BIOLOGI LAUT
OLEH:
NAMA
NIM
H41112337
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN
: ANWAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkatdan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan untuk mata
kuliah Biologi Laut. Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan tersebut.
Namun sebagai
manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik darisegi
tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
parapembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................3
Daftar isi .....................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................5
I.I
LATAR BELAKANG......................................................................... 5
I.II
TUJUAN.......................................................................................... 5
I.III
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh berbagai jenis biota yakni
Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum lapangan biologi laut ini adalah :
1.
2.
3.
I.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
Lamun
Lamun
(seagrass)
adalah
kelompok
tumbuhan
berbiji
tertutup
Habitat Lamun
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan
pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang
mati, dengan kedalaman 4 meter. Padang lamun terbentuk di dasar laut yang
masih ditembusi cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya.
Untuk hidupnya, lamun memerlukan sinar matahari, air yang jernih dan banyak
zat makanan. Itulah sebabnya lamun hidup di perairan dekat pantai yang berpasir
atau berlumpur (Kiki Anggraini,2008).
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering
ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan
terumbu karang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri
dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass
ecosystem).Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan
sering juga dijumpai di terumbu karang (Kiki Anggraini,2008).
b.
Morfologi Lamun
Seperti tumbuhan pada umumnya, lamun memiliki morfologi antara lain
Daun
10
12
testa.Sistem
saluran
air
dalam
rongga
tubuhnya
disebut
pemanjangan
kulit.Sistem
sirkulasi
belum
berkembang
13
Asteroide
Ophiupoidea
Echinoidea
Crinoidea
Holothuroide
II.4
Makroalgae
Alga (tumbuhan ganggang) merupakan tumbuhan thallus yang hidup di
air, baik air tawar maupun air laut, setidak tidaknya selalu menempati habitat
yang lembab atau basah. Alga yang hidup di air ada yang bergerak aktif, ada yang
tidak. Jenis-jenis yang hidup di air, terutama yang tubuhnya ber sel tunggal dan
dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya, fitoplankton.
Walaupun tubuh ganggang menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar,
tetapi semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastida, dan dalam
plastidnya terdapat zat-zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil a atau klorofil b
atau kedua - duanya selain derivat klorofil terdapat pula zat warna lain inilah yang
justru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan ganggang tertentu diberi
nama menurut warna tersebut. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna
biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah). Di samping itu
juga dapat ditemukan zat-zat warna santofil, dan karoten (Tjitrosoepomo, 2005).
Perkembangbiakan makroalga dapat terjadi melalui dua cara, yaitu secara
vegetatif dengan thallus dan secara generatif dengan thallus diploid yang
14
berkembang
menjadi
sporofit.
Individu
baru
inilah
yang
Chlorophyceae(Alga Hijau)
Kelompok ini merupakan kelompok dengan vegetasi terbesar dibanding
15
Mollusca
Moluska merupakan hewan yang bertubuh lunak, ada yang bercangkang
berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), kemudian air tersebut dipompakan
keluar melalui lubang tengah (oskulum). Sistim pengisapan dan penyaringan air
ini terjadi juga pada spons yang memiliki kanal internal yang lebih rumit, dimana
sistim aliran air tersebut melalui beberapa sel kolar sebelum keluar melalui
oskulum (Amir dan Agus, 1996).
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Praktikum biologi laut yang di laksanakan di
sebuah pulau kecil di sebelah Barat dari Laut Makassar di provinsi Sulawesi
Selatan. Perjalanan ke pulau ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dari
17
kota Makkasar dengan menggunakan kapal penumpang. Hari itu Sabtu, tepat
tanggal 11 Oktober 2014 pukul 07 kami star dari kampus menuju pelabuhan Kayu
Bangkoang pada pukul 07.00 WITA. Sampai di tempat tujuan, sekitar pukul 10.00
WITA, kami diberi waktu istirahat sekitar satu jam. Sebenarnya waktu satu jam
tersebut belum cukup untuk melepaskan lelah selama perjalanan, namun tuntutan
jadwal yang padat mewajibkan kami untuk turun ke lapangan dan melakukan
pengambilan sampel.
Sekitar pukul 11.00 kami mulai turun ke lapangan dan menyusuri zona
lamun, karena materi pertama yang akan di bahas di laboratorium adalah lamun
dan alga. Tidak sulit mencari lamun pada zona ini, ada 6 jenis lamun yang kami
dapat di zona pasir. Ke enm jenis lamun tersebut mewakili 2 family lamun yaitu
hydrcaricaceae dan potamgetonaceae. Lamun-lamun yang kami dapat meliputi
Enhalus acroides, Cymodocea rotundata,
isotifolium, Halodule uninervis, dan
18
paste. Sedikit kesal dalam hati, karena jujur saya berfikir apa masalahnya kalau
sama ? yang penting ada referensi untuk kami belajar terkait materi yang akan
dibahas,
lagipula
saya
dan
temanku
mencari
materi
bersama
untuk
mengefisienkan waktu. Tidak ada sedikitpun niat kami untuk berbuat curang atau
kalasi seperti yang dimaksud asisten. Sudah berusaha mencari referens sampai
begadang dan haslnya nihil. Saya hanya bias bergumam dalam hati sudahlah,
pasrah saja. Rasa jenuh mulai saya rasakan, karena waktu semakin larut dan
pengamatan sama sekali belum dimulai. Cuckup memakan waktu lama, barulah
pengamatan dimulai dam dilanjutkan dengan respon. Rasa lelah, mengantuk
bercampur saat responsi dilakukan, konsentrasi kami otomatis terpecah dan
hasilnya berefek pada hasil respon kami yang nlainya dbawah standar. Saat
pembagian hasil responpun rasanya saya malas untuk membukanya kerena saya
sudah bias menebak hasilnya.
Masuk hari kedua di pulau Barang Lompo, setelah sarapan pada pukul
08.00 kami turun ke lapangan untuk pengambilan sampel filum Echinodermata.
Jenis-jenis Echinodermata dapat ditemukan pada kedalaman satu hingga tiga
meter dan memperoleh beberapa sampel antara lain Protoreaster nodusus,
Tripneuster gratilla, Protoreaster spinosus, Culcita naeviguria, Diadema
setosum, Linchia levigata, acantaster branchi, arcaster tropicus, Ecirnortix
calamus, mespilia globulus, Echinometia matei, dan Ophiotrix fragilis.
Pengamatan dilapangan pada filum
19
tentang Kima. Warna-warna dan keindahan mereka membuat saya kagum dalam
hati, ternyata kehidupan laut itu sangat luar biasa dan betapa pentingnya biotabiota laut tersebut bagi ekosistem. Usai mengunjungi tempat tersebut, kami
kembali beristirahat d asrama dan melanjutkan kegiatan pengamatan tentang
Loligo sp. Keesokan harinya yaitu pada hari Senin tanggal 13 oktober kami
kembali ke makassar dengan menumpang kapal penyebrangan menuju ke
dermaga Kayu Bangkoang Makassar.
BAB IV
HASIL KEGIATAN
IV.1 Lamun
20
http://university.uog.edu
Deskripsi:
Spesies ini memiliki daun yang bulat dengan bentuk tanaman lurus, 2
sampai 5 daun muncul dari rimpang yang tebal dan kasar serta akar yang kuat.
Lamun ini ditemukan pada zona lamun bepasir dan biasa pada zona karang.
Fungsi ekologi lamun ini adalah sebagai pembersih pantai karena memiliki zat-zat
minyak pada daunnya dan pada jumlah banyak, lamun ini dapat meredam arus.
2. Cymodocea rotundata
21
symbiosis.nre.gov.my
Deskripsi:
Lamun ini memiliki rhizome atau batang yang menjalar, memiliki 3 daun
dalam satu tangkai (tegakan) dan pada daun tengahnya lebih kecil. Pada tiap tunas
daun terdapat akar. Ciri khas dari spesies ini adalah memiliki ujung daun yang
bulat sehingga disebut dengan nama Cymodocea rotundata artinya bulat. Habitat
lamun ini tumbuh pada zona pasir.
3. Lamun Sendok Halophila ovalis
walkerrant.wordpress.com
Deskripsi:
22
Ujung daun spesies ini lebih lebar daripada H. Minor. Ciri dari spesies ini
pada nodus terhadap 2 helaian daun, memiliki tulang daun sebanyak 8-12 dan
termasuk dalam lamun sejati. Habitat lamun spesies ini terdapat pada zona pasir.
4. Lamun jarum Syringodium isoetifolium
https://c1.staticflickr.com
Deskripsi:
Bangun daun seperti jarum atau silindris kecil, tiap percabngan daun
berdiri 1-3 daun dengan ujung daun runcing . Terdapat akar yang strukturnya
rambut halus, dengan rimpang ang memiliki banyak ruas. Panjang daun 7-30 cm,
serta bentuk adaptasinya dengan membentuk daun yang seperti jarum untuk
mengurangi tekanan air yang dapat merobek daun ketika arus deras.
www.Arkive.com
Deskripsi:
Ciri khasnya terletak pada daun yang dapat terbagi menjadi 3 bagian
(trisula)karena tulang daunnya terlihat jekas pada bagian tengah dan tepi, ujung
daun dengan 2 gigi bagian sampig dan satu gigi di tengah yang berskhir dari
tulang daun.
6.
http://farm1.static.flickr.com
Deskripsi:
24
Ciri khasnya yaitu sisa daun yang membususk tidak terlepas dari
tangkainya sehingga kelihatan memiliki pelepah yang berwarna coklat atau
disebut juga ligula. Biasanya menjadi makanan utama dugong, sehingga
dinamakan lamun dugong.
IV.2
1.
Makroalga
a. Phaeophyceae
Turbinaria triquetra
Deskripsi :
Ciri khas pada bentuk filoidnya berbentuk turbin mengandung alginate
atau berbentuk segi tiga namun dengan tepi daun yang melengkung. Memiliki
organ reproduksi berupa resiptacel yang melekat padabagian bawah daun. Untuk
beradaptasi, spesies ini memanfatkan bluddre atau gelembung udara untuk
mengapung dan memiliki daun yang keras yang membantu memecah turbinitas air
sehingga tetap mempertahankan posisinya.
2.
Padina australis
Deskripsi :
25
Deskripsi :
Termasuk dalam kelompok phaeophyceae karena mengandung pigmen
fikosantin juga mengandung klorofil a dan klorofil c. Thallusnya seperti tumbuhan
tingkat tinggi, memiliki stalk, bluder, filoid dan rhizoid. Bluder berfungsi untuk
membantu algae mangapung di dalam air. Batang utama thallusnya agak gepeng
dengan permukaan thallus yang gepeng dan licin.
Habitat di terumbu karang. Kandungannya ; asam asetat, alanin, asam
aspartad dan glutamine. Sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan.
4. Turbinaria deccruens
Deskripsi ;
26
Deskripsi :
Ciri khasnya pada bentuk filoidnya berbentk turbin dan seperti ornament.
Bentuk adaptasi morfologi tepi strukturnya bergerigi untuk menghindari
mangsa. Beradaptasi dengan gelembung udara (bluder) agar memudahkan
mengapung.
b. Chlorophyceae
1. Chlorodesmis fasgiata
Deskripsi :
Termasuk kelas chlorophyceae karena mengandung pigmen klorofil Adan
klorofil b. Thallus berbentuk seperti benang dan tidak bercabang. Habitat : pada
kedalaman 0-2 meter dilaut. Bersifat epifalit yaitu melekat pada substrat. Sebagai
penghasil karbonat dan O2. Terdiri dari subtansi berbahan lunak dan berlendir.
27
Deskripsi :
Termasuk algae hijau Chlorophyceae karena mengandung klorofil a dan
klorofil b. Ciri khas berbentuk bulat seperti gelembung berisi air. Habitat di zona
terumbu karang. Manfaat thallus melakukan fotosintesis dan menyimpan makanan
penghasil O2 dilaut.
Holdfast atau cakram pelekat berfungsi sebagai alat pelekat pada substrat.
Adaptasi memiliki thallus yang berbentuk seperti gelmbung berisi air. Memiliki
fungsi ekologi sebagai indikator pencemaran suatu perairan.
3. Caulerpa serrulata
28
Deskripsi :
Termasuk algae hijau chlorophyceae karena mengandung klorofil a dan
klorofil b. Thallusnya panjang, pipih dengan pinggiran bergerigi atau
bergelombang. Di ujung tallusnya terdapat assimilator berwarna orange.
Tallusnya mengandung senyawa bioaktif.Memiliki batang semu yang
menjalar (stolen). Memiliki tungkai semu dan filoid yang banyak. Mengandung
senyawa caulerpin , caulerpisin dan lisin.
4. Halimeda macroloba
Deskripsi :
Termasuk algae hijau chlorophyceae karena mengandung klorofil a dan
klorofil
Halimeda opuntia
29
Deskripsi
Termasuk algae hijau Chlorophyceae karena mengandung pigmen klorofil
a dan klorofil b. Thallusnya tebal bercabang dan menjalar dan membentuk tunas
baru yang berbentuk gepeng dan bergerombol. Kandungan algae mengandung
asam karbonat dan dapat mendepositkan za kapur. Bersifat epifalik.
Ciri khas bagian bawah segmen thallusnya memanjang. Hidup pada zona
karang ataupun pecahan-pecahan karang, batu dan pasir pada kedalaman 1-2 m.
c.
Rhodophyceae
1. Ceratodyction spongiosum
Deskripsi :
Termasuk algae merah Rhodophyceae karena mengandung fikoeritrin juga
klorofil a dan klorofil d.
30
Deskripsi :
Termasuk algae merah Rhodophyceae karena mengandung fikoeritrin juga
klorofil a dan klorofil d. Bentuk thallusnya bercabang cabang tidak beraturan.
Bersifat epilitik melekat pada substrat keras. Filoidnya berbentuk butiran-butiran.
Habitat pada zona karang dengan subtract yang keras. Memiliki holdfast
atau cakram pelekat yang berfungsi sebagai alat perekat pada substrat. Memiliki
fungsi ekologi yaitu dapat dijadikan indicator pencemaran suatu perairan. Ciri
khasnya yaitu tebal /rimbun, bercabang-cabang.
3. Halymenia durvillae
31
Deskripsi :
.
Ciri khas memiliki filoid berbentuk serabut memanjang. Tubuh berupa
serat-serat tipis yang memanjang dan berkumpul. Manfaat dapat dibuat sebagai
bahan agar-agar. Memiliki senyawa alginate yang bias digunakan sebagai bahan
kosmetik. Fungsi ekologisnya yaitu sebagai indicator pencemaran.
4. Actinotrisia fragilis
Deskripsi :
Termasuk algae merah Rhodophyceae karena mengandung fikoeritrin juga
klorofil a dan klorofil d.
Filoidnya seperti daun. Bentuknya seperti benag-benang kaku. Spesies ini
mendepresikan CaCo2. Setiap cabang terdiri dari 2-3 cabang. Memiliki cakram
pelekat atau holdfast untuk melekat pada substrat. Jika diangkat ke darat, thallus
akan cepat mongering dan menjadi rapuh. Tersusun dari percabangan yang tipis
dan rapuh.
IV.3
Echinodermata
1.
Linckia lavigata
32
Deskripsi :
Laevigata Linckia (kadang-kadang disebut "Linckia biru" atau Blue Star)
adalah jenis bintang laut di perairan dangkal tropis Indo-Pasifik. Morph warna
yang paling umum ditemukan adalah murni, gelap atau terang biru, meskipun
orang dapat menemukan aqua, variasi ungu atau oranye di seberang lautan.
Bintang laut dapat tumbuh sampai 30 cm diameter, dengan tips bulat pada setiap
lengan - beberapa individu mungkin beruang bintik terang atau gelap pada setiap
lengan panjang. Hal ini teguh dalam tekstur, dan memiliki lengan, sedikit tubular
memanjang umum untuk Ophidiasteridae sebagian besar lainnya, dan biasanya
memiliki pendek, kaki tabung kuning. Sebuah penghuni terumbu karang dan
padang lamun, spesies ini relatif umum dan jarang ditemukan di kepadatan
seluruh rentang. Mereka hidup subtidally, atau kadang-kadang intertidally, maka
(pasir) halus atau substrat keras.
2. Diadema setosum
Deskripsi :
33
Deskripsi :
Acanthaster planci merupakan salah satu jenis bintang laut raksasa dengan
jumlah duri yang banyak sekali, sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan nama
Bulu Seribu.
Struktur tubuh Acanthaster planci sama dengan struktur umum dari
Asteroidea, yaitu: Badan berbentuk radial simetris, dengan tubuh mirip cakram
bersumbu oral dan aboral yang mempunyai lengan-lengan. Bagian oral (mulut)
34
Deskripsi :
Tubuh berbentuk bintang
dengan 5 lengan atau bagian radial.
Permukaan kulit tubuh pada bagian
dorsal atau aboral terdapat duri-duri
dengan berbagai ukuran. Pada sekitar dasar duri terdapat bentuk jepitan pada
ujungnya dan disebut pedicellariae. Pedicellariae berfungsi melindungi insang
dermal, mencegah serpihan-serpihan dan organisme kecil agar tidak tertimbun
dipermukaan tubuh, kecuali untuk menagkap makanan. Di tengah-tengah
tubuh sebelah dorsal terdapat lubang anus. Pada permukaan tubuh sebelah
ventral atau oral terdapat mulut yang dikelilingi oleh membran peristom
dengan 5 alur ambulakral pada lengan tubuh.
5. Echinothrix calamaris
35
Deskripsi :
Echinothrix calamaris dikenal juga dengan Banded urchin, Echinothrix
calamaris memiliki ciri khas berupa duri-duri, dimana terbagai atas dua duri
yaitu duri halus berwarna hitam kemerahan dan duri besar atau kasar berwarna
dasar putih di mana di balut warna hitam bermotif berupa cincin, jadi terlihat
belang-belang. Habitat pada daerah karang, serta lamun berpasir.
6. Mespilia globulus
Mespiilia globulus merupakan bulu babi biasa di keala dengan bulu babi
globe, hal ini dikarenakan bentuknya menyerupai globe. Mespilia globulus
memiliki sebutan nama latin yaitu Blue Tuxedo Urchin. Mespilia globulus
memiliki ciri khas berupa tubuh yang lebih kecil dari Tripneustes geratilla,
memiliki 5-10 celah tanpa duri sebanyak 5-10 dengan warna hitam atau biru
36
tua, memiliki duri berwarna merah coklat serta di celah-celah duri terdapat
kaki-kaki ambulakral. Pada sisang hari akan bersembunyi di celah-celah
bebatuan atau dibawah tanaman dengan substrat berpasir.
7. Echinometra mathei
Deskripsi
Echinometra mathei merupakan bulu babi yang masuk kedalam pencil
urcin, Echinometra mathei memiliki ciri-ciri berupa duri yang besar serta
padat serta agak panjang dengan ujung runcing, durinya berwarna cokelat
pada pangkal duri berwarna agak putih serta cangkangnya berwarna hitam
kemerahan. Habitatnya di daerah karang pada perairan yang dangkal.
8. Archaster typichus
37
Deskripsi :
Archaster typhicus merupakan bintang laut pasir atau biasa dikenal
dengan
bintang
pasir. habitat
pada
daerah
berpasir
dan
biasanya
membenamkan diri di dalam pasir. ciri khas bintang laut ini yaitu memiliki
tepi yang bergerigi di setiap lengannya serta memiliki warna abu-abu sedang
dengan bintik-bintik gelap.
9.
Ophiotrix sp
Deskripsi
Ophiotrix sp. disebut juga bintang ular, berasal dari kata
ophis (ular), oura (ekor) dan eidos (bentuk). Tubuhnya memipih, seperti
bintang atau pentamerous dengan lengan yang ramping, fleskibel.
Tidak mempunyai kaki amburakral dan anus, sehingga sisa makanan
dikeluarkan lewat
mulut.
Lekukan
ambulakral
tertutup
dan
kaki
10.
Culcita novaeguineae
38
Deskripsi :
Bintang laut berbentuk sepertibantal, meninggi, tebal dan berat, warna
sangat beragam. Apabila bintang laut ini terjebak air surut maka kandungan air
yang terkumpul di dalam tubuhnya akan dikeluarkan sehingga tubuhnya menjadi
pipih dengan tujuan agar tubuhnya dapat terendam dalam air.Tubuh yang berat
menyebabkan Culcita novaeguineae sangat lamban menghindari jebakan air surut
pada siang hari
Jenis hewan ini berbentuk bintang dengan lima lengan. Di permukaan kulit
tubuhnya terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai
dipantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan.
IV.4
Karang
Jenis-jenis karang yang terdapat di Kawasan pulau Barrang Lompo yaitu:
1. Stylophora sp.
(Suharsono, 2008)
Deskripsi:
39
2. Fungia sp.
40
Gonad berasal dari lapisan gastrodermal. Habitat hidup di air laut hangat dan
jernih dengan melatkkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dassar laut.
3. Pachyseris rugosa
(Suharsono, 2008)
Deskripsi:
Koloni berupa lembaran atau berupa pilar-pilar yang tegak (foliose).
Koralit merupakan seri yang saling bersambungan satu sama lain yang
membentuk alur yang sejajar dengan tepi koloni. Septokosta sangat nyata dan
sangat teratur dan membentuk pematang yang kompak.
Warna coklat ke abu-abuan, mudah dikenali karena bentuknya yang tidak
teratur. Mudah dijumpai di tempat yang agak dalam di lereng terumbu atau tempat
yang relatif tenang. Tersebar di perairan Indonesia.
4. Pseudosiderastrea sp.
41
(Suharsono, 2008)
Deskripsi:
Koloni massive (bentuk padat) relatif kecil, koralit cereoid (dinding koralit
saling menyatu) bersudut banyak. Septa menuju ketengah saling bersatu
membentuk kipas, permukaan septa bergranula dengan kolumela membentuk
bintik-bintik. Warna Kadang abu-abu kehitaman atau kuning kecoklatan. hidup
ditempat yang dangkal dengan dasar pasir campur lumpur.
5. Acropora sp.
42
sp, yaitu dari morfologinya merupakan koloni yang sangat umum dijumpai dalam
bentuk bercabang, meja dan bersemak-semak. Bentuk mengerak (encrusting) dan
submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe korait yaitu : axial koralit dan
radial koralit. Tidak memiliki kolumela. Dinding koralit terpisah dengan
konestum (koralit memilki dinding masing-masing). Polip hanya muncul di
malam hari. Acropora Kebanyakan coklat atau hijau tetapi beberapa berwarna
cerah dan mereka karang langka dihargai oleh aquarists.
6. Acropora carvicornis
wordpress.com/species/menurut-jenis/
Deskripsi :
Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens,
tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa dengan aksial
koralit
dapat
dibedakan.
Warna
spesies
ini
adalah
Coklat
muda.
Habitatnya di lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang
jernih.
IV.5
Cephalopoda
43
anggafabanyo.blogspot.com
Deskripsi :
Cumi-cumi adalah kelompok hewan Cephalopoda atau jenis moluska yang
hidup di laut. Nama Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti kaki kepala, hal
ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari
kepala. Seperti semua Cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki
kepala yang berbeda.
Cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki badan bulan dan panjang, bagian
belakang meruncing dan dikiri kanan terdapat sirip berbentuk segitiga yang
panjangnnya kurang lebih 2/3 panjang badan. Sekitar mulut terdapat 8 tangan
yang agak pendek dengan 2 baris lubang penghisap ditiap tangan dan 2 tangan
yang agak panjang dengan 4 baris lubang penghisap. Terdapat tulang di bagian
dalam dari badan, warna putih dengan bintik-bintik merah kehitam-hitaman
sehingga kelihatan berwarna kemerah-merahan, panjang tubuh dapat mencapai
12-16 inci atau 30-40 cm. Badan Cumi-cumi licin dan tidak bersisik sehingga
praktis seluruh tubunya dapat dimakan.
IV.6
Spons
1. Haliclona sp.
44
www-user.zfn.uni-bremen.de
Deskripsi:
Spons ini memiliki ciri khas pada warna yang dihasilkan yaitu warna biru
sehingga disebut juga blue spons, warna tersebut berasal dari zooxanthellae
yang bersimbiosis dengan spons. Dapat ditemukan pada zona terumbu karang
(zona intertidal). Memiliki saluran tipe leucon yang memiliki saluran-saluran yang
bercabang-cabang, saluran tersebut berfungsi untuk sirulasi air dan proses
pengangambilan makanan (filter feeder). Dapat menghasilkan senyawa anti
mikroba yang merupakan hasil dari metabolit sekunder yang dikeluarkanya.
2. Callyspongia aerizusa
www.flickr.com
Deskripsi:
Ciri khasnya yaitu badan berwarna abu-abu coklat-kuning dengan struktur
luar kasar seperti bentuk spina (duri), silendris dengan menyempit pada bagian
pangkal dan lebar pada bagian oskulum. Spesies ini dapat ditemukan pada zona
45
intertidal (pasang surut). Hidupnya sesil (menetap), spons ini dapat mengeluarkan
senyawa metabolit yang menimbulkan rasa tidak enak dan gatal.
3. Xetespongia sp.
en.wikipedia.org
Deskripsi:
Spons ini memiliki serat-serat kerangka isotropik, memiliki ciri khas yaitu
rongga yang mendalam di pusat sehingga mereka uumnya berbentuk seperti vase
atau gentong. Bagian dalam rongga memiliki tekstur tidak rata dan kasar, bagian
luar bergelombang. Warnanya merah tua atau merah muda dan bukaan colum
berwarna putih pucat. Xestospongia sp. yang ditemukan di zona intertidal,
berukuran 10-20 cm dan diameter 10-20 cm, adapun yang ditemukan di laut
dalam tumbuh hingga lebih dari 1 cm.
BAB V
46
V.I
Kesimpulan
Biologi laut adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari organisme laut
dan interaksinya terhadap lingkungan. Subjek biologi laut lainnya adalah rantai
makanan laut, distribusi ikan dan udang dari segi nilai ekonomis, serta efek polusi
dan pencemaran laut.
Praktikum biologi laut merupakan aplikasi dengan kegiatan dari hasil
pembelajaran teori biologi laut, dengan rangkaian pembelajaran akan menjadi
faktor pendukung dari pemanfaatan sumber daya kelautan.
Pada kuliah lapangan yang dilakukan, terdapat 27 spesies di Pulau Barrang
lompo yang terbagi atas 5 kelompok yang ditemukan pada 3 zona yaitu zona pasir,
zona lamun, dan zona karang. Pada kelompok bintang laut terdapat 3 spesies, pada
kelompok bulu babi terdapt 3 spesies, pada kelompok lamun terdapat 5 spesies,
pada kelompok makroalgae terdapat 12 spesies, dan pada kelompok sponges
terdapat 4 spesies. Diantara semua zona yang dijelajahi, zona yang memiliki
jumlah spesies terbanyak ialah zona karang.
V.2
Saran
Sebaiknya kuliah lapangan ini memilih waktu yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
47
48
Pengarahan Materi
Praktikum
Identifikasi Bahan
Cymodocea rotundata
IV.2 Algae
IV.2 Algae
50
Caulerpa serulata
Halimeda opuntia
Halimeda macroloba
Chlorodesmis fastigiata
Ceratodyction spongiosum
Boergesiana forbesi
Turbinaria
51
Turbinaria ornata
Padina australis
Lawrencia optusa
Turbinaria triquetra
Sargassumcristaefolium
Halimenia durvillaei
52
Galaxaura oblongata
IV.3 Echinodermata
Archaster typicus
Protoreaster spinosus
Protoreaster nodusus
Achantaster
blanci
53
Linckia laevigata
Echinometra matei
Diadema sitosum
Culcita novaeguinae
Echinotrix calamaris
Mesphilia globulus
Tripneustes gratilla
IV.4 Karang
54
Stylophora subseriata
Pseudosiderastrea tayami
Fungia sp.
Pachyseris rugosa
(Suharsono, 2008)
Acropora sp.
Acropora cervicornis
55
IV.5 Spons
Xestospongia sp.
Calyspongia aerizusa
Halyclona sp.
IV.6 Cumi-cumi Loligo sp.
56