Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LENGKAP

EKOTOKSIKOLOGI AKUATIK

Disusun dan diajukan oleh:

NUR SYAFIKA
L021201009

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI AKUATIK


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan atau
cedera pada organisme seperti hewan, tumbuhan dan manusia yang diakibatkan oleh
suatu materi substansi/energi, mempelajari racun tidak saja efeknya, tetapi juga
mekanisme terjadinya efek tersebut terhadap pada organisme dan mempelajari kerja
kimia yang merugikan terhadap organisme. Serta mempelajari secara kuantitatif dan
kualitatif pengaruh yang tidak bagus dari zat kimiawi, fisis dan biologis terhadap sistem
biologis (Husni & Esmiralda 2019). Ekotoksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari efek toksik dari bahan-bahan kimia yang toksik terhadap organisme baik
pada tingkat individu, populasi, komunitas maupun ekosistem (Yaqin, 2019).
Ekotoksikologi perairan adalah suatu ilmu tentang hubungan antara bahan-bahan
racun dengan organisme yang hidup dalam suatu lingkungan perairan (Batu, 2016).
Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan fisik, kimia dan biologi
perairan. Bahan pencemar berupa logam berat di suatu perairan yang membahayakan
kehidupan organisme dan kesehatan manusia. Kontaminasi logam berat ini dapat
menyebabkan efek mematikan terhadap organisme laut dan menyebabkan
ketidakseimbangan ekologis (Akbar et.,al 2016).
Biomarker sebagai suatu perubahan dalam suatu respon biologis dari tingkat
molekuler sampai tingkah laku yag dapat dikaitkan dengan adanya paparan atau efek
racun dari bahan kimia yanga ada di lingkungan. Biomarker dalam ekotoksikologi
disebut sebagai biomarker yang mempunyai relevansi ekologis yang tinggi, karena
efek bahan pencemar terhadap organisme terekam dan muncul pada tingkat
kerentanan dan pada muaranya terefleksi pada tingkat ekosistem. Biomarker mulai
digunakan dalam bidang ekotoksikologi sebagai alat atau suatu end point untuk uji di
laboratorium maupun untuk keperluan biomonitoring lapangan. Secara konsep
biomarker digunakan sebagai subsitusi dalam monitoring lingkungan yang
mengandalkan pendekatan klasik berbasis pada informasi konsentrasi bahan-bahan
kima yang ada di lingkungan (Yaqin, 2019).
Kerang sebagai salah satu bioindikator dalam kegiatan biomonitoring logam
berat. Beberapa hal yang menyebabkan kerang lebih banyak digunakan untuk
biomonitoring yaitu terdistribusi luas, melimpah, memiliki sifat hidup yang menetap,
toleran terhadap perubahan lingkungan dan kontaminan, biokonsentrasi yang tinggi,
berumur panjang, tingkat metabolisme aktivitas enzim rendah. Kerang biasanya
digunakan untuk pemantauan kontaminasi logam berat karena banyak dikonsumsi oleh
manusia dan mempunyai jangkauan geografis yang cukup luas. Kerang juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan peran penting dalam keseimbangan
ekosistem perairan. Kandungan logam berat di perairan mendukung terlaksananya
biomonitoring yang merupakan kegiatan monitoring kualitas air secara biologi dengan
melihat keberadaan organisme yang hidup di perairan (Indriana et.,al 2011).
Kabupatan Pangkajene dan Kepulauan terletak di pantai barat Sulawesi
Selatan. Memiliki 13 kecamatan dengan luas wilayah 1.112,29 km2, dengan luas
wilayah lautan yaitu 264,15 km2. Pantainya landai, perairan lautnya dangkal serta di
sekitarnya terdapat gugusan pulau spermonde dan memiliki tiga sungai besar serta
beberapa percabangan anak sungai yang bermuara ke laut (Muaddama et.,al 2018).
Bagi penduduk yang bermukiman di pulau-pulau kecil dan pesisir, mata pencaharian di
bidang perikanan tangkap merupakan sumber ekonomi rumah tangga yangpaling
utama. Agar para nelayan dapat mempertahankan penghasilan di tengah berbagi
ancaman yang dialami (Noveria & Meirina 2015).
Kerang coklat (Perna perna) dijadikan organisme target dalam objek penelitian
ini karena mudah dalam pengampilan sampel. Kerang ini hidupnya menetap dan
banyak melekat di kayu dermaga, batu-batu maupun kapal-kapal tua serta hidup di
perairan yang dangkal. Biota perairan ini juga memiliki enzim yang digunakan untuk
mengeluarkan racun dalam jumlah yang relative sedikit. Kerang ini merupakan salah
satu biota perairan yang tubuhnya sangat medah mengakumulasi bahan-bahan
pencemar seperti logam. Penelitiaan ini menggunakan kerang sebagai objek utama
karena pergerakannya minimal pada satu tempat dan kerang merupakan biota
perairan yang filter feeder (Alwi, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan praktikum
Ekotoksikologi Akuatik untuk mengetahui Indeks Kondisi (IK) dan Stress On Stress
(SOS) pada kerang di Pandang Lau, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukan praktikum ini untuk mengetahui dan menganalisis Indeks


