Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

IDENTIFIKASI BIOTA PADA ZONA INTERTIDAL DI PANTAI


LOANG BALOQ

Oleh:

KARIMA NUR ANNISA


C1K020035
6

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tetap Praktikum “Biologi Laut” Ini Telah Selesai disusun Oleh:
Nama : Karima Nur Annisa
NIM : C1K020035
Kelompok : 6 (Enam)

Mataram, 4 Desember 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikum 1 Asisten Praktikum 2

Annisa Zulfa Zahara Elma Yulianti Ningsih


NIM. C1K019005 NIM. C1K019020

Asisten Praktikum 3 Asisten Praktikum 4

Ni Kadek Ayu Siptiani Dinda Christasya Waang


NIM. C1K019059 NIM. C1K019017

Praktikan

Karima Nur Annisa


NIM. C1K020035
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laut semacam halnya daratan ditempati oleh bermacam tipe biota ialah
tumbuh-tumbuhan hewan serta mikroorganisme hidup. Biota laut nyaris
menghuni segala permukaan laut hingga kedasar laut pemanfaatan biota laut
yang semakin hari terus menjadi bertambah serta kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi (IPTEK) terutama tentang kehidupan laut serta
bermacam-macam tipe biota laut yang terapung dalam ilmu pengetahuan
alam laut yang dikatakan biota laut (Daruwedho et al, 2016).
Biota laut adalah berbagai macam tumbuhan dan hewan yang ada dilaut,
tumbuh begitu kilat buat menguak rahasia kehidupan bermacam tipe biota
laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya serta keanekaragaman
jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya kanekaragaman tipe biota dilaut
barangkali cuma bisa ditandingi olen keanekaragaman tipe biota di hutan
tropik di darat (Aisoi, 2019).
Salah satu bagian dari pembagian di kawasan. Pesisir dan laut yaitu
adalah kawasan intertidal. atau intertidal zone. Dimana zona intertidal atau
lebih dikenal dengan zona pasang surut adalah daerah yang terkecil dari
semua daerah yang terdapat pada samudera di dunia, merupakan Pinggiran
yang sempit sekali hanya beberapa meter saja luasnya, yang terletak
diantara tinggi atau high water atau low water. Zona ini merupakan bagian
laut yang paling dikenal dan paling debat dengan kegiatan kita
(Eprilurahman, 2015).
Zona Intertidal biasanya dibedakan jadi 3 Jenis tepi laut, yaitu tepi laut
berkarang, tepi laut berpasie serta tepi laut berlumpur. Tepi laut berkarang
ialah wilayah yang sangat banyak ditempati oun organisme dan memiliki
keanekara gaman yang befar baik buat hewan ataupun tumbuhan (Katili,
2011).
Oleh karena itu, praktikum ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi
biota-biota laut yang hidup didaerah intertidal pada pantai Loang Baloq.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengidentifikasi biota laut di
zona intertidal dan mengukur kualitas air pada zona intertidal pantai Loang
Baloq.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui
identifikasi biota dan kualitas air di zona intertidal pada pantai Loang Baloq.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zona Interdal


Daerah intertidal terletak paling pinggir dari bagian ekosistem pesisir
dan laut yang berbatasan dengan ekosistem darat. Zona interidal
merupakan daerah pasang surut yang dipengaruhi oleh kegiatan pantai
dan laut. Kondisi komunitas pasang surut tidak banyak perubahan kecuali
pada kondisi ekstrim tertentu dapat merubah komponen dan organisme
intertidal daerah ini merupakan daerah paling sempit namun memiliki
keragaman dan kelimpahan organisme yang relatif tinggi dibandingkan
dengan habitat-habitat laut lainnya (Yulinda et al, 2013).

2.2 Identifikasi Biota


Organisme bentik yang hidup didaeran intertidal lebih banyak dari
jenis organisme yang menetap Pada dasar substrat seperti golongan
kerang, limpet, kepiting, alga, kiton, anemone, teritip, bintang laut, bulu
babi, tumbuhan lumut hitam dan lain-lain keberadaan organisme tersebut
sangat dipengaruhi oleh jenis substrat pada daerah bentik karena jenis
substrat mempengaruhi cara adaptasi, pola migrasi, berkembang biak,
mencari makan dan mekanisme pertahanan (Djunaidi, 2011).

2.3 Parameter Kualitas Air


a. Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air
dan dinyatakan dalam persen dari beberapa panjang gelombang
didaerah spentrum yang terlihat cahaya melalui lap8san dengan
panjang seritar satu meter. Jatuh sedikit pada permukaan air. Manfaat
mengetahui kecerahan suatu perairan yaitu dapat mengetahui
terjadinya asinulasi dalam air dan lapisan mana yang tidak cerah,
sedikit keruh maupun paling keruh. Kecerahan atau kekeruhan
perairan dapat disebabkan oleh partikel-partikel yang berasal dari
bahan organisme maupun bahan anorganik seperti lumpur, sampah,
polutan dan hasil dekomposisi bahan organik dan plankton (Hamuna
et al., 2018).
b. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang dapat
mempengaruhi aktivitas serta memacu atau menghambat
perkembangbiakan organisme perairan. Pada umumnya peningkatan
suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat perkembangbiakan
organisme perairan kisaran suhu yang mendukung proses
metabolisme organisme yang hidup didalamnya, adalah 23°-30°C
Lusianingsihh (2011) dalam syahza et al., (2017). Suhu perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti letak garis lintang,
kekeruhan, komposisi substrat pasokan air tanah, curah hujan,
kondisi angin serta kondisi-kondisi tanaman sekitar yang menutupinya
(Cumiawan, 2018).
c. Arus
Arus adalah faktor yang memiliki peranan yang sangat penting
pada perairan lotik maupun lentik. Hal ini berhubungan dengan
organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat pada air
tersebut. Arus pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen yaitu
arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi
te seluruh bagian dari perairan tersebut. Arus terutama berfungsi
dalam pengangkutan energi panas dan substansi yang terdapat
dalam air pada perairan lotik arus mempunyai peranan yang sangat
penting. Umumnya kecepatan arus diperairan ini rela tif tinggi bahkan
bisa mencapai 6 meter per detik (Barus, 2020).
d. Salinitas
Salinitas merupakan faktor penting bagi Penyebaran organisme
perairan laut dan oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam
penentuan kehadiran makhluk hidup didalam air. Dalam aspek
ekologi, penentuan suhu, salinitas, dan oksigen terlarut sering kali
dinyatakan dalam kisaran nilai harian, mingguan atau musiman dan
harinya berbeda disetiap perairan (Patty, 2013).
e. DO
Oksigen terlarut atau DO (Dissolved oxygen) adalah Jumlah
oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi
atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan
dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat di lakukan
dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut
(DO), semakin banyak jumlah do maka kualitas air semakin baik. Jika
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi
(Prahutama. 2013).
BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Laut 2021 ini dilaksanakn pada hari Rabu, 24
November 2021 pada pukul 06.30-11.00 WITA di Pantai Loang Baloq dan
dilanjutkan identifikasi biota pada pukul 13.00-15.00 WITA di Laboratorium
Bioekologi, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Mataram.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut:
No Nama Alat Fungsi
1. Alat tulis Untuk mencatat hasil praktikum
2. Botol Untuk pengukuran arus
3. Gunting Untuk memotong
4. Handphone Untuk dokumentasi
5. Kertas sampel Untuk menandai sampel
6. Meteran Untuk mengukur
7. Patokan Untuk tanda batas
8. pH meter Untuk mengukur pH air
9. Refraktometer Untuk mengukur salinitas
10. Sicsces Disk Untuk mengukur kecerahan
11. Stopwatch Untuk menghitung waktu arus
12. Tali rapia Untuk menandai batas

13. Termometer Untuk mengukur suhu

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut:
No Bahan Fungsi
1. Aquades Sebagai sterilisasi alat
2. Air laut Sebagai sampel praktikum

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Transek
Adapun prosedur kerja pembuatan transek yaitu sebagai berikut
1. Diukur tali sepanjang 2m pada tiap bagian transek, lau letakkan patokan
pada tiap sisi
2. Dihubungkan setiap setiap tali pada tiap patokan yang dibuat.
3. Dicari biota pada transek I,II dan III

3.3.2 Pengukuran Kualitas Air


Adapun prosedur kerja pengukuran kualitas air yaitu sebagai berikut
3.3.2.1 Kecerahan
Adapun cara pengukuran kecerahan air laut sebagai berikut:
1. Disiapkan siche disk
2. Dimasukkan siche disk ke dalam laut
3. Diukur ketinggian yang didapatkan menggunakan meteran
4. Dicatat hasil yang didapat
3.3.2.2 Suhu
Adapun cara pengukuran suhu air laut sebagai berikut:
1. Disiapkan termometer
2. Diukur suhu air pantai menggunakan termometer
3. Didiamkan selama 2 menit thermometer pada air laut
4. Dicatat hasil yang didapat
3.3.2.3 Ph
Adapun cara pengukuran pH sebagai berikut:
1. Diambil air laut menggunkan wadah secukupnya
2. Disiapkan pH meter dan diukur pH air laut dengan cara menculupkan pH
meter kedalam air yang telah disediakan
3. Diamati besar nilai pH yang didapatkan
4. Dicatat hasil yang didapat
5. Di sterilkan pH meter menggunakan aquades setelah digunakan
3.3.2.4 Salinitas
Adapun cara pengukuran salinitas sebagai berikut:
1. Disediakan refraktometer
2. Diambil air laut menggunakan pipet
3. Diteteskan air laut pada refraktometer
4. Diamati hasil yang didapatkan pada refraktometer
5. Dicatat hasil yang didapat
3.3.2.5 Arus
Adapun cara pengukuran kecepatan arus sebagai berikut:
1. Diikat tali rapia pada botol yang sudah diisi air
2. Dihanyutkan botol yang telah diikat
3. Diukur ketinggian yang didapatkan menggunakan meteran
4. Dicatat hasil yang didapat
3.3.3 Identifikasi Biota
Adapun hasil identifikasi biota yaitu sebagai berikut
1. Disiiapkan alat dan bahan seperti biota, cawan petri, nampan, pinset, dan
label.
2. Dibersihkan biota dengan air bersih.
3. Dituang biota berdasarkan plot pada nampan yang sudah diberi label.
4. Diidentifikasi biota dengan meletakkan satu persatu pada cawan petri
kemudian di foto.
5. Dicari genus biota dengan menggunakan google lens.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan kegiatan praktikum yaitu sebagai berikut:
Table 1 Identifikasi Flora
Adapun hasil pengamatan identifikasi flora sebagai berikut:
Transek Kelas Famili/Genus Jumlah
Plot 1 - - -
1 Plot 2 - - -
Plot 3 - - -
Plot 1 - - -
2 Plot 2 - - -
Plot 3 - - -
Plot 1 - - -
3 Plot 2 Cholorophyceaea Chaetomorpha 1

Plot 3 - - -
Plot 1 - - -
4 Plot 2 - - -

Plot 3 - - -

Table 2 Identifikasi Fauna


Transek Kelas Famili/Genu Jumlah Gambar Gambar
s Pengamatan Literatur
Plot 1 Gastropoda Atrophoda 4

Sumber:
Worms.
1 Plot 2 Perna viridis Mytilidae 47

Sumber:
Worms.
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 13

Sumber:
Worms.
Plot 1 Gastropoda Pomacea 1

Sumber:
Worms.
2 Plot 2 Gastropoda Pomacea 20

Sumber:
Worms.
Plot 3 - - - - -

Plot 1 Gastropoda Pomacea 3

Sumber:
Perna viridis Mytilidae 3 Worms.

Sumber:
Worms.

Bilvavia Donax 1

Malacostraca Portunidae 1

Sumber:
Worms.
Malacostraca Chiromante 1
s

Sumber:
Worms.
3 Plot 2 Perna viridis Mytilidae 8

Sumber:
Worms.
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 4

Sumber:
Worms.
Plot 1 Perna viridis Mytilidae 9

Sumber:
Worms.

Gastropoda Littorinidae 7

Sumber:
Worms.
Malacostraca Portunidae 1

Sumber:
Worms.

4 Plot 2 Gastropoda Ampullorida 1


e

Sumber:
Worms

Perna viridis Mytilidae 5

Sumber:
Worms
Malacostraca Portunidae 1
Sumber:
Worms
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 1

Sumber:
Worms.
Malacostraca Portunidae 3

Sumber:
Worms.

Gastropoda Lifttorinidae 5

Sumber:
Worms.
Gastropoda Viviporidae 1

Sumber:
Worms.

Table 3 Kualitas Air

Transek Suhu pH Kecerahan Salinitas Arus

1 25oC 7,7 48 cm 30 ppt 1,58 m/d

2 25 oC 7,8 40 cm 31 ppt 38 m/d

3 21 oC 8 138 cm 32 ppt 33,46 m/d

4 20 oC 7,7 36 cm 33 ppt 2,5 m/d

Table 4 Jumlah Biota

Transek Jumlah

1. 64
2. 21

3. 23

4. 35

Grafik 1 Hubungan Setiap Spesies yang Didapat Pada Setiap Transek

Gra fi k Ke li mpa ha n orga nisme


70 64
60
50
Jumlah biota

40 34
30 23
21
20
10
0
1 2 3 4
Transek

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang
didapat pada zona intertidal Pantai Loang Baloq berapa jenis Bivalvia atau
yang sering disebut kerang-kerangan. Biota tersebut sangat banyak atau
berlimpah di zona intertidal Hal ini sesuai dengan pernyataan Zarkasyi et al.,
(2016) yang menyatakan bahwa bivalvia merupakan salah satu sumber daya
hayati yang sejak dulu telah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia baik secara lokal maupun dalam skala besar. Kerang jeniss perna
viridis juga lumayan banyak ditemuan pada pengamatan kali ini, kelimpahan
yang cukup banyak pada zona intertidal merupakan habitat dan kerrang
tersebut yaitu didarat Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulinda et al., (2013)
menyatakan pola sebaran komunitas dikelompokkan menjadi dua, yaitu
komunitas darat (zona atas) dan komunitas laut (zona bawah). Komunitas
darat adalah komunitas yang banyak ditemukan didekat pantai, adapun zona
bawah merupakan daerah yang dimana faktor lingkungan lebih banyak
kerang-kerangan dapat digolongkan hidup di zona atas carena kerang
mampu hidup di perairan dangkal, terdapat sinar matahari dan membutuhkan
air yang bergerak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kondisi pantai Loang
Baloq tergolong cukup kotor, selain cuaca yang panas, sampah plastik juga
banyak bersebaran dimana-mana. Sampah bekas makanan, jenis kain-
kainan, bahkan kayu pun banyak tergeletak disana. Dari bagian pinggir
pantai sampai bagian yang ada air terdapat banyak sampah hal tersebut
merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya persebaran biota
pada pantai Loang Baloq yaitu kondisi pantai yang kurang bersih padahal
menurut komnas pengkajian sumberdaya hasil perikanan laut dalam Sugandi
(2011) potensi sumberdaya ican laut diseluruh perairan indonesia diduga
sebesar 6.26 juta ton per tahun. Akan tetapi, meskipun perairan indonesia
memiliki potensi yang besar terutama sumberdaya hayati, jika sumber
pengelolaan tidak dikelola menjadi sumberdaya berkelanjutan maka potemsi
ini akan berkurang dan menjadi masalah pada masa yang akan datang.
Selain itu, kondisi dari pantai perlu diperhatikan juga, agar biota ataupun
organisme dapat berkembang biak dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan kecerahan Perairan pada transek 3
diperoleh kecerahan 38 cm. Dimana nilai kecerahan ini termasuk baik bagi
perairan karena diketahui bahwa kecerahan yang baik berkisar 30-40 cm. Hal
ini sesuai dengan pernyataan maniagasi et al. (2013) yang menyatakan
bahwa tingginya nilai kecerahan karena berada diatas nilai kecerahan 25cm,
semua jenis plankton akan berbahaya jika nilai kecerahan kurang dari 75cm.
Kecerahan yang baik bagi budidaya ikan atau biota lainnya berkisar 30-40
cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek 3 diperoleh suhu 21°c.
Dimana pada suhu ini tergolong suhu yang kurang optimal atau bisa dibilang
kurang baik bagi perairan. Kualitas suhu air dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta perkembangan kelangsungan hidap organisme Untuk
suhu 21ºc dianggap kurang baik sehingga dapat menyebabkan organisme
stress. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syanza (2017) yang mengatakan
bahwa kisaran suhu yang mendukung proses metabolisme organisme
perairan didalamnya adalah 23°-30°C. Jika berada dibawah minimum akan
menyebabkan stress pada organisme.
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek 3 diperoleh nilai pH 8. PH 8
berarti tergolong bersifat basa. Dimana nilai pH ini banyak dibutuhkan atau
sangat penting bagi kehidupan organisme diperairan. Rendahnya nilal PH
atau <4 dapat menyebabkan kematian biota jarena tidak bertoleran terhadap
pH rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susana (2018) yang
mengatakan bahwa rendahnya nilai pH mengidentifikasikan menurunnya
kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak pada biota didalamnya
sebagian besar biota sensitif terhadap perubahan nilai pH. nilai yang ideal
untuk kehidupan organiame perairan antara 7 - 8.5.
Berdasarkan hasil pengamatan salinitas pada transek 3, dperoleh nilai
salinitas sebesar 32 ppt. Nilai ini masih tergolong ideal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Patty (2013) yang menyatakan bahwa nilai salinitas untuk laut
terbuka umumnya ialah berkisar antara 33 - 37 %, dengan rata-rata 35%.
Menurut Arisanti (2011) salinitas yang tinggi dapat menyebabkan stress ion
yakni keracunan Na+, ion Na yang berlebihan dapat menghambat sarapan k+
dan lingkungan yang dimana ion k+ berperan untuk mempertahankan turgon
sel dan aktivitas enzim. Menurut Arisandi (2011) salinitas yang tinggi dapat
mempengaruhi tekanan osmotik yang rapat menghambat penyerapan air dan
unsur-unsur yang berlangsung mempengaruhi proses osmosis. Jumlah air
yang masuk kedalam sel berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya
jumlah persediaan air dalam sel. Stress ion dan stress osmotik karena
salinitas yang tinggi dapat menyebabkan stress sekunder yaitu kerusakan
pada struktur sel dan makromolekul seperti lipid enzim dan DNA.
Berdasarkan hasil praktikum, pada transek 3 diperoleh nilai kecepatan
arus sebesar 33,46 m/s. Hal ini berarti arus tersebut tergolong ke dalam arus
yang cepat. Arus memiliki peran dalam persebaran salinitas serta kekeruhan
pada perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indramaya (2014) bahwa
arus laut berperan dalam persebaran salinitas yang terjadi. Tingginya
kecepatan arus dapat mempengaruhi sebaran salinitas yang ada.
Persebaran kekeruhan dilaut juga dipengaruhi oleh arus, gelombang dan
pasang surut. Kinanti et al., (2014) yang menyatakan bahwa arus suatu
perairan tergolong sangat lambat apabila kecepatannya kurang dari 10
cm/detik san dipastitan faktor penghambat dari kecepatan arus adalah oleh
angin dan substrat yang terdapat pada dasar air seperti pasir, batu dan
lumpur.
Do (Dissolved Oxygen) merupakan gas penting dalam perairan yang
berperan dalam proses biogeokimia. Sumber oksigen berasal dari difusi, dari
utara mengalami proses turbelensi dan hasil fotosintesis. Oksigen berkurang
dari balan air oleh adanya pernapasan biota, penguraian bahan organik,
masuknya air bawah tanah yang miskin O2, adanya zat besi dan kenaikan
suhu (Megawati, 2014). Oksigen yang optimal atau ideal untuk pertumbuhan
dan perkembangan organisme akuatik adalah diatas 5mg/ L (Anggraini,
2014).

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa biota yang terdapat
pada pantai loang baloq ialah dominan berkelas gastropodra, malacostraca,
bivalvia, serta perna viridis dengan famili pomachea sp. mytilus, mytilidae,
portunidae, viviporidae, dan chaetomorph. Kualitas air pada zona intertidal pantai
Loang Baloq yaitu diperoleh suhu 21 oC, pH 8, kecerahan 138 cm, salinitas 32 ppt
dan kecepatan arus 2,5 m/s.
5.2 Saran
Praktikan agar datang lebih awal guna keelancaran praktikum

DAFTAR PUSTAKA
Al Tanto, T., Wisha, U. J., Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I., &
Putra,
A. (2017). KARAKTERISTIK ARUS LAUT PERAIRAN TELUK BENOA-
BALI. Jurnal Geomatika, 23(1), 37-48.

Eprilurahman, R., Baskoro, WT, & Trijoko, T. (2015). KEANEKARAGAMAN JENIS

KEPITING (Decapoda: Brachyura) DI SUNGAI OPAK, DAERAH


ISTIMEWA YPGYAKARTA, Jurnal Ilmiah Biologi, 3 (2), 100-108

Hamuna.B.,Rosye.H.R.T.,Suwito.,Hendra.K.M.,Alianto.(2018). KAJIAN
KUALITAS AIR LAUT DAN INDEKS PENCEMARAN BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA-KIMIA DI PERAIRAN DISTRIK DEPAPRE,
JAYAPURA.. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
Maniagasi.R.,Sipriana.S.,Tumembouw.,Yoppy.M.(2013).ANALISIS
KUALITAS FISIKA KIMIA AIR DI AREAL BUDIDAYA IKAN DANAU
TONDONO PROVINSI SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmu Kelautan, 1(2),
29-37.
Megawati.C.,Yusuf.M.,Lilik.M.(2014). SEBARAN ZAT HARA, OKSIGEN TERLARUT
DAN PH DI PERAIRAN SELAT BALI BAGIAN SELATAN. Jurnal
Oseanografi, 3(2), 142-150.
Patty.S.I.(2013).DISTRIBUSI SUHU, SALLINITAS DAN OKSIGEN
TERLARUT DI PERAIRAN KEMA, SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmiah
Platax, 1(3), 148-158.
Prahutama Alan.(2013). ESTIMASI KANDUNGAN DO (DISSOLVED
OXYGEN) DI KALI SURABAYA DENGAN METODE KRIGING. Jurnal
Statistika, 1(2), 9-19.
Pratiwi.H.,Niluh.A.Y., I Nengah.K.P.(2018).PENNGARUH PH EKSTRAKSI
TERHADAP RENDIMEN, SIFAT FISIKO-KIMIA DAN FUNGSIONAL
KONSENTRAT PROTEIN KACANG GUDE (Cajanua cajan (L.) Millsp.).
Jurnal ITEPA, 7(1), 1-11.
Yulianda.F., Muhammad.S.F.,Windy.F.(2013). ZONASI DAN KEPADATAN
KOMUNITAS INTERTIDAL DIDAERAH PASANG SURUT, PESISIR
BATUHIJAU, SUMBAWA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
5(2), 409-416.
Zarkasyi.M.M.,Hasan.Z.,Saimul.L.(2016). DIVERSITAS DAN POLA DISTRIBUSI
BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL PESISIR KECAMATAN UJUNG
PANGKAH KABUPATEN GRESIK. Jurnal Ilmiah Biosaintropis, 2(1), 1-
10.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai