Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Biologi Kelautan


Dosen : Dr Meria Tirza Gundo S.si M.si

Disusun oleh :

Nama : Deslitha Fenesa Undugia

Npm : 92111402111004

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO POSO

(2023)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Roh Kudus-Nya
kepada penulis, sehingga Saya dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Biologi
kelautan ini. Laporan praktikum mata kuliah Biologi kelautan ini telah Saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan laporan praktikum mata kuliah Biologi kelautan ini. Untuk itu, Saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan praktikum mata kuliah Biologi kelautan ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya karena Saya juga manusia yang tak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar Saya dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata Saya berharap
semoga laporan praktikum mata kuliah Biologi kelautan ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Poso, 23 Juni 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 2

C. Tujuan 2

BAB II DASAR TEORI 3

A.Mintakat/ Zonasi Lingkungan Laut 3

B.Zonasi perairan laut secara Horizontal 4

C.Zonasi Perairan laut secara Vertikal……………………………………………..5

D.Ekosistem Padang …………………………………………………………………7

III METODOLOGI 9

A. Alat dan Bahan 9

B. Cara Kerja 9

C. Waktu dan Tempat 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 10

A. Hasil Dan Pembahasan 10

BAB V PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurang lebih 71 persen permukaan planet bumi oleh air asin. Di bawah permukaan ini,
Kedalaman air ratarata 3.8 km, dengan volume sebesar 1.370 x 106 km3. Karena
diseluruh Volume air yang besar ini terdapat kehidupan, maka lautan merupakan satu-
satunya tempat Kumpulan organisme yang sangat besar di planet bumi.Lautan di dunia
merupakan kesatuan ekosistem dimana serangkaian komunitas dapat Mempengaruhi
faktor-faktor fisik dan kimia air laut disekelilingnya. Ekosistem yang besar ini Dapat
dibagi menjadi daerah-daerah kecil dimana parameter fisika dan kimia mempunyai
Pengaruh yang berbeda terhadap populasi dari daerah tersebut (Nybakken,1998).Dalam
mengenal lingkungan laut perlu mengetahui tentang sistem zonasi Pada bagian sistem
Zonasi ini, akan dipelajari mengenai tipologi dasar laut, sistem zonasi lingkungan secara
Horizontal dan sistem zonasi lingkungan secara vertikal. Tipologi dasar laut akan
menjelaskan Pembagian dasar laut berdasarkan tipe substrat. Pembagian laut secara
horizontal adalah Pembagian daerah laut berdasarkan jarak dengan garis pantai,
sedangkanpembagian laut secara Vertikal adalah pembagian daerah laut berdasarkan
kedalaman air laut. Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut
yang bagian lautnya masih Dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, dan bagian Daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti
pasang surut, angin laut, dan Perembesan air asin (Ketchum, 1972). GESAMP1 (2001)
mendefinisikan wilayah pesisir sebagai Wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi
oleh proses biologis dan fisik dari perairan laut Maupun dari daratan, dan didefinisikan
secara luas untuk kepentingan pengelolaan sumber daya Alam. Sehingga deliniasi
wilayah pesisir ini dapat berbeda tergantung dari aspek administratif, Ekologis, dan
perencanaan.Wilayah pesisir merupakan zona penting karena pada dasarnya tersusun dari
berbagai macam Ekosistem seperti mangrove, terumbu karang, lamun, pantai berpasir dan
lainnya yang satu sama Lain saling terkait (Masalu, 2008). Perubahan atau kerusakan
yang menimpa suatu ekosistem Akan menimpa pula ekosistem lainnya. mengemukakan
bahwa wilayah pesisir Adalah daerah pertemuan antara darat dan laut,

. Wilayah pesisir Mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1
1. Memiliki habitat dan ekosistem (seperti estuari, terumbu karang, padang
lamun) yang dapat Menyediakan suatu (seperti ikan, minyak bumi, mineral)
dan jasa (seperti bentuk perlindungan Alam dan badai, arus pasang surut,
rekreasi) untuk masyarakat pesisir.
2. Dicirikan dengan persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya dan ruang oleh
berbagai Stakeholders, sehingga sering terjadi konflik yang berdampak pada
menurunnya fungsi Sumberdaya.
3. Menyediakan sumberdaya ekonomi nasional dari wilayah pesisir dimana dapat
menghasilkan GNP (gross national product) dari kegiatan seperti
pengembangan perkapalan, perminyakan dan Gas, pariwisata dan pesisir dan
lain-lain.
4. Biasanya memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan merupakan wilayah
urbanisasi. Sementara itu pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undangundang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,Diterangkan secara singkat bahwa
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem Darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Untuk meningkatkan pemahaman lingkungan laut dan ekosistem wilayah pesisir maka perlu
Dilakukan kuliah lapangan yang merupakan pendukung kegiatan pembelajaran mahasiswa
dalam Mata kuliah BIOLOGI KELAUTAN

B.Permasalahan :

1. Mengamati biota laut dan terumbu karang setelah bencana tsunami.

2. Menganalisis jenis terumbu karang.

C.Tujuan

Tujuan kuliah lapangan untuk :


5. Mengamati secara kasap mata zonasi tipologi dasar laut, zona horizontal, zona
verticalLingkungan laut
6. Mengamati dan mencatat secara umum komponen biotik dan abiotik penyusun
setiap Ekosistem pesisir yang ditemukan di wilayah pegamatan.
7. Mengamati jenis jenis pemanfaatan wilayah pesisir di wilayah pengamatan

2
8. Meidentifikasi dan mengiventarisir permasalah wilayah pesisir yang ada di
wilayah Pengamatan.

BAB II

DASAR TEORI

A.Mintakat/ Zonasi Lingkungan Laut

Dalam mengenal lingkungan laut perlu mengetahui tentang sistem Zonasi Pada bagian sistem
zonasi ini, akan dipelajari mengenai tipologi dasar Laut, sistem zonasi lingkungan secara
horizontal dan sistem zonasi Lingkungan secara vertikal. Tipologi dasar laut akan
menjelaskan pembagian Dasar laut berdasarkan tipe substrat. Pembagian laut secara
horizontal adalah Pembagian daerah laut berdasarkan jarak dengan garis pantai, sedangkan
Pembagian laut secara vertikal adalah pembagian daerah laut berdasarkan Kedalaman air laut.

TIPOLOGI DASAR LAUT

Dasar laut merupakan hasil dari kombinasi aktivitas tektonik, proses Erosi dan deposit
(Garrison, 2006). Dasar laut terbagi atas Dasar Laut Tepi (Deep ocean Margin) dan Dasar
Laut Dalam (Deep-Ocean Basin) (Garrison,2006)

1. Zona Lumpur

Zona ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur dari Darat. Lumpur yang
terbawa tersebut mengendap di perairan teluk atau Estuari. Kandungan oksigen yang ada di
lingkungan ini rendah karena Partikel lumpur padat sehingga tidak ada pertukaran oksigen
dengan udara,Serta proses dekomposisi oleh detritor yang menggunakan oksigen.Organisme
yang mampu hidup di zona ini adalah bakteri. Kegiatan yang Terjadi di bawah lumpur
merupakan kegiatan tanpa oksigen yang biasa Disebut anaerobik.

2. Zona Pasir

3
Partikel pasir lebih besar daripada partikel lumpur. Dasar laut berpasir Memungkinkan untuk
pertukaran oksigen sampai lapisan bawah dasar pasir karena air mengalir di antara partikel–
partikel pasir. Hewan yang mampu Hidup di zona ini dilengkapi cangkang yang kuat, mampu
bergerak bersama Butiran pasir atau menggali bawah permukaan untuk menghindari
Penggerusan.

3. Zona Cadas atau Batu

Pada zona ini, banyak biota laut yang mampu menyesuaikan diri.Oksigen di daerah cadas ini
bagus. Banyak terdapat makanan dan tempat Berlindung. Organisme yang hidup di sini
umumnya melekat. Ada juga yang Melubangi dasar cadas, melekat dengan kaki hisapnya
(beberapa jenis Keong), bersembunyi di sela–sela alat pelekat alga (sejenis cacing) atau
Melekatkan diri pada batu (seperti teritip). Jenis hewan yang hidup di zona ini Didominasi
oleh jenis herbivora atau grazer karena alga berlimpah di Permukaan batu.

4. Zona Timbunan

Timbunan merupakan buatan manusia yang terdiri dari kayu darmaga,Galangan kapal dan
bangunan–bangunan buatan manusia lainnya.Lingkungan ini dianggap sebagai lingkungan
terpisah karena menunjang Jenis kehidupan yang tidak terdapat di lingkungan lain, sebagai
contoh adalah Teredo (tiram pengebor)

B. ZONASI PERAIRAN LAUT SECARA HORIZONTAL

Perairan laut dapat terbagi secara horizontal. Secara horizontal perairan Laut terbagi menjadi
dua yaitu Zona neritik dan oseanik (Gambar 1.29). Zona neritik meliputi paparan benua,
sedangkan zona oseanik merupakan laut Lepas.

Zona Neritik

Zona neritik merupakan zona yang berada di paparan benua, dihuni oleh Biota laut yang
berbeda dengan zona oseanik. Perbedaan tersebut disebabkan Oleh kandungan (a) zat hara di
zona neritik yang melimpah, (b) sifat kimia Perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik
karena berbedanya zat Terlarut yang dibawa ke laut dari daratan © perairan neritik sangat
berubahubah baik dalam waktu maupun ruang, jika dibandingkan dengan perairan Oseanik.
Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam.Kolom air berbeda antara
zona neritik dan zona oseanik.

Zona Oseanik

4
Zona oseanik merupakan zona perairan yang terletak di luar landas Benua. Zona ini
umumnya memiliki kedalaman perairan yang dalam dan Sinar matahari sudah sangat tipis
hingga tidak ada cahaya matahari.Kandungan nutrien di zona ini rendah, sehingga
kelimpahan biota tidak Terlalu tinggi. Di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim
terjadi Pengangkatan massa air dari dasar laut (upwelling) karena perbedaan suhu Pada
lapisan atas dan bawah laut, sehingga zona oseanik pada daerah ini Menjadi subur pada
periode–periode tertentu. Hal ini tidak terjadi di perairan Laut Indonesia, di mana suhu air
laut relatif konstan sepanjang tahun. Kolom Air di zona oseanik dibagi menjadi empat
lapisan. Keempat lapisan itu antara.Lain: zona epipelagik, zona mesopelagik, zona
batipelagik, dan zona Abisopelagik.

C. ZONASI PERAIRAN LAUT SECARA VERTIKAL

Secara vertikal perairan laut terbagi atas zona fotik dan afotik jika Berdasarkan pengaruh
penetrasi cahaya matahari yang masuk ke kolom Perairan. Zona fotik merupakan zona di
mana cahaya matahari masih dapat menembus perairan Selain itu, secara Vertikal perairan
laut dapat dibagi menjadi empat zona, yaitu zona epipelagik, Zona mesopelagik, zona
batipelagik, dan zona abisopelagik

Zona Epipelagik

Zona yang terdiri dari permukaan hingga kedalaman 200 meter. Pada Zona ini cahaya
matahari masih dapat menembus perairan sehingga masih Dapat melakukan fotosintesis.

2. Zona Mesopelagik

Zona mesopelagik terletak di bawah zona epipelagik hingga kkedalama 100o meter (antara
200–1000 meter). Letak zona ini di bawah zona epipelagik Menyebabkan zona ini tidak
terdapat kegiatan yang menghasilkan Produktivitas primer.

3. Zona Batipelagik

Zona batipelagik terletak pada kedalaman 1000 meter–4000 meter. Sifatsifat fisik di zona ini
relatif sama.

4.Zona Abisopelagik

Zona ini terdiri dari kedalaman 400o meter hingga ke dasar laut. Pada Zona ini tidak ada
cahaya, suhunya dingin dan tekanan air tinggi. Pada zona Ini tidak ada cahaya kecuali cahaya
yang dihasilkan oleh hewan laut yang Hidup di zona ini (bioluminesens). Tidak terjadi

5
fotosintesis, tumbuhan yang Hidup sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Zona ini
memiliki Kekhasan yaitu langkanya ketersediaan makanan.

WILAYAH PESISIR DAN LAUT

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang Bagian lautnya
masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti Sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian
daratannya masih dipengaruhi Oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air Asin (Ketchum, 1972). GESAMP1 (2001) mendefinisikan wilayah pesisir
Sebagai wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi oleh proses biologis Dan fisik dari
perairan laut maupun dari daratan, dan didefinisikan secara Luas untuk kepentingan
pengelolaan sumber daya alam. Sehingga deliniasi Wilayah pesisir ini dapat berbeda
tergantung dari aspek administratif, Ekologis, dan perencanaan.

MENGENAL EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT

Ada 4 (empat) ekosistem penting di dalam wilayah Pesisir dan Laut yakni: Ekosistem
Estuaria, Ekosistem Mangrove, Ekosistem Padang Lamun dan Ekosistem Terumbu Karang.

A. Ekosistem Estuaria

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan Bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari Daratan. Contoh dari estuaria adalah muara sungai,
teluk, dan rawa Pasang surut. Peran ekologis dari estuaria adalah sebagai:

a. Sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi Pasang
surut;
b. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada Estuaria
sebagai tempat berlindung dan mencari makanan; dan
c. Tempat bereproduksi dan suatu tempat tumbuh besar bagi sejumlah Spesies
ikan dan udang.

Sedangkan secara umum, estuaria dimanfaatkan manusia sebagai:

(1) Tempat pemukiman,

(2) tempat penangkapan dan budidaya sumber daya Ikan

(3) jalur transportasi, dan

6
(4) lokasi pelabuhan dan industri.

B. Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang Didominasi oleh spesies
pohon bakau yang mampu tumbuh dan Berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur. Komunitas Vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal

Yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang dan arus Pasang surut yang
kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan Di pantai-pantai teluk yang dangkal,
estuaria, delta dan daerah pantai Yang terlindung. Sebagai suatu ekosistem wilayah pesisir,
hutan mangrove memiliki Beberapa fungsi ekologis penting, yaitu:

a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari Abrasi, penahan
lumpur dan penangkap sedimen yang diangkut oleh Aliran air permukaan;
b. Sebagai penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun Dan dahan
pohon bakau yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat Dimanfaatkan sebagai
bahan makanan bagi para pemakan detritus dan Sebagian lagi diuraikan secara
bakterial menjadi mineral-mineral hara Yang berperan dalam penyuburan perairan;
c. Sebagai daerah asuhan, daerah mencari makanan dan daerah Pemijahan berbagai
biota perairan baik yang hidup di perairan pantai Maupun lepas pantai. Hutan
mangrove dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk Bahan konstruksi,
kayu bakar, bahan untuk membuat arang dan juga Untuk pulp. Disamping itu
ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai Pemasok larva ikan dan udang alam.

D. Ekosistem Padang Lamun

Lamun (sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang Hidup terendam di
dalam laut, yang masih dapat dijangkau cahaya Matahari yang memadai bagi
pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan Yang dangkal dan jernih dengan sirkulasi yang
baik. Air yang Bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, Serta
mengangkut hasil metabolisme lamun keluar daerah padang Lamun. Secara ekologis padang
lamun mempunyai beberapa fungsi Penting bagi perairan pesisir yaitu:

a. Pengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan Sistem perakaran
yang padat dan menyilang;

7
b. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan Memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati Masa dewasanya di lingkungan ini;
dan
c. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun Dari sengatan
matahari

Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di perairan Pesisir daerah
tropis. Secara umum terumbu karang terdiri dari tiga tipe:

(1) Terumbu karang tepi

(2) terumbu karang penghalang

(3) terumbu karang Cincin atau atol.

Peran terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi adalah sebagai Pelindung pantai dari
hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari Laut. Selain itu terumbu karang terumbu
karang mempunyai peran utama Sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan
dan pembesaran, Tempat pemijahan bagi berbagai biota seperti beraneka ragam avertebrata,
Beraneka ragam ikan, reptil, dan juga habitat bagi ganggang dan rumput Laut. Terumbu
karang juga dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun Tidak langsung sebagai:

a. Tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai


Jenis ikan hias;
b. Bahan konstruksi bangunan dan pembuatan bahan kapur;
c. Bahan perhiasan;
d. Bahan baku farmasi;
e. Sebagai objek wisata bahari.

8
BAB III

METODOLOG
A.Alat Dan Bahan
Alat yang di gunakan pada praktek lapangan biologi kelautan adalah sebagai berikut:
1.Kamera digital
2.Lembar Penuntun Praktikum dan materi Praktikum (di Hp)
3.Alat Tulis Menulis

B.Cara Kerja

Mengamati kondisi pinggiran pantai setelah tsunami yang terjadi pada Jumat, 28 September
2018.

Mengumpulkan karang dan mengamati karang.

Menggambil gambar Karang.

C.Waktu dan Tempat

Kegiatan kuliah lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu 27 Mei 2023, di Pantai Taman Ria
Dan Pantai Talise Teluk Palu, Sulawesi Tengah.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan


Setelah diguncang gempa bumi berkekuatan 7,4 maghnitudo yang disusul gelombang
tsunami akhir bulan lalu (28/9), sejumlah terumbu karang yang ada di dasar Laut Sulawesi
Tengah mengalami kerusakan yang dahsyat. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi Manado, Farnis Bineada Boneka mengatakan telah melakukan
penelitian menyeluruh mengenai kerusakan terumbu karang pasca tsunami. Ia melanjutkan,
faktor antroponik akibat hempasan tsunami telah menimbulkan kehancuran hampir di semua
titik terumbu karang yang ada di pusat gempa.
“Sementara ini kita belum bisa menghitung berapa kerugian yang dialami atas fenomena
alam tersebut. Tetapi yang jelas dampaknya terhadap terumbu karang sangat luar biasa,” kata
Farnis, usai menghadiri penyerahan sertifikat uji kompetensi penilai terumbu karang, di
Novotel, Jalan Pemuda, Semarang, Jawa Tengah, Senin ini (15/10).
Ia berharap agar kondisi alam sekitar Laut Sulawesi bisa segera pulih sehingga bisa memiliki
dampak positif terhadap ekosistem terumbu karang di sekitarnya.penanganannya telah
dilakukan lebih sigap,” tegasnya. LIPI pun mendorong pemerintah pusat segera merancang
regulasi untuk membentuk konsultan yang ahli berkompeten melakukan kerja-kerja analisis
di bidang kelautan. Langkah awalnya, LIPI sudah menetapkan empat lembaga sebagai tempat
uji kompetensi serifikasi profesi penilai ekosistem terumbu karang. Keempatnya antara lain,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro Semarang, FPIK
Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas

10
Maritim Raja Ali Haji Bintan, dan sebuah kantor Unit Pelaksana Teknis LIPI di Pulau Pari
Jakarta.

“Sertifikasi kompetensi dapat diikuti mahasiswa, lulusan maupun dosen dari perguruan tinggi
masing-masing. Yang mendapat sertifikatnya nanti bisa ikut terlibat merumuskan aturan
pelestarian bidang kelautan,” ujar Dirhamsyah. Ia juga melanjutkan, “Jadi, pihak Undip
contohnya nanti bisa membantu LIPI. Bisa menghitung kerugian ekonominya, total biaya
perbaikannya berapa besar jadi kita bisa menuntut kerugian kepada pelaku perusakan
terumbu karang”.

Dorong Kesadaran Masyarakat Pihaknya juga menyatakan proses pemulihan pada terumbu
karang juga bisa melibatkan peran serta masyarakat setempat. Farnis menjelaskan, saat ini
kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pelestarian terumbu karang sudah tumbuh dengan
cukup baik. Misalnya di sejumlah pulau-pulau kecil yang terisolasi, penduduknya sedikit
demi sedikit sudah meningkatkan kepedulian untuk menjaga terumbu karang. Di lain pihak,
ia juga membutuhkan bantuan para anak nelayan agar berusaha sekuat tenaga mengingatkan
orangtuanya yang tiap hari melaut. Mereka dihimbau supaya orangtuanya tidak merusak
terumbu karang ketika berlayar. Bentuk Ahli Konservasi Terumbu Karang Sedangkan,
menurut Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah, jumlah pelaku perusakan
terumbu karang di tahun ini cenderung menurun. Menurut data yang dikumpulkan oleh
pihaknya, aksi pengeboman terhadap terumbu karang mulai berkurang seiring meningkatnya
kepedulian masyarakat dalam melakukan konservasi terumbu karang. “Meski masih ada satu
dua pengeboman, namun kini jumlahnya sudah berkurang. Buktinya, kalau ada laporan
terkait kapal yang menabrak terumbu karang, upaya penanganannya telah dilakukan lebih
sigap,” tegasnya. LIPI pun mendorong pemerintah pusat segera merancang regulasi untuk
membentuk konsultan yang ahli berkompeten melakukan kerja-kerja analisis di bidang
kelautan. Langkah awalnya, LIPI sudah menetapkan empat lembaga sebagai tempat uji
kompetensi serifikasi profesi penilai ekosistem terumbu karang. Keempatnya antara lain,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro Semarang, FPIK
Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Maritim Raja Ali Haji Bintan, dan sebuah kantor Unit Pelaksana Teknis LIPI di Pulau Pari
Jakarta. “Sertifikasi kompetensi dapat diikuti mahasiswa, lulusan maupun dosen dari
perguruan tinggi masing-masing. Yang mendapat sertifikatnya nanti bisa ikut terlibat
merumuskan aturan pelestarian bidang kelautan,” ujar Dirhamsyah. Ia juga melanjutkan,
“Jadi, pihak Undip contohnya nanti bisa membantu LIPI. Bisa menghitung kerugian

11
ekonominya, total biaya perbaikannya berapa besar jadi kita bisa menuntut kerugian kepada
pelaku perusakan terumbu karang”.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami selalu menyebabkan kerusakan besar bagi manusia. kerusakan yang paling besar terjadi
ketika gelombang besar tsunami itu mengenai permukiman manusia sehingga menyeret apa saja yang
dilaluinya. Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari makan, dan berkembang biak bagi
berbagai biota laut. Rusaknya terumbu karang akan berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup
dan kelestarian berbagai hewan dan tumbuhan di laut. Terumbu karang menjadi tempat hidup dan
berkembang biak berbagai biota laut.

B. Saran
Menjaga kebersihan laut dan pesisir pantai. Menjaga terjadinya erosi. Menangkap ikan tanpa merusak
karang. Tidak mengambil karang dan terumbu karang. Karena ekosistem terumbu karang merupakan
bagian dari ekosistem laut itu sendiri. Ia memiliki peran yang krusial dengan menjadi sumber
kehidupan bagi biota laut. Manfaat terumbu karang bukan hanya untuk biota laut, tapi juga untuk
manusia. Sebab terumbu karang bisa difungsikan sebagai wahana rekreasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Angelo, M., the Barrier Reefs (England : Swan hill press, 1993) , p. 33.Application.
Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1996.Bloom, B.S. et al, Taxonomy of
Educational Objectives,Hanbook 1 Cognitive Domain (New York : Longman, 1981), pp. 62-
78.Burke, L., Selig, E. & Spalding, M. Terumbu Karang yang Terancam (Jakarta : World
Resources Institute, 2000), p. 11.Cesar, H. Economic Analysis of Indonesia Coral Reefs
(Jakarta : The World Bank, 1996), p. 13.Chiras D. Environmental Science : Action for a
Sustainable Future. California : The Benyamin Cummung Co. Inc., 1990.Conand, C. &
Chapy, L. Definition and distribution of the Coral reefs

(http://www.com.univmrs.fr/IRD/atollpol/ecorecat/ukrecifs.htm), p. 6.Connell, J. (1995).


Reconstructing a modern definition of Knowledge: A comparison of Toulmin and Dewey.
Philosophy of Education Dahuri, R. (1999). Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu
Karang Indonesia (Jakarta : Coremap, 1999), p. 1.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai