 1,00 1,10 0,90
Tetap Beton pracetak 1,00 1,20 0,85
Beton dicor di tempat 1,00 1,30 0,75
Kayu 1,00 1,40 0,70
(Sumber: SNI 1725-2016)
b. Beban mati tambahan/ utilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentu suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat berubah selama
umur jembatan.
Tabel 2.4 Faktor beban untuk beban mati tambahan (utilitas)
Faktor Beban (ɣMA)

Keadaan Batas Ultimit


Tipe beban Keadaan Batas Layan (ɣ MA)
s
u
(ɣ MA)

Keadaan Biasa Terkurangi


(1)
Umum 1,00 2,00 0,70
Tetap
Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80
(1)
Catatan Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas
(Sumber: SNI 1725-2016)

c. Beban hidup
Semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas
kendaraan yang sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang
berlaku.
1) Beban lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT).
Tabel 2.5 Faktor beban untuk beban lajur “D”
Faktor Beban (ɣTD)
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit
beban s u
TD TD (ɣ ) (ɣ )
Beton 1,00 1,80
Transien Boks Girder
1,00 2,00
Baja
(Sumber: SNI 1725-2016)

Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q


tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu seperti berikut :
Jika L ≤ 30 m : 9,0 kPa (2-6)
Jika L ≥ 30 m : 9,0 (0,5 + 15/L) kPa (2-7)
Keterangan :
q = adalah intensitas bean terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang
jembatan (kPa)
L = adalah panjang total jembatan yang dibebani
(m)

(Sumber: SNI 1725-2016)


Gambar 2.5 Beban lajur “D”

Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas q kN/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas q adalah 49,0
kN/m.

2) Beban truk “T” (TT)


Beban truk “T” tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk
dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai. Adapun faktor beban untuk
beban “T” seperti pada Tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.6 Faktor beban untuk beban “T”
Faktor Beban (ɣTT)
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit
beban
s u
TT TT (ɣ ) (ɣ )
Beton 1,00 1,80
Transien Boks Girder
1,00 2,00
Baja
(Sumber: SNI 1725-2016)

Pembebanan truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang


mempunyai susunan dan berat gandar sepeti terlihat pada gambar 2.6.
(Sumber: SNI 1725-2016)
Gambar 2.6 Pembebanan truk “T” (500 kN)

3) Tekanan tanah (TA)


Koefisien tekanan tanah nominal harus dihitung berdasarkan sifat-sifat tanah.
Sifat-sifat tanah (kepadatan, kadar kelembaban, kohesi sudut geser dalam dan
sebagainya) harus diperoleh berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tanah
baik dilapangan ataupun laboratorium. Tekanan tanah lateral pada keadaan batas
daya layan dihitung berdasarkan nilai nominal dari ���,𝑐 dan ��𝑓.
Tekanan tanah lateral pada keadaan batas kekuatan dihitung dengan
menggunakan nilai nominal dari ���, dan nilai rencana dari c serta ��𝑓.
Nilai-nilai rencana dari c serta
��𝑓 diperoleh dari nilai nominal dengan menggunakan faktor reduksi
kekuatan kemudian tekanan tanah lateral yang diperoleh masih berupa nilai
nominal dan selanjutnya harus dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
Tabel 2.7 Faktor beban akibat tekanan tanah (TA)

Faktor Beban (ɣTA)


Tipe
s u
Keadaan Batas Layan (ɣ TA) Keadaan Batas Ultimit (ɣ TA)
Beban
Tekanan tanah Biasa Terkurangi
Tekanan tanah vertikal 1,00 1,25 0,80
Tekanan tanah lateral
Tetap - Aktif 1,00 1,25 0,80
- Pasif 1,00 1,40 0,70
- Diam 1,00 (1)
(1)
Catatan : Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam biasanya tidak diperhitungkan pada
keadaan batas ultimit.
Tanah dibelakang dinding penahan biasanya mendapatkan beban tambahan yang
bekerja apabila beban lalu lintas bekerja pada bagian daerah keruntuhan aktif
teoritis. Besarnya beban tambahan ini adalah setara dengan tanah setebal 0.7 m
yang bekerja secara merata pada bagian tanah yang dilewati oleh beban lalu
lintas tersebut.

4) Gaya rem (TB)


Gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
- 25% dari berat gandar truk desain atau
- 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem tersebut harus ditempatkan disemua lajur rencana yang dimuati dan
yang berisi lalau lintas dengan arah yang sama. Gaya ini harus diasumsikan
untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm di atas permukaan jalan
pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan.

5) Beban angin (EW)


- Tekanan angin horizontal
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan
kecepatan dasar (VB) sebesar 90 km/jam hingga 126 km/jam. Beban angin harus
diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan yang terekspos oleh
angin. Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi lebih dari 10000
mm diatas permukaan tanah atau permukaan air, kecepatan angina rencana, VDZ
dapat dihitung dengan persamaan :

( ) ( ) (2-8)

dengan :
VDZ : Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 : Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/jam)
VB : Kecepatan angin rencana yaitu 90 km/jam hingga 126 km/jam
Z : Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air
dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
Vo : Kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorologi
Zo : Panjang gesekan dihulu jembatan
V10 : Dapat diasumsikan V10 = VB
Tabel 2.8 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu.
Kondisi Lahan terbuka Sub urban Kota
Vo (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Zo (mm) 70 1000 2500

- Gaya angin pada kendaraan (Ewl)


Tekanan angina rencana harus dikerjakan baik pada struktur jembatan maupun
pada kendaraan yang melintasi jembatan. Jembatan harus direncankan memikul
gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana tekanan tersebut harus
diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46 N/mm, tegak lurus dan
bekerja 1800 mm di atas permukaan jalan.

6) Pengaruh Temperatur (EUn)


Besarnya rentang simpangan akibat beban temperature (∆��) harus
didasarkan pada temperatur maksimum dan minimum.
Tabel 2.9 Faktor beban akibat pengaruh temperatur
Temperatur jembatan Temperatur jembatan
Tipe bangunan atas
rata-rata minimum (1) rata-rata maksimum
Lantai beton di atas gelagar atau
15°C 40°C
boks beton.
Lantai beton di atas gelagar, boks
15°C 40°C
ataau rangka baja.
Lantai pelat baja di atas gelagar,
15°C 45°C
boks atau rangka baja.
CATATAN (1) Temperatur jembatan rata-rata minimum bias dikurangi 5°C untuk lokasi
yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m di atas permukaan laut.

7) Pengaruh susut dan rangkak (SH)


Pengaruh rangkak dan penyusutan harus diperhitungkan dalam perencanaan
jembatan. Pengaruh ini dihitung menggunakan beban mati jembatan. Apabila
rangkak dan penyusutan bisa mengurangi pengaruh muatan lainnya, maka nilai
dari rangkak dan penyusutan tersebut harus diambil.
Tabel 2.10 Faktor beban akibat pengaruh susut dan rangkak
Faktor Beban (ɣSH)
Tipe Beban s u
SH SH Keadaan Batas Layan (ɣ ) Keadaan Batas Ultimit (ɣ )
Tetap 1,00 0,5

8) Pengaruh Prategang (PR)


Prategang akan menyebabkan pengaruh sekunder pada komponen-komponen
yang terkekang pada bangunan statis tak tantu. Pengaruh sekunder tersebut harus
diperhitungkan baik pada batas layan ataupun batas ultimit. Prategang harus
diperhitungkan sebelum (selama pelaksanaan) dan sesudah kehilangan tegangan
dalam kombinasi dengan beban-beban lainnya. Pengaruh utama prategang
adalah sebagai berikut.
- Pada keadaan batas layan, gaya prategang dapat dianggap bekerja sebagai suatu
sistem beban pada unsur. Nilai rencana dari beban prategang tersebut harus
dihitung menggunakan faktor beban daya layan sebesar 1.0.
Pada keadaan batas ultimit pengaruh sekunder akibat gaya prategang harus dianggap
sebagai beban yang bekerja.
Tabel 2.11 Faktor beban akibat pengaruh prategang
Tipe Faktor Beban (ɣPR)
s u
PR Beban Keadaan BatasPRLayan (ɣ ) Keadaan Batas Ultimit (ɣ )
Tetap 1,00 1,00

9) Pengaruh gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh
namun dapat mengalami kerusakan signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian anatara koefisien elastis (Csm) dengan berat struktur
ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd)
dengn formasi sebagai berikut :
(2-9)
dengan :
EQ : adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : adalah koefisien respons gempa elastis
Rd : adalah modifikasi respons
Wt : adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup (kN)
Koefisien respons elastis Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah genapa dan periode ulang
rencana.koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadan tanah sampai kedalaman
30 m di bawah struktur jembatan (SNI 1725-2016 pasal 9.7).

2.2.7 Faktor dan Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pada keadaan batas daya layan primer terdiri dari jumlah pengaruh
aksi tetap dengan satu aksi transien. Pada keadaan batas daya layan, lebih dari satu aksi
transien bias terjadi secara bersamaan. Faktor beban yang sudah dikurangi diterapkan
dalam hal ini untuk mengurangi kemungkinan dari peristiwa ini, seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Kombinasi beban dan faktor beban

(Sumber: SNI 1725-2016)


2.2.8 Beton Prategang
Beton prategang adalah material yang sering digunakan dalam kontruksi. Beton
prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan internal dengan besar
serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan yang
diberikan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu titik yang diinginkan. Prategang
meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gaya tarik internal dalam hal ini retak pada beton dapat dihilangkan.
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja
tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan lebih kokoh dari
elemen beton bertulang biasa.

2.2.9 Baja Prategang


Untuk penggunaan pada beban layan yang tinggi, penggunaan baja tulangan
(tendon) dan beton mutu tinggi akan lebih efisien. Hanya baja pada tegangan elastis
tinggi yang cocok digunakan pada beton prategang. Prategang akan menghasilkan
elemen yang lebih ringan, bentang yang lebih besar dan lebih ekonomis jika ditinjau
dari segi pemasangannya dibandingkan dari beton bertulang biasa.
Baja tendon untuk beton prategang dalam prateknya ada tiga macam, yaitu:
a. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada beton pra-
tegang dengan sistem pra-tarik (pra-tension).
b. Kawat untaian (strand), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada beton pra-
tegang dengan sistem pasca-tarik (post-tension).
c. Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada beton pra-
tegang dengan sistem pra-tarik (pra-tension).

Gambar 2.7 Jenis-jenis Baja yang Dipakai Untuk Beton Prategang: (a) Kawat tunggal (wires).
(b) untaian Kawat (strand). (c) Kawat batangan (bars)
2.2.10 Prinsip Dasar Prategang
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa beton adalah material yang
kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kemampuan menahan tarik
beton bervariasi antara 8-14% dari kemampuan menahan tekan beton, hal ini
menyebabkan terjadinya retak akibat lentur (flexural crack) pada saat awal
pembebanan. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya
konsentris atau eksentris diberikan pada arah longitudinal elemen struktur. Gaya ini
mencegah perkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi
tegangan tarik dibagian tumpuan dan kondisi kritis pada kondisi beban kerja, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser dan torsional penampang tersebut.
Gaya longitudinal yang diterapkan seperti diatas disebut gaya prategang, yaitu
gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang disepanjang bentang di
suatu elemen struktur sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup tranversal atau
beban hidup horizontal transien (Nawy, 2001).

2.2.11 Sistem Prategang


Suatu struktur dapat diberi gaya prategang dengan menggunakan baja mutu
tinggi (high strength steel), yang tersedia dalam bentuk wire, strand, dan bar (Menn,
1989). Untuk memberikan tekanan pada beton prategang dilakukan sebelum atau
setelah beton dicetak/dicor. Kedua kondisi tersebut membedakan sistem prategang,
yaitu Pre-Tension (pratarik) dan Post-Tension (pascatarik).
a. Pre-Tension (pratarik)
Pada cara ini, tendon pertama-tama ditarik dan diangkur pada abutmen tetap.
Beton dicor pada cetakan yang sudah disediakan dengan melingkupi tendon yang sudah
ditarik tersebut. Jika kekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan maka tendon
dipotong atau angkurnya dilepas. Pada saat baja yang ditarik berusaha untuk
berkontraksi, beton akan tertekan. Pada cara ini tidak digunakan selongsong tendon.
(Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Budiadi,
2008)
Gambar 2.8 Proses pembuatan beton prategang pratarik

b. Post-Tension (pascatarik)
Dengan cetakan yang sudah disediakan, beton dicor di sekeliling selongsong
(ducts). Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya
baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah
mencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik di satu sisi dan di sisi
yang lain diangkur. Atau tendon ditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan.
Beton menjadi tertekan setelah pengangkuran.

(Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Budiadi,


2008)
Gambar 2.9 Proses pembuatan beton prategang pascatarik
2.2.12 Analisis Prategang
Tegangan yang disebabkan oleh prategang umumnya merupakan tegangan
kombinasi yang disebabkan oleh aksi beban langsung dan lenturan yang dihasilkan
oleh beban yang ditempatkan secara eksentris maupun konsentris (Raju, 1986).
a. Tendon Konsentris
Balok beton prategang dengan satu tendon konsentris yang ditunjukkan dalam
gambar dibawah ini.

Gambar 2.10 Distribusi tegangan tendon konsentris

Gambar di atas menunjukkan sebuah beton prategang tanpa eksentrisitas,


tendon berada pada garis berat beton (cental grafity of concrere,c.g.c). Prategang
seragam pada beton = F/A yang berupa tekan pada seluruh tinggi balok. Pada umunmya
beban-beban yang dipakai dan beban mati balok menimbulkan tegangan tarik terhadap
bidang bagian bawah dan ini diimbangi lebih efektif dengan memakai tendon.

b. Tendon Eksentris
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang
ditempatkan dengan eksentrisitas (e). Eksentrisitas akan menambah kemampuan untuk
menerima atau memikul tegangan tarik yang lebih besar lagi pada serat bawah.
Prategang juga menyebabkan perimbangan gaya-gaya dalam komponen beton
prategang. Konsep ini terutama terjadi pada beton prategang post-tension.
Gambar 2.11 Distribusi tegangan tendon eksentris

c. Tegangan resultan pada suatu penampang

Gambar 2.12 Distribusi tegangan balok prategang dengan tendon eksentris beban mati dan
beban hidup

Balok beton yang diperlihatkan pada Gambar 2.12 memikul beban hidup dan
mati yang terbagi rata dengan q dan g. Balok diprategangkan dengan suatu tendon lurus
yang membawa suatu gaya prategang (P) dengan eksentrisitas (e). Tegangan resultan
pada suatu penampang beton diperoleh dengan superposisi pengaruh prategang dan
tegangan-tegangan lentur yang ditimbulkan oleh beban-beban tersebut. Jika Mq dan
Mg merupakan momen akibat beban hidup dan beban mati pada penampang di tengah
bentang.
2.2.13 Tegangan Izin
a. Beton
Tegangan izin beton pada saat transfer gaya prategang :
- Tegangan tekan : ci = 0,6 f’ci (2-10)
- Tegangan tarik : ti = 0,25 √𝑓 (2-11)
Tegangan izin beton pada saat layan :
- Tegangan tekan : c = 0,45 f’c (2-12)
- Tegangan tarik : t = 0,5 √𝑓 (2-13)
b. Baja prategang
Tegangan tarik izin kabel pada saat jacking = 0,94 fpy (2-14)
Tegangan tarik izin kabel setelah pengangkuran = 0,7 fpu (2-15)

2.2.14 Perhitungan Tegangan


Rumus umum perhitungan tegangan pada beton prategang dapat dilihat pada
persamaan (2-17) sampai dengan persamaan (2-20) berikut :
a. Pada saat transfer

𝑓 ( ) 𝑓 (2-16)

𝑓 ( ) 𝑓 (2-17)

b. Pada saat layan

𝑓 ( ) 𝑓 (2-18)

𝑓 ( ) 𝑓 (2-19)

dengan :
Pt : Prategang awal
Peff : Prategang efektif sesudah kehilangan
Ac : Luas penampang
es : eksentrisitas
Wa : Tahanan momen sisi atas
Wb : Tahanan momen sisi bawah
MD : Momen akibat berat sendiri
MT : Momen total akibat beban gravitasi
2.2.15.2 Kehilangan Prategang
Suatu kenyataan yang jelas bahwa gaya prategang awal yang diberikan ke
elemen beton mengalami proses reduksi yang progresif selama kurang lebih 5 tahun.
Dengan demikian, tahapan gaya prategang perlu ditentukan pada setiap tahap
pembebanan, dari tahap transfer gaya prategang ke beton, sampai ke bagian tahap
prategang yang terjadi pada kondisi beben kerja, hingga mencapai ultimit.
Perkiraan gaya prategang total.
𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 (2-20)
dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang total
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip angkur
𝑓 : Kehilangan prategang akibat friksi/gesekan
𝑓 : Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat relaksasi tendon
𝑓 : Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat susut pada beton
a. Perpendekan elastis beton (ES)
Kehilangan tegangan akibat pemendekan elastis beton dapat dihitung sebagai
berikut:
𝑓 𝑓 (2-21)
dengan :
n : Jumlah tendon atau jumlah pasangan tendon yang ditarik secara
sekuensial.
j : Menunjukkan nomor operasi pendongkrakan.

b. Slip Angkur (A)


Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan dengan
pendekatan rumus sebagai berikut:

𝑓 (2-22)

dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip
∆A : Deformasi pengangkuran
: Modulus elastika kabel
L : Panjang tendon

c. Rangkak beton (CR)


Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat menggunakan rumus berikut :
𝑓 𝑓 𝑓 (2-23)
dengan :
: 2,0 untuk komponen struktur pratarik; 1,6 untuk komponen struktur
pascatarik
��𝑐� : Tegangan di beton pada level pusat berat baja segera setelah
transfer
��𝑐� : Tegangan di beton pada level pusat berat baja akibat semua
beban mati tambahan yang bekerja setelah prategang diberikan
n : Rasio modulus

d. Susut beton (SH)


Kehilangan tegangan akibat susut dapat dihitung dengan persamaan (2-24)
𝑓 (2-24)
dengan :
(2-25)
-6
: adalah regangan susut ultimit (820.10 mm/mm)

e. Relaksasi baja (R)


Perkiraan kehilangan tegangan akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

𝑓 𝑓 ( ) ( ) (2-26)

f. Friksi (F)
Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya
dapat dihutung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑓 𝑓 (2-27)
dengan :
𝑓 : Kehilangan tegangan akibat gesekan kabel
𝑓 : Tegangan awal tendon
: Koefisien kelengkungan
: Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari
titik jacking
K : Koefisien wobble
L : Panjang baja prategang diukur dari titik jacking
2.2.16 Balok Ujung (End Block)
Daerah end block (zona angkur) merupakan bagian komponen struktur prategang
pascatarik dengan gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara
lebih merata ke seluruh bagian penampang (Nawy, 2001).
Tegangan-tegangan transversal yang timbul di daerah angkur bersifat tarik,
apabila tegangan tersebut melebihi modulus raptur beton, maka blok ujung akan
terbelah (retak) secara longitudinal, kecuali apabila tulangan vertikal digunakan. Lokasi
tegangan beton dan retaknya serta retak spalling dan bursting bergantung pada lokasi
dan distribusi gaya terpusat horizontal yang diberikan oleh tendon prategang ke pelat
tumpu ujung.
Pada balok pasca tarik, transfer dan distribusi beban secara gradual tidak
mungkin terjadi karena gayanya bekerja secara langsung dimuka ujung balok melalui
plat tumpu dan angker. Juga sebagian atau seluruh tendon di balok pasca tarik
ditinggikan atau dibentuk draped kearah serat atas melalui bagian badan dari
penampang beton.

Gambar 2.13 Reduksi gaya prategang di dekat tumpuan, (a) Menaikkan sebagian tendon, (b)
Pemberian lapisan pada sebagian tendon (Nawy, 2001)

Kadang-kadang luas penampang perlu diperbesar secara gradual di lokasi yang


semakin mendekati tumpuan dengan cara membuat lebar badan di tumpuan sama
dengan lebar sayap untuk mengakomodasi tendon yang ditinggikan Namun,
peningkatan luas penampang tersebut tidak berkontribusi dalam mencegah retak
spalling dan bursting, dan tidak mempunyai pengaruh terhadap pengurangan tarik
transversal tendon.
Gambar 2.14 Zona angker ujung tendon terlekat (a). Transisi ke daerah solid di tumpuan (b).
zona ujung dan retak spalling (Nawy, 2001)

2.2.17 Pekerjaan Prestressing


A. Material pekerjaan prestressing
Adapun material pekerjaan prestressing yang digunakan sebagai berikut :
1. Strand
Beberapa steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan kabel
2. Duct
Pembungkus strand dengan bahan dasar galvanized zinc yang dibentuk berupa pipa
berulir

Duct

Gambar 2.15 Duct pembungkus tendon


3. Angkur- angkur
Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati

a) Angkur hidup (angkur tipe SA) b) Angkur mati (angkur tipe FA)
Gambar 2.16 Angkur pada girder
(sumber: BBR CT CONA CMI)

4. Non shrink additive untuk grouting


Mixing beton yang digunakan untuk mengisis selongsong/ duct setelah stressing
dengan campuran semen, air dan additive.

B. Peralatan pekerjaan prestressing


Untuk persiapan pekerjaan stressing kabel strand diperlukan kelengkapan alat.
Adapun alat yang digunakan adalah:
a. Hydraulic Pump
b. Hydraulic Jack

2.2.18 Kriterian Perencanaan Bangunan Bawah


Dalam merencanakan bangunan bawah (abutment) dari jembatan jalan raya,
tinjauan yang dilakukan terhadap beberapa cara antara lain (Suryolelono, 1994):
a. Tekanan tanah
1. Tekanan tanah aktif
𝑃𝑎 = γs.ℎ�. 𝑎 (2-28)
2. Tekanan tanah pasif
𝑃𝑝 = 0.5γs .ℎ�. 𝑝 (2-29)
Dengan :
3
γs : Berat isi tanah (kg/m )
Ht : Tinggi tekanan tanah yang ditinjau (m)
2
Ka : Koefisien tanah aktif = ��𝑎 (45°− ��/2 )
2
Kp : Koefisien tanah pasif = ��𝑎 (45°− ��/2 )
b. Guling dan geser
Struktur abutment harus dikontrol terhadap guling dan geser yang harus
memenuhi faktor keamanan (SF) sebagai berikut:
1. Keamanan terhadap guling
(2-30)

2. Keamanan terhadap geser


(2-31)
Dengan :
Mp : Momen penahan guling (kN.m)
Mh : Momen penyebab guling (kN.m)
P : beban vertikal (kN)
T : Beban horizontal (kN)
B : Panjang pondasi /pile cap abutment (m)
L : Lebar pondasi /pile cap abutment (m)
Φ : Sudut geser dalam
3
C : Kohesi tanah (kN/m )

c. Penulangan abutment
Untuk penulangan abutment, apabila ukuran penampang, beban aksial dan
momen yang bekerja telah diketahui, maka luas tulangan dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram interaksi kolom yang terdapat pada lampiran.

2.2.19 Kriteria Perencanaan Pondasi


Pemilihan jenis pondasi bergantung pada beban yang harus didukung, kondisi
tanah pondasi, dan biaya pembuatan pondasi dibandingkan terhadap biaya struktur
atasnya. Dalam penentuan kapasitas dukung ijin pondasi dapat dilakukan berdasarkan
karakteristik kuat geser tanah yang diperoleh dari uji tanah dilaboratorium dan uji
lapangan, atau dengan cara empiris didasarkan pada alat uji tertentu, seperti uji SPT dan
uji kerucut statis (sondir), dan lainlain.(Hardiyatmo, 2010)
Berdasarkan letak kedalaman tanah kuat yang digunakan sebagai pendukung
pondasi, pondasi digolongkan menjadi 3 jenis yaitu pondasi dangkal, sedang dan dalam.
a. Pondasi dangkal
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi dangkal diperkirakan sampai mencapai 3
meter dibawah permukaan tanah,salah satunya adalah pondasi telapak (foot plate) yang
dibuat dari beton bertulang.
b. Pondasi sedang
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi sedang diperkirakan mencapai ± 6 meter
dibawah permukaan tanah. Pondasai yang cocok untuk kedalaman ini adalah pondasi
sumuran. Pondasi sumuran ini dibuat dari pipa beton biasa atau pipa beton bertulang
dengan tebal dinding berkisar antara 8 cm sampai 12 cm dimasukan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan campuran adukan beton. Ukuran diameter pipa bagian dalam
berkisar antara 65 cm sampai 150 cm, dan tergantung dari hasil perhitungan.

c. Pondasi dalam
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi dalam minimal mencapai ± 6 m dibawah
permukaan. Pondasi yang cocok pada kedalaman ini adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dibuat dari bahan kayu, besi profil, pipa baja maupun beton
bertulang, yang dapat dipancang sampai kedalaman ± 60 m dibawah permukaan tanah.
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 Lokasi Jembatan


Lokasi Jembatan yang direncanakan ulang merupakan Jembatan Kesejahteraan
yang berada di Desa Taman Ayu, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

LOKASI

Koordinat:
Latitude : -8,646967
Longitude : 116,085385

Gambar 3.1 Lokasi Jembatan Kesejahteraan

3.2 Tahap Persiapan


Tahap persiapan merupakan tahap awal untuk menentukan hal-hal penting yang
harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu. Tahap persiapan ini
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Perumusan dan identifikasi masalah
b. Penentuan kebutuhan data, sumber data
c. Perencanaan jadwal desain perencanaan.
Tahap persiapan harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaa
yang berulang, sehingga tahap pengumpulan data menjadi optimal.
3.3 Tinjauan Pustaka dan Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan pertama yang dilakukan dalam perencanaan,
hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian dengan dasar yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan sebelum
memulai perencanaan suatu konstruksi. Dalam perencanaan jembatan ini data diperoleh
dari konsultan perencana yaitu PT. Aria Jasa Reksatama. Adapun data-data yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a. Data dimensi jembatan
b. Jenis material jembatan
c. Data Tanah
d. Tinggi muka air banjir sungai
e. Peraturan-peraturan terkait perencanaan

Data Eksisting Jembatan :


1. Nama Jembatan : Jembatan Kesejahteraan
2. Kelas Jembatan : Jembatan kelas A
3. Bentang Total Jembatan : 70 m (45 m + 25 m)
4. Lebar Jembatan : 11 m
5. Lebar Jalur : 2 x 3,5 m
6. Lebar Trotoar :2x1m
7. Tipe Struktur : Precast I girder
Gambar 3.2 Tampak samping jembatan Kesejahteraan

3.5 Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul.
Selanjutnya diidentifikasi, sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efektif dan
terarah. Adapun analisis yang akan dilakukan adalah:
a. Membahas berbagai permasalahan berdasarkan hasil pengumpulan data
b. Pemilihan alternatif perencanaan

3.6 Bagan Alir Perencanaan


Secara umum perencanaan jembatan ini diuraikan seperti berikut:

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data dan Studi Literatur:


Data jembatan
Buku referensi
Peraturan-peraturan terkait

A
A

Preliminary Design:
Merencanakan pelat lantai jembatan
Merencanakan kerb dan trotoar
Merencanakan deck slab precast
Diafragma

Pendimensian Girder

Analisis Pembebanan

Analisis Struktur Utama Jembatan:


Analisis tegangan
Menentukan layout kabel tendon
Perhitungan kehilangan prategang

Tidak
Kontrol desain
bangunan atas jembatan

Ok

Perencanaan dan analisis struktur


bawah (abutment, pilar, pondasi)
`

Kontrol desain Tidak


bangunan bawah
jembatan

Ok

Gambar

Selesai

Gambar 3.3 Bagan alir perencanaan jembatan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Umum


Perhitungan perencanaan struktur jembatan adalah perhitungan- perhitungan
elemen structural pembentuk struktur jembatan secara keseluruhan. Perhitungan struktur
dilakukan supaya struktur jembatan dapat dibangun esuai kebutuhan, baik dari segi
mutu bahan bangunan, umur rencana dan segi keamanan serta stabilitas struktur.
Perencanaan kekuatan komponen struktur jembatan beton prategang ini dibagi
kedalam dua bagian, sebagai berikut :
1. Struktur atas jembatan, meliputi :
Tiang sandaran
Kerb dan lantai trotoar
Pelat lantai jembatan
Deck slab
Difragma
Balok prategang
2. Struktur bawah jembatan, meliputi :
Abutment jembatan
Pilar jembatan
Perencanaan pondasi

4.2 Perhitungan Struktur Atas Bentang 42 m


Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsuung menahan beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan, manusia dan
lain-lain, untuk selanjutnya disalurkan kepada bangunan bawah jembatan. Dalam
merencanakan struktur atas jembatan ini digunakan beton pracetak U girder. Adapun
data-data perencanaan yang digunakan sebagai berikut :
1. Jenis jembatan : Jembatan Precast Concrete U Girder
2. Kelas jembatan : Jembatan Kelas A
3. Panjang total jembatan : 70 m
Panjang span : 42 m
4. Lebar jembatan : 9,5 m
Lebar jalur : 2 x 3,5 m
Lebar trotoar : 0,8 m
Lebar kerb : 0,2 m

4.2.1 Perhitungan Sandaran


Sandaran berfungsi sebagai pebatas jalan dan sebagai pagar pengaman baik
untuk kendaraan maupun untuk pejalan kaki. Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi
trotoar harus diperhitungkan untuk dapat menahan beban horizontal sebesar 100 kg/m’,
yang bekerja pada tinggi 90 cm diatas lantai trotoar.
Direncanakan :
h1 = 100 cm ; h2 = 25 cm
Keterangan :
h1 = Tiinggi sandaran di atas trotoar
h2 = Tinggi trotoar
Maka :
hsandaran = h1 + h2 = 125 cm

16
10

45

45

25

20

25 80 20

Gambar 4.1 Desain tiang sandaran

a. Pipa Sandaran
Spesifikasi teknis:
Mutu tulangan baja (fy) = 240 MPa ( 2400 kg/cm²)
Tinggi tiang sandaran = 125 cm
Jarak tiang sandaran = 200 cm
Muatan horizontal (H) = 100 kg/m
Berdasarkan tabel profil baja (Sunggono KH, 1984) digunakan pipa baja Ø3
inchi (76,3 mm) BJ 37 dengan data sebagai berikut:
Diameter (D) = 76,3 mm
t = 4 mm
G = 7,13 kg/m
W = 15,6 cm³
1. Pembebanan pipa sandaran :
Beban vertikal
Faktor beban ultimit = 1,2
Beban vertikal (qV) = 7,13 kg/m
Beban ultimit vertikal (qVu) = 1,2 x 7,13
= 8,556 kg/m
Beban horizontal
Faktor beban ultimit = 1,6
Beban horizontal (qH) = 100 kg/m
Beban ultimit horizontal (qHu) = 1,6 x 100
= 160 kg/m

Beban yang terjadi =√

=√
= 160,229 kg/m

2. Kontrol terhadap kekuatan pipa :


Pipa sandaran bertumpu pada tiang sandaran yang berjarak 2 m
q = 160,229 kg/m

RAV =

= 160,229 kg
Momen yang terjadi pada pipa sandaran :
Mu =

=
= 80,114 kg.m
= 8011,4 kg.cm

3. Cek kekompakan profil :


λ = = = 19,075

λ = = = 91,667 (penampang tak kompak)

λf = = = 61,667 (penampang kompak)

Karena, λ (=19,075) < λf (=61,667) maka penampang kompak.

4. Tahanan momen nominal penampang kompak :


Modulus plastis (Zx) :

Zx = x D³ x (1-(1- )³)

= x 7,63³ x (1-(1- )³)

= 20,930 cm³
Tahanan momen nominal (Mn) :
Mn = fy x Zx
= 2400 x 20,930
= 50233,184 kg.cm

5. Kontrol momen lentur :


фb.Mn = 0,9 x 50233,184
= 45209,866 kg.cm
фb.Mn ≥ Mu
45209,866 ≥ 8011,4 kg.cm.......... OK!
Jadi, profil baja Ø76,3 mm (3 inchi) dengan mutu baja BJ 37, fy = 240 MPa dapat
digunakan untuk pipa sandaran.

b. Tiang Sandaran
Perencanaan tiang sandaran direncanakan berdasarkan standar Bina Marga,
Perencanaan Teknik Jembatan, karena pada SNI 1725:2016 tidak dibahas secara detail.
Direncanakan :
- Jarak antar tiang sandaran = 2,00 m
- Tinggi tiang sandaran di atas trotoar = 1,00 m
1. Gaya aksial terfaktor akibat beban hidup (PL)

H1 = 100 kg/m

90 cm

Gambar 4.2 Beban hidup pada railing


PL = 1,6 x 100
= 160 kg/m

2. Perhitungan momen
Gaya geser ultimit pada sandaran :
Vu = Beban x jarak sandaran
= 160 x 2
= 320 kg
Momen ultimit pada sandaran :
Mu = Beban x jarak sandaran x lengan momen
= 160 x 2 x 1,15
= 368 kg.m
3. Penulangan
Spesifikasi teknis :
- Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
- Mutu baja (fy) = 240 MPa
- h = 25 cm = 250 mm
- tebal selimut beton (p) = 2,5 cm = 25 mm
- Ø tulangan utama = 10 mm
- Ø sengkang = 8 mm
- Jarak antar tiang sandaran =2m
Tebal efektif (d) :
d = h – p – 0,5 Ø tulangan utama – Ø tulangan sengkang
d = 250 – 25 – 0,5 x 12 – 6
= 211 mm
Perhitungan tulangan utama:
Momen nominal:

Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 460 kgm = 4600000 Nmm


m =

= 9,7196
Tahanan momen nominal:
Rn =

= 0,517 N/mm²
Rasio tulangan diperlukan:

ρ = √ )

= √ )

= 0,00218
Rasio tulangan maksimum:
ρb =

= 0,06247
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Tahanan momen maksimum:

Rmaks = )

= 8,684 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
8,684 ≥ 0,517 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum:
ρmin = = = 0,00583

ρ (=0,00218) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583


Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00583 x 160 x 211
2
= 196,933 mm
Digunakan tulangan Ø12 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 12
2
= 113,04 mm
Jumlah tulangan pokok (n) :

n =

=1,742 ≈ 2 buah
Asterpasang = n x As = 2 x 113,04 = 226,08 mm²
Asterpasang (=226,08 mm²) > Asperlu (=196,933 mm²) ……………….. (OK)
2
Jadi, digunakan tulangan utama 2 Ø 12 (As terpasang 226,08 mm ).
Tulangan Sengkang (geser) :
Vu = 320 kg = 3200 N
Vc = √

= √

= 30326,637 N
фVc = 0,6 x Vc
= 0,6 x 30326,637
= 18195,982 N
фVc (=18195,982 N) > Vu (=3200 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Smaks =½xd
= ½ x 211
= 105,5 mm ≈ 100 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 100 mm.
Jadi, tiang sandaran menggunakan mutu beton 29,05 MPa dan mutu baja 240
MPa dengan tulangan lentur 2Ø12 dan tulangan sengkang Ø6 – 100 mm.
2Ø12
b=160

h=250

Ø6-100

tulangan lentur
2Ø12

tulangan sengkang
Ø6-100

Gambar 4.3 Detail tulangan tiang sandaran

4.2.2 Perencanaan Kerb


Pada tepi trotoar bagian luar dipasang kerb setinggi minimal 0,25 m. Kerb
direncanakan untuk dapat menahan beban hidup horizontal terbagai merata sebesar 500
kg/m pada tepi kerb pada tinggi 25 cm diatas permukaan lantai kendaraan.
1. Perhitungan momen
20
500 kg/m

25

Beban ditinjau selebar 1 meter pada arah memanjang jembatan.


Faktor beban ultimit = 1,6
Beban hidup horizontal, qh = 500 kg
Beban ultimit, qu = 1,6 x 500 = 800 kg
Tinggi kerb, h = 0,25 m
6
Momen tahanan kerb, Mu = qu x h = 800 x 0,25 = 200 kg.m = 2 x 10 N.mm
2. Penulangan kerb
Direncanakan :
2
Mutu beton (f’c) = 29 MPa = 290,5 kg/cm
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 240 MPa
Dimensi kerb, b = 1000 mm
h = 200 mm
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x Ø tulangan utama
= 200 – 25 – 0,5 x 12 = 169 mm
Penulangan lentur :
Momen nominal:

Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 250 kgm = 2500000 Nmm

m = = = 9,7196

Tahanan momen nominal:


Rn =

= 0,088 N/mm²
Rasio tulangan balance :
ρb =

= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583

Rasio tulangan diperlukan:

ρ = √ )

= √ )

= 0,00037
ρ (=0,00037) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00583 x 200 x 169
2
= 985,833 mm
Digunakan tulangan Ø12 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 12
2
= 113,04 mm
Jarak antar tulangan (s) :
S =

= 114, 664 mm ≈ 100 mm

Asterpasang = = = 1130,4mm²

Asterpasang (=1130,4 mm²) > Asperlu (=985,833 mm²) ……………….. (OK)


2
Jadi, digunakan tulangan utama Ø12 – 100 (As terpasang 1130,4 mm ).
Tulangan geser :
Vu = 800 kg = 8000 N
Vc = √

= √

= 151812,8 N
фVc = 0,6 x Vc = 0,6 x 151812,8 = 91087,71 N
фVc (= 91087,71 N) > Vu (= 8000 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Maka digunakan tulangan geser praktis 2 Ø 8
Jadi, kerb menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy) 240
MPa dengan tulangan lentur Ø12 – 100 dan sengkang 2 Ø8.
2Ø8

Ø6-100
25

20

100 mm

Ø12-100

2Ø8

200 mm
DETAIL PENULANGAN KERB
G . ambar kerb
4TA4MDPeAtaKilApTeAnSula
ngan

4.2.3 Perencanaan Trotoar


Menurut SNI 1725:2016 (pasal 8.9, hal 46) semua komponen trotoar yang lebih
lebar dari 600 mm harus direncanakan memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5
kPa.
Direncanakan :
Lebar (b) = 0,8 m = 80 cm
Tebal (t) = 0,25 m = 25 cm
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Mutu baja (fy) = 240 MPa
a. Pembebanan pada trotoar :
1. Akibat berat sendiri (Ms)
16
10

45 I

80
II
45
III

25 IV V VI

20 VII

25 80 20

Gambar 4.5 Pembebanan berat sendiri trotoar


Gambar. Pembebanan berat sendiri trotoar

Perhitungan luas bangunan :


I =bxh = 0,16 x 0,45 = 0,072 m²
II =½axt = ½ x 0,16 x 0,45 = 0,036 m²
III =½axt = ½ x 0,25 x 0,45 = 0,056 m²
IV =bxh = 0,25 x 0,25 = 0,063 m²
V =bxh = 0,8 x 0,25 = 0,2 m²
VI =bxh = 0,2 x 0,25 = 0,05 m²
VII =bxh = 1,25 x 0,2 = 0,25 m²

Tabel 4.1 Berat sendiri dan momen pada trotoar

Notasi A Berat isi B Berat Lengan terhadap Momen


(m²) (kg/m³) (m) (kg) titik A (m) (kgm)
I 0,072 2400 0,16 27,648 1,25 34,560
II 0,036 2400 0,16 13,824 1,25 17,280
III 0,056 2400 0,16 21,6 1,14 24,624
IV 0,063 2400 1 150 1,125 168,750
V 0,200 2400 1 480 0,6 288,000
VI 0,050 2400 1 120 0,1 12,000
VII 0,250 2400 1 600 0,625 375,000
Berat 2
pipa Ø 7,13
VIII 2 28,52 1,25 35,65
76,3 mm
= kg/m
Ʃ 1441,592 955,864
Dari tabel 4.1 didapat momen total akibat berat sendiri slab trotoar sebesar =
955,864 kg.m
Faktor beban ultimit = 1,2
Momen ultimit berat sendiri (MMS) = KMS x M = 1,2 x 955,864 = 1147,037 kg.m
2. Akibat beban hidup pedestrian (TP)

10
H1 = 100 kg/m

45

45 q = 500 kg/m²
H2 = 500 kg/m

25

20

Gambar 4.6 Pembebanan berat beban hidup

Gambar. Pembebanan beban hidup


Beban hidup horizontal terpusat pada tiang sandaran
H1 = 1 m x 100 kg/m = 100 kg
Beban hidup vertikal terbagi rata di atas trotoar
2
q = 1 m x 500 kg/m x 1 m = 500 kg
Beban hidup horizontal di tepi trotoar
H2 = 1 m x 500 kg/m = 500 kg

Tabel 4.2 Gaya dan momen trotoar akibat beban hidup


Gaya Lengan Momen
No Beban
(kg) (m) (kgm)
1 H1 100 1,35 135
2 Q 500 0,5 250
3 H2 500 0,45 225
Ʃ 610

Momen (M) total akibat beban hidup pada trotoar sebesar = 610 kg.m
Faktor beban ultimit = 1,6
Momen ultimit beban hidup (MTP) = 1,6 x 610 = 976 kg.m
Sehingga,
Momen ultimit (Mu) = MMS + MTP = 1147,037 + 976 = 2123,037 kg.m
b. Penulangan trotoar
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
h = 250 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x D. tulangan utama
= 250 – 25 – 0,5 x 16 = 217 mm
Penulangan lentur :
Momen nominal:

Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 2653,796 kgm = 26537960 Nmm

m = = = 16,1993

Tahanan momen nominal:

Rn = = = 0,5636 N/mm²

Rasio tulangan diperlukan:

ρ = √ )

= √ )

= 0,00143
Rasio tulangan balance :
ρb =

=
= 0,03148
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,02361
Tahanan momen maksimum:

Rmaks = )

= 7,639 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
7,639 ≥ 0,564 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035

ρ (=0,00143) < ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρmin = 0,0035


Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,0035 x 1000 x 217
2
= 759,5 mm
Digunakan tulangan D16 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 16
2
= 200,96 mm
Jarak antar tulangan (s) :
S =

= 264,595 mm ≈ 250 mm

Asterpasang = = = 803,84 mm²

Asterpasang (= 803,84 mm²) > Asperlu (= 759,5 mm²) ……………….. (OK)


2
Jadi, digunakan tulangan utama D16 – 250 (As terpasang 803,84 mm ).
Tulangan bagi :
2
Asb = 20% Astulangan utama = 20% x 803,84 = 160,768 mm
Karena fy = 400 MPa, maka:
2
Asb = 0,0018 x b x h = 0,0018 x 1000 x 250 = 450 mm
2
Diambil Asb terbesar yaitu 450 mm .
Digunakan tulangan Ø 12 :
2 2 2
As = ¼ x π x Ø = ¼ x 3,14 x 12 = 113,04 mm
Jarak tulangan bagi :

S = = = 251,2 mm ≈ 250 mm

Digunakan tulangan bagi Ø12 – 250 mm

Jadi, slab lantai trotoar menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 400 MPa dengan tulangan lentur D16 – 250 dan tulangan bagi Ø 12 – 250 mm.

2Ø12

Pipa baja Ø76,3 mm

Ø6-100 mm

Ø12-250 mm D16-250 mm

Gambar 4.7 Detail tulangan slab lantai trotoar

Gambar. Detail tulangan slab lantai trotoar


4.2.4 Pelat Lantai Jembatan
Data teknis pelat lantai jembatan :

42 m

1,4 m

- Panjang pelat beton : Ly = L = 42 m


- Lebar pelat beton : Lx = B = 1,4 m
- Tebal pelat beton : ts ≥ 200 mm
ts ≥ (100 +40 Lx) = 100+40 (1,4) = 156 mm
Digunakan, ts = 200 mm = 0,2 m
- Tebal lapis perkerasan : tp = 0,05 m
- Tebal genangan air hujan : th = 0,05 m
a. Perhitungan beban tetap
1. Beban sendiri pelat (MS), KMS = 1,3
QMS = B x ts x γc x KMS
= 1,4 x 0,2 x 24 x 1,3
= 8,736 kN/m
2. Beban mati tambahan (MA), KMA = 2
Berat lapis perkerasan = B x tp x γaspal x KMA = 1,4 x 0,05 x 22 x 2 = 3,08 kN/m
Berat genangan air hujan = B x th x γair x KMA = 1,4 x 0,05 x 10 x 2 = 1,4 kN/m

Total beban mati, Qd = QMS + QMA


= 8,736 + (3,08+1,4)
= 13,216 kN/m
Pd = Qd x L = 13,216 x 42 = 555,072 kN

b. Perhitungan momen pada pelat menggunakan M. Pigeaud


Data teknis :
- Faktor koreksi perletakan,
Diasumsikan plat lantai menumpu pada dua sisi (arah Ly) dan terletak bebas
pada dua sisi yang lain (arah Lx), maka :
Faktor koreksi perletakan, f = 4/3
- Koefisien reduksi momen, rm = 0,8 (pelat tengah dalam)
1. Akibat beban mati
Rasio bidang pelat : u/B = 1,4/1,4 = 1
v/L = 42/42 =1

Rasio sisi panjang lebar pelat : k = f x = x = 40 (digunakan grafik k = ∞)

Diperoleh dari Grafik M. Pigeaud :


m1 = 0,078
m2 = 0,019
Momen lentur akibat beban mati :
Mdx = rm x Pd x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x 555,072 x (0,078 + 0,15 x 0,019)
= 35, 902 kN.m/m
Mdy = rm x Pd x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 555,072 x (0,019+ 0,15 x 0,078)
= 13, 633 kN.m/m

Beban Hidup Plat Lantai


2. Akibat beba hidup
Beban hidup, PI = 112,5 kN
Faktor beban ultimit, KMT = 1,8
Beban hidup ultimit = 112,5 x 1,8 = 202,5 kN
- Tinggi penyebaran roda (h)

Beban 0,05

2 0,025 0,

h 0,75 h

h = tp + (ts – p – dt/2)

Mencari h
= 0,05 + (0,2 - 0,025 - 0,016/2)
= 0,217 m
Beban hidup kondisi I (Tinjau keadaan beban satu roda)

v1 Ly

u1
1,4 m

u1 = 0,75 + 2h = 0,75 + 2 (0,217) = 1,184 m


v1v1 = 0,25 + 2h = 0,25 + 2 (0,217) = 0,684 m Ly
Digunakan grafik M. Pigeaud dengan Lx (B) = 1,4 m dan Ly (L) = ∞ m (lantai
tidak menumpu pada diafragma).

Rasio bidang beban puel1at :

1,4 m

B e b a n h id u p
Dar
m1 = 0,102

momen :
i gra fik M . Pi geaud d ipero le h koe fisie n
ko n d 1
m 2=0 ,051
Momen lentur beban hidup kondisi I
Mlk1x = rm x PI x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x 202,5 x (0,102 + 0,15 x 0,051)
= 17,763 kN.m/m
Mlk1y = rm x PI x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 202,5 x (0,051 + 0,15 x 0,102)
= 10,741 kN.m/m
Beban hidup kondisi II (2 roda berdekatan dengan jarak as ke as 1 m)

> Potongan A-A 1 m


1m Beban Beban

v1 Ly
u1
u1 u1 1
u1
A A

1,4 m

1,184
1,184
u = 2,184

u = 2,184 m
v = v1 = 0,684 m
Rasio bidang beban pelat :

Dari grafik M. Pigeaud diperoleh koefisien momen :


m1 = 0,088
m2 = 0,043
Momen lentur beban hidup kondisi II
Mlk2x = rm x 2PI x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x 2 (202,5) x (0,088 + 0,15 x 0,043)
= 30,602 kN.m/m
Mlk2y = rm x 2PI x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 2 (202,5) x (0,043 + 0,15 x 0,088)
= 18,209 kN.m/m
Beban hidup kondisi III
1
Beban Beban

0,25 0,25
0,684 2y 0,684
1
y y

u1 1,4

v1
Ly

Mencari nilai y :
(1/2 x v1) + 2y + (1/2 x v1) =1
(1/2 x 0,684) + 2y + (1/2 x 0,684) =1
0,684 + 2y =1
2y = 0,316
y = 0,158 m
- Formasi (i)
u = u1 = 1,184 m
v = 2 (v1 + y) = 2 (0,684 + 0,158) = 1,684 m
Rasio bidang beban pelat :

Dari grafik M. Pigeaud diperoleh koefisien momen :


m1 = 0,085
m2 = 0,018
m1 (v1 + y) = 0,085 (0,684+0,158) = 0,07157
m2 (v1 + y) = 0,018 (0,684+0,158) = 0,01516
- Formasi (ii)
u = u1 = 1,184 m
v = 2 x y = 2 x 0,158 = 0,316 m

55
Rasio bidang beban pelat :

Dari grafik M. Pigeaud diperoleh koefisien momen :


m1 = 0,105
m2 = 0,080
m1 x y = 0,105 x 0,158 = 0,01659
m2 x y = 0,08 x 0,158 = 0,01264
- Formasi (iii) = (i) – (ii)
m1 = 0,07157 – 0,01659 = 0,05498
m2 = 0,01516 – 0,01264 = 0,00252
Momen lentur beban hidup kondisi III
Mlk3x = rm x (2PI/v1) x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x (2 x 202,5 / 0,684) x (0,05498 + 0,15 x 0,00252)
= 26,222 kN.m/m
Mlk3y = rm x (2PI/v1) x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x (2 x 202,5 / 0,684) x (0,00252 + 0,15 x 0,05498)
= 5,098 kN.m/m
Tabel 4.3 Rekapitulasi momen
M arah x (kN.m) M arah y (kN.m)
Jenis Beban
M+ M- M+ M-
Beban mati 35,902 35,902 13,633 13,633
Beban hidup I 17,763 17,763 10,741 10,741
Beban hidup III 30,602 30,602 18,209 18,209
Beban hidup III 26,222 26,222 5,098 5,098

Momen rencana ultimit :


Mux+ = Mux- = Mdx + Mlx
= 35,902 + 30,602
= 66,504 kNm
Muy+ = Muy- = Mdy + Mly
= 13,633 + 18,209
= 31,841 kNm

56
c. Penulangan pelat lantai
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Tebal pelat (h) = 200 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
- Rasio tulangan balance :
ρb =

= 0,03148
- Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,0236
- Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035

Penulangan pelat arah x (melintang) :


- Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d)
d = h – p – 0,5 x D. tulangan
= 200 – 25 – 0,5 x 16 = 167 mm
- Momen nominal :
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 83,129821 kN.m = 83129821 Nmm

- m = = = 16,199

- Tahanan momen nominal:


Rn = = = 2,981 N/mm²

- Rasio tulangan diperlukan:

ρperlu = √ )

57
= √ )

= 0,00797
Kontrol : ρ (=0,00797) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00797
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00797 x 1000 x 167
2
= 1330,289 mm
- Digunakan tulangan D16 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 16
2
= 200,96 mm
- Jarak antar tulangan (s) :
S =

= 151,065 mm ≈ 150 mm

- Asterpasang = = = 1339,733 mm²

Asterpasang (= 1339,733 mm²) > Asperlu (= 1330,289 mm²) ……………….. (OK)


2
Jadi, digunakan tulangan utama D16 – 150 (As terpasang 1339,733 mm ).
- Cek Kapasitas Momen :
Data teknis :
2
As’ = 1339,733 mm
Ɛs = 0,003
5
Es = 2.10
d' = p + ½ x D. tulangan = 25 + ½ x 16 = 33 mm
Letak garis netral (c) :
(0,85 x f'c x b x β) x c² + (Ɛs x Es x As' - As' x fy) x c - (Ɛs x Es x d' x As') = 0
5
(0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85) x c² +(0,003 x 2.10 x 1339,733 - 1339,733 x 400)
5
x c – (0,003 x 2.10 x 33 x 1339,733) = 0
20988,625 c² + 267947 c – 26526720 = 0
c = 29,736

58
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c
= 0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85 x 29,736
= 624121,664 N

Ts1 = As' x 600 x ( )

= 1339,733 x 600 x ( )

= 88228,664 N
Ts2 = As’ x fy
P= 1e3n39u,7l3a3nxg4a00n plat
= 53589a3 rNah x
Ts1 (a) Cc (b)
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,736)/2 = 87,362
100-33 = 67

100 mm 100-33 = 67
Ts2

Kapasita s m o m e n :
P e n u l a ngan plat
= Cc x (b) – Ts1 x (a ) + T s2 x (a) > Mn
a r ah y
= 624121,664 x 87,362 – 88228,664 x 67 + 535893 x 67 > Mn
Ts1 (a) Cc
=1008m4m518125 N.mm > 83129821 1N00.-m(b)a/2m=10…0-(0…,85x…
100-49 =
29,.94(4O)/2K= )87,274
51

Penulangan pelat arah y (memanja1n00g-)49:= 51


100 mm
- Jarak tulangan terhaTds2ap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x D.tulangan – D.tulangan
= 200 – 25 – 0,5 x 16 – 16 = 151 mm
- Momen nominal :

Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 39,801710 kN.m = 39801710 Nmm

- m = = = 16,199

- Tahanan momen nominal:


Rn = = = 1,746 N/mm²

- Rasio tulangan diperlukan:

ρperlu = √ )
59
= √ )

= 0,00453
Kontrol : ρ (=0,00453) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00453
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00453 x 1000 x 151
2
= 684,070 mm
- Digunakan tulangan D16 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 16
2
= 200,96 mm
- Jarak antar tulangan (s) :
S =

= 293,771 mm ≈ 250 mm

- Asterpasang = = = 803,8 mm²

Asterpasang (= 803,8 mm²) > Asperlu (= 684,070 mm²) ……………….. (OK)


2
Jadi, digunakan tulangan utama D16 – 250 (As terpasang 803,8 mm ).
- Cek Kapasitas Momen :
Data teknis :
2
As’ = 1339,733 mm
Ɛs = 0,003
5
Es = 2.10
d' = p + ½ x D. tulangan + D. tulangan = 25 + ½ x 16 + 16 = 49 mm
Letak garis netral (c) :
(0,85 x f'c x b x β) x c² + (Ɛs x Es x As' - As' x fy) x c - (Ɛs x Es x d' x As') = 0
5
(0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85) x c² +(0,003 x 2.10 x 803,8 – 803,8 x 400) x c –
5
(0,003 x 2.10 x 49 x 803,8) = 0
20988,625 c² + 160768 c – 23632896 = 0
c = 29,944

60
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c

Pe nu la n gan pla t
= 0 ,8 5 x 2 9, 05 x 1 000 x 0 ,8 5 x 29,944

= 628476a,7r6a2hN x

Ts1 = As' x 600 x ( )

= 803,8 x 600 x ( )100-33 = 67

= 306940,762 N
Ts2 = A s’ x fy
P e n u langan
plat
= 803,8 x 40 0
a r ah y
= 321536 N (a) Cc (b)

Ts 1
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,944)/2 = 87,274
100-49 = 51

100-49 = 51
100 mm
Ts2

Kapasitas momen :
= Cc x (b) – Ts1 x (a) + Ts2 x (a) > Mn
= 628476,762 x 87,274 – 306940,762 x 51 + 321536 x 51 > Mn
= 55593997 N.mm > 39801710 N.mm ………. (OK)

Jadi, pelat lantai menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan pelat arah x (melintang) D16 – 150 dan tulangan pelat arah y
(memanjang) D16 – 250 mm.

4.2.5 Deck Slab Precast


Deck slab precast merupakan bagian dari struktur atas yang berguna sebagai
lantai kerja untuk pekerjaan plat lantai jembatan dengan pengadaan secara precast
karena struktur lantai jembatan adalah cast in place. Pengaruh Deck Slab terhadap plat
lantai adalah menyalurkan beban yang diterima plat lantai ke balok girder, Deck yang
digunakan precast , supaya mempermudah dalam pelaksanaan. Adapun perencanaan
deck slab precast adalah seperti berikut.
61
7

108

100

Gambar 4.8 Dimensi deck slab precast


Spesifikasi :
Tebal (h) = 7 cm
Panjang (l) = 108 cm
Lebar (b) = 100 cm
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Mutu tulangan baja (fy) = 240 MPa
a. Pembebanan
1. Beban tetap (mati)
2
- Berat sendiri deck slab = 0,07 x 2400 = 168 kg/m
2
- Berat aspal = 0,05 x 2200 = 110 kg/m
2
- Berat plat beton = 0,2 x 2400 = 480 kg/m
2
Berat total, WD = 758 kg/m
2
WUD = 1,2 . WD = 1,2 x 758 = 909,6 kg/m
2. Beban hidup
2
Beban pekerja + peralatan kerja = 100 kg/m
2
WUL = 1,6 . WL = 1,6 x 100 = 160 kgm
WU = WUD + WUL
2 2
= 909,6 kg/m + 160 kg/m
2
= 1069,6 kg/m
qU = WU x l = 1069,6 x 1 = 1069,6 kg/m
Perhitungan momen :
2 2
Mmax = 1/8 . qU . l = 1/8 x 1069,6 x 1,08 = 155,95 kgm

b. Penulangan deck slab precast


Direncanakan :
Ø tulangan utama = 10 mm
Ø tulangan bagi = 8 mm

62
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
h = 70 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tulangan utama
= 70 – 25 – 0,5 x 10 = 40 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 155,95 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 194,9346 kgm = 1949346 Nmm

m = = = 9,7196

Tahanan momen nominal :


Rn = = = 1,218 N/mm²

Rasio tulangan balance

ρb =

= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583

Rasio tulangan diperlukan :

ρ = √ )

= √ )

= 0,00521
ρ (=0,00521) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
2
As perlu = ρ x b x d = 0,00583 x 1000 x 40 = 233,333 mm

63
Digunakan tulangan Ø10 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 10
2\
= 78,5 mm
Jarak tulangan pokok (s) :
s =

= 336,429 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 10 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 60,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 60,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
60,667 mm < 336,429 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, maka digunakan S = 140 mm

Asterpasang = = = 560,714 mm²

Asterpasang (= 560,714 mm²) > Asperlu (= 233,333 mm²) ……………….. (OK)


2
Jadi, digunakan tulangan Ø10-140 mm (As terpasang 560,714 mm )
Tulangan bagi :
Asb = 20% Astulangan utama
= 20% x 560,714
2
= 112,143 mm
Digunakan tulangan Ø 8 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 8
2
= 50,24 mm

64
Jarak tulangan bagi :
S =

= 209,333 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 8 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 58,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 58,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
58,667 mm < 209,333 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, digunakan S = 140 mm
Digunakan tulangan bagi Ø8-140 mm

Jadi, deck slab precast menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 240 MPa dengan tulangan lentur Ø10 – 140 dan tulangan bagi Ø8 – 140 mm.

4.2.6 Diafragma
Perencanaan diafragma menggunakan simple beam, yaitu diafragma dianggap
berdiri sendiri sehingga hanya menerima beban berat sendiri. Adapun fungsinya sebagai
pengunci dan pengaku antar girder agar tidak terjadi guling. Sebenarnya untuk menahan
gaya guling telah ditahan oleh berat sendiri girder dan diperkuat dengan perencanaan
struktur plat lantai komposit dengan girder. Sehingga dengan adanya diafragma akan
membuat Jembatan Kesejahteraan menjadi lebih aman.

65
DIAFRAGMA
Pelat beton
Deck slab

Diafragma 80 cm

20 cm

92 cm

Gambar 4.9 Dimensi balok diafragma


Spesifikasi :
Tebal diafragma (b) = 20 cm = 0,2 m
Tinggi diafragma (h) = 80 cm = 0,8 m
Panjang diafragma (l) = 92 cm = 0,92 m
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa = 290,50 kg/m
Mutu tulangan baja (fy) = 400 MPa
3
Berat jenis beton bertulang (γ) = 2400 kg/m

a. Pembebanan
Diafragma merupakan struktur yang bekerja menahan berat sendiri (tidak
menerima beban luar dan tidak sebagai struktur utama).
1. Berat sendiri diafragma (WD)
WD = h x BJ beton
= 0,8 x 2400
2
= 1920 kg/m
WUD = 1,2 x WD
= 1,2 x 1920
2
= 2304 kg/m
qU = b x WUD = 0,2 x 2304 = 460,8 kg/m
2. Perhitungan momen (M)
MA = MB =

=
= 35,502 kg.m
b. Penulangan diafragma
Direncanakan :
Ø tulangan utama = 19 mm
Ø tulangan bagi = 8 mm
Ø tulangan sengkang = 6 mm
Tebal selimut beton (p) = 50 mm
h = 800 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tul. utama – Ø tul. sengkang
= 800 – 50 – 0,5 x 19 – 6 = 734,5 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 35,502 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)

= 40,6272 kgm = 406272 Nmm

m = = = 16,199

Tahanan momen nominal :


Rn = = = 0,0038 N/mm²

Rasio tulangan balance


ρb =

=
= 0,0315
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0315 = 0,0236
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035

Rasio tulangan diperlukan :

ρ = √ )

= √ )

67
= 0,0000094
ρ (=0,0000094) < ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρmin = 0,0035
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
As perlu =ρxbxd
= 0,0035 x 200 x 734,5
2
= 514,15 mm
Digunakan tulangan D19 :
2
As =¼xπxD
2
= ¼ x 3,14 x 19
2
= 283,385 mm
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) :
n =

= ≈ 2 buah
Asterpasang = As x n = 283,385 x 2 = 566,77 mm²
Asterpasang (= 566,77 mm²) > Asperlu (= 514,15 mm²) ……………….. (OK)
2
Jadi, digunakan tulangan 2 D 19 (As terpasang 566,77 mm )
Tulangan bagi :
Asb = 10% Astulangan utama
= 10% x 566,77
2
= 56,677 mm
Digunakan tulangan Ø 8 :
2
As =¼xπxØ
2
= ¼ x 3,14 x 8
2
= 50,24 mm
Jumlah tulangan bagi :
n =

= 1,128 ≈ 2 buah
Digunakan tulangan bagi 2 Ø 8
Tulangan sengkang (geser) :
Vu = ½ x qu x l
= ½ x 460,8 x 0,92
= 211,968 kg = 2119,68 N
Vc = √

= √

= 131960,397 N

= = 39588,12 N

Vu (=2119,68 N) < (=39588,12 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).

Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Jarak maksimum (Smaks) :
Smaks = 16 x Ø tulangan utama = 16 x 19 = 304 mm
Smaks = 48 x Ø sengkang = 48 x 6 = 288 mm
Smaks =b = 200 mm
Smaks =½xd = ½ x 734,5 = 367,25 mm
Dari kriteria di atas dipilih jarak maksimum (Smaks) terkecil, yaitu :
Smaks = 200 mm ≈ 150 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 150 mm.

Jadi, diafragma menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan lentur 2 D 19 dan tulangan bagi 2 Ø 8 serta sengkang Ø6 –
150 mm.

sengkang Ø6 - 150

tulangan bagi 2Ø8


h= 800 mm

tulangan lentur
2 D19

b= 200 mm

Gambar 4.10 Penulangan balok diafragma

PENULANGAN BALOK DIAFRAGMA


69
4.2.7 Balok Prategang Bentang 42 m DIMENSI
4.2.7.1 Pendimensian
dan Analisis
Penampang U Girder
B ent a ng 42
m
G IR D E
R Dimensi
penampang U
girder yang
digunakan
berdasarkan
Bridge Product
by
WIKA BETON adalah
PC U H-185.
1900
80
330 70
10
80 0
10
0

ya=
3 971,0
3 6
0

5
1
8 4
9
5
0

3
yb= 878,94

2
1
300

1000

G
a
m
b
a
r

4
.
70
1 2 63 2 1 2 3 9 8 8
1 3 19
0 2 81 06 6
11 90
0 2
12
3
21
95 2 81 17 13 50 41 46
B 4 19 14 142 2 16
05 2 91 79 72 895 0 34
e 5 19 16 90 5 9
n 95 2 82 13 84 50 3 5
6 24 36 38 85 89
7 92 31 2 42 41 53
3 421
t 66 50
11 11
u 00 06
8 41 2 91
2
16
1
8
78
70
79
71
k 90 87 95 1 98 06
9 37 2 41 8 1 40 40
3T 68 3 8 48 50
d 1 112 430
o 2 732 301
a
n

d
i
m
e
n
s
i

P
C

H
-
1
8
5

1. Analisis gelagar prategang


(sebelum komposit)
Berikut tabel 4.4 Merupakan
perhitungan dari analisis penampang
dan momen inersia (Ix) balok
prategang.

Tabel 4.4 Hasil


analisis
penampang
gelagar
prategang (untuk
L = 42 m)
Di
me A y A I A. I
N b h Ju * x (y- x
o ml
c c c c c c ( c
. ah
mm m m m m c m
1 1 3 1 3 1 45 225 15940 16165

71
Penentuan cgc balok prategang :

yn = yb = = = 87,894 cm

ya = h - yb = 185 - 87,894 = 97,106 cm


DIMENSI
Penentuan batas inti (batas kern) balok prategang :
k
GIRDER
= = = 38,170 cm
a

kb = = = 34,549 cm
9 100
8 100
7
6
330
ya= 971,06

4 950

3
yb= 878,94

2
1 300

Gambar 4.12 Garis netral penampang gelagar prategang (L = 42m)

2. Analisis gelagar komposit


Direncanakan :
Mutu beton pelat lantai : f’c = 29,05 MPa
Mutu beton gelagar prategang : f’c = 66,4 Mpa
3
γc : 2500 kg/m
Modulus elastisitas beton : Ecp = 4700 √f’c
1,5
Ecb = wc . 0,043. √f’c
Angka ekivalen (n)

n= = = 0,578

Mencari lebar efektif


bef = ¼ x L , dimana L adalah panjang balok prategang
= ¼ x 4200 = 1050 cm
bef = 12 x tpelat
= 12 x 20 = 240 cm
bef = Jarak antar balok = 270 cm
Dari ketiga alternatif tersebut maka diambil nilai terkecil yaitu b e = 240 cm
beff
200

1850

Gambar 4.13 Penampang gelagar komposit (L = 42m)

Luas pelat lantai ekivalen (Apelat)


2
Apelat = tpelat x bef x n = 20 x 240 x 0,578 = 2776,193 cm
Luas gelagar komposit (Ac)
2
Ac = Abalok + Apelat = 12826 + 2776,193 = 15602,193 cm
Jarak pelat terhadap alas gelagar
ypelat = h + t/2 = 185 + 20/2 = 195 cm
Statis momen penampang komposit (S(c))
Sc = ∑A.y
= (A x yb) + (Apelat x ypelat)
= (12826 x 87,894) + (2776,193x 195)
3
= 1668679,969 cm
Penentuan cgc penampang komposit
hc = h + hp = 185 + 20 = 205 cm

ync = ybc = = = 106,952 cm

yac = hc - ybc = 205 - 106,952 = 98,048 cm


Momen inersia penampang komposit (Ic)
2 3 2
Ic = [Ix + Abalok.(yb - ybc)) ] + [ bef..n.hp + Apelat.(ypelat - ybc) ]
2 3
= [43030145,922 + 12826 x (87,894 - 106,952) ] + [ x240 x 0,578 x20
2
+ 2776,193 x (195 - 106,952) ]
= 47688695,469 + 21615019,080

72
4
= 69303714,549 cm
Penentuan batas inti (batas kern) penampang komposit

Kac = = = 41,532 cm

Kbc = = = 45,303 cm

Tabel 4.5 Hasil analisis penampang gelagar komposit (untuk L = 42m)

No. A (cm²) y (cm) A.y (cm³) I (cm⁴) A.(y-yb)² Ix (cm⁴)

DIMEN1SI G1I2R82D6 E8R7,894 1127322,333 43030145,922 4658549,547 47688695,469


2 2 77 6, 19 195
3 541357,363 92539,767 21522479,313 21615019,080
KOM P O S
Total (∑) 15602,193
I T
1668679,969 69303714,549
2400
1900 beff
1900
0 80 330 80
70
17 9 100
16 8 100
15 yac = 0,9805 m
7
14 6 yac = 980,48
330
mm

5a
13 5b
50
12 4 950
65
11 3
ybc = 1069,52 mm

10 2
1 300

1000

Gambar 4.14 Garis netral penampang gelagar komposit (L = 42m)

4.2.7.2 Analisis Pembebanan Gelagar Bentang 42 m


A. Berat Sendiri (Mbs)
Berat sendiri terdiri dari beban merata akibat berat sendiri gelagar dan beban
terpusat akibat berat diafragma.
1. Berat sendiri gelagar
qbs = Abalok x wc BERAT SENDIRI
BERAT DIAFRA
GIRDER
= 1,2826 x 2400 = 3206,5 kg/m
qbs x
PD PD PD PD PD
x
A
6,3 4,2 4,2 4,2 2,1
A B 21
42 42

Gambar 4.15 Beban merata akibat berat sendiri gelagar (L = 42m)

73 BEB
1,8

yac

ybc
- Momen maksimum di tengah bentang
2 2
Mgmaks = 1/8 x qbs x L = 1/8 x 3206,5 x 42 = 707033,25 kg.m
- Reaksi perletakan :
VA = VB =

Tabel 4.6 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat sendiri balok (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qg.x ) Dx = VA-(qg.x)
0 0 67336,5
1 65733,25 64130
2 128260 60923,5
3 187580,25 57717
4 243694 54510,5
5 296601,25 51304
6 346302 48097,5
7 392796,25 44891
8 436084 41684,5
9 476165,25 38478
10 513040 35271,5
11 546708,25 32065
12 577170 28858,5
13 604425,25 25652
14 628474 22445,5
15 649316,25 19239
16 666952 16032,5
17 681381,25 12826
18 692604 9619,5
19 700620,25 6413
20 705430 3206,5
21 707033,25 0

2. Berat diafragma
Direncanakan :
Tebal balok diafragma = 0,2 m
Panjang baok diafragma = 0,92 m
Tinggi balok diafragma = 0,80 m
PD = p x l x t x wdiafragma
= 0,92 x 0,2 x 0,8 x 2400 = 353,28 kg
Total PD = n x PD
= 8 x 353,28 = 2826,24 kg

74
SENDIRI
BERAT DIAFRAGMA BEBAN M
DER
qbs x
P P P P P P
D D D D D D
P P
D D x
A B
4,2 4,2 4,2 2,1
B
6,3
21
A
42 42

Gambar 4.16 Beban terpusat akibat berat diafragma (L = 42m)

BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan :
VA = VB = 1,8

yac

x
ybc

Tabel 4.7 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat diafragma (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg) A
X (m)

0 0 1413,12
1 1413,12 1413,12
2 2826,24 1413,12
3 4239,36 1413,12
4 5652,48 1413,12
5 7065,6 1413,12
6 8478,72 1413,12
7 9644,544 1059,84
8 10704,384 1059,84
9 11764,224 1059,84
10 12824,064 1059,84
11 13707,264 706,56
12 14413,824 706,56
13 15120,384 706,56
14 15826,944 706,56
15 16427,52 353,28
16 16780,8 353,28
17 17134,08 353,28
18 17487,36 353,28
19 17805,312 0
20 17805,312 0
21 17805,312 0

Gaya geser dan momen maksimum akibat berat sendiri adalah :


- Momen maksimum akibat berat sendiri (Mbs) :
Mgmaks + Mdmaks = 707033,25 + 17805,312 = 724838,562 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat berat sendiri (Dbs) :
Dgmaks + Ddmaks = 67336,5 + 1413,12 = 68749,620 kg
B. Beban Mati Sendiri (MS)
Beban mati sendiri terdiri dari beban merata akibat berat sendiri gelagar, deck
slab precast dan berat pelat lantai serta beban terpusat akibat berat diafragma.
1. Beban merata
Berat sendiri gelagar, qbs = 3206,5 kg/m
Berat deck slab, qds = Ads x wds = 2,04 x 0,07 x 2400 = 342,72 kg/m
Berat pelat lantai, qp = Ap x wpelat = 0,2 x 2,8 x 2400 = 1344 kg/m BE
IAFRAGMA Sehingga, BEBAN MATI SENDIRI
TA
qMS = qds + qds + qp = 3206,5 + 342,72 + 1344 = 4893,22 kg/m
qMS
D PD PD PD PD x x
B
2,1
A B A
42 42

Gambar 4.17 Beban merata akibat beban mati sendiri (L = 42m)

BEBAN ANGIN BEBAN ANGIN


- Momen maksimum di tengah bentang
2 2
1 ,8
MMSmaks = 1/8 x qMS x L = 1/8 x 4893,22 x 42 = 1078955,01 kg.m
qEQ
- Reaksi perletakan :
yac

y bc

VA = VB = B
A
42

Tabel 4.8 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati sendiri (beban merata), L=42m
Momen (kgm)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qMS.x ) D
0 0
1 100311,01
2 195728,8
3 286253,37
4 371884,72
5 452622,85
6 528467,76
7 599419,45
8 665477,92
9 726643,17
10 782915,2
11 834294,01
12 880779,6
13 922371,97
14 959071,12
15 990877,05
16 1017789,76
Tabel 4.8 (lanjutan)
17 1039809,25 19572,88
18 1056935,52 14679,66
19 1069168,57 9786,44
20 1076508,4 4893,22
21 1078955,01 0

. 2. Beban terpusat
Balok diafragma yang dipasang berfungsi sebagai pengaku antar gelagar (balok
prategang).
Beban terpusat diafragma, PMS = PD = 2826,24 kg
Momen maksimum diafragma, Mdmaks = 17805,312 kg.m
Gaya geser maksimum diafragma, Ddmaks = 1413,12 kg
Jadi beban mati sendiri (MS) adalah :
MS = qMS x L + PMS = 4893,22 x 42 + 2826,24 = 208341,48 kg

Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati sendiri adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati sendiri (MMS) :
MMSmaks + Mdmaks = 1078955,01 + 17805,312 = 1096760,322 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat berat sendiri (DMS) :
DMSmaks + Ddmaks = 102757,62 + 1413,12 = 104170,74 kg

C. Beban Mati Tambahan (MA)


Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu
beban pada gelagar jembatan yang merupakan elemen non-struktural dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan, girder jembatan direncanakan mampu
memikul beban mati tambahan berupa :
a. Aspal beton (50 mm)
b. Genangan air hujan setinggi 50 mm
c. Pipa drainase 4”

2
Diameter pipa = 0,1016 m; t pipa = 0,003 m; Luas pipa = 0,0009892 m
- Perhitungan beban tambahan
Tabel 4.9 Perhitungan beban tambahan (L = 42m)
No Jenis Bahan B h A w
2 3
(m) (m) (m ) (kg/m )
1 Lapisan aspal 2,8 0,05 0,14 2200
2 Air hujan 2,8 0,05 0,14 1000
3 Pipa drainase 0,0009892 7850 7,765
BEBAN MATI
N MATI SENDIRI qMA 455,765
TAMBAHAN
qMS qMA
x

B A B
42 42

Gambar 4.18 Beban merata akibat beban mati tambahan (L = 42m)

BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan : VA = VB =
qEQ Tabel 4.10 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati tambahan (L=42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X 2
42 B(m) Mx = VA.x - (1/2.qMA.x ) Dx = VA-(qMA.x)
0 0,000 9571,070
1 9343,187 9115,304
2 18230,609 8659,539
3 26662,265 8203,774
4 34638,157 7748,009
5 42158,283 7292,244
6 49222,644 6836,478
7 55831,239 6380,713
8 61984,070 5924,948
9 67681,135 5469,183
10 72922,435 5013,417
11 77707,970 4557,652
12 82037,740 4101,887
13 85911,744 3646,122
14 89329,983 3190,357
15 92292,457 2734,591
16 94799,166 2278,826
17 96850,109 1823,061
18 98445,288 1367,296
19 99584,701 911,530
20 100268,348 455,765
21 100496,231 0,000
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati tambahan adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati tambahan (MMA)
2 2
MMAmaks = 1/8 x qMA x L = 1/8 x 455,765 x 42 = 100496,231 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban mati tambahan (DMA)
DMAmaks = ½ x qMA x L = ½ x 455,765 x 42 = 9571,070 kg

D. Beban Lajur “D” (TD)


Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intenitas q kPa dengan besaran q
tergantung pada panjang bentang total yang dbebani L, sedangkan beban garis terpusat
(BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas
pada jembatan besar intensitas p 49,0 kN/m.

Gambar 4.19 Beban lajur D


Panjang jembatan, L = 42 m
a. Beban terbagi rata (BTR) :
Dari persamaan (2-6) didapat nilai q sebesar :

q = 9 x (0,5 + ) (L > 30 m)

= 9 x (0,5 + )

= 7,714 kPa
qTD = q x s = 7,714 x 2,8 = 21,6 kN/m = 2160 kg/m
b. Beban garis (BGT) :
Besarnya intensitas p = 49 kN/m
Faktor beban dinamis (FBD), didapat dari Gambar 4.20 yaitu sebesar 40%

Gambar 4.20 Faktor beban dinamis untuk bentang 42


PTD = p x s (1 + FBD) = 49 x 2,8 (1 + 40%) = 192,08 kN = 19208 kg
Jadi beban “D” adalah :
D = qTD x L + PTD = 2160 x 42 + 19208 = 109928 kg

- Reaksi perletakan :
VA = VB =

Tabel 4.11 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban lajur D (bentang 0-21 m)

Momen (kgm) Gaya geser (kg)


X (m)
Mx=VA.x - (1/2.qTD.x²) Dx=VA-(qTD.x)
0 0 54964
1 53884 52804
2 105608 50644
3 155172 48484
4 202576 46324
5 247820 44164
6 290904 42004
7 331828 39844
8 370592 37684
9 407196 35524
10 441640 33364
11 473924 31204
12 504048 29044
13 532012 26884
14 557816 24724
15 581460 22564
16 602944 20404
17 622268 18244
18 639432 16084
19 654436 13924
20 667280 11764
21 677964 9604

Gaya geser dan momen maksimum akibat beban lajur “D” adalah :
- Momen maksimum akibat beban lajur “D” (MTD)
2
MTD = (1/8 x qTD x L ) + (1/4 x PTD x L)
2
= (1/8 x 2160 x 42 ) + (1/4 x 19208 x 42) = 677964 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTD)
DTD = (½ x qTD x L) + (½ x PTD) = (½ x 2160 x 42) + (½ x 19208) = 54964 kg
E. Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari 25% dari berat gandar truk desain
atau 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR. Gaya ini harus
diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan
jalan.
Diketahui :
Berat gandar truk desain = 225 kN
Berat truk rencana = 500 kN

BEB
Jumlah balok prategang untuk jalur selebar b, nbalok = 3
Berat truk rencana balok tengah = 500 / 3 = 166,667 kN
BTR = qTD x L = 21,60 x 42 = 907,2 kN
Maka gaya rem (TTB) :
25% x 225 = 56,25 kN
= 5625 kg
5% x (166,667 + 907,2) = 53,693 kN
= 5369,333 kg
Dipakai yang terbesar yaitu, TTB = 5625 kg

1,8

yac

ybc

Gambar 4.21 Letak gaya rem (L = 42m)

Dari gambar (4.21) didapat lengan momen terhadap titik berat U girder adalah :
Y = 1,8 + tp + yac
= 1,8 + 0,05 + 0,980
= 2,830 m
Momen akibat gaya rem, M = TTB x Y = 5625 x 2,830 = 15921,471 kg.m
Gaya geser dan momen maksimum akibat gaya rem adalah :
- Momen maksimum akibat gaya rem (MTB)
MTB = ½ x M = ½ x 15921,471 = 7960,735 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTB)

DTB = = = 379,083 kg

Tabel 4.12 Perhitungan momen dan gaya geser akibat gaya rem (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = Dx = M/L
0 0,000 379,083
1 379,083 379,083
2 758,165 379,083
3 1137,248 379,083
4 1516,331 379,083
5 1895,413 379,083
6 2274,496 379,083
7 2653,578 379,083
8 3032,661 379,083
9 3411,744 379,083
10 3790,826 379,083
11 4169,909 379,083
12 4548,992 379,083
13 4928,074 379,083
14 5307,157 379,083
15 5686,240 379,083
16 6065,322 379,083
17 6444,405 379,083
18 6823,487 379,083
19 7202,570 379,083
20 7581,653 379,083
21 7960,735 379,083

F. Beban Angin (EW)


Beban angin pada kendaraan (EWl) :
Jembatan harus direncanakan memikul gaya akibat tekanan angin pada
kendaraan sebesar 1.46 N/mm, bekerja pada (h) =1.8 meter diatas permukaan jalan dan
jarak as roda kendaraan (x) = 1.75 m.
TEW = 1,46 N/mm = 146 kg/m

82
qEWl =

= 150,171 kg/m
- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg

Tabel 4.13 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban angin (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 3153,600
1 3078,514 3003,429
2 6006,857 2853,257
3 8785,029 2703,086
4 11413,029 2552,914
5 13890,857 2402,743
6 16218,514 2252,571
7 18396,000 2102,400
8 20423,314 1952,229
9 22300,457 1802,057
10 24027,429 1651,886
11 25604,229 1501,714
12 27030,857 1351,543
13 28307,314 1201,371
14 29433,600 1051,200
15 30409,714 901,029
16 31235,657 750,857
17 31911,429 600,686
18 32437,029 450,514
19 32812,457 300,343
20 33037,714 150,171
21 33112,800 0,000

Gaya geser dan momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan :
- Momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan (MEWl)
2 2
MEWl = 1/8 x qEWl x L = 1/8 x 150,171 x 42 = 33112,800 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban angin pada kendaraan (DEWl)
DEWl = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg
G. Beban Gempa (EQ)
Berdasarkan persamaan (2-9) beban gempa dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan data perencanaan :


Beban merata akibat beban mati sendiri, qMS = 4893,22 kg/m
Beban terpusat diafragma, ƩPMS = 353,28 x 8 = 2826,24 kg
Beban mati tambahan, qMA = 455,765 kg/m
Panjang bentang, L = 42 m
- Berat total ( berupa beban mati sendiri dan beban mati tambahan)
Wt = (qMS + qMA) x L + ƩPMS
= (4893,22 + 455,765) x 42 + 2826,24
= 227483,619 kg
- Inersia penampang girder (Ix)
4
Ix = 0,4303 m
- Modulus elastisitas beton prategang (Ec)
1,5
Ec = 0,043 x wc x √f’c
1,5
= 0,043 x 2500 x √66,4
2
= 43798,82989 MPa = 4379882989 kg/m
- Mencari periode waktu getar (T)

T = 2π x √
2
Percepatan gravitasi, g = 9,8 m/det
Kp = = = 1221036,632 kg/m
Sehingga,

T = 2 x 3,14 x √ = 0,866 detik

Lokasi perencanaan Jembatan Kesejahteraan dimana diperoleh dari Google


Maps berada pada koordinat :
Latitude : -8,646967
Longitude : 116,085385
(Sumber: www.googlemaps.com)
Dari hasil data tanah setempat diasumsikan struktur berada pada tanah lunak.
Menggunakan peta gempa pusjatan (dari www.petagempa.pusjatan.pu.go.id)
didapat nilai sebagai berikut :
Percepatan puncak dan spektrum respons di batuan dasar :
PGA = 0,324 ; Ss = 0,656 ; S1 = 0,32
Spektrum respons desain di permukaan tanah (Kondisi tanah lunak):
As = 0,141 ; SDS = 0,911 ; SD1 = 0,87
- Menentukan nilai Csm

Ts = = 0,956 detik

T0 = 0,2 x Ts = 0,2 x 0,956 = 0,191 detik


T = 0,866 detik
Karena T0 ≤ T ≤ Ts, Berdasarkan SNI 2833:2016 Perencanaan Jembatan
Terhadap Beban Gempa untuk T0 ≤ T ≤ Ts, nilai Csm = SDS (= 0,911)
- Menentukan nilai factor modifikasi respon (Rd)
Dari Tabel 6 pada SNI 2833:2016 didapat nilai R = 3
Maka :

PD PD PD

Beban gempa vertikal :

qEQ

= 1643,891 kg/m
qEQ
x

A B
42

Gambar 4.22 Beban merata akibat beban gempa (L = 42m)

- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEQ x L = ½ x x 42 = 34521,701 kg
Tabel 4.14 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban gempa (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 34521,701
1 33699,756 32877,810
2 65755,621 31233,920
3 96167,595 29590,029
4 124935,679 27946,139
5 152059,873 26302,248
6 177540,176 24658,358
7 201376,588 23014,467
8 223569,110 21370,577
9 244117,741 19726,686
10 263022,482 18082,796
11 280283,333 16438,905
12 295900,293 14795,015
13 309873,362 13151,124
14 322202,541 11507,234
15 332887,829 9863,343
16 341929,227 8219,453
17 349326,734 6575,562
18 355080,351 4931,672
19 359190,077 3287,781
20 361655,913 1643,891
21 362477,859 0,000

Gaya geser dan momen maksimum akibat beban gempa :


- Momen maksimum akibat beban gempa (MEQ)
2 2
MEQ = 1/8 x qEQ x L = 1/8 x 1643,891 x 42 = 362477,859 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban gempa (DEQ)
DEQ = ½ x qEQ x L = ½ x 1643,891 x 42 = 34521,701 kg

Tabel 4.15 Rekapitulasi momen dan gaya geser maksimum (L = 42m)


No Jenis beban Kode Beban Momen (kg.m) Gaya Geser (kg)
1 Berat sendiri Bs 724838,562 68749,620
2 Beban mati sendiri MS 1078955,01 102757,62
3 Beban mati tambahan MA 100496,231 9571,070
4 Lajur “D” TD 677964 54964
5 Gaya Rem TB 7960,735 379,083
6 Angin EWl 33112,800 3153,600
7 Gempa EQ 362477,859 34521,701
4.2.7.3 Kombinasi Beban Bentang 42 m

Tabel 4.16 Kombinasi momen maksimum (L = 42m)

Nama Kombinasi Momen Kombinasi

Kombinasi 1 MS+MA+TD+TB 1883181,288


Kombinasi 2 MS+MA+TD+TB 1883181,288
Kombinasi 3 MS+MA 1197256,553
Kombinasi 4 MS+MA 1197256,553
Kombinasi 5 MS+MA+Ewl 1230369,353
Kombinasi 6 MS+MA+TD+TB+EQ 2245659,147
Kombinasi 7 MS+MA+TD+TB 1883181,288
Kombinasi 8 MS+MA+TD+TB+Ewl 1916294,088
Kombinasi 9 MS+MA+TD+TB 1883181,288
Kombinasi 10 MS+MA+TD+TB 1883181,288
Kombinasi 11 MS +MA 1197256,553

Tabel 4.17 Kombinasi gaya geser maksimum (L = 42m)

Nama Kombinasi Gaya Geser Kombinasi

Kombinasi 1 MS+MA+TD+TB 169084,892


Kombinasi 2 MS+MA+TD+TB 169084,892
Kombinasi 3 MS+MA 113741,810
Kombinasi 4 MS+MA 113741,810
Kombinasi 5 MS+MA+Ewl 116895410
Kombinasi 6 MS+MA+TD+TB+EQ 203606,593
Kombinasi 7 MS+MA+TD+TB 169084,892
Kombinasi 8 MS+MA+TD+TB+Ewl 172238,492
Kombinasi 9 MS+MA+TD+TB 169084,892
Kombinasi 10 MS+MA+TD+TB 169084,892
Kombinasi 11 MS +MA 113741,810

4.2.7.4 Gaya Prestress, Eksentrisitas dan Jumlah Tendon Bentang 42 m


Data perencanaan :
Mutu beton, fc’ = 66,4 MPa
Kuat tekan beton pada saat transfer, fci’ = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
Dari profil U girder yang direncanakan didapatkan :
Wa =

=
3
= 0,443 m
Wb =

=
3
= 0,490 m
2
A = 1,283 m
Ditetapkan jarak pusat berat tendon terhadap sisi bawah penampang U girder :
Zo = 0,25 m
Eksentrisitas tendon
es = yb – Zo
= 0,879 – 0,25
= 0,629 m
Momen akibat berat sendiri girder (Mbs)
Mbs = 724838,562 kgm
= 7248,386 kN.m
Tegangan serat atas :

√ ( ) ( ) ( ) ……….. pers (1)

Tegangan serat bawah :

- = ( ) ( ) ( ) ……….. pers (2)

Besarnya gaya prategng awal ditentukan sebagai berikut :



Dari pers (1), Pt =

= 28420,825 kN

Dari pers (2), Pt =

= 22611,473 kN
Dari persamaan 1 dan 2 diambil gaya prategang awal :
Pt = 22611,473 kN

Digunakan kabel yang terdiri dari beberapa untaian kawat baja “Strands cable” standar
BBR VT CONA CMI, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Jenis strands = seven-wire strands according to prEN 10138-3
Nama = Y186S7
Kuat tarik strands , ( ��𝑢 ) = 1860 MPa = 1860000 kPa
Tegangan leleh strands , ( 𝑝 ) = 1580 MPa = 1580000 kPa
Diameter nominal strands , (d) = 15,7 mm = 0.0157 m
2 2
Luas tampang nominal satu strands, (Ast) = 150 mm = 0.00015 m
Beban putus nominal satu strands, (Pbs) = 279 kN
Modulus elastisitas strands, (Ep) = 195000 MPa
8
= 1,95x10 kPa
Diketahui :
Gaya prategang awal, Pt = 22611,473 kN
Dicoba menggunakan jumlah kawat untaian = 15 strand tiap tendon, sehingga:
Beban putus satu tendon,
Pb1 = Pbs x 15
= 279 x 15
= 4185 kN
Gaya prategang saat jacking :
Pj = Pt/0,85 ………………… (1)
Pj = 0,8 x Pb1 x nt ……………….... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
Jumlah tendon yang diperlukan :
nt = = = 7,946 ~ 8 tendon

Jumlah kawat untaian (strands cable) yang diperlukan :


ns = = = 119,183 strands

Posisi baris tendon


n1 = 4 tendon
n2 = 4 tendon
Tiap tendon terdiri dari 15 strands
Jadi jumlah strands dalam satu bari tendon = jumlah tendon x jumlah strands
n1 = 4 x 15 = 60 strands
n2 = 4 x 15 = 60 strands
Tota strands yang digunakan, ns = n1 + n2 = 60 + 60 = 120 strands
Jumlah strands rencana (=120) > jumlah strands yang diperlukan (=119,183) …(aman)
Beban satu strands
Beban satu strands dihitung seperti berikut :
Pbs1 =

=
= 188,429 kN
Persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (% jacking force)
Po =

= 79,456%
Gaya prategang akibat jacking
Pj = Po x ns x Pbs
= 79,456% x 120 x 279
= 26601,7 kN
Jumlah tendon yang digunakan adalah 8 tendon (120 strands) dengan duct diameter 85
mm dan tebal dinding 2 mm.

A. Posisi tendon (L = 42m)

ya
yb es

L/2 L/2

Gambar 4.23 Rencana layout tendon

a. Tata letak kabel


- Daerah tumpuan (x = 0 m)
Ditetapkan posisi penempatan kabel
1. yd' = 0,36 m
2. Jarak masing- masing tendon terhadap alas
Z1’ = Z5’ = 1,52 m
Z2’ = Z6’ = 1,16 m
Z3’ = Z7’ = 0,80 m
- Daerah tumpuan (x = 1 m)
Ditetapkan posisi penempatan kabel
1. yd2' = 0,48 m POSISI TENDON DI TUMPUAN
2. Jarak masing- masing tendon terhadap alas
Z4’ = Z8’ = 0,32 m
Y

ya yd'

yd'
Z1'

Z2' yd2'
yb
Z3'

Z4'

Gambar 4.24 Posisi tendon di tumpuan (L = 42m)

- Daerah tengah bentang (x = 21 m)


Ditetapkan posisi penempatan kabel
1. yd = 0,1 m
2. Jarak masing- masing tendon terhadap alas
Z1 = Z5 = 0,25 m
Z2 = Z6
P OmSISI TENDON DI TENGAH
= 0, 25
Z3 = Z7 = 0,15 m
BENTANG
Z4 = Z8 = 0,15 m
Y

ya

yb
yd

Z1=Z2
Z3=Z4

Gambar 4.25 Posisi tendon di tengah bentang (L = 42m)


b. Eksentrisittas masing-masing tendon
Tabel 4.18 Eksentrisitas masing-masing tendon (L = 42m)
Baris Posisi tendon di tumpuan Posisi tendon di tengah bentang (m) Fi (m) (Zi' -
tendon (m) Zi)
1 Z1'=Z5' 1,520 Z1=Z5 0,250 1,270
2 Z2'=Z6' 1,160 Z2=Z6 0,250 0,910
3 Z3'=Z7' 0,800 Z3=Z7 0,150 0,650
4 Z4'=Z8' 0,320 Z4=Z8 0,150 0,170

c. Lintasan inti tendon


Data perencanaan :
- Panjang U girder = 42 m

- Persamaan linier, Y =

dengan, f = es = 0,629 m
- Dipakai angkur jenis BBR CONA CMI SP 1506
1. Kepala angkur

Gambar 4.26 Kepala angkur


(sumber : BBR VT CONA CMI)

HA untuk 15 strands = 75 mm
ØA = 200 mm
2. Plat angkur

Gambar 4.27 Plat angkur


(sumber : BBR VT CONA CMI)
Plat angkur untuk angkur dengan 15 strands :
TSP = 45 mm
SSP = 300 mm
3. Panjang trumpet

Gambar 4.28 Trumpet tipe A


(sumber : BBR VT CONA CMI)

Trumpet untuk angkur dengan 15 strands :


Panjang, LTA = 694 mm
Jadi, tambahan panjang balok sebagai tempat bertumpunya angkur
= A + tambahan penutup lapisan beton
= (Ha + TSP) + tambahan penutup lapisan beton
= (75 + 45) + 120
= 240 mm = 0,24 m
Maka panjang balok :
= Panjang bentang jembatan + 2 (panjang tambahan angkur + LTA)
= 42 + 2 (0,24) = 43, 868 m ≈ 44 m
Dari data di atas, sehingga dapat dihitung lintasan tendon sebagai berikut :

Tabel 4.19 Lintasan inti tendon (L = 42m)


x y0 x y0
(m) (m) (m) (m)
-1 -0,061 22 0,628
-0,694 -0,042 23 0,623
0 0,000 24 0,616
1 0,058 25 0,606
2 0,114 26 0,593
3 0,167 27 0,578
4 0,217 28 0,559
5 0,264 29 0,538
6 0,308 30 0,513
Tabel 4.19 (Lanjutan)
7 0,349 31 0,486
8 0,388 32 0,456
9 0,424 33 0,424
10 0,456 34 0,388
11 0,486 35 0,349
12 0,513 36 0,308
13 0,538 37 0,264
14 0,559 38 0,217
15 0,578 39 0,167
16 0,593 40 0,114
17 0,606 41 0,058
18 0,616 42 0,000
19 0,623 42,694 -0,042
20 0,628 43 -0,061
21 0,629

Panjang sebelu perletakan, xo = 0,694 m


Tinggi sebelum perletakan, eo = y0 = 0,042 m
Eksentrisitas tendon, es = 0,629 m
es + e0 = 0,671 m
L/2 + x0 = 21, 694 m
Sudut AB, αAB = = 0,062

Sudut BC, αAB = = 0,062

B. Sudut angkur (L = 42m)

Persamaan linier, Y =

=
Untuk x = 0 (posisi angkur di tumpuan), maka :

α = ATAN (dY/dX)
dengan menggunakan persamaan di atas maka dapat dihitung sudut angkur seperti pada
tabel 4.20 berikut :
Tabel 4.20 Sudut angkur (L = 42m)
Jumlah Jumlah Diameter Fi dY/dX Sudut Angkur rad
Baris Tendon
Tendon Strands Selubung (mm) Α
1 2 30 85 1,270 0,121 0,120 6,899
2 2 30 85 0,910 0,087 0,086 4,972
3 2 30 85 0,650 0,062 0,062 3,548
4 2 30 85 0,170 0,016 0,016 0,917

Jadi, digunakan angkur dengan tipe sebagai berikut :


a. Angkur hidup
Digunakan berdasarkan spesifikasi BBR VT CONA CMI SP 1506 dengan tipe
SA, yaitu :

Gambar 4.29 Angkur tipe SA (Annex 1)


(sumber: BBR CT CONA CMI)

b. Angkur mati
Digunakan berdasarkan spesifikasi BBR VT CONA CMI SP 1506 dengan tipe
FA, yaitu :

Gambar 4.30 Angkur tipe FA (Annex 1)


(sumber: BBR CT CONA CMI)

C. Tata letak dan trace kabel tendon (L = 42m)


Data perencanaan :
Letak titik berat, yb = 0,879 m
Trace kabel tendon, Z9 = yb – y0
L = 42 m
F0 = es = 0,629 m
f1 = 1,270 m ; f2 = 0,910 m ; f3 = 0,650 m ; f4 = 0,170 m
Persamaan tinggi lintasan

Zi'-
Maka posisi masing- masing tendon adalah sebagai berikut :

Tabel 4.21 Tata letak dan trace kabel tendon (L = 42m)


Zo =
Posisi Masing-masing Kabel
X
(yb - yo)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8
0 0,879 1,520 1,160 0,800 - 1,520 1,160 0,800 -
1 0,820 1,402 1,075 0,740 0,320 1,402 1,075 0,740 0,320
2 0,765 1,290 0,995 0,682 0,303 1,290 0,995 0,682 0,303
3 0,712 1,183 0,919 0,628 0,288 1,183 0,919 0,628 0,288
4 0,662 1,082 0,846 0,576 0,273 1,082 0,846 0,576 0,273
5 0,615 0,987 0,778 0,527 0,259 0,987 0,778 0,527 0,259
6 0,571 0,898 0,714 0,482 0,246 0,898 0,714 0,482 0,246
7 0,530 0,814 0,654 0,439 0,233 0,814 0,654 0,439 0,233
8 0,491 0,737 0,599 0,399 0,222 0,737 0,599 0,399 0,222
9 0,455 0,665 0,547 0,362 0,211 0,665 0,547 0,362 0,211
10 0,423 0,598 0,500 0,328 0,201 0,598 0,500 0,328 0,201
11 0,393 0,538 0,456 0,297 0,193 0,538 0,456 0,297 0,193
12 0,366 0,483 0,417 0,269 0,184 0,483 0,417 0,269 0,184
13 0,341 0,434 0,382 0,244 0,177 0,434 0,382 0,244 0,177
14 0,320 0,391 0,351 0,222 0,171 0,391 0,351 0,222 0,171
15 0,301 0,354 0,324 0,203 0,165 0,354 0,324 0,203 0,165
16 0,286 0,322 0,302 0,187 0,161 0,322 0,302 0,187 0,161
17 0,273 0,296 0,283 0,174 0,157 0,296 0,283 0,174 0,157
18 0,263 0,276 0,269 0,163 0,154 0,276 0,269 0,163 0,154
19 0,256 0,262 0,258 0,156 0,152 0,262 0,258 0,156 0,152
20 0,251 0,253 0,252 0,151 0,150 0,253 0,252 0,151 0,150
21 0,250 0,250 0,25 0,15 0,150 0,25 0,25 0,15 0,150
22 0,251 0,253 0,252 0,151 0,150 0,253 0,252 0,151 0,150
23 0,256 0,262 0,258 0,156 0,152 0,262 0,258 0,156 0,152
24 0,263 0,276 0,269 0,163 0,154 0,276 0,269 0,163 0,154
25 0,273 0,296 0,283 0,174 0,157 0,296 0,283 0,174 0,157
26 0,286 0,322 0,302 0,187 0,161 0,322 0,302 0,187 0,161
27 0,301 0,354 0,324 0,203 0,165 0,354 0,324 0,203 0,165
28 0,320 0,391 0,351 0,222 0,171 0,391 0,351 0,222 0,171
29 0,341 0,434 0,382 0,244 0,177 0,434 0,382 0,244 0,177
30 0,366 0,483 0,417 0,269 0,184 0,483 0,417 0,269 0,184
31 0,393 0,538 0,456 0,297 0,193 0,538 0,456 0,297 0,193
32 0,423 0,598 0,500 0,328 0,201 0,598 0,500 0,328 0,201
33 0,455 0,665 0,547 0,362 0,211 0,665 0,547 0,362 0,211
Tabel 4.21 (Lanjutan)
34 0,491 0,737 0,599 0,399 0,222 0,737 0,599 0,399 0,222
35 0,530 0,814 0,654 0,439 0,233 0,814 0,654 0,439 0,233
36 0,571 0,898 0,714 0,482 0,246 0,898 0,714 0,482 0,246
37 0,615 0,987 0,778 0,527 0,259 0,987 0,778 0,527 0,259
38 0,662 1,082 0,846 0,576 0,273 1,082 0,846 0,576 0,273
39 0,712 1,183 0,919 0,628 0,288 1,183 0,919 0,628 0,288
40 0,765 1,290 0,995 0,682 0,303 1,290 0,995 0,682 0,303
41 0,820 1,402 1,075 0,740 0,320 1,402 1,075 0,740 0,320
42 0,879 1,520 1,160 0,800 1,520 1,160 0,800

POSISI TENDON
1,6

1,4

1,2
Elevasi (Z)

1,0 Z1

0,8 Z2
Z3
0,6
Z4
0,4

0,2
0,0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Bentang (x)

Gambar 4.31 Daerah lintasan tendon (L = 42m)

4.2.7.5 Kehilangan Gaya Prategang Bentang 42 m


A. Kehilangan prategang akibat gesekan angkur (A) bentang 42 m
Kehilangan prategang akibat slip angkur dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2-22) sebagai berikut :

Menurut Nawy (2001) pada umumnya besarnya kehilangan karena dudukan


angkur, bervariasi ¼ inchi – 3/8 inchi jadi:
∆A = ¼ inchi = 6,35 mm
Modulus elastisitas strands, Ep = 195000 MPa
Bentang, L = 42 m
L balok = 44 m = 44000 mm
Jadi, kehilangan prategang akibat gesekan angkur :

2
Luas 15 strands = 2250 mm
Luas 8 tendon = 2250 x 8
2
= 18000 mm
Gaya prategang akibat jacking, (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 28,142 x 18000
= 506556,8 N = 506,557 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=

B. Kehilangan prategang akibat gesekan kabel (F) bentang 42 m


Kehilangan prategang akibat gesekan kabel dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2-27) sebagai berikut :

Diketahui data perencanaan :


fpi = Pj = 26601,733 kN = 26601732,786 N
Karena, persamaan di atas fpi dalam bentuk tegangan (N) maka, harus dirubah
terlebih dahulu menjadi tegangan (MPa)
𝑝

= 1477,874 MPa
𝜇 = 0,17 rad-1 (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
K = 0,002 /m (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
es = y = 0,629 m
X = 42 m
Sudut pusat α = = = 0,120 rad

Jadi, kehilangan prategang akibat gesekan kabel adalah :


𝜇 = 26601732,786 x (0,17 x 0,12 + 0,002 x 42) = 160,151 MPa
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 160,151 x 18000
= 2882711 N = 2882,711 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=

C. Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton bentang 42 m


Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2-21) sebagai berikut :

Data perencanaan :
Jumlah tendon = 8 tendon
2 6 2
Luas penampang U girder, A = 1,283 m = 1,283 x 10 mm
4 12 4
Inersia U girder, Ix = 0,430 m = 0,43 x 10 mm
6 2
r = = = 0,335 x 10 mm

3
Gaya pendongkrak , Pj = 26601,733 kN = 26601,733 x 10 N
2
Luas 15 strands, Aps = 2250 mm
3
es = 0,629 m = 0,629 x 10 mm
3
Berat jenis beton prategang, wc = 2500 kg/m
4
Momen berat sendiri (Mbs) = 724838,6 kg.m = 724838,6 x 10 N.mm
Tegangan serat beton pada saat transfer (f’ci) = 53,12 MPa
- Modulus elastisitas beton pada saat transfer (Ec) :
Ec = √

= √
= 39174,864 MPa
- Modulus elastisitas strands (Ep) :
Eps = 195000 MPa
- Rasio moduler awal (n) :

n = = = 4,978
- Untuk Ec = 43798,830 , nilai n :

n = = = 4,452

Diambil nilai yang terbesar, n = 4,978


Tegangan serat beton di pusat berat baja pada saat transfer ;

fcs =- ( )

=- ( )

= 10,146 MPa
Sehingga,
∆fpES = n x fcs = 4,978 x 10,146 = 50,505 MPa
Diasumsikan 2 tendon didongkrak sekaligus ;

2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 25,252 x 18000
= 454540,8 N = 454,541 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=

D. Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton (CR) bentang 42 m


Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2-23) sebagai berikut :

Data perencanaan :
Rasio moduler awal, n = 4,978
12 4
Inersia girder, Ix = 0,43 x 10 mm
Momen akibat beban mati tambahan,
MMA = 100496,2 kg.m = 1004962310 N.mm
fcsd = = = 1,469 MPa
Kcr = 1,6 (untuk pasca tarik)
Jadi, kehilangan prategang akibat rangkak pada beton adalah :
= 1,6 x 4,978 x (10,146 – 1,469) = 69,109 MPa
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 69,109 x 18000
= 1243958 N = 1243,958 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=

E. Kehilangan prategang akibat susut pada beton (SH) bentang 42 m


Kehilangan prategang akibat susut pada beton dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (2-24) dan (2-25) sebagai berikut :

Dengan:

t = waktu dalam hari setelah susut mulai ditinjau


diasumsikan, t = 7 hari setelah perawatan basah
-6
= 820x10 (dari Buku Nawy (2001), Jilid 1 hal. 83)
Ep = 195000 MPa
Sehingga,

2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon = 26,65 x 18000 = 479700 N = 479,7 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :

=
F. Kehilangan prategang akibat relaksasi baja (R) bentang 42 m
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2-26) sebagai berikut :

( ) ( )

Jumlah kehilangan prategang akibat gesekan angkur, gesekan kabel, perpendekan elastis
beton, akibat rangkak dan susut,
Total = 1,904 + 10,837 + 1,709 + 4,676 + 1,803 = 20,929 %
Gaya pendongkrak, Pj = 26601,733 kN
f'pi = (1 – Total%) x Pj
= (1 - 0,20929) x 26601,733 = 21034,267 kN = 21034267 N

Tegangan f’pi = = = 1168,570 MPa

Mencari durasi proses relaksasi tegangan


Masa layan jembatan = 5 tahun
Jadi, durasi proses relaksasi tegangan (t) :
5tahun x 365 hari x 24 jam = 43800 jam
fpu = 1860 MPa
Kuat tekan tendon, fpy = 0,8 fpu (untuk batang prategang, Nawy (2001))
fpy = 0,8 x 1860 = 1488 MPa
Jadi, kehilangan prategang akibat relaksasi baja adalah :

( ) ( )

( ) ( )

= 127,640 MPa
2
Luas 8 tendon = 18000 mm
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 127,640 x 18000
= 2297523 N = 2297,523 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :

102
G. Total kehilangan prategang (∆fPT) bentang 42 m
Total kehilangan prategang dihitung dengan persamaan (2-20) sebagai berikut :

Persentase (%) total kehilangan prategang adalah


= 1,904 + 10,837 + 1,709 + 8,637 + 4,676 + 1,803
= 29,566% < 30% ……….OK
Dalam bentuk gaya(kN) total kehilangan prategang adalah
= 506,557 + 2882,711 + 454,541 + 2297,523 + 1243,958 + 479,7
= 7864,988 kN

4.2.7.6 Tegangan yang Terjadi Pada U Girder Bentang 42 m


A. Tegangan yang tejadi akibat gaya prestress bentang 42 m
Tegangan beton sesaat setelah penyaluran gaya prestress (sebelum terjadi
kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu)tidak boleh melampaui nilai berikut:
1) Tegangan serat tekan terluar ≤ 0,6 fci’
2) Tegangan serat tarik terluar harus ≤ 0,25 x √
Tegangan beton pada kondisi beban layan (setelah memperhitungkan semua
kehilangan prategang) tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut :
1) Tegangan serat tekan terluar harus < 0,45 fc’
2) Tegangan serat tarik terluar harus < 0,5 x √

a) Keadaan awal (saat transfer)


Data perencanaan :
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
Kuat tekan beton pada keadaan awal (saat transfer) :
fci’ = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
Tegangan ijin beton tarik (serat atas) = 0,25 x √ = 0,25 x √ = 1,822 MPa
Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa
Gaya prategang awal (Pt) = 22611,473 kN
3
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m
3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,562 kg.m = 7248,386 kNm

103
Luas penam p a ng U g ir de r ( A )2 = 1, 28 3 m
T e g a ng a n K o n disi A w a l (T ransfer)
Eksentrisitas tendon, (es) = 0,629 m
-Pt/A Pt.es/Wa -Mbs/Wa -fa
-17,629 32,093 -16,357 -1,893 -Mbs/Wa

es
yb

-29,048 14,806 -31,872


-Pt.es/Wb Mbs/Wb -fb

Gambar 4.32 Tegangan di tengah bentang saat transfer (L = 42m)

Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang adalah sebagai berikut :


- Tegangan serat atas

fa = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

= -1893,905 kPa
= -1,894 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
Tegangan a- Tegangan akibat susut
kibTaegta(nMganSs,eMrat
Aba,wTahD, TB, EW, bef
EQ)
fb = ( ) ( ) ( )
bef
-fac
-15,517
= ( ) ( ) ( )
-f'ac =-12,351
= -31872 kPa
yac yac
y'ac = -31,872 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 (Aman)
MPay)'a…c

b) Keadaan setelah loss of prestress

ybc
Data perencanaan : ybc
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
fci’ = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
16,926
Tegangan ijin beton tarik (serat 0,25 x √ = 0,25 x √ = 1,822 MPa
atas)fb=c

104
Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa

105
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
3
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m
3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,562 kg.m = 7248,386 kNm
Luas peTneamgapannggaUngKirdoenr (dAi)si kehi=la1n,2g83anm2prategang
Eksentrisitas tendon, (es) (Transfe=r0),629 m
-Peff/A Peff.es/Wa -Mbs/Wa -fa
Mbs/Wa -14,608 26,593 -16,357 -4,372

es
yb

-24,070 14,806 -23,873


-Peff.es/Wb Mbs/Wb -fb

Gambar 4.33 Tegangan di tengah bentang setelah loss of prestress (L = 42m)

Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah loss of prestress adalah sebagai
berikut :
fa = (
( ) ) (

ET G GAN AKIB
)

A
- Tegangan serat atas

N = ( ) ( ) ( )

= -4372,402 kPa
= -4,372 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
susut beton
- Tegangan serat bawah
191,21
-fac -fa
Ps/Ac -Ps.e'/Wac
0,931 fb =-1,810 ( - ) (-Ps.e'/W)ac
Ps ) 0(,87
9
= ( ) ( ) ( )
152,21

e' = -23873,28 kPa


= -23,873 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 MPa)…(Aman)
c) Keadaan setelah pelat lantai dicor
Data perencanaan :
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa fci' = 0,8 x fc’ = 0,8 x
66,4 = 53,12 MPa

Tegangan ijin beton tarik (serat atas) = 0,25 x √ = 0,25 x √


Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
3
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m
3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 1096760,322 kg.m = 10967,603 kNm
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 100496,231 kg.m = 1004,962 kNm
2
Luas penampang U girder (A) = 1,283 m
Tegangan Kondisi pelat di cor (Transfer)
Eksentrisitas tendon, (es) = 0,629 m

-Peff/A Peff.es/Wa -(Mms+Mma)/Wa -fa


-14,608 26,593 -27,019 -15,033

y
a

es y
yb

-24,070 24,455 -14,224


-Peff.es/Wb (Mms+Mma)/Wb -fb

Gambar 4.34 Tegangan di tengah bentang setelah pelat lantai dicor (L = 42m)

Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat lantai dicor adalah sebagai
berikut :
= ) ( )

IBAT E N
fa ( )

B B
(

A
- Tegangan serat atas

= ( ) ( ) ( )

= -15033,5 kPa

106
= -15,033 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah

fb = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

= -14223,65 kPa
= -14,224 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 MPa)…(Aman)

d) Keadaan setelah pelat dan balokmenjadi komposit (masa layan setelah


komposit)
Data perencanaan :
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
Tegangan ijin beton tekan (serat atas) = 0,45 fc’= 0,45 x 66,4 = 29,880 MPa
Tegangan ijin beton tarik (serat bawah) = 0,5 x √ = 0,5 x √ = 4,074 MPa
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
Momen total kombinasi Ekstrem I (MT) = 2245659,147 kg.m = 22456,591 kNm
2
Luas balok komposit (Ac) = 1,560 m
Eksentrisitas tendon, (esc) = es + (yb – yb) = 0,629 + (1,07-0,879) = 0,820 m
Tegangan Kondisi Akhir c(Layan)
bef
-Peff/Ac Peff.esc/Wac -MT/Wac -fac
-12,009 21,724 -31,771 -22,056
-f'ac
-20,007

yac
y'ac

esc
ybc
Peff

-23,696 34,656 -1,050


-Peff.esc/Wbc MT/Wbc -fbc

Gambar 4.35 Tegangan di tengah bentang setelah pelat dan balok menjadi komposit (L = 42m)
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat dan balok menjadi komposit
adalah sebagai berikut :
- Tegangan serat atas pelat

fac = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

= -22056,02 kPa
= -22,056 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat atas balok

f'ac = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

= -20006,63 kPa
= -20,007 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah balok

fbc = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

= -1049,754 kPa
= -1,050 MPa ≤ Teg. ijin tarik(= 4,074 MPa) …(Aman)

B. Tegangan yang terjadi akibat beban bentang 42 m


a) Tegangan yang terjadi akibat beban mati sendiri (MS)
Data perencanaan sebagai berikut :
Momen maksimum akibat beban mati sendiri (MMS) = 10967,603 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
Tegangan akibat (MS, MA, TD,
TB, EW, EQ) Teganga
na
bef
-
f
a
c
-
1
5
,
5 1
7

-f'ac =-12,351
yac
y y'ac
'
ybc ybc

1
6
,
9
2
6

f
b
c

Gambar 4.36 Tegangan akibat beban mati sendiri (L = 42m)

Tegangan serat akibat beban mati sendiri (MS) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =

= -15516,565 kPa = -15,517 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac =

= -12351,482 kPa = -12,351 MPa


- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc =

= 16925,544 kPa = 16,926 MPa

b) Tegangan yang terjadi akibat beban mati tambahan (MA)


Data perencanaan sebagai berikut :
Momen maksimum akibat beban mati tambahan (MMA) = 1004,962 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
Tegangan akibat MA
bef bef
-fac
-1,422

-f'ac =-1,132
yac yac
y'ac y'ac

ybc ybc

1,551
fbc

Gambar 4.37 Tegangan akibat beban mati tambahan (L = 42m)

Tegangan serat akibat beban mati tambahan (MA) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =

= -1421,784 kPa = -1,422 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac =

= -1131,767 kPa = -1,132 MPa


- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc =

= 1550,889 kPa = 1,551 MPa

c) Tegangan yang terjadi akibat beban lajur “D” (TD)

Data perencanaan sebagai berikut :


Momen maksimum akibat beban lajur “D” (MTD) = 6779,64 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) 3
= 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
110
n akibat MA Tegangan akibat TD
b
-fac
-1,422 e -
f-
-f'ac =-1,132 9

-
f'
a
c
=
-
7
,
6
3
5

yac
y y'ac
'

ybc

d) Tegangan yang terjadi akibat gaya rem (TB)


Data perencanaan sebagai berikut :
Momen maksimum akibat gaya rem (MTB) = 79,607 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) 3
= 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
111
- Tegangan beton di serat atas pelat
1,551 10,46

Ga
mb
ar
4.3
8
Teg
ang
an
aki
bat
beb
an
laju
r
“D”
(L
=
42
m)

Tega
ngan
serat
akiba
t
beba
n
lajur
“D”
(TD)
adala
h
seba
gai
berik
ut :

d) Tegangan yang terjadi akibat gaya rem (TB)


Data perencanaan sebagai berikut :
Momen maksimum akibat gaya rem (MTB) = 79,607 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) 3
= 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
112
fac =

= -9591,588 kPa
-9,592 MPa
-
Teganga
n beton
di serat
atas
balok
f'ac =

= -7635,086 kPa
-7,635 MPa
-
Teganga
n beton
di serat
bawah
balok
fbc =

= 10462,550 kPa
10,463 MPa

d) Tegangan yang terjadi akibat gaya rem (TB)


Data perencanaan sebagai berikut :
Momen maksimum akibat gaya rem (MTB) = 79,607 kNm
3
Tahanan momen sisi atas plat (Wac) = 0,707 m
Tahanan momen sisi atas balok (W’ac) 3
= 0,888 m
3
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
113
akibat TD Tegangan akibat (TB)
b
-fac -fac
-9,592 e -0,113
-f'ac =-7,635 -f'ac =-0,090

yac
y y'a
' c

ybc

112
fbc =
1

Gambar =
4.39
Tegangan = 122,853 kPa = 0,123 MPa
akibat gaya
rem (L =
42m) e) Tegangan yang terjadi akibat beban
angin (EW)
Tegangan Data perencanaan sebagai berikut :
serat Momen maksimum akibat beban angin
akibat (MEW) = 331,128 kNm
gaya rem
(TB) Tahanan momen sisi atas plat (Wac)
3
adalah = 0,707 m
sebagai Tahanan momen sisi atas balok (W’ac)
berikut : = 0,888 m
3

- Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc)


Tegan = 0,648 m
3
gan
beton ( T
di T
eg
serat
atas an
pelat ga
n
fa
c ak
= ib
= -fac
- b -
0,1 e f
= -112,626 kPa = 13 a
c
-0,113 MPa -f'ac =- -
0,090 0
, y
- 4 a
6 cy
Tegangan 8
'
y
beton di ' -f'ac
serat atas =-
0,3
balok 3

f'ac = y
b
c
=

= -89,652 kPa = -0,090


MPa
-
Tegangan
beton di
serat bawah
balok
113
b

0,1 =

Gambar 4.40 = -468,468 kPa = -0,468


Tegangan MPa
akibat beban - Tegangan beton di serat atas balok
angin (L =
42m) f'ac =

= = -372,909 kPa =
Tegan -0,373 MPa
gan
serat -
akibat
beban T
angin e
(EW)
adalah g
sebaga
i a
berikut n
:
- g
Te a
gan
gan n
bet
on
di b
ser
at e
ata
s t
pel o
at
n
f
a
c
d
=
i

s
e
r
a
t

114
Tahanan momen sisi bawah balok (Wbc)
bawah 3
= 0,648 m
balok
fbc

= 511,007 kPa = 0,511


MPa

f)
Tegang
an yang
terjadi
akibat
beban
gempa
(EQ)
Data
perenca
naan
sebagai
berikut :
Momen
maksim
um
akibat
beban
gempa
(MEQ) =
3624,77
9 kNm
Tahanan
momen
sisi atas
plat
(Wac)
= 0,707
3
m
Tahanan
momen
sisi atas
balok
(W’ac)
= 0,888
3
m

115
Tegangan akibat (EQ)
bef bef
-fac
-fac -5,128
-0,468
-f'ac =- -f'ac =-4,082
0,373

yac
y'ac

ybc

0,511 5,594
fbc fbc

Gambar 4.41 Tegangan akibat beban gempa (L = 42m)

Tegangan yang terjadi akibat beban gempa (EQ) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat

fac =

= = -5128,205 kPa = -5,128 MPa

- Tegangan beton di serat atas balok

f'ac =

= = -4082,149 kPa = -4,082 MPa

- Tegangan beton di serat bawah balok

fbc =

= = 5593,870 kPa = 5,594 MPa

g) Tegangan yang terjadi akibat susut dan rangkak (SH)


1. Tegangan akibat susut pada beton
Gaya internal yang timbul akibat susut (menurut NAASRA Bridge Design
Spesification) dinyatakan dengan :

Data perencanaan :
2 2
Apelat= 2776,193 cm = 0,278 m
Modulus elastiitas beton, Ec = 25332,084 MPa = 25332084 kPa
Bilangan natural, e = 2,7183
-Pt.es/Wb Mbs/Wb -fb -Peff.

kb= 0,905; kc= 3; kd= 0,938; ke= 0,734; ktn= 0,2


3
Tahanan momen di sisi atas pelat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen di sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen di sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
2
Luas balok komposit (Ac) = 1,560 m
Eksentrisitas terhadap pusat penampang :
Tegangan akibat susut beton
e' = yac – ½ ts = 0,880 m
191,21
bef Ps/Ac -Ps.e'/Wac -fac -fa
-fac
15,517 0,931 -1,810 -0,879 -Ps.e'/Wac
Ps
-f'ac =-12,351
152,21
yac e'
y'ac

ybc

-fb
26 1,974 2,905
Ps.e'/Wbc fbc

Gambar 4.42 Tegangan akibat susut beton (L = 42m)

Gaya internal yang timbul akibat susut :


∆Ɛsu = 0,000398
cf = kb x kc x kd x ke x (1 – ktn)
= 0,905 x 3 x 0,938 x 0,743 x (1 – 0,2)
= 1,495

= 0,278 x 25332084 x 0,000398 x

= 1452,773 kN
Tegangan yang terjadi akibat susut pada beton adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =

= -878,551 kPa = -0,879 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac =

= -509,410 kPa = -0,509 MP


- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc =

= 2905,147 kPa = 2,905 MPa

2. Tegangan akibat rangkak pada beton


Residual creep (menurut NAASRA Bridge Design Spesification) dinyatakan
dengan persamaan:

Dengan :
: Tegangan pada balok sebelum loss of prestress
: Tegangan pada balok setelah loss of prestress
cf : The residual creep factor
cf = 1,495
e = bilangan natural = 2,7183
Gaya prategang awal (Pt) = 22611,473 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = 18736,744 kN
esc = 0,820 m
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 10967,603 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 1004,962 kN.m
Tegangan pada balok sebelum loss of prestress :
- Tegangan beton di serat atas pelat

fac = ( ) ( ) ( )

= --5214,612 kPa = -5,215 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok

f'ac = ( ) ( ) ( )

= -7107,123 kPa = -7,107 MPa


- Tegangan beton di serat bawah balok

fbc = ( ) ( ) ( )

= -24612,86 kPa = -24,613 MPa


Tegangan pada balok setelah loss of prestress :
- Tegangan beton di serat atas pelat

fac = ( ) ( ) ( )

= -7223,605 kPa = -7,224 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok

f'ac = ( ) ( ) ( )

= -8199,744 kPa = -8,200 MPa


- Tegangan beton di serat bawah balok

fbc = ( ) ( ) ( )

= -17229,03 kPa = -17,229 MPa


Tegangan akibat rangkak beton (creep) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
-cf
fac = σcr = (1 - e ) x (σ2 - σ1)
-1,495
= (1 - 2,7183 ) x (-7,224 – (-5,215))
= -1,559
- Tegangan beton di serat atas balok
-cf
f'ac = σcr = (1 - e ) x (σ2 - σ1)
-1,495
= (1 - 2,7183 ) x (-8,200 – (-7,107))
= -0,848
- Tegangan beton di serat bawah balok
-cf
fbc = σcr = (1 - e ) x (σ2 - σ1)
-1,495
= (1 - 2,7183 ) x (-24,613– (-17,229))
= -5,729
Superposisi tegangan susut dan rangkak
Tegangan yang terjadi akibat susut pada beton adalah :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = fac (susut) + fac (rangkak)
= -0,879 + (-1,559) = -2,437 MPa
- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac = f’ac (susut) + f’ac (rangkak)
= -0,509 + (-0,848) = -1,357 MPa
- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc = fbc (susut) + fbc (rangkak)
= 2,905 + (-5,729) = -2,824 MPa

h) Tegangan yang terjadi akibat pengaruh temperature (EUn)


Data perencanaan :
3
Tahanan momen di sisi atas pelat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen di sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen di sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
2
Luas balok komposit (Ac) = 1,560 m
Gaya internal akibat perbedaan temperature (∆T) = 15°C
Modulus elastisitas balok, Ebalok = 42798,83 MPa
= 43798829,893 kPa
Koefisien perpanjangan, α = 0,000011 /°C

Gaya internal akibat perbedaan temperature :

Pt = At x Ebalok x α x

Dengan :
At = Luas penampang yang ditinjau
Ta = Temperatur atas
Tb = Temperatur bawah

Tabel 4.22 Momen akibat temperature (L = 42m)


Lebar Tebal Luas Temperatur Gaya Lengan terhadap titik Momen
No (Ta+Tb)/2
b h At atas bawah Pt berat penampang Mpt
m m m² T (°C) T (°C) (°C) kN balok komposit (m) kN.m
0 2,400 0,2 0,480 15 10 12,5 2890,723 0,880 2545,234
9 0,33 0,07 0,046 10 9,3 9,65 214,795 0,745 160,126
8 0,49 0,1 0,098 9,3 8,3 8,8 415,493 0,660 274,427
7 0,2 0,1 0,020 8,3 7,3 7,8 75,159 0,577 43,378
6 0,29 0,43 0,249 8,3 4 6,15 738,970 0,395 292,251
5a 0,065 0,325 0,021 4,0 0 2 20,356 0,072 1,469
5b 0,125 0,325 0,081 4,0 0 2 78,290 0,018 1,408
4 0,1 0,325 0,065 4,0 0 2 62,632 0,018 1,126
3 0,065 0,325 0,021 4,0 0 2 20,356 -0,036 -0,737
ƩPt = 4516,774 ƩMpt = 3318,681

Eksentrisitas, ep =

Tegangan yang terjadi akibat perbedaan temperatur (EUn) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat

fac = ( ) ( )

= 363,303 kPa = 0,363 MPa


- Tegangan beton di serat atas balok

f'ac = ( ) ( )

= -594,418 kPa = -0,594 MPa


- Tegangan beton di serat bawah balok

fbc = ( )

= -2226,531 kPa = -2,227 MPa


Tabel 4.23 Rekapitulasi tegangan yang terjadi akibat beban (L = 42m)
Tegangan di Tegangan di serat Tegangan di serat
No Gaya/ Beban serat atas plat atas balok bawah balok
fac, (MPa) f'ac, (MPa) fbc, (MPa)
Beban mati sendiri
1 -15,517 -12,351 16,926
(MS)
2 Mati tambahan (MA) -1,422 -1,132 1,551
Susut dan rangkak
3 (SH) -2,437 -1,357 -2,824
4 Gaya prestress (PR) 9,715 5,284 -35,705
5 Lajur "D" (TD) -9,592 -7,635 10,463
6 Rem (TB) -0,113 -0,090 0,123
7 Temperatur (Eun) 0,363 -0,594 -2,227
8 Angin (Ewl) -0,468 -0,373 0,511
9 Gempa (EQ) -5,128 -4,082 5,594

C. Kontrol tegangan akibat kombinasi pembebanan bentang 42 m


Data perencanaan sebagai berikut :
Mutu balok prategang, fc’ = 66,4 MPa
Tegangan ijin tekan beton = 0,45 fc’ = 0,45 x 66,4 = 29,880 MPa
Tegangan ijin tarik beton = 0,50 √fc’ = 0,50 x √66,4 = 4,074 MPa
Kombinasi pembebanan untuk tegangan ijin, berdasarkan SNI 1725:2016 pasal 6.1
maka didapatkan :
1. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 1 (kuat I)
Kuat I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)

Tegangan di serat bawah balok


fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
2. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 2 (kuat II)
Kuat II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
3. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 3 (kuat III)
Kuat III : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
4. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 4 (kuat IV)
Kuat IV : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
5. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 5 (kuat V)
Kuat V : MS + MA + SH + PR + EUn + EWL

Tegangan di serat atas plat


fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363 + (-0,468)

121
= -9,766 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594) + (-0,373)
= -10,524 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227) + 0,511
= -21,768 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
6. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EQ
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + (-5,128)
= -24,493 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-4,082)
= -21,364 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + 5,594
= -3,873 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
7. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : MS + MA + SH + PR + TD + TB
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113)
= -19,365 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090)
= -17,282 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123
= -9,467 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
8. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 8 (Layan I)
Layan I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn + EWL
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363 +

122
(-0,468)
= -19,3470MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
+ (-0,373)
= -18,249 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227) +
0,511
= -11,183 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
9. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 9 (Layan II)
Layan II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
10. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 10 (Layan III)
Layan III : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
11. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)

Tabel 4.24 Rekapitulasi kombinasi tegangan (L = 42m)


Beban fac fbc Kontrol fbc Kontrol

Kombinasi <29,88 <4,074


MS MA SH PR TD TB EUn Ewl EQ (MPa) (MPa) (MPa)
MPa MPa

Kuat I √ √ √ √ √ √ √ -19,002 -17,876 OK -11,694 OK

Kuat II √ √ √ √ √ √ √ -19,002 -17,876 OK -11,694 OK

Kuat III √ √ √ √ √ -9,298 -10,151 OK -22,279 OK

Kuat IV √ √ √ √ √ -9,298 -10,151 OK -22,279 OK

Kuat V √ √ √ √ √ √ -9,766 -10,524 OK -21,768 OK

Ekstrem I √ √ √ √ √ √ √ -24,493 -21,364 OK -3,873 OK

Ekstrem II √ √ √ √ √ √ -19,365 -17,282 OK -9,467 OK

Layan I √ √ √ √ √ √ √ √ -19,470 -18,249 OK -11,183 OK

Layan II √ √ √ √ √ √ √ -19,002 -17,876 OK -11,694 OK

Layan III √ √ √ √ √ √ √ -19,002 -17,876 OK -11,694 OK

Layan IV √ √ √ √ √ -9,298 -10,151 OK -22,279 OK

4.2.7.7 Lendutan Pada U Girder Bentang 42 m


A. Lendutan pada keadaan awal (transfer) bentang 42 m
Data perencanaan :
Gaya prategang awal (Pt) = 22611,473 kN
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,6 kg.m = 7248,386 kN.m
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
4
Momen inersia U girder (Ix) = 0,430 m
Eksentrisitas (es) = 0,629 m

Qpt = = = 64,495 kN/m

Qbs = = = 32,872 kN/m


Lendutan yang terjadi saat transfer :

δ = ( )

= ( )
= -0,068 m (lendutan ke atas)
Kontrol lendutan :
L/300 = 42/300 = 0,140 m
δ = -0,068 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)

B. Lendutan setelah loss of prestress bentang 42 m


Data perencanaan :
Gaya prategang setelah kehilangan prategang (Peff) = 18736,744 kN
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,6 kg.m = 7248,386 kN.m
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
4
Momen inersia U girder (Ix) = 0,430 m
Eksentrisitas (es) = 0,629 m

Qpeff = = = 53,443 kN/m

Qbs = = = 32,872 kN/m


Lendutan yang terjadi saat transfer :

δ = ( )

= ( )

= -0,044 m (lendutan ke atas)


C. Lendutan setelah pelat selesai di cor bentang 42 m
Data perencanaan :
Gaya prategang setelah kehilangan prategang (Peff) = 18736,744 kN
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 1096760 kg.m = 10967,6 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 100496,2 kg.m = 1004,962 kN.m
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
4
Momen inersia U girder (Ix) = 0,430 m
Eksentrisitas (es) = 0,629 m

Qpeff = = = 53,443 kN/m

QMS+MA = = = 54,297 kN/m


Lendutan yang terjadi saat transfer :

δ = ( )

= ( )

= 0,002 m (lendutan ke bawah)

D. Lendutan setelah pelat dan balok menjadi komposit bentang 42 m


Data perencanaan :
Gaya prategang setelah kehilangan prategang (Peff) = 18736,744 kN
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 1096760 kg.m = 10967,6 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 100496,2 kg.m = 1004,962 kN.m
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
4
Momen inersia U girder (Ixc) = 0,693 m
Eksentrisitas (esc) = 0,820 m

Qpeff = = = 69,637 kN/m

QMS+MA = = = 54,297 kN/m


Lendutan yang terjadi saat transfer :

δ = ( )
= ( )

= -0,020 m (lendutan ke atas)

E. Lendutan akibat beban bentang 42 m


Data perencanaan :
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
4
Momen inersia U girder (Ixc) = 0,693 m
Gaya prategang setelah kehilangan prategang (Peff) = 18736,744 kN
Eksentrisitas (esc) = 0,820 m
3
Tahanan momen di sisi atas pelat (Wac) = 0,707 m
3
Tahanan momen di sisi atas balok (W’ac) = 0,888 m
3
Tahanan momen di sisi bawah balok (Wbc) = 0,648 m
2
Luas balok komposit (Ac) = 1,560 m
a) Lendutan akibat beban mati sendiri (MS)
QMS = 4893,22 kg/m = 48,932 kN/m
PMS = 353,28 kg = 3,533 kN

δ =

= = 0,065 m (lendutan ke bawah)

b) Lendutan akibat beban mati tambahan (MA)


QMA = 455,765 kg/m = 4,558 kN/m

δ =

= = 0,006 m (lendutan ke bawah)

c) Lendutan akibat prategang (PR)

Qpeff = = 69,637 kN/m

δ =

= = -0,093 m (lendutan ke atas)


d) Lendutan akibat susut dan rangkak (SH)
- Lendutan akibat susut :
Ps = 1452,773 kN
e' = 0,880 m

Qps = = 5,801 kN/m

δ =

= = 0,008 m

- Lendutan akibat rangkak :


Lendutan pada balok setelah plat lantai di cor, δ1 = 0,002 m
Lendutan pada balok setelah plat dan balok menjadi komposit, δ2 = -0,020 m
Lendutan akibat rangkak, δ = δ2 – δ1 = -0,020 – 0,002 = -0,022 m
Lendutan superposisi akibat akibat susut dan rangkak :
δ = δsusut + δrangkak = 0,008 + (-0,022) = -0,015 m (lendutan ke atas)

e) Lendutan akibat beban lajur “D” (TD)


QTD = 2160 kg/m = 21,600 kN/m
PTD = 19208 kg = 192,08 kN

δ =

= 0,039 m (lendutan ke bawah)

f) Lendutan akibat beban rem (TB)


MTB = 7960,735 kg.m = 79,607 kN.m

δ =

= = 0,0003 m (lendutan ke bawah)

g) Lendutan akibat pengaruh temperatur (EUn)


ƩPt = 4516,774 kN
ep = 0,735 m
δ =

= = 0,012 m (lendutan ke bawah)

h) Lendutan akibat beban angin (EWL)


QEWl = 150,171 kg/m = 1,502 kN/m

δ = = = 0,002 m (lendutan ke bawah)

i) Lendutan akibat beban gempa (EQ)


QEQ = 1643,8905 kg/m = 16,439 kN/m

δ =

= = 0,022 m (lendutan ke bawah)

F. Kontrol lendutan terhadap kombinasi pembebanan bentang 42 m

Tabel 4.25 Rekapitulasi lendutan yang terjadi akibat beban (L = 42m)


No Gaya/ Beban Lendutan (m)
1 Berat sendiri (MS) 0,065
2 Mati tambahan (MA) 0,006
3 Susut dan rangkak (SH) -0,015
4 Gaya prategang (PR) -0,093
5 Lajur "D" (TD) 0,039
6 Rem (TB) 0,0003
7 Temperatur (Eun) 0,012
8 Angin (Ewl) 0,002
9 Gempa (EQ) 0,022

Lendutan maksimum yang diijinkan = L/300 = 42/300 = 0,140 m


1. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 1 (kuat I)
Kuat I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
2. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 2 (kuat II)
Kuat II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
3. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 3 (kuat III)
Kuat III : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
4. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 4 (kuat IV)
Kuat IV : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
5. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 5 (kuat V)
Kuat V : MS + MA + SH + PR + EUn + EW L
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012 + 0,002
= -0,022 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
6. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EQ
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) +0,039 + 0,0003 + 0,022
= 0,025 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
7. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : MS + MA + SH + PR + TD + TB
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) +0,039 + 0,0003
= 0,003 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
8. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 8 (Layan I)
Layan I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn + EW L
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012 + 0,002
= 0,017 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
9. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 9 (Layan II)
Layan II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
10. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 10 (Layan III)
Layan III : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012

130
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
11. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)

Tabel 4.26 Rekapitulasi kombinasi lendutan (L = 42m)


No Kombinasi Beban δ Kontrol
Ms MA SR PR TD TB EUn Ewl EQ (m) < L/300
1 Kuat I √ √ √ √ √ √ √ 0,015 OK
2 Kuat II √ √ √ √ √ √ √ 0,015 OK
3 Kuat III √ √ √ √ √ -0,024 OK
4 Kuat IV √ √ √ √ √ -0,024 OK
5 Kuat V √ √ √ √ √ √ -0,022 OK
6 Ekstrem I √ √ √ √ √ √ √ 0,025 OK
7 Ekstrem II √ √ √ √ √ √ 0,003 OK
8 Layan I √ √ √ √ √ √ √ √ 0,017 OK
9 Layan II √ √ √ √ √ √ √ 0,015 OK
10 Layan III √ √ √ √ √ √ √ 0,015 OK
11 Layan IV √ √ √ √ √ -0,024 OK

4.2.7.8 Tinjauan Momen Ultimit U Girder Bentang 42 m


A. Kapasitas momen ultimit bentang 42 m
Data perencanaan :
Kuat tekan beton prategang. f’c = 66,4 MPa
Moduls elastisitas strands, Ep = 195000 MPa
Jumlah total strand, ns = 120 strands
2
Luas tampang nominal satu strands, Ast = 150 mm
Tegangan leleh baja prategang, fpy = 1580 MPa
2
Luas tampang baja prategang, Aps = 18000 mm
Panjang bentang balok, L = 42000 mm
Gaya prategang efektif, Peff = 18736,74 kN
Tegangan efektif baja prategang, feff = Peff / Aps = 1040,93 MPa
2
Luas penampang komposit, Ac = 1560219 mm
Rasio luas penampang baja prategang, ρp = Aps / Ac = 0,01154
MOMEN ULTIMIT

beff
0,003 0,85 fc'
Cc
h0 C a

d
h

Ts
zo ?. s

h = 1850 mm
h0 = 200 mm
Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 1850 + 200 = 2050 mm
Kuat leleh baja pretress (fps) pada keadaan ultimit, ditetapkan sebagai berikut :
Untuk nilai, L/H ≤ 35 :
fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
L/H = 42000 / 2050 = 20,488 mm ≤ 35 …..(OK)
Sehingga, fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
= 1040,93 + 150 + 66,4 / (100 x 0,01154)
= 1248,485 MPa
Syarat : fps ≤ feff + 400 MPa
fps ≤ 0,8 x fpy
Kontrol :
fps = feff + 400 MPa = 1248,485 + 400 = 1440,930 MPa
fps = 0,8 x 1580 = 1264 MPa
fps (= 1248,485 MPa) ≤ feff + 400 MPa (= 1440,930 MPa) …..(OK)
fps (= 1248,485 MPa) ≤ 0,8 x fpy (=1264 MPa) …..(OK)
β1 = 0.85 untuk f’c ≤ 30 MPa
β1 = 0.85 - 0,05 x (f’c-30)/7 untuk f’c > 30 MPa
β1 > 0,65
Karena f’c 66,4 MPa maka : β1 = 0,85 – 0,05 x(66,4 – 30 )/7 = 0,59
β1 = 0,59 < 0,65, Sehingga digunakan β1 = 0,65
Gaya internal tendon prategang :
Ts = Aps x fps = 18000 x 1248,485 = 22472730 N
Diperkirakan, a < h0
Gaya tekan beton, Cc (Beff x a) x 0,85 x f’c dimana Cc = Ts
Maka, a = Ts / (Beff x 0,85 x f’c)
= 22472730 / (2400 x 0,85 x 66,4)
= 165,904 mm
a = 165,904 mm < h0 = 200 mm …..(perkiraan benar)
Jarak garis netral terhadap sisi atas :
c = a / β1 = 165,904 / 0,65 = 255,237 mm
Letak titik berat tendon baja prategang terhadap alas balok :
Z0 = 250 mm
Tinggi efektif balok :
d = h + h0 - Z0
= 1850 + 200 – 250
= 1800 mm
Momen nominal :
Mn = Aps x fps x (d – a/2)
= 18000 x 1248,485 x (1800 – 165,904/2)
= 38586752871 N.mm = 38587 kN.m
Kapasitas momen ultimit balok prategang (Mr) :
φ Mn = 0,8 x 38587 = 30869,402 kN.m

B. Momen ultimit pada balok bentang 42 m


a) Momen akibat susut dan rangkak (MSH)
- Momen akibat susut
Gaya internal akibat susut, Ps = 1452,773 kN
Eksentrisitas gaya susut terhadap pusat penampang, e’ = 0,880 m
MS = -Ps x e’ = -1452,773 x 0,880 = -1279,143 kN.m
- Momen akibat rangkak
Pt = 22611,473 kN
Peff = 18736,744 kN
esc = 0,820 m
MH = (Pt – Peff) x esc = (22611,473 – 18736,744) x 0,820 = 3175,403 kN.m
Momen akibat susut dan rangkak :
MSH = MS + MH = -1279,143 + 3175,403 = 1896,260 kN.m = 189625,999 kg.m
b) Momen akibat pengaruh temperatur (MUn)
Diketahui :
Gaya akibat perbedaaan temperatur, ƩPt = 4516,774 kN
ep = 0,735 m
Momen akibat pengaruh temperatur :
MUn = ƩPt x ep = 4516,774 x 0,735 = 3318,681 kN.m = 331868,134 kg.m

c) Momen akibat Prategang (MPR)


Diketahui :
Gaya prategang efektif, Peff = 18736,74 kN
Eksentrisitas tendon komposit, esc = 0,820 m
Momen akibat gaya prategang :
MPR = -Peff x esc = -18736,74 x 0,820 = -15355,07 kN.m = -1535506,733 kg.m

d) Momen akibat beban


Momen akibat beban dapat dilihat pada sub bab 4.2.7.2

Tabel 4.27 Rekapitulasi momen balok (L = 42m)

Aksi/ Beban Notasi Momen (kg.m) Momen (kN.m)

Berat sendiri MMS 1096760,322 10967,603


Berat mati tambahan MMA 100496,231 1004,962
Prategang MPR -1535506,733 -15355,067
Susut dan rangkak MSH 189625,999 1896,260
Beban lajur "D" MTD 677964,000 6779,640
Gaya rem MTB 7960,735 79,607
Beban angin MEWL 33112,800 331,128
Pengaruh temperatur MEUn 331868,134 3318,681
Beban gempa MEQ 362477,859 3624,779

C. Kombinasi pembebanan ultimit bentang 42 m


Kombinasi beban dan faktor beban berdasarkan SNI 1725:2016 Pembebanan untuk
jembatan.
1. Kombinasi 1 (Kuat I)
Kuat I : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 1,8MTD + 1,8MTB + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
1,8(6779,640) + 1,8(79,607) + 0,5(3318,681)
= 14770,097 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
2. Kombinasi 2 (Kuat II)
Kuat II : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 1,4MTD + 1,4MTB + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
1,4(6779,640) + 1,4(79,607) + 0,5(3318,681)
= 12026,398 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
3. Kombinasi 3 (Kuat III)
Kuat III : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(3318,681)
= 2423,452 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
4. Kombinasi 4 (Kuat IV)
Kuat IV : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(3318,681)
= 2423,452 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
5. Kombinasi 5 (Kuat V)
Kuat IV : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 1MEWL + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
1(331,128) + 0,5(3318,681)
= 2754,580 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
6. Kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,3MTD + 0,3MTB + 1MEQ
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,3(6779,640) + 0,3(79,607) + 1(3624,779)
= 6446,664 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
7. Kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MTD + 0,5MTB
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(6779,640) + 0,5(79,607)
= 4193,735 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
8. Kombinasi 8 (Daya layan I)
Layan I : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1MTD + 1MTB + 1MEWL + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1(6779,640) + 1(79,607) + 1(331,128) + 1,2(3982,418)
= 9686,551 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
9. Kombinasi 9 (Daya layan II)
Layan II : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1,3MTD + 1,3MTB + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1,3(6779,640) + 1,3(79,607) + 1,2(3982,418)
= 11413,197 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
10. Kombinasi 10 (Daya layan III)
Layan III : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 0,8MTD + 0,8MTB + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
0,8(6779,640) + 0,8(79,607) + 1,2(3982,418)
= 7983,574 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
11. Kombinasi 11 (Daya layan IV)
Layan IV : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1,2(3982,418)
= 2496,176 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)

Tabel 4.28 Rekapitulasi momen balok ultimit (L = 42m)


Momen Mr
Kombinasi Kontro
(kN.m) (kN.m)
1 14770,097 ≤ 30869,402 OK
2 12026,398 ≤ 30869,402 OK
3 2423,452 ≤ 30869,402 OK
4 2423,452 ≤ 30869,402 OK
5 2754,580 ≤ 30869,402 OK
6 6446,664 ≤ 30869,402 OK
7 4193,735 ≤ 30869,402 OK
8 9686,551 ≤ 30869,402 OK
9 11413,197 ≤ 30869,402 OK
10 7983,574 ≤ 30869,402 OK
11 2496,176 ≤ 30869,402 OK
4.2.7.9 Penulangan End Block Bentang 42 m

ya

b
b1 Bursting Steel

Z1'
a1 a a1
Pbs
Z2'
yb
Z3'

Z4'

b
b1 Bursting Steel

a1 a a1
Pbs

Gambar 4.43 Sengkang bursting force (L = 42m)

Gaya prategang akibat jacking pada masing – masing kabel (Pj) = P0 x ns x Pbs

Tabel 4.29 Data angkur (L = 42m)


Angkur Angkur mati
No. Dim Dim ns Pbs Po P
hidup BBR SA BBR FK
kabel (strands) (mm) (strands) (mm) (strands) (kN) (%) (kN
1 15 280 15 280 15 279 79,456% 3325,21
2 15 280 15 280 15 279 79,456% 3325,21
3 15 280 15 280 15 279 79,456% 3325,21
4 15 280 15 280 15 279 79,456% 3325,21

END B L O A. M ome n st atis

C Kp enam pang balok bentang 42 m


Letak titik berat : ya = 0,971 m
yb = 0,879 m
9
8
b1
b

ya
300
5a 350

4 5b
3 Bursting Steel 4 D13-100

Bursting Steel
5'
Pbs

a1 a a1
Pbs
4' 350 300
2
yb 3'b
1 300
350
100 100 100
Tabel 4.30 Momen statis luasan bagian atas (Sxa) bentang 42 m
Lebar b Tebal H Luas A Jumlah Luas A Lengan y Momen A
No (m) (m) (m²) bagunan (m²) (m) x y (m³)

9 0,33 0,07 0,023 2 0,046 0,936 0,043


8 0,49 0,1 0,049 2 0,098 0,851 0,083
7 0,2 0,1 0,010 2 0,020 0,768 0,015
6 0,29 0,43 0,125 2 0,249 0,586 0,146
5a 0,074 0,371 0,014 2 0,028 0,247 0,007
5b 0,116 0,371 0,043 2 0,086 0,186 0,016
4 0,1 0,371 0,037 2 0,074 0,186 0,014
3 0,074 0,371 0,014 2 0,028 0,124 0,003
Sxa = 0,328

Tabel 4.31 Momen statis luasan bagian bawah (Sxb) bentang 42 m


Lebar b Tebal H Luas A jumlah Luas A Lengan y Momen A
No (m) (m) (m²) bangunan (m²) (m) x y (m³)

5' 0,116 0,579 0,034 2 0,067 0,193 0,013


4' 0,1 0,579 0,058 2 0,116 0,289 0,034
3a' 0,074 0,579 0,043 2 0,086 0,289 0,025
3b' 0,116 0,579 0,034 2 0,067 0,386 0,026
2 0,06 0,3 0,009 2 0,018 0,679 0,012
1 1,000 0,3 0,300 1 0,300 0,729 0,219
Sxb = 0,328

B. Perhitungan sengkang untuk bursting force bentang 42 m

8 b

7 b1

6 350 300
a1 a

5a 300
350

Gambar 4.44 Plat angkur (L = 42m)

Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertikal,


ra = a1 / a2
Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah horizontal,
rb = b1 / b2
Bursting force untuk sengkang arah vertikal,
Pbta = 0,3 x (1 – ra) x Pj
Bursting force untuk sengkang arah horizontal,
Pbtb = 0,3 x (1 – rb) x Pj
Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan,
Ara = Pbta / (0,85 x fs)
Luas tulangan sengkang arah vertikal yang diperlukan,
Arb = Pbtb / (0,85 x fs)
Dengan fs = tegangan ijin tarik baja sengkang
Tegangan leleh baja sengkang , fy = kPa
Tegangan ijin baja sengkang, fs = 0,578 x fy = kPa
Digunakan sengkng tertutup berdiameter 2 D 13 mm
2 2
Luas penampang sengkang, As = 2 x ��/4 x 𝐷2 = 265,33 mm = 0,000265 m
Jumlah sengkang arah vertikal yang diperlukan, n = Ara / As
Jumlah sengkang arah horizontal yang diperlukan, n = Arb / As

Tabel 4.32 Perhitungan sengkang arah vertikal (L = 42m)


Angkur
Angkur Hidup Mati
No. Dim Dim Pj a1 a Pbta Ara Jumlah
BBR SA BBR FA ra
Kabel Sengkang
(strands) (mm) (strands) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m²)
1 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
2 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
3 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
3325,2
4 15 280 15 280 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
17

Tabel 4.33 Perhitungan sengkang arah horizontal (L = 42m)


Angkur Hidup Angkur Mati
No. Dim Dim Pj b1 b Pbtb Arb Jumlah
BBR SA BBR FA rb
Kabel Sengkang
(strands) (mm) (strands) (mm) (kN) (mm) (mm) (kN) (m²)
1 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
2 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
3 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
4 15 280 15 280 3325,2 300 350 0,857 142,509 0,001 3,416
b
Tabel 4.34b1Jumlah sengkang yang digunakan untuk bursting force (L = 42m)
Angkur Angkur
No. Hidup Dim Mati Dim Jumlah
Kabel BBR SA BBR FA Sengkang
350 300 a1 a
(strands) (mm) (strands) (mm)
1 15 280 15 280 4
2 15 280 15 280 4
300
3 350 15 280 15 280 4
4 15 280 15 280 4

Bursting Steel 4 D13-100

350 300 Pbs

300 100 100 100


350

Gambar 4.45 Sengkang bursting force yang digunakan (L = 42m)

4.2.7.10 Penulangan U Girder Bentang 42 m


A. Penulangan longitudinal bentang 42 m
Pada saat pemasangan balok prategang, tulangan arah memanjang tidak
berfungsi karena seluruh penampang balok mengalami tekan akibat gaya prategang.
Perencanaan penulangan balok arah memanjang dipasang untuk menahan gaya pada
saat pengangkutan. Penulangan diambil 0,5% dari luas penampang balok prategang.
Tulangan arah memanjang digunakan baja diameter D 13, Sehingga :
2 2
Ast = ¼ x π x D = ¼ x 3,14 x 13 = 132,785 mm²
- Luas penampang bagian atas :
2
Aatas = A6 + A7 + A8 + A9 = 1247 + 100 + 490 + 231 = 2068 cm
As-atas = 0,5 % x Aatas
2
= 0,5% x 2068 = 10,34 cm
Jumlah tulangan penampang atas :
n = ≈ 8 buah

- Luas penampang bagian badan :


2
Aatas = A3 + A4 + A5 = 902,5 + 950 + 902,5 = 2755 cm
As-atas = 0,5 % x Aatas
2
= 0,5% x 2755 = 13,775 cm
Jumlah tulangan penampang badan :
n = ≈ 11 buah

- Luas penampang bagian bawah


2
Aatas = A1 + n.A2 = 3000 + 2 x 90 = 3180 cm
As-atas = 0,5 % x Aatas
2
= 0,5% x 3180 = 15,9 cm
Jumlah tulangan penampang bawah :
n = ≈ 12 buah

Rekapitulasi jumlah tulangan longitudinal :


Penampang bagian atas : 8 D 13 mm
Penampang bagian badan : 11 D 13 mm
Penampang bagian bawah : 12 D 13 mm

B. Penulangan geser bentang 42 m

Gambar 4.46 Gaya-gaya yang terjadi pada tendon


V = Gaya geser akibat beban
M = Momen akibat beban
- Eksentrisitas tendon,
2
Persamaan (1) : e = Y = 4 x f x X / L x (L - X)
- Sudut kemiringan tendon,

Persamaan (2) : α = ( )

- Komponen gaya arah x,


Persamaan (3) : Px = Peff x cos α
- Komponen gaya arah y,
Persamaan (4) : Py = Peff x sin α
- Resultan gaya geser,
Persamaan (5) : Vr = V – Py
- Tegangan geser yang terjadi,
Persamaan (6) : fv = Vr x Sx / ( b x Ix )
Untuk tinjauan geser di atas garis netral :
- Tegangan beton di atas serat,
Persamaan (7) : fa =

- Sudut bidang geser,


Persamaan (8) : γ = ½ x ATAN (2 x fv / fa)
- Jarak sengkang yang diperlukan,
Persamaan (9) : as =

Untuk tinjauan geser di bawah garis netral :


- Tegangan beton di atas serat,
Persamaan (7’) : fa =

- Sudut bidang geser,


Persamaan (8’) : γ = ½ x ATAN (2 x fv / fb)
- Jarak sengkang yang diperlukan,
Persaamaan (9’) : as =

At = Luas tulangan geser


Untuk tulangan geser digunakan sengkang 2 x 2 kaki D13 mm,
2 2 2
At = 2 x (2 x ¼ x π x D ) = 530,66 mm = 0,000531 m
f = 0,629 m
L = 42 m
Peff = 18736,744 kN = 1873674 kg
b = 0,290 m
2
A = 1,283 m
4
Ix = 0,430 m
3
Sx = 0,328 m
3
Wa = 0,443 m
3
Wb = 0,490 m
Untuk menghitung tulangan sengkang penampang U girder dipakai momen dan
gaya geser maksimum kombinasi 6 (Ekstream I) yang terdapat pada lampiran 1.

Tabel 4.35 Momen dan gaya geser maksimum kombinasi 6 (Ekstrem I) bentang 42 m
x KOMBINASI
(m) Momen (kg.m) Geser (kg)
0 0,000 203606,593
1 199030,155 194453,717
2 388907,435 185300,842
3 569631,838 176147,966
4 741203,366 166995,090
5 903622,019 157842,214
6 1056887,795 148689,339
7 1200753,400 139183,183
8 1335360,145 130030,307
9 1460814,014 120877,431
10 1577115,008 111724,556
11 1684086,486 102218,400
12 1781728,448 93065,524
13 1870217,534 83912,649
14 1949553,745 74759,773
15 2019631,096 65253,617
16 2080308,275 56100,741
17 2131832,578 46947,866
18 2174204,006 37794,990
19 2207387,230 28288,834
20 2231099,626 19135,958
21 2245659,147 9983,083
a) Perhitungan tulangan sengkang pada U girder
Dengan menggunakan persamaan- persamaan untuk tinjuan geser dapat dihitung
jarak tulangan sengkang pada U girder yang ditunjukkan dalam tabel 4.36 Dan tabel
4.37 Berikut :

Tabel 4.36 tinjauan geser di atas garis netral (L = 42m)


Pers. pers. Pers. pers. pers. pers. pers. pers.
x KOMBINASI pers. (7)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
Momen Geser α Py Vr fv γ
(m) (kN.m) (kN) e (m) (rad) Px (kN) (kN) (kN) (kPa) fa (kPa) (rad) as (m)

0 0,00 2036,07 0,000 0,060 18703,2 1120,3 915,8 2407,8 -14582,3 -0,159 0,069
1 1990,30 1944,54 0,058 0,057 18706,3 1067,1 877,4 2306,9 -16607,8 -0,135 0,097
2 3889,07 1853,01 0,114 0,054 18709,3 1013,9 839,1 2206,2 -18546,4 -0,117 0,131
3 5696,32 1761,48 0,167 0,051 18712,1 960,7 800,8 2105,4 -20398,0 -0,102 0,174
4 7412,03 1669,95 0,217 0,048 18714,8 907,5 762,5 2004,8 -22162,8 -0,089 0,225
5 9036,22 1578,42 0,264 0,046 18717,3 854,2 724,2 1904,2 -23840,9 -0,079 0,289
6 10568,88 1486,89 0,308 0,043 18719,6 800,9 686,0 1803,6 -25432,4 -0,070 0,366
7 12007,53 1391,83 0,349 0,040 18721,8 747,6 644,2 1693,8 -26931,9 -0,063 0,464
8 13353,60 1300,30 0,388 0,037 18723,9 694,3 606,0 1593,4 -28342,5 -0,056 0,581
9 14608,14 1208,77 0,424 0,034 18725,8 640,9 567,8 1493,0 -29666,7 -0,050 0,724
10 15771,15 1117,25 0,456 0,031 18727,5 587,6 529,7 1392,6 -30904,7 -0,045 0,903
11 16840,86 1022,18 0,486 0,029 18729,1 534,2 488,0 1283,0 -32052,5 -0,040 1,144
12 17817,28 930,66 0,513 0,026 18730,6 480,8 449,8 1182,7 -33110,2 -0,036 1,436
13 18702,18 839,13 0,538 0,023 18731,9 427,4 411,7 1082,5 -34081,7 -0,032 1,816
14 19495,54 747,60 0,559 0,020 18733,0 374,0 373,6 982,2 -34967,3 -0,028 2,321
15 20196,31 652,54 0,578 0,017 18734,0 320,6 331,9 872,7 -35764,4 -0,024 3,075
16 20803,08 561,01 0,593 0,014 18734,8 267,2 293,8 772,5 -36470,0 -0,021 4,080
17 21318,33 469,48 0,606 0,011 18735,5 213,8 255,7 672,4 -37089,7 -0,018 5,570
18 21742,04 377,95 0,616 0,009 18736,1 160,3 217,6 572,2 -37623,5 -0,015 7,913
19 22073,87 282,89 0,623 0,006 18736,4 106,9 176,0 462,8 -38070,6 -0,012 12,386
20 22311,00 191,36 0,628 0,003 18736,7 53,4 137,9 362,6 -38424,7 -0,009 20,548

21 22456,59 99,83 0,629 0,000 18736,7 0,0 99,8 262,5 -38692,9 -0,007 39,765

Tabel 4.37 tinjauan geser di bawah garis netral (L = 42m)


Pers. pers. pers. pers.
x KOMBINASI (1) (2) Pers. (3) pers. (4) pers. (5) pers. (6) pers. (7’) (8’) (9’)
Momen Geser α
(m) (kN.m) (kN) e (m) (rad) Px (kN) Py (kN) Vr (kN) fv (kPa) fa (kPa) γ (rad) as (m)

0 0,00 2036,07 0,000 0,060 18703,2 1120,3 915,8 2407,8 -14582,3 -0,159 0,069
1 1990,30 1944,54 0,058 0,057 18706,3 1067,1 877,4 2306,9 -16415,9 -0,137 0,094
2 3889,07 1853,01 0,114 0,054 18709,3 1013,9 839,1 2206,2 -18170,7 -0,119 0,126
3 5696,32 1761,48 0,167 0,051 18712,1 960,7 800,8 2105,4 -19846,9 -0,105 0,164
4 7412,03 1669,95 0,217 0,048 18714,8 907,5 762,5 2004,8 -21444,5 -0,092 0,211
5 9036,22 1578,42 0,264 0,046 18717,3 854,2 724,2 1904,2 -22963,6 -0,082 0,268
6 10568,88 1486,89 0,308 0,043 18719,6 800,9 686,0 1803,6 -24404,3 -0,073 0,337
Tabel 4.37 (Lanjutan)
7 12007,53 1391,83 0,349 0,040 18721,8 747,6 644,2 1693,8 -25761,6 -0,065 0,425
8 13353,60 1300,30 0,388 0,037 18723,9 694,3 606,0 1593,4 -27038,5 -0,059 0,529
9 14608,14 1208,77 0,424 0,034 18725,8 640,9 567,8 1493,0 -28237,3 -0,053 0,656
10 15771,15 1117,25 0,456 0,031 18727,5 587,6 529,7 1392,6 -29357,9 -0,047 0,815
11 16840,86 1022,18 0,486 0,029 18729,1 534,2 488,0 1283,0 -30397,0 -0,042 1,029
12 17817,28 930,66 0,513 0,026 18730,6 480,8 449,8 1182,7 -31354,4 -0,038 1,288
13 18702,18 839,13 0,538 0,023 18731,9 427,4 411,7 1082,5 -32233,9 -0,034 1,624
14 19495,54 747,60 0,559 0,020 18733,0 374,0 373,6 982,2 -33035,5 -0,030 2,072
15 20196,31 652,54 0,578 0,017 18734,0 320,6 331,9 872,7 -33757,0 -0,026 2,740
16 20803,08 561,01 0,593 0,014 18734,8 267,2 293,8 772,5 -34395,8 -0,022 3,629
17 21318,33 469,48 0,606 0,011 18735,5 213,8 255,7 672,4 -34956,7 -0,019 4,948
18 21742,04 377,95 0,616 0,009 18736,1 160,3 217,6 572,2 -35439,9 -0,016 7,021
19 22073,87 282,89 0,623 0,006 18736,4 106,9 176,0 462,8 -35844,6 -0,013 10,981
20 22311,00 191,36 0,628 0,003 18736,7 53,4 137,9 362,6 -36165,1 -0,010 18,203

21 22456,59 99,83 0,629 0,000 18736,7 0,0 99,8 262,5 -36407,9 -0,007 35,207

b) Jarak sengkang yang digunakan


Dari tabel 4.36 dan 4.37 untuk jarak sengkang didapat seperti pada tabel 4.38
berikut:

Tabel 4.38 Jarak sengkang yang digunakan (L = 42m)


Jarak sengkang D 13
X (m) Tinjauan geser -1 Tinjauan geser -2 Jarak yang
Digunakan
(mm) (mm) (mm)
0 69 69 50
1 97 94 50
2 131 126 100
3 174 164 100
4 225 211 150
5 289 268 150
6 366 337 200
7 464 425 200
8 581 529 200
9 724 656 250
10 903 815 250
11 1144 1029 250
12 1436 1288 250
13 1816 1624 250
14 2321 2072 250
15 3075 2740 250
16 4080 3629 250
17 5570 4948 250
18 7913 7021 250
19 12386 10981 250
20 20548 18203 250
21 39765 35207 250
Gambar
tulan ga n s en gk an g TdaUlaLm GgaEmSbEarR(4.47)
P O TO N A N dan (4.48)
ya ng d ig un ak an ,
M E LI N T A N G
berikut :

D13 D13 D D13


1
3

SK.D13 TULANGAN
-250 GESER
Gambar 4.47 POTO
NAN
PoUtongGanImReDlint
EanRg (L = 42m)
POTONAN MELINTANG
TUL GESER

D13

D13 D D D13
SK.D13-50 SK.D1
3-150 SK. 0
D13-20 SK.D13-250
SK.D13-100 13 13
SEGMEN 1 1/4
SEGMEN 2

8400
2100

1
SEGMEN 1 4
SEGMEN 2

Gambar 4.48 Potongan memanjang (L = 42m)

4.2.7.11 Perhitungan Penghubung Geser (Shear Connector) Bentang 42 m


~ Tegangan geser horizontal akibat gaya lintang pada
penampang yang ditinjau dihitung dengan rumus :
fv = Vi x Sx / (bv x Ixc)
dengan :
Vi : gaya lintang pada penampang yang ditinjau
bv : lebar bidang gesek (= lebar bidang kontak
antara pelat dan balok) Ixc : inersia penampang
balok komposit
Sx : momen statis luasan pelat terhadap titik berat penampang
komposit
Sx = beff x h0 x ( )

dengan :
beff : lebar efektif pelat
h0 : tebal pelat
~ Jarak antara shear connector, dihitung dengan rumus :
as = fs x Ast x Kt / (fv x bv)
dengan :
Ast : Luas total shear connector
kf : koefisien gesek pada bidang kontak (=1 – 1,4)
fs : tegangan ijin baja shear connector
fs = 0,578 x fy
fci : tegangan ijin beton balok
Jika fv > 0,2 x fci , maka penampang harus diperbesar
bv = 1,74 m
beff

yac = 0,9805 m
0,8805 m
yac Shear yac-ho/2
connector

c.g.c

Data perencanaan :
Dimensi :
beff = 2400 mm
h0 = 200 mm
bv = 660 mm
Section properties :
yac = 980,484 mm
11 4
Ixc = 6,9 x 10 mm
Mutu beton : K-800
2
Kuat tekan beton, f’c = 66,4 MPa = 6,64 kg/mm
2
Tegangan ijin beton, fci = 0,30 x f’c = 0,3 x 6,64 = 1,992 kg/mm
2
Tegangan ijin geser, fvim = 0,20 x f’c = 0,2 x 6,64 = 1,328 kg/mm
Mutu baja : U – 32
2
Tegangan leleh, fy = 320 MPa = 32 kg/mm
2
Tegangan ijin, fs = 0,578 x 32 = 18,496 kg/mm
kf =1
Dicoba 2 x 2 buah shear connector untuk satu baris dengan tulangan D 16
2 2
Ast = 2 x (2 x ¼ x π x D ) = 803,84 mm
Momen statis luasan pelat terhadap titik berat penampang komposit,
8 2
Sx = beff x h0 x ( ) = 2400 x 200 x ( ) = 4,2 x 10 mm

Perhitungan tegangan geser horizontal akibat gaya lintang dan jarak antar shear
connector dapat dilihat pada tabel 4.38 Berikut :

Tabel 4.38 Perhitungan jarak shear connector (L = 42m)


KOMB-6 Kontrol fvi = Diambil Jarak
fv as
x (m) Vi (kg/mm²) 1,328 (mm) Shear Connector
(kg) (mm)
0 203606,593 0,188 < fvi (aman) 120 100
1 194453,717 0,180 < fvi (aman) 125 100
2 185300,842 0,171 < fvi (aman) 132 100
3 176147,966 0,163 < fvi (aman) 138 100
4 166995,090 0,154 < fvi (aman) 146 100
5 157842,214 0,146 < fvi (aman) 154 150
6 148689,339 0,137 < fvi (aman) 164 150
7 139183,183 0,129 < fvi (aman) 175 150
8 130030,307 0,120 < fvi (aman) 187 150
9 120877,431 0,112 < fvi (aman) 202 150
10 111724,556 0,103 < fvi (aman) 218 200
11 102218,400 0,094 < fvi (aman) 239 200
12 93065,524 0,086 < fvi (aman) 262 200
13 83912,649 0,078 < fvi (aman) 291 200
14 74759,773 0,069 < fvi (aman) 326 200
15 65253,617 0,060 < fvi (aman) 374 250
16 56100,741 0,052 < fvi (aman) 435 250
17 46947,866 0,043 < fvi (aman) 519 250
18 37794,990 0,035 < fvi (aman) 645 250
19 28288,834 0,026 < fvi (aman) 862 250
20 19135,958 0,018 < fvi (aman) 1274 250
21 9983,083 0,009 < fvi (aman) 2442 250
4.2.8 Perencanaan Bantalan Elastomer
Ada beberapa jenis bantalan elastomer yang biasa digunakan yaitu bantalan
dengan lapisan baja, bantalan dengan lapisan anyamandan bantalan dengan tipe polos.
Untuk perencanaan ini direncanakan menggunakan bantalan dengan lapisan baja
berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
2015-Metode ASSHTO.

a.) Perspektif b.) Tanpa beban

c.) Terbebani

Gambar 4.49 Bantalan elastomer

Perletakan harus mampu memikul dan menyalurkan beban dari bagian struktur
atas kebagian struktur bawah tanpa terjadai kerusakan. Kemampuan perletakan untuk
memikul beban dan pergerakan dari perletakan harus sesuai dengan asumsi yang dibuat
dalam perancangan jembatan secara keseluruhan dan persyaratan khusus didalamnya.
Diketahui :
Panjang bentang jembatan, L = 42 m
Berat sendiri, QMS : qMS = 4893,22 kg/m
PMS = 353,28 kg
��UMS = 1,2
Beban mati tambahan, QMA = 455,765 kg/m
��UMA =2
Beban hidup lajur “D”, QTD : qTD = 2160 kg/m
PTD = 19208 kg
��UTD = 1,8
a. Beban vertikal
U
BeratUsendiri (PuMS) = (qMS x L x ) + (P x �� )
��
MS MS MS

= (4893,22 x 42 x 1,2) + (353,28 x 1,2)


= 250009,776 kg
U
Beban mati tambahan (PuMA) = QMA x L x ��
MA

= 455,765 x 42 x 2
= 38282,278 kg
U
Beban hidup lajur “D” (PuTD) = (qTD x L x TD) + (PTD x ��
TD )
U
��
= (2160 x 42 x 1,8) + (19208 x 1,8)
= 197870,4 kg
Total beban vertikal, (PT) = 486164,454 kg
Reaksi tumpuan ,
Ra = Rb = ½ PT
= ½ x 486164,454
= 243082,227 kg
= 2430822 N
Perpindahan memanjang jembatan = 100 m
Rotasi = 0,015 rad
Data fisik elastomer,
Hardness = 55 Shore A
Modulus geser (G) = 0,7 MPa
Batas tegangan deleminasi = 7 MPa

b. Desain
1. Luas area elastomer yang diperlukan,
2
Aperlu > 347260,325 mm

2. Dimensi rencana,
Lebar (w) = 700 mm
Panjang (l) = 700 mm
Tebal lapisan (hri) = 22 mm
Tebal lapisan penutup (hcover) = 4 mm
Jumlah lapisan (n) = 9 buah
Fy pelat = 240 MPa
3. Faktor bentuk (S),
S =

Ip = 2 (w + l) = 2 (700 + 700) = 2800 mm

S = = = 7,955

Kontrol : 4 ≤ S ≤ 12
4 ≤ 7,955 ≤ 12 ……….OK
4. Cek tegangan ijin

σs = = 4,961 MPa

σs = = 4,038 MPa

Bantalan dengan deformasi geser tidak dikekang,


σs ≤ 7 MPa
4,961 ≤ 7 MPa ……….OK
σs ≤ 1,0 GS
4,961 ≤ 5,568 MPa ……….OK
Bantalan dengan deformasi geser yang dikekang,
σs ≤ 7,7 MPa
4,961 ≤ 7,7 MPa ……….OK
σs ≤ 1,1 GS
4,961 ≤ 6,125 MPa ……….OK
5. Cek deformasi geser
Total deformasi geser rencana, ∆s = 100 mm
Deformasi ijin = 2 x ∆s = 2 x 100 = 200 mm
Ketebalan total elastomer (hrt),
hrt = jumlah tebal lapisan internal + jumlah tebal cover
= ( 22 x 9) + (4 x 2) = 206 mm
Kontrol : hrt ≥ 2∆s
206 ≥ 200 mm
6. Cek rotasi

σs ≥ 0,5 x G x S x ( )

4,961 ≥ 0,5 x 0,7 x 7,955 x ( )

151
4,961 ≥ 3,132 ……….OK

σs ≥ 0,5 x G x S x ( )

4,961 ≥ 0,5 x 0,7 x 7,955 x ( )

4,961 ≥ 3,132 ……….OK


7. Cek stabilitas
H ≤ l/3
206 ≤ 24/3 (=233,3 mm) ……….OK
H ≤ w/3
206 ≤ 24/3 (=233,3 mm) ……….OK
8. Menentukan tebal pelat
Direncanakan menggunakan plat baja tebal 3 mm

Tabel 4.40 Resume desain bantalan elastomer


Resume
Sifat fisik Geometri
MPa mm
700 x 700 x
Mutu baja, fy 240 Dimensi 206
Mutu elastomer,
0,7 Tebal cover atas 4
G
Tebal cover bawah 4
Tebal lapisan
22
internal
Tebal pelat baja 3
Jumlah lapisan 9 buah

Gambar 4.50 Desain elastomer rencana


Lampiran 1. Tabel Kombinasi Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Bentang 42 m
Tabel Kombinasi Momen Akibat Beban
x Mbs KOMB. 1 KOMB. 2 KOMB.3 KOMB.4 KOMB.5 KOMB.6 KOMB.7 KOMB.8 KOMB.9 KOMB.10 KOMB.11
(m) (kg.m) MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA MS+MA MS+MA+Ewl MS+MA+TD+TB+EQ MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB+EW MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA
0 0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 67146.37 165330.400 165330.400 111067.317 111067.317 114145.831 199030.155 165330.400 168408.914 165330.400 165330.400 111067.317
2 131086.24 323151.814 323151.814 216785.649 216785.649 222792.506 388907.435 323151.814 329158.671 323151.814 323151.814 216785.649
3 191819.61 473464.243 473464.243 317154.995 317154.995 325940.024 569631.838 473464.243 482249.272 473464.243 473464.243 317154.995
4 249346.48 616267.687 616267.687 412175.357 412175.357 423588.385 741203.366 616267.687 627680.716 616267.687 616267.687 412175.357
5 303666.85 751562.146 751562.146 501846.733 501846.733 515737.590 903622.019 751562.146 765453.003 751562.146 751562.146 501846.733
6 354780.72 879347.620 879347.620 586169.124 586169.124 602387.638 1056887.795 879347.620 895566.134 879347.620 879347.620 586169.124
7 402440.79 999376.812 999376.812 664895.233 664895.233 683291.233 1200753.400 999376.812 1017772.812 999376.812 999376.812 664895.233
8 446788.38 1111791.035 1111791.035 738166.374 738166.374 758589.688 1335360.145 1111791.035 1132214.349 1111791.035 1111791.035 738166.374
9 487929.47 1216696.273 1216696.273 806088.529 806088.529 828388.986 1460814.014 1216696.273 1238996.730 1216696.273 1216696.273 806088.529
10 525864.06 1314092.526 1314092.526 868661.699 868661.699 892689.128 1577115.008 1314092.526 1338119.954 1314092.526 1314092.526 868661.699
11 560415.51 1403803.153 1403803.153 925709.244 925709.244 951313.473 1684086.486 1403803.153 1429407.382 1403803.153 1403803.153 925709.244
12 591583.82 1485828.155 1485828.155 977231.164 977231.164 1004262.021 1781728.448 1485828.155 1512859.012 1485828.155 1485828.155 977231.164
13 619545.63 1560344.172 1560344.172 1023404.098 1023404.098 1051711.412 1870217.534 1560344.172 1588651.487 1560344.172 1560344.172 1023404.098
14 644300.94 1627351.204 1627351.204 1064228.047 1064228.047 1093661.647 1949553.745 1627351.204 1656784.804 1627351.204 1627351.204 1064228.047
15 665743.77 1686743.267 1686743.267 1099597.027 1099597.027 1130006.741 2019631.096 1686743.267 1717152.981 1686743.267 1686743.267 1099597.027
16 683732.80 1738379.048 1738379.048 1129369.726 1129369.726 1160605.383 2080308.275 1738379.048 1769614.705 1738379.048 1738379.048 1129369.726
17 698515.33 1782505.844 1782505.844 1153793.439 1153793.439 1185704.868 2131832.578 1782505.844 1814417.273 1782505.844 1782505.844 1153793.439
18 710091.36 1819123.655 1819123.655 1172868.168 1172868.168 1205305.196 2174204.006 1819123.655 1851560.684 1819123.655 1819123.655 1172868.168
19 718425.56 1848197.153 1848197.153 1186558.583 1186558.583 1219371.040 2207387.230 1848197.153 1881009.610 1848197.153 1848197.153 1186558.583
20 723235.31 1869443.713 1869443.713 1194582.060 1194582.060 1227619.775 2231099.626 1869443.713 1902481.427 1869443.713 1869443.713 1194582.060
21 724838.56 1883181.288 1883181.288 1197256.553 1197256.553 1230369.353 2245659.147 1883181.288 1916294.088 1883181.288 1883181.288 1197256.553
724838 188 188 119725 119725 1230 2 188 1 188 188 119725
MMak .562 318 318 6.553 6.553 369.3 2 318 9 318 318 6.553
s

Tabel Kombinasi Gaya Geser Akibat Beban


x Dbs KOMB. 1 KOMB. 2 KOMB.3 KOMB.4 KOMB.5 KOMB.6 KOMB.7 KOMB.8 KOMB.9 KOMB.10 KOMB.11
(m) (kg) MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA MS+MA MS+MA+Ewl MS+MA+TD+TB+EQ MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB+EW MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA
0 68749.62 169084.892 169084.892 113741.810 113741.810 116895.410 203606.593 169084.892 172238.492 169084.892 169084.892 113741.810
1 65543.12 161575.907 161575.907 108392.824 108392.824 111396.253 194453.717 161575.907 164579.336 161575.907 161575.907 108392.824
2 62336.62 154066.922 154066.922 103043.839 103043.839 105897.096 185300.842 154066.922 156920.179 154066.922 154066.922 103043.839
3 59130.12 146557.937 146557.937 97694.854 97694.854 100397.940 176147.966 146557.937 149261.022 146557.937 146557.937 97694.854
4 55923.62 139048.951 139048.951 92345.869 92345.869 94898.783 166995.090 139048.951 141601.866 139048.951 139048.951 92345.869
5 52717.12 131539.966 131539.966 86996.884 86996.884 89399.626 157842.214 131539.966 133942.709 131539.966 131539.966 86996.884
6 49510.62 124030.981 124030.981 81647.898 81647.898 83900.470 148689.339 124030.981 126283.552 124030.981 124030.981 81647.898
7 45950.84 116168.716 116168.716 75945.633 75945.633 78048.033 139183.183 116168.716 118271.116 116168.716 116168.716 75945.633
8 42744.34 108659.730 108659.730 70596.648 70596.648 72548.876 130030.307 108659.730 110611.959 108659.730 108659.730 70596.648
9 39537.84 101150.745 101150.745 65247.663 65247.663 67049.720 120877.431 101150.745 102952.802 101150.745 101150.745 65247.663
10 36331.34 93641.760 93641.760 59898.677 59898.677 61550.563 111724.556 93641.760 95293.646 93641.760 93641.760 59898.677
11 32771.56 85779.495 85779.495 54196.412 54196.412 55698.126 102218.400 85779.495 87281.209 85779.495 85779.495 54196.412
12 29565.06 78270.510 78270.510 48847.427 48847.427 50198.970 93065.524 78270.510 79622.052 78270.510 78270.510 48847.427
13 26358.56 70761.524 70761.524 43498.442 43498.442 44699.813 83912.649 70761.524 71962.896 70761.524 70761.524 43498.442
14 23152.06 63252.539 63252.539 38149.457 38149.457 39200.657 74759.773 63252.539 64303.739 63252.539 63252.539 38149.457
15 19592.28 55390.274 55390.274 32447.191 32447.191 33348.220 65253.617 55390.274 56291.303 55390.274 55390.274 32447.191
16 16385.78 47881.289 47881.289 27098.206 27098.206 27849.063 56100.741 47881.289 48632.146 47881.289 47881.289 27098.206
17 13179.28 40372.304 40372.304 21749.221 21749.221 22349.907 46947.866 40372.304 40972.989 40372.304 40372.304 21749.221
18 9972.78 32863.318 32863.318 16400.236 16400.236 16850.750 37794.990 32863.318 33313.833 32863.318 32863.318 16400.236
19 6413 25001.053 25001.053 10697.970 10697.970 10998.313 28288.834 25001.053 25301.396 25001.053 25001.053 10697.970
20 3206.5 17492.068 17492.068 5348.985 5348.985 5499.157 19135.958 17492.068 17642.239 17492.068 17492.068 5348.985
21 0 9983.083 9983.083 0.000 0.000 0.000 9983.083 9983.083 9983.083 9983.083 9983.083 0.000
68749 169 16 1137 1137 1168 2 16 1 16 16 1137
.62 084 90 41.81 41.81 95.41 0 90 7 90 90 41.81
D1
6-
15
D16 - 150
0

D16 - 150
D1
6-
7000
25
0

Be
ton
K-
35
D16 - 250 D16 - 250
0

42000

TAMPAK ATAS PLAT LANTAI


SKALA 1 : 200
D16 - 150 D16 - 250 Beton K-350

20

7000

DETAIL PENULANGAN PLAT LANTAI


SKALA 1 : 25
42000

1900
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5

2700

X 7000 1900 SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 X


2700
1900
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5

6300 4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 6300


8400 8400 8400 8400 8400

TAMPAK ATAS U GIRDER BENTANG 42 m


SKALA 1 : 150

CABLE Z1&Z5:15 STRANDS Ø15,7 MM

CABLE Z2&Z6:15 STRANDS Ø15,7 MM

CABLE Z3&Z7:15 STRANDS Ø15,7 MM

CABLE Z4&Z8:15 STRANDS Ø15,7


MM Angkur
Kabel Bursing force
42000 tendon
A B

1520 1160
800
320
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 800
1160 1520
320
A B
1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000
Z1 & Z5 15201402 1290 1082 898 737 598 483 391 322 276 253 250 253 276 322 391 483 598 737 898 1082 1290 14021520
CABLE 15 Z2 &Z6 11601075 995 846 714 599 500 417 351 302 269 252 250 252 269 302 351 417 500 599 714 846 995 10751160
STRAND
Z3 & Z7 800 740 682 576 482 399 328 269 222 187 163 151 150 151 163 187 222 269 328 399 482 576 682 740 800
Z4 & Z8 - 320 303 273 246 222 201 184 171 161 154 150 150 150 154 161 171 184 201 222 246 273 303 320 -

SECTION X - X (TRACE KABEL TENDON) BENTANG 42 m


SKALA 1 : 150
Cable 13 strands dia. 15,7 mm
Cable 15 strands dia. 15,7 mm Tensile strength = 1860 MPa
430 Tensile strength = 1860 MPa Dia. duct 80 mm
1040 430
Dia. duct 85 mm 290 430 1040 430 290
900 900
Y Y
200 200 200 200

360 Cable 15 strands dia. 15,7 mm Cable 13 strands dia. 15,7 mm


1069,1 Tensile strength = 1860 MPa Tensile strength = 1860 MPa

360 1650 1650


1850 1850 902,8
1181 898,8
1520 481
1160 480 781 250
898 150
800 714 300
482
320 246 564 805,6
564 808,4 1000 1000
1000 1000
SEGMEN TUMPUAN BENTANG 42 M POTONGAN A-A BENTANG 42 M SEGMEN TUMPUAN BENTANG 28 M POTONGAN A-A BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50

290 290 290 290


Y Y Y Y
200 200 200 200

Cable 13 strands dia. 15,7 mm


Cable 13 strands dia. 15,7 mm
Tensile strength = 1860 MPa
Tensile strength = 1860 MPa
Cable 15 strands dia. 15,7 mm Cable 15 strands dia. 15,7 mm 284 Dia. duct 80 mm
284 Dia. duct 80 mm
Tensile strength = 1860 MPa Tensile strength = 1860 MPa 1650 1650
1850 284 Dia. duct 85 mm 1850 Dia. duct 85 mm
110 110
250 150 100
239 250
483 417 150
269 184 100
250 392
150 145 250 145
682
740 145 250 145 911 790
1000 1000 1000
1000

POTONGAN B-B BENTANG 42 M SEGMEN TENGAH BENTANG 42 M POTONGAN B-B BENTANG 28 M SEGMEN TENGAH BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50

POSISI TENDON BENTANG 42 M POSISI TENDON BENTANG 28 M


SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab
Plat lantai pracetak pracetak pracetak pracetak pracetak
jembatan Angkur BBR VT
Diafragma Diafragma Diafragma CONA CMI SP 1506
Balok prategang
Bursting force steel 4 f'c=66,4 MPa
D13-100 mm
1,90 1,90 1,90
0,2

1,85 1850
1520
1160
800
320

1,00 1,00 1,00 100 85


2,70 2,70
DETAIL END BLOCK BENTANG 42 M
POTONGAN MELINTANG U GIRDER BENTANG 42 SKALA 1 : 50
m
SKALA 1 : 50

Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab


Plat lantai pracetak pracetak pracetak pracetak pracetak
jembatan
Diafragma Diafragma Diafragma Angkur BBR VT
Balok prategang
CONA CMI SP 1306
f'c=49,8 MPa
1,90 1,90 1,90 Bursting force steel 4
D10-100 mm
0,2

1,65 1650

1181
781
300

1,00 1,00 1,00


100 65
2,70 2,70

DETAIL END BLOCK BENTANG 28 M


SKALA 1 : 50
POTONGAN MELINTANG U GIRDER BENTANG 28
m
SKALA 1 : 50
200 15 strand
85 dia.15,7 mm

BBR VT CONA CMI SP 1506


ANCHORAGE SIZE
350 300 A B F
KEPALA ANGKUR Ø B 200 mm
Ha C 75 mm
300 C D E
350 PLAT ANGKUR Ssp A 300 mm
Tsp D 45 mm
TRUMPET+CASTING E 694 mm
DIA. DUCT F 85 mm

DETAIL ANGKUR UNTUK BENTANG 42 M


SKALA 1 : 20

13 strand
180 dia.15,7 mm
80

BBR VT CONA CMI SP 1306


ANCHORAGE SIZE
310 280 A B F
KEPALA ANGKUR Øa B 180 mm
280 Ha C 72 mm
310 C D E
PLAT ANGKUR Ssp A 270 mm
Tsp D 40 mm
TRUMPET+CASTING E 694 mm
DIA. DUCT F 80 mm

DETAIL ANGKUR UNTUK BENTANG 28 M


SKALA 1 : 20
SK.D13-50 SK.D13-100 SK.D13-150 SK.D13-200 S S S SK.D13-200 SK.D13-150 SK.D13-100 SK.D13-50
K K K

SEGMEN 1 S S S SEGMEN 5
E E E
840 G G G 840
M M M
END BLOCK SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN END BLOCK
5

100 100
185 185
4200

TULANGAN GESER U GIRDER BENTANG 42 M


SKAL 1:120

2800

SK.D13-75 SK.D13-100 SK.D13-200 SK.D13-250 SK.D13-250 SK.D13-250 SK.D13-250 SK.D13-200 SK.D1

SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4

700 700 700 700


ENDBLOCK SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 2 SEGMEN 1 ENDBLOCK

100 100
185 185
2800

TULANGAN GESER U GIRDER BENTANG 28 M


SKAL 1:120
ARAH MATARAM ARAH LEMBAR
42,00 28,00
2,00 2,00 2,00 2,00
2,00
PAPA PAPA N
NN N AMA
AMA JEMB
JEMB ATA N
ATAN

8,40 8,40 8,40 7,00 7,00


MAB = 42,92 MAB = 42,92

BH.2
HAND BORE
10 20 30 40 50 60
0

2 20

4 32
5

6 26
12 TP BAJA
12 TP BAJA Ø 500 MM
7 15 TP BAJA Ø 500
Ø 500 MM Panjang =
Panjang = 35,00 M MM Panjang = 35.00 M
35,00 M
8 26

10 15

11

12 35

13

14 4

15

16 4

17

18 5

19

20 6

21

22 6

23

24 6

25

26 9

27

28 13

29

30 15

31

32 13

33

34 7
ELV. +4,76 ELV. +4,76
36 10

37

38 30
SKALA 1 : 200 ELV. +2,26

39

40 50
BALOK PRATEGANG
RAILING PIPA RAILING Ø 3'' DIAFRAGMA BALOK DIAFRAGM RAILING PIPA RAILING Ø
3'' ARAH
B PRATEGANG A LEMBAR
ARAH A
PARAPET
MATARAM 2800
PARAPET

TROTOAR TROTOAR

PLAT LANTAI JEMBATAN ASPAL JEMBATAN

TROTOAR TROTOAR
PARAPET PARAPET

TAMPAK ATAS JEMBATAN


SKALA 1 : 200

ARAH MATARAM ARAH LEMBAR


42,00 28,00
2,00 2,00 2,00 2,00
2,00
PAPA PAPA N
NN N AMA
AMA JEMB
JEMB ATAN
ATA N

8,40 8,40 8,40 7,00


MAB = 42,92 MAB = 42,92

12 TP BAJA
12 TP BAJA Ø 500 MM
15 TP BAJA Ø 500
Ø 500 MM Panjang =
Panjang = 35,00 M MM Panjang = 35.00 M
35,00 M

ELV. +4,76 ELV. +2,26 ELV. +4,76

TAMPAK SAMPING JEMBATAN


SKALA 1 : 200
11,00

0,75 1,25 7,00 1,25 0,75

Pipa sandaran Ø3''


Tiang sandaran Lapisan aspal, t = 5 cm 30
Trotoar beton (K-350)
Plat lantai jembatan (K-
Kerb beton (K- Balok
350) prategang 350) Deckslab pracetak
2,0 % (K-600) 2,0 %
(K-350) 40 100 100 40

100 100 315,6


40 40
60 40
40 50
50
71

D25 - 150

1000
D13 - 300

514,4
514

220
D19-100
D25-100
120 50
50
120
120

600
1100
DETAIL PILAR
SKALA 1 : 100

POTONGAN A - A
SKALA. 1 :
100
11,00

0,75 1,25 7,00 1,25 0,75

Pipa sandaran Ø3''


Tiang sandaran Lapisan aspal, t = 5 cm
Trotoar beton (K-350)
Plat lantai jembatan (K-
Kerb beton (K- Balok = = 25
350) prategang 350) Deckslab pracetak 1,30 25 98 40
2,0 % (K-800) 2,0 %
(K-350)
D12-300
60 D19-300

1,66 D12-250
1,00
D19-300

0,40 145,6

0,50 D19-100

0,40 D16-100
50 D12-150
0,50 D12-100

7,30
730 D12 - 300

364,4
3,14

D25 - 250

D19-200 D25 - 150


0,3
30
0,8
80
0,1
D19-200

155 90 155
400

DETAIL ABUTMENT
SKALA 1 : 100

POTONGAN B - B
SKALA. 1 :
100
100

12 TP BAJA Ø500 mm 300


Panjang 35,00 m

300

300

100

50 150 150 50

DENAH TITIK TIANG PANCANG PADA ABUTMENT


SKALA. 1 : 75
50

15 TP BAJA Ø500 mm
Panjang 35,00 m 250

250

250

250

50
50 250 250 50

DENAH TITIK TIANG PANCANG PADA PILAR


SKALA. 1 : 75
HOHFWURQLF
3DJH RI (XURSHDQ WHFKQLFDO DSSURYDO (7$
HOHFWURQLF FRS\ 9DOLGLW\ IURP WR UHSODFHV
(7$ ZLWK YDOLGLW\ IURP WR

6WUHVVLQJ DQG IL[HG DQFKRUDJH FRXSOHU


(
HOHFWURQLF FRS\

%
% )

&HQWUH VSDFLQJ DQG HGJH GLVWDQFH


HOHFWURQLF FRS\

EF

DH DH¶ F
EF

EH EH ¶ F
EH¶ EH
E H¶ E H

F D H¶
F

D H¶ F F DH¶
F

DH DH DH DF

%%5 97 &21$ &0, 63

6WUDQG DUUDQJHPHQW

ZLUH SUHVWUHVVLQJ VWHHO VWUDQG


1RPLQDO GLDPHWHU PP « 1RPLQDO FURVV VHFWLRQDO DUHD PP « 0D[LPXP FKDUDFWHULVWLF WHQVLOH VWUHQJ
WK 03D

7HQGRQ
&URVV VHFWLRQDO DUHD $ PP S

&KDU YDOXH RI PD[LPXP IRUFH )SN N1 N1


&KDU YDOXH RI SURRI IRUFH )S
0D[LPXP SUHVWUHVVLQJ IRUFH )S N1
0D[LPXP RYHUVWUHVVLQJ IRUFH )S N1

0LQLPXP FRQFUHWH VWUHQJWK +HOL[ $GGLWLRQDO UHLQIRUFHPHQW &HQWUH VSDFLQJ DQG HGJH GLVWDQFH 6TXDUH SODWH GLPHQVLRQV
0LQLPXP FRQFUHWH VWUHQJWK
&XEH 03D
IFP FXEH
&\OLQGHU IFP F\OLQGHU ‘ 03D
+HOL[ ULEEHG UHLQIRUFLQJ VWHHO 5H 03D
2XWHU GLDPHWHU PP
%DU GLDPHWHU PP
/HQJWK DSSUR[LPDWHO\ PP
3LWFK PP
1XPEHU RI SLWFKHV
'LVWDQFH ( PP
$GGLWLRQDO UHLQIRUFHPHQW ULEEHG UHLQIRUFLQJ VWHHO 5H 03D
1XPEHU RI VWLUUXSV PP
%DU GLDPHWHU PP
6SDFLQJ PP
'LVWDQFH IURP DQFKRU SODWH ) PP
0LQLPXP RXWHU GLPHQVLRQV %î% PP
&HQWUH VSDFLQJ DQG HGJH GLVWDQFH
0LQLPXP FHQWUH VSDFLQJ DF EF PP
0LQLPXP HGJH GLVWDQFH DH¶ EF¶ PP
6TXDUH SODWH GLPHQVLRQV
6LGH OHQJWK 663 PP
7KLFNQHVV 763 PP
F &RQFUHWH FRYHU
3UHVWUHVVLQJ VWHHO VWUDQG ZLWK QRPLQDO GLDPHWHU RI PP FURVV VHFWLRQDO DUHD RI PP RU ZLWK FKDUDFWHULVWLF WHQVLOH VWUHQJWK EHORZ 03D PD\ DOVR EH XVHG
7KH VTXDUH SODWH GLPHQVLRQV DUH PLQLPXP YDOXHV WKHUHIRUH ODUJHU RU WKLFNHU SODWHV PD\ EH XVHG
%DU GLDPHWHU RI PP FDQ EH UHSODFHG E\ PP

,QWHUQDO 3RVW WHQVLRQLQJ 6\VWHP


$QQH[
0LQLPXP FRQFUHWH VWUHQJWK
RI (XURSHDQ WHFKQLFDO DSSURYDO
+HOL[ ± $GGLWLRQDO UHLQIRUFHPHQW
&21$ &0, 63 (7$
&HQWUH DQG HGJH GLVWDQFH ± 6TXDUH SODWH GLPHQVLRQV
2,%
PC U GIRDER Shape and Dimension
�330� 920
�3)1�
70:
l�: �330� 7M! Height A B
�330� (cm) (mm) (mm)
A XI •
H-120 130 1200
l1�8':
H-130 230 1300
A
H-140 330 1400
950 s H-165 130 1650
500
H-175 230 1750
300 300 H-185 330 1850
1000 1000

200 2Sl
'
2:0 200 ?()() 160 160 700

H > 1400 MM H i.; 1400 MM


Classification
Slandard d1s1eooo center lo center; 310 Cm

Height(cm

H-120
21

22 23 24 25
• •
26 27 28 29 30 l Span (m)
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

H-130
• • •
H-140
• • • • • • • • •
H-165

H-175
H-185
• • • • • • • • • • • • • • •
• · Concrele compressive strength 800 kg/cm2 (cube) : Concrele compressive strenglh 600 kg/cm2 (cube)

PC VOIDED SLAB Shape and Dimension


b b

h2
h1 :
h

1200 (=B)

Voided Slab Type 1 Voided Slab Type 2

PC VOIDED SLAB Type 1 Classification PC VS Type I


Notation Unit H (mm)
Height (cm) Span (rn)
570 620 660
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 B mm 970 970 970
H-57
• • • • • • • • • h mm 285 310 330
H-62 • hl mm 25 25 25
H-66
• • • • • • • • • • • • h2
b
mm
mm
75
50
100 120
so so
• : Concrete compressive Slrenglh 800 kg/cm2 (cube) • · Concrete compressive strenglh 500 kg/cm2 (cube) D mm 250 300 350

PC VS Type II
PC VOIDED SLAB Type 2 Classification Notation Unit H (mm)
525 625
Height Span (m) 5
B mm 120 0 1200
(cm)
s 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 h mm 262. 312.S
H-52,5 • • • • • hl mm 25 25

• • • h2 mm 75 100
H-62,5
b mm 50 so
D mm 250 300
"

Anda mungkin juga menyukai