Oleh:
Laporan Tetap Praktikum “Biologi Laut” Ini Telah Selesai disusun Oleh:
Nama : Karima Nur Annisa
NIM : C1K020035
Kelompok : 6 (Enam)
Mengetahui,
Praktikan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut:
No Bahan Fungsi
1. Aquades Sebagai sterilisasi alat
2. Air laut Sebagai sampel praktikum
Plot 3 - - -
Plot 1 - - -
4 Plot 2 - - -
Plot 3 - - -
Sumber:
Worms.
1 Plot 2 Perna viridis Mytilidae 47
Sumber:
Worms.
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 13
Sumber:
Worms.
Plot 1 Gastropoda Pomacea 1
Sumber:
Worms.
2 Plot 2 Gastropoda Pomacea 20
Sumber:
Worms.
Plot 3 - - - - -
Sumber:
Perna viridis Mytilidae 3 Worms.
Sumber:
Worms.
Bilvavia Donax 1
Malacostraca Portunidae 1
Sumber:
Worms.
Malacostraca Chiromante 1
s
Sumber:
Worms.
3 Plot 2 Perna viridis Mytilidae 8
Sumber:
Worms.
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 4
Sumber:
Worms.
Plot 1 Perna viridis Mytilidae 9
Sumber:
Worms.
Gastropoda Littorinidae 7
Sumber:
Worms.
Malacostraca Portunidae 1
Sumber:
Worms.
Sumber:
Worms
Sumber:
Worms
Malacostraca Portunidae 1
Sumber:
Worms
Plot 3 Perna viridis Mytilidae 1
Sumber:
Worms.
Malacostraca Portunidae 3
Sumber:
Worms.
Gastropoda Lifttorinidae 5
Sumber:
Worms.
Gastropoda Viviporidae 1
Sumber:
Worms.
Transek Jumlah
1. 64
2. 21
3. 23
4. 35
40 34
30 23
21
20
10
0
1 2 3 4
Transek
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang
didapat pada zona intertidal Pantai Loang Baloq berapa jenis Bivalvia atau
yang sering disebut kerang-kerangan. Biota tersebut sangat banyak atau
berlimpah di zona intertidal Hal ini sesuai dengan pernyataan Zarkasyi et al.,
(2016) yang menyatakan bahwa bivalvia merupakan salah satu sumber daya
hayati yang sejak dulu telah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia baik secara lokal maupun dalam skala besar. Kerang jeniss perna
viridis juga lumayan banyak ditemuan pada pengamatan kali ini, kelimpahan
yang cukup banyak pada zona intertidal merupakan habitat dan kerrang
tersebut yaitu didarat Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulinda et al., (2013)
menyatakan pola sebaran komunitas dikelompokkan menjadi dua, yaitu
komunitas darat (zona atas) dan komunitas laut (zona bawah). Komunitas
darat adalah komunitas yang banyak ditemukan didekat pantai, adapun zona
bawah merupakan daerah yang dimana faktor lingkungan lebih banyak
kerang-kerangan dapat digolongkan hidup di zona atas carena kerang
mampu hidup di perairan dangkal, terdapat sinar matahari dan membutuhkan
air yang bergerak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kondisi pantai Loang
Baloq tergolong cukup kotor, selain cuaca yang panas, sampah plastik juga
banyak bersebaran dimana-mana. Sampah bekas makanan, jenis kain-
kainan, bahkan kayu pun banyak tergeletak disana. Dari bagian pinggir
pantai sampai bagian yang ada air terdapat banyak sampah hal tersebut
merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya persebaran biota
pada pantai Loang Baloq yaitu kondisi pantai yang kurang bersih padahal
menurut komnas pengkajian sumberdaya hasil perikanan laut dalam Sugandi
(2011) potensi sumberdaya ican laut diseluruh perairan indonesia diduga
sebesar 6.26 juta ton per tahun. Akan tetapi, meskipun perairan indonesia
memiliki potensi yang besar terutama sumberdaya hayati, jika sumber
pengelolaan tidak dikelola menjadi sumberdaya berkelanjutan maka potemsi
ini akan berkurang dan menjadi masalah pada masa yang akan datang.
Selain itu, kondisi dari pantai perlu diperhatikan juga, agar biota ataupun
organisme dapat berkembang biak dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan kecerahan Perairan pada transek 3
diperoleh kecerahan 38 cm. Dimana nilai kecerahan ini termasuk baik bagi
perairan karena diketahui bahwa kecerahan yang baik berkisar 30-40 cm. Hal
ini sesuai dengan pernyataan maniagasi et al. (2013) yang menyatakan
bahwa tingginya nilai kecerahan karena berada diatas nilai kecerahan 25cm,
semua jenis plankton akan berbahaya jika nilai kecerahan kurang dari 75cm.
Kecerahan yang baik bagi budidaya ikan atau biota lainnya berkisar 30-40
cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek 3 diperoleh suhu 21°c.
Dimana pada suhu ini tergolong suhu yang kurang optimal atau bisa dibilang
kurang baik bagi perairan. Kualitas suhu air dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta perkembangan kelangsungan hidap organisme Untuk
suhu 21ºc dianggap kurang baik sehingga dapat menyebabkan organisme
stress. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syanza (2017) yang mengatakan
bahwa kisaran suhu yang mendukung proses metabolisme organisme
perairan didalamnya adalah 23°-30°C. Jika berada dibawah minimum akan
menyebabkan stress pada organisme.
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek 3 diperoleh nilai pH 8. PH 8
berarti tergolong bersifat basa. Dimana nilai pH ini banyak dibutuhkan atau
sangat penting bagi kehidupan organisme diperairan. Rendahnya nilal PH
atau <4 dapat menyebabkan kematian biota jarena tidak bertoleran terhadap
pH rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susana (2018) yang
mengatakan bahwa rendahnya nilai pH mengidentifikasikan menurunnya
kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak pada biota didalamnya
sebagian besar biota sensitif terhadap perubahan nilai pH. nilai yang ideal
untuk kehidupan organiame perairan antara 7 - 8.5.
Berdasarkan hasil pengamatan salinitas pada transek 3, dperoleh nilai
salinitas sebesar 32 ppt. Nilai ini masih tergolong ideal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Patty (2013) yang menyatakan bahwa nilai salinitas untuk laut
terbuka umumnya ialah berkisar antara 33 - 37 %, dengan rata-rata 35%.
Menurut Arisanti (2011) salinitas yang tinggi dapat menyebabkan stress ion
yakni keracunan Na+, ion Na yang berlebihan dapat menghambat sarapan k+
dan lingkungan yang dimana ion k+ berperan untuk mempertahankan turgon
sel dan aktivitas enzim. Menurut Arisandi (2011) salinitas yang tinggi dapat
mempengaruhi tekanan osmotik yang rapat menghambat penyerapan air dan
unsur-unsur yang berlangsung mempengaruhi proses osmosis. Jumlah air
yang masuk kedalam sel berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya
jumlah persediaan air dalam sel. Stress ion dan stress osmotik karena
salinitas yang tinggi dapat menyebabkan stress sekunder yaitu kerusakan
pada struktur sel dan makromolekul seperti lipid enzim dan DNA.
Berdasarkan hasil praktikum, pada transek 3 diperoleh nilai kecepatan
arus sebesar 33,46 m/s. Hal ini berarti arus tersebut tergolong ke dalam arus
yang cepat. Arus memiliki peran dalam persebaran salinitas serta kekeruhan
pada perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indramaya (2014) bahwa
arus laut berperan dalam persebaran salinitas yang terjadi. Tingginya
kecepatan arus dapat mempengaruhi sebaran salinitas yang ada.
Persebaran kekeruhan dilaut juga dipengaruhi oleh arus, gelombang dan
pasang surut. Kinanti et al., (2014) yang menyatakan bahwa arus suatu
perairan tergolong sangat lambat apabila kecepatannya kurang dari 10
cm/detik san dipastitan faktor penghambat dari kecepatan arus adalah oleh
angin dan substrat yang terdapat pada dasar air seperti pasir, batu dan
lumpur.
Do (Dissolved Oxygen) merupakan gas penting dalam perairan yang
berperan dalam proses biogeokimia. Sumber oksigen berasal dari difusi, dari
utara mengalami proses turbelensi dan hasil fotosintesis. Oksigen berkurang
dari balan air oleh adanya pernapasan biota, penguraian bahan organik,
masuknya air bawah tanah yang miskin O2, adanya zat besi dan kenaikan
suhu (Megawati, 2014). Oksigen yang optimal atau ideal untuk pertumbuhan
dan perkembangan organisme akuatik adalah diatas 5mg/ L (Anggraini,
2014).
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa biota yang terdapat
pada pantai loang baloq ialah dominan berkelas gastropodra, malacostraca,
bivalvia, serta perna viridis dengan famili pomachea sp. mytilus, mytilidae,
portunidae, viviporidae, dan chaetomorph. Kualitas air pada zona intertidal pantai
Loang Baloq yaitu diperoleh suhu 21 oC, pH 8, kecerahan 138 cm, salinitas 32 ppt
dan kecepatan arus 2,5 m/s.
5.2 Saran
Praktikan agar datang lebih awal guna keelancaran praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Al Tanto, T., Wisha, U. J., Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I., &
Putra,
A. (2017). KARAKTERISTIK ARUS LAUT PERAIRAN TELUK BENOA-
BALI. Jurnal Geomatika, 23(1), 37-48.
Hamuna.B.,Rosye.H.R.T.,Suwito.,Hendra.K.M.,Alianto.(2018). KAJIAN
KUALITAS AIR LAUT DAN INDEKS PENCEMARAN BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA-KIMIA DI PERAIRAN DISTRIK DEPAPRE,
JAYAPURA.. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
Maniagasi.R.,Sipriana.S.,Tumembouw.,Yoppy.M.(2013).ANALISIS
KUALITAS FISIKA KIMIA AIR DI AREAL BUDIDAYA IKAN DANAU
TONDONO PROVINSI SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmu Kelautan, 1(2),
29-37.
Megawati.C.,Yusuf.M.,Lilik.M.(2014). SEBARAN ZAT HARA, OKSIGEN TERLARUT
DAN PH DI PERAIRAN SELAT BALI BAGIAN SELATAN. Jurnal
Oseanografi, 3(2), 142-150.
Patty.S.I.(2013).DISTRIBUSI SUHU, SALLINITAS DAN OKSIGEN
TERLARUT DI PERAIRAN KEMA, SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmiah
Platax, 1(3), 148-158.
Prahutama Alan.(2013). ESTIMASI KANDUNGAN DO (DISSOLVED
OXYGEN) DI KALI SURABAYA DENGAN METODE KRIGING. Jurnal
Statistika, 1(2), 9-19.
Pratiwi.H.,Niluh.A.Y., I Nengah.K.P.(2018).PENNGARUH PH EKSTRAKSI
TERHADAP RENDIMEN, SIFAT FISIKO-KIMIA DAN FUNGSIONAL
KONSENTRAT PROTEIN KACANG GUDE (Cajanua cajan (L.) Millsp.).
Jurnal ITEPA, 7(1), 1-11.
Yulianda.F., Muhammad.S.F.,Windy.F.(2013). ZONASI DAN KEPADATAN
KOMUNITAS INTERTIDAL DIDAERAH PASANG SURUT, PESISIR
BATUHIJAU, SUMBAWA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
5(2), 409-416.
Zarkasyi.M.M.,Hasan.Z.,Saimul.L.(2016). DIVERSITAS DAN POLA DISTRIBUSI
BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL PESISIR KECAMATAN UJUNG
PANGKAH KABUPATEN GRESIK. Jurnal Ilmiah Biosaintropis, 2(1), 1-
10.
LAMPIRAN