Kondisi (IK) dan stress on stress (SOS) pada kerang di Pandang Lau, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegunaan pada praktikum ini untuk memberikan informasi mengenai kondisi
lingkungan di Pandang Lau, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi
Selatan menggunakan kerang sampel sebagai pengaplikasian biomarker sederhana.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerang Coklat (Perna perna)

Gambar 1. Kerang Coklat (Perna perna).

1. Klasifikasi

Menurut Linnaeus (1758) berdasarkan Marine Species yaitu sebagai berikut:


Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Bivalvia
Ordo: Mytilida
Famili: Mytilidae
Genus: Perna
Spesies: Perna perna (Linnaeus, 1758).

2. Morfologi

Brown mussel atau kerang coklat termasuk ke dalam kelas Bivalvia. Memiliki
cangkang yang tipis dan simetris berbentuk segitiga lonjong dengan umbo yang
melengkung kedepan dan garis-garis pertumbuhan pada cangkang bagian luar yang
jelas. Cangkang berwarna coklat dan bagian dalam cangkang berwarna putih
keperakan seperti mutiara. Memiliki garis ventral cangkang yang agak cekung dan
keras sertamemiliki ligamen yang menghubungkan kedua cangkang kanan dan kiri
yang dapat dibuka tutup. Kerang ini dapat mencapai panjang maksimum 16,5 cm dan
umumnya ditemukan yang berukuran 8 cm (Cappenberg, 2008).
Brown mussel atau kerang coklat merupakan salah satu organisme air yang
hidup menetap dan mampu hidup dan berkembang pada tekanan ekologis yang tinggi.
Kerang ini memiliki nilai ekonmis yang tinggi. Umumnya kerang coklat hidup di laut,
bernapas dengan insang yang berlapis-lapis dimana antara lapisan itu terdapat silia.
Hidupnya menempel dan bergerombol pada dasar substrat yang keras seperti batu,
kayu, bambu beton dan lain sebagainya (Nursyamsiah, 2013).

3. Habitat dan Distribusi

Kerang yang hidup di lingkungan estuari, terutama yang hidup pada sesil dan
intertidal harus memiliki kemampuan untuk mentoleransi kondisi lingkungan yang
ekstrim dan dapat berubah dengan cepat. Kerang coklat hidup subur di perairan teluk,
estuari, perairan sekitar area mangrove dan muara sungai dengan kondisi lingkungan
yang dasar perairannya berlumpur campur pasir dengan cahaya dan pergerakan yang
cukup serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Temmy et.,al 2017). Kerang coklat
yang memiliki nilai ekonomis tinggi tersebar luas di perairan Indonesia dan ditemukan
di perairan pesisir, daerah mangrove dan muara sungai. Umumnya hidup menempel
dan bergerombol pada dasar substrat yang keras seperti batu, kayu, bambu beton dan
lain sebagainya (Nursyamsiah, 2013).
Pola sebaran organisme adalah karakter penting dalam ekologi komunitas.
Biasanya pertama kali diamati dalam melihat beberapa komunitas dan salah satu sifat
dasar dari kebanyakan organisme hidup. Dua populasi mungkin saja memiliki
kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyatadalam pola sebaran
spasialnya. Secara geografis kerang ini memiliki distribusi terbatas di wilayah perairan
tropis Indo-Pasifik, dari Red Sea sampai ke Kepulauan Pasifik. Dari segi ekologis
kerang coklat merupakan biota yang berperan sebagai biofilter alami, di mana mereka
mampu menyaring ammonia dan nitrat dalam air laut untuk kebutuhan zooxanthella
akan nitrogen bagi proses pertumbuhannya (Ode, 2017).

4. Kebiasaan Makan

Kerang coklat merupakan hewan yang memiliki kebiasaan makan sebagai filter
feeder dan memiliki pergerakan yang sangat minimal sehingga memungkinkan kerang
untuk menyerap semua partikel-partikel yang ada dalam air, termasuk kandungan
logam di perairan yang tercemar. Namun, kemampuan mengakumulasikan logam
berat dalam tubuh kerang menjadi penyebab tingginya kandungan logam pada kerang
dalam hal ini sangat berbahaya jika dikonsumsi melebihi ambang batas logam berat
yang dapat menganggu kesehatan manusia (Kama et.,al 2020). Dilihat dari cara
makan, kerang coklat termasuk dalam kelompok suspension feeder yang berarti untuk
mendapatkan makanan seperti fitoplankton, detritus, diatom yang tersuspensi dalam
air dengan cara menyaring air tersebut (Nursyamsiah, 2013).
Kerang yang hidup di daerah pasang surut, kegiatan pencarian makan akan
dipengaruhi oleh Gerakan pasang surut air. Selama air pasang, kerang akan secara
aktif menyaring makanan yang melayang dalam air, sedangkan selama air surut
kegiatan pengambilan makanan akan sangat menurun bahkan mungkin akan terhenti
sama sekali. Makanan kerang terdiri dari fitiplankton dan bahan-bahan organik
melayang lainnya. Namun, bila melihat cara hidupnya yang membenamkan diri di
dalam sedimen, maka dapat dipastikan bahwa bahan-bahan lainyang terdapat pada
dasar perairan pun akan turut tertelan. Pengambilan makanan oleh kerang dilakukan
oleh dua pasang insang yang masing-masing terletak pada setiap sisi tubuh kerang.
Untuk memperoleh makanan, kerang menghisap masuk air payau yang mengandung
fitoplankton melalui saluran air masuk (inhalent siphon) yang terletak di bagian ventral.
Air yang telah masuk dan berada di kedua sisi tubuh kemudian dialirkan ke bagian
dorsal melewati sepasang insang yang memiliki bulu-bulu getar (cilia) dan sel-sel
penghasil gumpalan lendir (mucus) pada permukaannya (Dwiono, 2014).

5. Siklus Hidup

Siklus hidup dari kerang coklat memiliki proses dari larva sampai dewasa.
Siklus hidup dimulai dari larva kerang menghadapi berbagai jenis predator atau musuh
alami dilingkungan. Kerang hijau memiliki dua organ reproduksi betina dan jantan
dalam satu individu atau disebut hemaprodit. Kerang dewasa mampu bertelur dengan
jumlah yang bervariasi tergantung ukuran tubuhnya (Muna, 2021).
Siklus reproduksi pada kerang terdiri dari sejumlah aktivitas gonad termasuk
gametogenesis dengan tujuan untuk melepaskan gamet. Kelangsungan hidup dan
pertumbuhan kerang sangat dipengaruhi oleh kelimpahan makanan di perairan.
Namun akhir-akhir ini, kondisi perairan semakin tidak menyehatkan karena semakin
banyaknya buangan dari sungai yang masuk ke dalam perairan yang mengandung
logam yang berbahaya. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerang coklat mengalami
penurunan pertumbuhan dan bahkan mengalami kematian (Nursyamsiah, 2013).

B. Ekotoksikologi Perairan

Bagi banyak ilmuwan, lebih banyak memilih untuk melakukan penelitiaan


ekotoksikologi melalui pendekatan lingkungan yang terdiri dari studi yang dilakukan
secara in situ pada ekositem seperti danau sungai dan lain sebagainya. Hal ini mampu
menggambarkan keadaan tingkat kerusakan yang terjadi terhadap polutan pencemar
(Hertika & Putri, 2019). Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan fisik,
kimia dan biologi perairan. Bahan pencemar berupa logam berat di suatu perairan
yang membahayakan kehidupan organisme dan kesehatan manusia. Kontaminasi
logam berat ini dapat menyebabkan efek mematikan terhadap organisme laut dan
menyebabkan ketidakseimbangan ekologis (Akbar et.,al 2016).
Ekotoksikologi perairan adalah suatu ilmu tentang hubungan antara bahan-
bahan racun dengan organisme yang hidup dalam suatu lingkungan perairan. Limbah
yang berasal dari berbagai aktivitas tersebut akan memasuki ekosistem sebagai
komponen abiotik. Limbah tersebut sangat besar kemungkinannya berinteraksi dengan
komponen biotik yang meliputi mikroorganisme, hewan serta manusia. Bahan-bahan
toksik yang terdapat dalam berbagai jenis limbah akan mengalami transformasi pada
organ-organ target. Dengan demikian, toksikan yang memasuki rantai makanan dari
tingkatan trofik terendah hingga tertinggi, apabila tidak dapat diketahui dengan jelas
tentang jenis, struktur, keberadaan, peluruhan, metabolit yang dihasilkan dan
pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dan toksitasnya maka akan tetap menjadi
ancaman serius bagi makhluk hidup termasuk manusia. Berbagi jenis ekosistem
perairan seperti sungai, danau, muara dan laut merupakan tempat penampungan
terakhir bagi limbah tersebut. Dengan demikian, organisme di ekosistem akan
memperoleh dampak yang sangat merugikan. Hal ini akan membahayakan kehidupan
organisme itu sendiri maupun komponen biotik lainnya (batu, 2016).

C. Biomarker

Secara sederhana biomarker dapat diartikan sebagai respon biologis dari suatu
organisme terhadap bahan pencemar atau tekanan lingkungan. Oleh karena itu,
biomarker ini dapat diukur atau dianalisis mulai dari tingkat molekuler hingga pada
tingkah laku. Biomarker yang dijabarkan yaitu biomarker morfologi, indeks kondisi dan
fisiologi, Stress On Stress dan Growth Index. Semakin sering masyarakat akademis
dan manajer lingkungan menggunakan biomarker sederhana, maka akan semakin
banyak data hasil penggunannya yang dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan aplikasi biomarker sederhana. Biomarker sebagai suatu perubahan
dalam suatu respon biologis dari tingkat molekuler sampai tingkah laku yag dapat
dikaitkan dengan adanya paparan atau efek racun dari bahan kimia yanga ada di
lingkungan. Biomarker dalam ekotoksikologi disebut sebagai biomarker yang
mempunyai relevansi ekologis yang tinggi, karena efek bahan pencemar terhadap
organisme terekam dan muncul pada tingkat kerentanan dan pada muaranya terefleksi
pada tingkat ekosistem. Biomarker mulai digunakan dalam bidang ekotoksikologi
sebagai alat atau suatu end point untuk uji di laboratorium maupun untuk keperluan
biomonitoring lapangan. Secara konsep biomarker digunakan sebagai subsitusi dalam
monitoring lingkungan yang mengandalkan pendekatan klasik berbasis pada informasi
konsentrasi bahan-bahan kima yang ada di lingkungan (Yaqin, 2019).
Penggunaan kerang sebagai sentinel organism dalam bidang monitoring
lingkungan perairan sudah dilakukan sejak 42 tahun yang lalu. Yang paling seringa tau
terkenal yaitu penggunaan kerang dalam program mussel watch untuk mendeteksi
pencemaran logam di laut. Kerang coklat yang dijadikan sebgai sentinel organism
karena memeiliki beberapa karakteristik yang relevan secara ekologis dan ekonomis.
Di antara karakteristik itu adalah kerang coklat yang mempunyai distribusi yang luas,
para pengguna biomarker dapat melakukan komparasi data biomarker secara global.
Dengan demikian, keberadaan bahan pencemar atau respon biologis di dalam tubuh
kerang yang merupakan refleksi dari keberadaan bahan pencemar (Yaqin, 2019).

D. Indeks Kondisi dan Stress On Stress (SOS)

Indeks Kondisi (IK) merupakan indeks yang merefleksikan perubahan


morfologis dan fisiologis kerang sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang ada.
Indeks kondisi dalam studi biomarker digunakan sebagai salah satu biomarker pada
tingkat morfologis dan fisiologis. Karena kemudahannya dalam aplikasi, maka indeks
kondisi tersebut diuraikan penggunaannya. Apabila hubungan antara indeks kondisi
kerang dan konsentrasi logam di daging lemah, maka perang yang dihuni oleh kerang
akan tercemar sedang. Kondisi perairan akan memperlihatkan sebagian populasi
kerang dapat mengasimilasi bahan pencemar dengan baik dan sebagian yang lain
sudah mulai menurun kemampuannya dalam merespon bahan pencemar. Hal ini
karena bahan pencemar konsentrasinya masih dalam kadar yang dapat ditoleransi
oleh kerang sehingga belum menyebabkan gangguan yang serius dalam proses
pertumbuhan kerang (Yaqin, 2019).
Stress On Stress (SOS) adalah parameter kemampuan kerang unutk hidup di
udara dalam waktu tertentu. Sebagaimana kita ketahui bahwa kerang mampu hidup di
luar habitatnya atau di udara selama beberapa waktu tertentu. Kemampuan ini akan
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah bahan pencemar. Kerang yang
sudah terpapar oleh bahan pencemar akan berkurang kemampuannya untuk hidup
beberapa saat di udara. Semakin tinggi konsentrasi bahan pencemardan lama waktu
pemaparan, maka akan semakin berkurang kemampuan kerang untuk hidup di udara,
begitu juga sebaliknya (Yaqin, 2019).
III. METODE PRAKTIK LAPANG

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu-Jumat, pada tanggal 3-5 Mei 2023.
Pengambilan sampel Brown Mussel (Perna perna) dilaksanakan pada hari Rabu, 3
Mei 2023 bertempat di Perairan Pandang Lau, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, Sulawesi Selatan. Pengukuran, penimbangan dan pembedahan sampel
Brown Mussel (Perna perna) dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Ekotoksikologi Akuatik yaitu Cool Box
dan Ember yang digunakan sebagai wadah untuk kerang coklat, timbangan digital
sebagai alat untuk menentukan bobot kerang coklat, jangka sorong sebagai alat
untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi pada kerang coklat, aluminium foil sebagai
alat untuk membungkus daging kerang coklat, pinset sebagai alat untuk memisahkan
daging kerang coklat, oven sebagai alat untuk mengeringkan daging dan cangkang
kerang coklat dan ATK sebagai alat untuk mencatat data yang diperoleh dari
praktikum.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Ekotoksikologi Akuatik yaitu kerang
coklat sebagai sampel praktikum, tissue sebagai bahan untuk membersihkan kerang
coklat, sunglith sebagai bahan untuk membersihkan alat yang digunakan, kertas label
sebagai bahan untuk penanda sampel dan pengharum ruangan sebagai bahan untuk
mengharumkan ruangan.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan untuk menganalisis indeks kondisi dan stress
on stress pada kerang coklat sebagai berikut:
1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel brown mussel (Perna perna) dilakukan di
Perairan Pandang Lau, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dilakukan
satu kali dan menggunakan teknik purposive random sampling. Cara
pengambilan sampel yaitu brown mussel yang berada di tali budidaya rumput
laut ditarik dengan menggunakan tangan. Setelah sampel berkumpul sampel
dimasukkan ke dalam cool box. Kemudian dipindahkan ke laboratorium untuk
dilakukan pengukuran panjang, lebar dan tinggi cangkang serta penimbangan
daging dan cangkang.
2. Pengelompokkan Sampel
Pengelompokan sampel dilakukan dengan mengambilkan kerang
sebanyak 44 ekor dengan membagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kerang yang dijadikan sampel uji indeks kondisi sebanyak 33 ekor dan untuk
sampel uji SOS (Stress on stress) sebanyak 11 ekor.
3. Pengukuran Morfometrik dan Bobot Basah
Pengukuran morfometrik dilakukan dengan mengukur panjang
cangkang, tinggi cangkang dan lebar cangkang. Selanjutnya menimbang
bobot sampel dilakukan dengan membuka cangkang menggunakan pisau
kemudian daging kerang dipisahkan dengan cangkangnya. Setelah cangkang
terpisah, aluminium foil kemudian ditimbang, setelah mendapatkan berat dari
aluminium foil, daging kerang diletakkan di atas aluminium foil tersebut lalu
dicatat kembali berapa berat aluminium foil setelah ditambahkan daging basah
kerang. Selanjutnya daging basah kerang dibungkus menggunakan aluminium
dan diletakkan di wadah untuk selanjutnya di bawa ke Laboratorium Kualitas
Air untik di oven. Semua data hasil pengukuran dicatat untuk nantinya
dianalisis.
4. Pengamatan Stress On Stress (SOS).
Dalam pengamatan SOS kerang dibiarkan dengan suhu ruangan untuk
melihat kematian kerang. Pengamatan kematian kerang dilakukan selama
enam jam sekali. Kerang yang telah mati ditandai dengan tidak responsifnya
kerang ketika cangkangnya disentuh. Selanjutnya daging kerrang yang sudah
mati dikeluarkan untuk dikeringkan sebagai bahan analisis indeks kondisi dan
analisis logam.
5. Pengeringan Cangkang dan Daging Sampel
Pengeringan ini dilakukan dengan oven pada suhu 80°C hingga daging
dan cangkang kering.
6. Pengukuran Bobot Sampel Kering
Pengukuran berat atau bobot sampel daging kering dan cangkang
menggunakan timbangan dan selanjutnya diukur volume internal cangkang
menggunakan cangkang kering kerang hijau yang diisi air sampai penuh lalu
dimasukkan ke gelas ukur untuk dilihat berapa (ml) volumenya.

D. Analisis Data
IV. HASIL

V. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai